Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN ISLAMI

D3 Keperawatan

Nama : Bella putri maharani

Nim : 11724007

Semester : IV ( Enam )

Mata Kuliah : Keperawatan Islam

Dosen Pembimbing : Dra.Sumiati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
2020 – 2021
TUGAS SOAL :

1. Jelaskan Paradigma sehat sakit dalam islam?

Jawab :

1. Pengertian Sehat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sehat diartikan sebagai keadaan baik segenap
badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Kata sehat sendiri dalam penggunaannya sering
dihubungkan dengan kata afiat, yang akhirnya menjadi sehat wal afiat. Afiat dapat diartikan
sehat dan kuat.

Sedangkan menurut Fu'ad Ifram al-Bustamy dalam Munjid al-Thulab, sehat adalah
hilangnya penyakit, berarti pula sesuatu yang terbebas, dan selamat dari berbagai cela. Sehat
dapat pula berarti segar, tidak sakit, betul, tidak salah, selamat dan terpakai. Sedangkan al-afiyah
berarti kesehatan yang sempurna.

Menurut Prof. Dr. M. K. Tadjudin, sehat berarti keadaan fisik, mental, dan sosial secara
lengkap dalam keadaan baik dan tidak terdapat penyakit atau kelemahan. Dimensi-dimensi
kesehatan menyangkut dimensi fisik, mental, sosial, spiritual, emosional, filosofi, kebudayaan,
pendidikan, nutrisi, dan lain sebagainya.

2. Sehat dalam Islam

Kata-kata sehat memang tidak terdapat di dalam al-Qur'an. Namun ini bukan berarti islam
tidak peduli dengan kesehatan. Islam lebih menekankan pada sebab-sebab yang dapat
menimbulkan kesehatan, seperti perintah makan dan minum yang halal dan baik, tidak berlebih-
lebihan, tidak meminum dan memakan makanan dan minuman yang memabukkan, dan
sebagainya. Islam sangat mementingkan kesehatan umatnya seperti pada sabda Rasulullah yang
artinya: "mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah dari pada mukmin yang lemah"
(H.R Muslim).
Jadi jelaslah ajaran Islam memandang kesehatan sebagai sesuatu yang sangat diutamakan.
Kesehatan merupakan anugrah dan nikmat dari Allah SWT, disamping nikmat dan karunia
lainnya. Kesehatan merupakan faktor penunjang aktivitas seseorang.

Berpedoman kepada al-qur'an dan al-Sunnah, Islam membimbing manusia menuju hidup
sehat, yaitu prilaku takwa berupa prilaku yang ditandai dengan ketaatan kepada Sang Pencipta
sebagai konsep kesehatan Islami. Bagi orang islam, kesehatan merupakan rahmat Allah SWT
yang tak ternilai harganya. Untuk itu ada kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan
memperbaiki kesehatan. Islam selalu mengajarkan umatnyauntuk selalu memelihara kesehatan,
baik kesehatan fisik, psikis, maupun sosial guna terciptanya kebahagian dan kesejahteraan hidup
lahir dan batin, dunia dan akhirat.

3. Kesehatan Jasmani

Kesehatan jasmani atau fisik merupakan keadaan yang sangat penting dalam mendukung
seluruh kegiatan dalam bidang lainnya. Kesehatan fisik mencakup konsep sehat secara biologis
dan juga keadaan dimana setiap sel dan organ berfungsi optimal dan harmonis.

Tanda fisik yang sehat:

ü Corak kulit yang bagus dan bersih

ü Mata bersinar

ü Berat badan ideal

ü Napas segar

ü Nafsu makan yang baik

ü Pergerakan badan yang selaras

ü dsb.

Dalam ajaran Islam upaya pemeliharaan kesehatan jasmani dan fisik ini terkait dengan
ajaran bersuci (thaharah) seperti penggunaan air yang bersih dan mensucikan untuk keperluan
masak, minum, mandi, berwudhu, dan sebagainya. Upaya pemeliharaan fisik ini juga ditunjang
dengan ketentuan adanya sejumlah barang-barang yang dilarang untuk dikonsumsi. Barang-
barang tersebut antara lain sejumlah minuman yang memabukkan, babi, anjing, bangkai, air susu
binatang yang dagingnya tidak dimakan manusi, kecuali air susu manusia, darah nanah, muntah.

