Disusun oleh :
Hasya Khairina Widyadhana
Kelompok 1 (Oksipital)
3
Arman Yurisaldi Saleh, Berdzikir Untuk Kesehatan Saraf (Jakarta: Zaman, 2010), 17. Achmad
Fuadi Husin 196 Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
Anggota badan kita secara keseluruhan adalah milik Allah swt yang dianugerahkan
kepada kita agar bisa digunakan sebaik-baiknya. Di satu sisi Allah memerintahkan untuk
menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi yang lain Allah juga memerintahkan untuk
menjaga kesehatan mental dan jiwa (rohani). Kesehatan manusia dapat diwujudkan dalam
beberapa dimensi, yaitu secara fisik melalui keseimbangan nutrisi, kesehatan fungsional organ
dengan energi aktivitas jasmaniah, kesehatan pola sikap yang dikendalikan oleh pikiran, dan
kesehatan emosional yang disembuhkan oleh aspek spiritual keagamaan. Hal ini menjadi alasan
mengapa kita sebagai manusia harus pintar untuk menjaga keseimbangan tubuh kita.
Dalam menerapkan kesehatan kita sebagai umat muslim harus mengikutsertakan nilai
islam yang berhubungan dengan kesehatan. Hal ini harus menjadi bagian penting karena kita
berperan sebagai orang kesehatan yang berbasis Islam. Nilai-nilai Islam yang harus diterapkan
itu antara lain selalu tunduk kepada etika Islam (berdasarkan pada logika, penyembuhan jiwa dan
raga) dan selalu memberikan pelayanan terbaik dan totalitas. Penggunaan akal secara benar
merupakan perintah Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw secara langsung yang apabila tidak
dilakukan maka tidak dapat dianggap utuhnya keagamaan seseorang itu. Penggunaan akal secara
rasional tentang pemahaman agama dapat memperkuat pemahaman seseorang terhadap agama
yang dianutnya. Namun, pemahaman tentang agama berdasarkan logika akal saja belumlah
cukup. Diperlukan perasaan keagamaan berdasarkan kepercayaan sehingga dapat memuaskan
hati. Dalam pemikiran akal kita secara rasional harus diikuti dengan iman yang kuat terhadap
agama yang dianut oleh kita. Hal ini dikarenakan apabila tidak diiringi iman maka pemikiran kita
bisa menyalahi aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah swt.
Sebagai seseorang yang bekerja dalam bidang kesehatan berbasis keislaman sudah
seharusnya melakukan implementasi dalam pekerjaan. Contohnya adalah adanya perbedaan
karakteristik yang paling mendasar dan menjadi pembeda antara pelayanan rumah sakit yang
bernafaskan Islam dengan rumah sakit non Islam terletak pada karakter rabbaniyah-nya
(keyakinan dan penyerahan segala sesuatunya hanya kepada Allah swt. Karakteristik yang paling
mendasar dan menjadi pembeda antara pelayanan rumah sakit yang bernafaskan Islam dengan
rumah sakit non Islam terletak pada karakter rabbaniyah-nya (keyakinan dan penyerahan segala
sesuatunya hanya kepada Allah swt.). Sedangkan karakter akhlaqiyah, waqi’iyah (luwes dan
tidak kaku) dan insaniyah, kesemuanya merupakan unsur-unsur 9 yang melekat pada pelayanan
jasa sehingga rumah sakit yang dikelola kalangan non Islam-pun menjadikannya sebagai bagian
dari orientasi pelayanannya, meskipun diantara para pengelola rumah sakit terdapat perbedaan
cara penerapan dan cakupan pengembangannya Sedangkan karakter akhlaqiyah, waqi’iyah
(luwes dan tidak kaku) dan insaniyah, kesemuanya merupakan unsur-unsur 9 yang melekat pada
pelayanan jasa sehingga rumah sakit yang dikelola kalangan non Islam-pun menjadikannya
sebagai bagian dari orientasi pelayanannya, meskipun diantara para pengelola rumah sakit
terdapat perbedaan cara penerapan dan cakupan pengembangannya. (Sunawi, 2012)
Contoh penerapan lainnya yang lebih mudah antara lain ialah selalu memberi senyuman
ketika menyambut pasien, beri motivasi pasien untuk selalu ikhtiar dalam menghadapi
penyakitnya, ingatkan pasien untuk perbanyak ibadah dan bertaubat kepada Allah,
menyampaikan kepada pasien agar sebelum dan setelah minum obat mngucapkan basmallah dan
hamdallah. Tentunya dalam hal ini bukan suatu kemudahan untuk membiasakan sesuatu yang
baru saja dimulai. Namun, dimulai dari kebiasaan kita dalam kondisi terpaksa akan terbantu
dengan seiring waktu.
Cara penerapan nilai Islam dalam kesehatan adalah dengan mengkaitkan adanya
pemikiran akal dengan iman kepada Allah swt. Hal ini bisa membuat kita akan bekerja secara
maksimal dan ikhlas sepenuh hati karena bekerja dengan niat ibadah kepada Allah swt. Dengan
kita bekerja secara ikhlas maka akan mendapat banyak kelebihan diantaranya adalah dapat
membantu orang lain yang diiringi dengan mendapatkan pahala dari Allah swt. Sudah menjadi
keharusan untuk kita sebagai umat muslim untuk bisa berkontribusi secara aktif dalam lapisan
masyarakat terutama dengan membawa nama Islam didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fuadi Husin. 2014. Islam dan Kesehatan Hal 194.196. Madura.
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/islamuna/article/view/567/549.Diakses 24
Agustus 2019 09.45 WIB
Imam Jauhari. 2011. Kesehatan Dalam Pandangan Islam Hal 33-39. Aceh.
file:///C:/Users/User/Downloads/6251-13015-1-SM.pdf. Diakses 24 Agustus 2019
10.35 WIB