4. Kesehatan Rohani

Kesehatan rohani dapat diartikan sebagai keadaan rohani yang sehat yang dapat merespon
berbagai pengalamanpada kehidupan dengan flexibel. Al-Qur'an berpendapat bahwa orang yang
lemah iman dinilai orang yang memiliki penyakit di dadanya.

Diungkapkan oleh beberapa pakar ilmu jiwa, sebagian kompeks kejiwaan yang diderita
orang dewasa disebabkan perlakuan yang diterimanya sebelum dewasa. Penyakit-penyakit
kejiwaan pun beraneka ragam. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, oba, dan kikir
disebabkan bentuk kelebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimis, rendah dir
disebabkan oleh kekurangan. Penyakit rohani tersebut harus diatasi dengan merubahnya menjadi
sikap yakin, optimis, penuh motivasi, rajin, berani, dermawan, tidak punya hutang, dan memiliki
relasi yang kuat dan luas.

Jiwa yang sehat disebut dalam al-Qur'an sebagai qalbun salim. Jiwa seperti inilah yang akan
selamat di akhirat, seperti firaman Allah SWT yang artinya:

"pada hari (akhirat) harta dan anak-anak tidak berguna (tetapi yang berguna tiada lain),
kecuali yang datang pada Allah dengan hati yang sehat" (QS. Al-Syu'ara:88-89)

Upaya mewujudkan yang demikian itu ditunjukkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Caranya adalah dengan senantiasa mengingat Allah, menegrjakan segala perintah-Nya
sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah SWT yang artinya: "Sesungguhnya dengan
mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan" (QS. Al-Ra'd:28)

5. Kesehatan Sosial

Sosial yang sehat adalah dimana sosial yang harmonis dan berintegrasi diantara individual,
antara setiap individu dan anggota lain sosial, dan antara individual dengan dunia dimana ia
hidup. Dari ayat al-Qur'an dan hadits dijumpai ajaran etika bermasyarakat antara lain tentang
saling tolong menolong, saling hormat menghormati, saling menasehati, saling asah, asih, dan
asuh. Ayat al-Qur'an tersebut antara lain, yang artinya: "dan tolong menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amatlah besar siksanya"
(QS. Al-Maidah:2)

2. PARADIGMA SAKIT

Paradigma sakit adalah cara pandang dalam upaya kesehatan yang mengutamakan upaya kuratif
dan rehabilitatif, pradigma sakit lebih fokus pada bagaiman mengobati orang sakit, maka
pradigma sakit berarti masyarakat datang ke pelayanan kesehatan untuk mengobati,dan
menghilangkan penyakit.

2. Jelaskan macam penyakit, dan apa perbedaan penyakit menurut medis dan penyakit
menurut islam?

Jawab :

Macam – macam penyakit hati

1. Nifak
2. Hasad (iri hati)
3. Al-bukhtan
4. Takabbur
5. Riya
6. Tabzir

Penyakit menurut medis


Yaitu penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara negatif mempengaruhi struktur
atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu mahluk hidup dan bukan di akiibatkan oleh cidera
eksternal ataupun internal, dan berhubungan dengan tanda dan gejal klinis tertentu, penyakit
dapat di sebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti patogfen atau oleh disfungsi internal.

Penyakit menurut islam


Penyakit Menurut Sains dan Al-QuraN

Dalam Al Quran, Allah Swt menciptakan penyakit sekaligus metode penyembuhan penyakit itu.
Suatu penyakit dapat dinyatakan sembuh atas izin dari Allah dengan dua macam treatment
sebagai proses penyembuhan yakni treatmen secara fisik dan non fisil (spiritual). Hal ini
berdasarkan Al Quran bahwa penyakit bukan hanya berupa penyakit fisik namun juga penyakit
non fisik yang tersembunyi seperti kotor iman, kemunafikan, keragu-raguan, dusta dan tidak
beriman.

Menurut Marios Loukas, Yousuf Saad, dkk dalam papernya berjudul “The Heart and
cardiovascular system in the Quran and Hadeeth”, Al Quran dan Hadits membagi beberapa
penyakit fisik seperti sakit perut (abdominal pain), mencret (diarrhea), demam (fever), penyakit
kusta (leprosy), dan penyakit mental. Obat yang manjur menurut Al Quran adalah madu yang
mengandung gula, vitamin dan anti mikroba. Untuk mencegah berbagai penyakit, Al Quran
melarang keras mengkonsumsidaging babi, bangkai dan darah serta binatang yang disembelih
tidak atas nama Allah Swt.

Abd Al-Aziz Al-Khalidi membagi dua obat (syifa) penyembuh penyakit yakni obat hissi untuk
menyembuhkan penyakit fisik dan obat ma’nawi untuk penyakit non fisik (ruh dan kalbu
manusia). Obat hissi seperti berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al
Quran sedangkan obat ma’nawi seperti doa-doa dan isi kandungan dalam Al Quran. Pembagian
atas dua kategori obat didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi
yang bergabung menjadi satu yakni jasmani dan ruhani.

Penyakit yang terjadi pada jasmani harus ditempuh melalui sunnah pengobatan hissin, bukan
dengan sunnah pengobatan ma’nawi seperti berdoa. Tanpa menempuh sunnahnya, maka penyakit
itu tidak akan sembuh. Sementara penyakit ruhani yang berhubungan dengan tingkah laku
manusia adalah produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani) dimana aspek ruhani menjadi esensi
kepribadian manusia sedang aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Penyakit jasmani yang
disebabkan oleh penyakit ruhani cara pengobatannya dengan sunnah pengobatan ma’nawi.

Penyakit Menurut Sains


Bila merujuk pada teori ilmu kesehatan kontemporer, sumber penyakit berasal dari empat macam
yakni: toksid (racun) yang tertimbun dalam tubuh, ketidakseimbangan suhu badan,
ketidakseimbangan angin, dan ketidakseimbangan pikiran. Asal mula adanya racun dalam tubuh
manusia bersumber dari bahan-bahan kimia yang berlebihan yang pernah dikonsumsi yang
tercampur dalam makanan-minuman seperti bahan pewarna, bahan pengawet, dan lainnya yang
tidak diperlukan tubuh; Sedang ketidakseimbangan suhu badan disebabkan system pengeluaran
urin yang bermasalah; demikian halnya ketidakseimbangan angin menyebabkan masalah
didalam usus besar dan matinya bakteri positif serta kekurangan enzim tubuh;
sementaraketidakseimbangan pikiran (stress) menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon steroid
yang melemahkan sistem imunitas.

Pendapat pakar lainnya menyebutkan penyakit bukan bersumber dari kuman, virus atau lain,
tetapilebih disebabkan dari kelemahansistem daya tahan tubuh manusia (sistem imunitas).
Apabila sistem imunitas lemah atau terganggu, makakuman (bakteri), atau virus mulaimenyerang
tubuh. Sebagai illustrasi tentang sistem imunitas, orang-orang yang bekerja sebagai pengumpul
barang-barang bekas/sampah (pemulung) tampakselalu kelihatan segar dan
bugarsementarabanyak orang yang sehari-hari bekerjadidalam kantor yang dilengkapi fasilitas
nyaman seperti AC ataupun orang-orang yang banyak menghabiskan waktu didalam
rumahbanyak terjangkit penyakit-penyakitkronis.

Berdasarkan tempatnya, rumah sakit pun dapat menjadi sumber penyakit yang disebut
nosokomial. Kualitas bakteri di rumah sakit bisa lebih ganas dibanding tempat-tempat
fasilitasumum lainnya karena sebelumnya telah berkompetisi secara alami dengan bakteri
lainnya, sehingga memiliki keunggulan dan berhasil hidup mengalahkan bakteri lain. Proses
pengobatan atau penyembuhan penderita penyakit nosokomial tidak bisa dilakukan seperti pasien
biasa, melainkan memerlukan proses perawatan khusus. Para dokter, perawat, bidan dan
paramedis yang bertugas di rumah sakit tergolongkomunitas profesi yang sangat rawan tertular
penyakit. Anggota masyarakatpun berpotensi terkena penyakitnosokomial bila membesuk pasien
yang tengah dirawat inap di rumah sakit

Lemari pendingin (kulkas) yang terletak didalam rumah pun dapat menjadi sumber penyakit.
Makanan yang tersimpan didalam kulkas bisa ditumbuhijamur baik sebagian maupun seluruh
permukaan makanan dan bahan makanan. Jamur dapat menyebabkan reaksi alergi dan masalah
pada pernapasan. Beberapa jenis jamurmenghasilkan mikotoksin yaitu zat beracun yang dapat
membuat orang sakit.

Makanan protein pun dapat menjadi sumber penyakit. Padahal selama ini proteindiperlukan
tubuh untuk membangun otot, jaringan kulit, rambut, kuku dan bagian tubuh lainnya. Idealnya
seseorang butuh 0,72 gram protein untuk setiap kilogram berat badan. Jika berat badan seseorang
sebesar 80 kg, maka protein yang dibutuhkan adalah sekitar 57 gram. Menurut Gail Butterfield,
PhD, RD, pakar nutrisi dari Stanford University, dalam Journal of the American Geriatrics
Society, jumlah protein yang lebih dari 30 persen kebutuhan kalori tubuh bisa membahayakan
kesehatan. Tidak seperti sel-sel lemak yang bisa disimpan dalam jaringan lemak jika kelebihan,
tubuh tidak punya tempat untuk menyimpan kelebihan protein. Oleh karena itu, kebanyakan
protein akan diubah oleh tubuh menjadi lemak terlebih dahulu untuk bisa disimpan. Disinilah
kunci dari bahaya kelebihan protein.

Gail Butterfield yang juga menjabat Direktur Nutrition Studies at the Palo Alto Veterans
Administration Medical Center, mengatakan bahwa kelebihan protein bisa menghasilkan
senyawa keton yang bersifat racun. Senyawa tersebut akan menyebabkan ginjal bekerja lebih
berat untuk mengeluarkannya dari tubuh. Alhasil, ginjal akan membutuhkan lebih banyak air dan
dari situlah dehidrasi muncul. Jika tubuh sudah dehidrasi, berat badan bisa berkurang karena
massa otot dan tulang berkurang. Akibatnya, timbul risiko osteoporosis. Dehidrasi juga
menyebabkan ginjal menjadi stres dan efeknya akan berdampak pada jantung. Senyawa keton
dan dehidrasi juga menyebabkan tubuh menjadi lemas, pusing, bau mulut dan lainnya. Protein
juga bisa menyebabkan reaksi alergi, seperti dermatitis topic, kaligata, penyakit kolagen, colitis
ulserativa dan penyakit crohn. Protein hewani yang berlebihan dapat merusak DNA dan
mengubah sel-sel menjadi sel kanker.

Penyakit Menurut Al-Quran

Ustad Danu yang aktif melakukan pengobatan penyakit melalui doa-doa menyatakan bahwa
pada dasarnya sumber penyakit itu datangnya dari diri sendiri bukan berasal dari virus, kuman
bakteri, nyamuk, mutasi sel dan sebagainya. Menurut ustad acara Bengkel Hati di TPI ini, virus,
kuman, bakteri yang merajalela didalam tubuh ketika sakit bukanlah sebab melainkan hanya
akibat.
Alumnus UII Yogya tersebut menganggap sumber penyakit akibat dari perbuatan manusia itu
sendiri melalui tingkah laku kita sehari-hari yang kurang terpuji dihadapan Allah SWT. Perilaku
yang kurang terpuji tersebut berupa akhlak yang kurang baik menjadikan malaikat Atid terus
mencatat dan mencatat serta melaporkannya di hadapan Allah SWT, dimana sudah berjalan
bertahun-tahun bahkan mungkin juga sudah berbelas bahkan berpuluh tahun sehingga akhirnya
Allah menurunkan suatu musibah berupa penyakit sebagai pengingat bagi umat-Nya agar segera
kembali ke jalan-Nya.

Pendapat tersebut diatas mengacu pada QS: As-Syuura 42 :30-31, “ Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab
Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong
selain Allah”.

Penekanan pada kata "pelindung dan penolong'selain Allah. Jadi kalau seseorang mau sembuh
dari penyakit makaharus kembali kepada pelindung dan penolong manusia yaitu Allah SWT.
Pada ayat lain dalam Al Quran berbunyi, “ Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka
sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS: An-Nissa 4 :111).

Dalam penafsiran Ustad Danu, dari ayat diatas menerangkan bahwabahwa dosa dan kesalahan
seseorang banyak sekali diampuni oleh-Nya, karena banyak manusia sendiripun tidak akan sadar
bahkan mungkin tidak bisa menghitung dosanya setiap harinya. Dosa dan kesalahan itu
dikerjakan terus menerus dari hari kehari, bulan ke bulan bahkan hingga berpuluh tahun barulah
Allah akan menurunkan suatu musibah dalam hal ini penyakit semata-mata hanya sebagai
hukuman, sebagai peringatan, sebagai sentilan, sebagai jeweran bagi manusia agar segera sadar
bahwa manusia memang banyak salah dan dosa agarsegera mau kembali ke jalan Allah.

Akhirul kalam, sumber penyakit menurut sains dan Al Quran bisa saja berbeda pada tataran
konsep, namun dalam tataran aksi memiliki kesamaan. Tataran aksi yang dimaksud adalah
langkah-langkah terapi/pengobatan yang berfokus pada dua kategori: pengobatan fisik dan non
fisik (spiritual/doa).

3. jelaskan hukum berobat pada islam?


Jawab : Hukum Berobat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa hukum berobat
adalah wajib jika meninggalkannya akan menimbulkan bahaya bagi tubuh. Seseorang yang
terkena penyakit kanker misalnya, maka dengan izin Allah Ta’ala, jika anggota tubuh yang
mengandung kanker tersebut dibuang, maka anggota tubuh yang lain akan selamat. Akan tetapi
jika tidak dibuang, maka kanker tersebut akan menyebar dan menjalar ke seluruh tubuh sehingga
dapat membahayakan anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu, membuang anggota tubuh yang
mengandung sel-sel kanker tersebut adalah obat yang bermanfaat. Sehingga dalam hal ini,
memotong (membuang) sebagian anggota tubuh untuk menyelamatkan anggota tubuh lainnya
hukumnya menjadi wajib.

Adapun rincian hukum berobat yang beliau rahimahullah jelaskan adalah sebagai berikut:

Pertama, jika betul-betul diketahui manfaatnya atau terdapat sangkaan (dugaan) kuat adanya
manfaat suatu pengobatan atau terdapat kemungkinan timbulnya bahaya jika meninggalkannya,
maka hukum berobat dalam hal ini adalah wajib.

Ke dua, jika terdapat sangkaan kuat manfaat suatu pengobatan, akan tetapi tidak ada bahaya yang
nyata jika tidak berobat, maka hukum berobat dalam hal ini adalah sunnah.

Ke tiga, jika antara berobat dan tidak berobat kemungkinannya sama, maka lebih baik
ditinggalkan (tidak perlu berobat) agar seseorang tidak menjerumuskan dirinya sendiri dalam
bahaya tanpa dia sadari. (Lihat Syarhul Mumti’, 2: 464-465)

Ulama lainnya memberikan perincian yang lain, yaitu kadang-kadang hukum berobat adalah
wajib, kadang-kadang sunnah, kadang-kadang mubah, kadang-kadang makruh, dan kadang-
kadang haram. Berobat dengan barang-barang yang haram, maka hukumnya haram.

Selain itu, hukum berobat menjadi wajib apabila ada hak-hak orang lain yang akan terabaikan
dengan adanya penyakit. Misalnya seorang suami yang terkena penyakit yang menghalanginya
untuk berhubungan badan dengan istrinya, sedangkan terdapat obat (mujarab) yang sudah
diketahui. Jika sang suami tidak mau berobat, hal tersebut justru akan menjerumuskan istrinya ke
dalam masalah (yaitu kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi), bahkan dalam perbuatan keji
(yaitu selingkuh atau berzina). Orang yang ditimpa penyakit seperti ini, maka wajib baginya
untuk berobat.

Kadang-kadang, disunnahkan untuk tidak berobat apabila penyakit tersebut tidak berpengaruh
terhadap keselamatan ibadah atau tidak terkait dengan hak-hak orang lain. Dalilnya adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang terkena penyakit ayan (epilepsi),

ِ َ‫ت هَّللا َ أَ ْن يُ َعافِي‬


‫ك‬ ِ ‫ك ْال َجنَّةُ َوإِ ْن ِش ْئ‬
ُ ْ‫ت َدعَو‬ ِ َ‫ت َول‬
ِ ْ‫صبَر‬ ِ ‫إِ ْن ِش ْئ‬
َ ‫ت‬

“Jika kamu mau, kamu bersabar, maka bagimu surga. Jika kamu mau, aku akan berdoa kepada
Allah, sehingga Dia menyembuhkanmu.” (HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576)

Berobat dimakruhkan bila menggunakan hal-hal makruh atau akan menyebabkan dibukanya
aurat, tanpa ada keperluan mendesak untuk itu. Dalam beberapa kasus lain, berobat hukumnya
hanya mubah.

4. Bagaimana filosifi thibbun Nabawi, jelaskan?

Jawab : Thibbun nabawi adalah istilah yang dikenal jauh setelah era kenabian. Ragam riwayat
hadis seputar pengobatan baru cukup populer pasca era kodifikasi hadis., sehingga thibbun
nabawi ini banyak merujuk pada kitab-kitab hadis yang telah terbukukan. Dengan asumsi bahwa
teks hadis menjadi referensi sejarah terkait aktivitas ibadah atau fenomena yang telah atau masih
berlangsung, maka hadis-hadis babagan pengobatan ini telah dilakukan di masa Nabi dan masih
digunakan saat hadis itu dihimpun.

Beberapa sejarawan, seperti Manfred Ullmann dalam Islamic Medicine misalnya, menyatakan
bahwa riwayat seputar cara berobat Nabi dalam kitab-kitab hadis tidak menunjukkan adanya
kebaruan. Nabi pada dasarnya hanya melanjutkan cara berobat yang sudah populer di zaman
beliau, dari habbatus sauda’, susu unta, madu, kurma, hingga praktek bekam dan ruqyah.
Termasuk yang kontroversial seperti kencing unta. Pembaruan Nabi untuk pengobatan banyak
pada aspek keimanannya, yang kentara dalam beragam riwayat lafal doa untuk
ruqyah.Pengertian dan konsep thibbun nabawi bukan berasal dari pribadi Nabi. Di antara karya-
karya awal seputar kitab yang memperkenalkan thibbun Nabawi adalah karya Abu Nuaim al-
Isfahani, dengan judul At-Thibbun Nabawi. Demikian disebutkan oleh Cyril Elgood,
berdasarkan data manuskrip yang ia miliki.

Kitab At-Thibbun Nabawi karya Abu Nuaim berisi hadis-hadis seputar cara berobat yang
memiliki sanad kepada Nabi. Selain mencantumkan hadis, Abu Nuaim juga menyertakan
beragam riwayat dari banyak ulama generasi sebelumnya. Abu Nuaim al-Isfahani ini
diperkirakan hidup sekitar akhir abad ke-10 Masehi. Menurut Cyril Elgood, ia menjadi salah satu
pelopor istilah At–Thibbun Nabawi dan banyak diikuti oleh ulama setelahnya. Sekali lagi, Abu
Nuaim menyusun isi kitab At-Thibbun Nabawi berbasis riwayat hadis dan ulama. Susunan
tersebut menunjukkan bahwa periwayatan hadis di masa hadis Abu Nuaim masih berkembang,
dan ahlul hadits diakui masyarakat.

Bicara thibbun nabawi, kita tak bisa lepas dari nama ini: Ibnu Qayyim al Jauziyyah. Para praktisi
dan pelaku thibbun nabawi, barangkali dengan afiliasi manhaj Salafi, banyak merujuk pada karya
sosok ini.Dalam Al-Quran, terdapat hampir semua surah mengajarkan masalah tauhid ini. Meski
demikian, hanya ada empat surah Al-Quran yang diakhiri dengan ayat tauhid.

Pertama, surah Al-Taubah. Allah berfirman;

‫ش ْال َع ِظ ِيم‬
ِ ْ‫ت َوهُ َو َربُّ ْال َعر‬
ُ ‫فَإ ِ ْن تَ َولَّوْ ا فَقُلْ َح ْسبِ َي هَّللا ُ ال إِلَهَ إِال ه َُو َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل‬

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah; ‘Cukuplah Allah bagiku, tidak ada
Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy
yang agung.

Kedua, surah Ibrahim. Allah berfirman;

ِ ‫اس َولِيُ ْن َذرُوْ ا بِ ٖه َولِيَ ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َما هُ َو اِ ٰلهٌ وَّا ِح ٌد َّولِيَ َّذ َّك َر اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬ ِ َّ‫ٰه َذا بَ ٰل ٌغ لِّلن‬

Dan (Al-Quran) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi
peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan
agar orang yang berakal mengambil pelajaran.

Ketiga, surah Al-Kahfi. Allah berfirman;

َ ‫ي أَنَّ َما إِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَهٌ َوا ِح ٌد ۖ فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُو لِقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
‫صالِحًا َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِه أَ َحدًا‬ َّ َ‫قُلْ إِنَّ َما أَنَا بَ َش ٌر ِم ْثلُ ُك ْم يُو َح ٰى إِل‬
Katakanlah; ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku
bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.’ Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.

Keempat, surah Al-Qashah. Allah berfirman;

ٌ ِ‫ع َم َع هّٰللا ِ اِ ٰلهًا ٰا َخ ۘ َر ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۗ َُو ُكلُّ َش ْي ٍء هَال‬


َ‫ك اِاَّل َوجْ هَهٗ ۗ لَهُ ْال ُح ْك ُم َواِلَ ْي ِه تُرْ َجعُوْ ن‬ ُ ‫َواَل تَ ْد‬

Dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Segala keputusan menjadi
wewenang-Nya, dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.

Kelima, surah Al-Lail. Allah berfirman;

ٰ ْ‫ى اِاَّل ا ْبتِغ َۤا َء َوجْ ِه َربِّ ِه ااْل َ ْع ٰل ۚى َولَ َسوْ فَ يَر‬
‫ضى‬ ٓ ۙ ‫َو َما اِل َ َح ٍد ِع ْند َٗه ِم ْن نِّ ْع َم ٍة تُجْ ٰز‬

Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia
memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan niscaya
kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).

Keenam, surah Al-Insyirah. Allah berfirman;

َ ‫فَإ ِ َذا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬


ْ‫صبْ َوإِلَ ٰى َربِّكَ فَارْ غَب‬

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Ketujuh, surah Al-Ikhlas. Allah berfirman;

‫َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.

Karya Ibnu Qayyim yang dirujuk oleh para penganjur kedokteran Nabi era sekarang adalah at-
Thibbun Nabawi – judulnya seperti karya Abu Nuaim. Karya ini sudah banyak diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan ini dirujuk sebagian masyarakat muslim Indonesia yang
meyakini bahwa Nabi memiliki pengetahuan juga kemampuan sebagai penyembuh dan tabib di
samping mandat kerasulan beliau.

Ibnu Qayyim al Jauziyah wafat pada 750 H/sekitar awal abad ke 11 M, dan merupakan salah satu
ulama penganut mazhab Ahmad bin Hanbal yang paling kesohor. Kitab at-Thibbun Nabawi
karya beliau disusun berdasarkan riwayat hadis dan keterangan ulama, dan menyitir pula
pengetahuan-pengetahuan yang sudah berkembang kala itu.

Peneliti sejarah kedokteran banyak mengajukan hipotesis bahwa konsep thibbun nabawi yang
dipopulerkan para ulama adalah usaha “melawan” ilmu kedokteran yang berkembang luas di
masa mereka. Ilmu kedokteran yang dirujuk oleh para dokter saat itu merujuk dari karya-karya
filsuf Yunani seperti Hipokrates dan Galen, dan para peneliti ini menduga bahwa para ulama
yang mengajukan konsep thibbun nabawi tidak sepakat dengan infiltrasi keilmuan non-muslim
dalam tradisi Islam.

Ulama pun merespon dengan gagasan pengobatan merujuk pada Al Quran atau hadis Nabi, yang
memiliki legitimasi fiqih dan agama yang lebih kuat. Praduga tersebut berdasarkan pada adanya
ketegangan intelektual ahlul hadits dan ilmuwan lain yang banyak belajar ilmu-ilmu di luar
agama, khususnya filsafat yang sedang marak.

Asumsi seperti itu menunjukkan seakan para ilmuwan dan ulama muslim seperti berseteru.
Padahal, sejarah menunjukkan bahwa orang seperti Ibnu Rusyd atau Ibnu Nafis adalah orang-
orang yang punya kecakapan ilmu syariat, namun juga dipandang dalam ilmu-ilmu kealaman dan
filsafat.

Alih-alih berseteru, munculnya thibbun nabawi agaknya adalah cara interaksi para faqih dan
muhaddits untuk merespon perkembangan ilmu kedokteran yang merujuk tradisi Yunani. Bahasa
kerennya: dalam satu wilayah epistemik pengobatan Yunani/Helenistik, mereka mewacanakan
diskursus pengobatan tersendiri. Para ulama ini sebenarnya tidak serta merta menolak ilmu yang
sedang tren, namun mengusahakan agar sumber-sumber agama Islam bisa “mendampingi”
pengetahuan kedokteran dan tetap teramalkan
Pandangan Ibnu Qayyim terhadap cara berobat Nabi dalam hadis seperti sikap mayoritas ulama
fiqih atau ahlul hadits semasanya. Para ulama ini menyadari bahwa cara berobat Nabi mungkin
tidak bisa digeneralisir untuk seluruh manusia, tapi kepercayaan atas hadis mendorong mereka
untuk tidak mengabaikan kemungkinan manfaat cara berobat Nabi untuk kalangan yang lebih
luas.

Penyusunan At-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim merujuk pada sunnah Nabi mencantumkan
ragam penyakit yang disebutkan dalam hadis. Dalam bagian ini Ibnu Qayyim perihal ‘ain,
sengatan kalajengking, wabah, sakit perut, kusta, barash, dan lainnya. Ibnu Qayyim sendiri
kebanyakan merujuk pada hadis yang dinilainya berkualitas shahih, dan kadang menyertakan
hadis lainnya dengan kualitas yang lebih rendah. Ia juga menyertakan hal-hal aplikatif mencakup
cara berobat, baik yang diajarkan Nabi, generasi setelah beliau, atau yang populer di zaman Ibnu
Qayyim sendiri.

Ibnu Qayyim dikenal sebagai ulama yang tidak cukup “ramah” dalam perihal akidah dan filsafat.
Pencantuman informasi pengobatan dari para dokter kala itu yang banyak bergelut dengan
filsafat, membuat At-Thibbun Nabawi Ibnu Qayyim mendapatkan respek tersendiri dalam
lingkungan intelektual di zamannya. Ibnu Qayyim bagai mengapresiasi tren intelektual yang ada:
di satu sisi, Ibnu Qayyim sebagai seorang ulama menyitir hadis pengobatan Nabi sesuai
otoritasnya, dan di sisi lain tidak “menyerang” para dokter yang belajar dalam tradisi Yunani.

Ajaran pengobatan Nabi Muhammad menjadi populer dalam masyarakat yang mendukung luas
gagasan ini. Thibbun nabawi menjadi suatu tawaran cara berobat dari para ulama hadis kala itu
dengan merujuk pada pesan-pesan kenabian. Ibnu Qayyim tahu bahwa Nabi diutus bukan untuk
menyembuhkan orang, tapi tujuan utama kenabian adalah memperbaiki keadaan masyarakat.
Referensi berobat yang merujuk pada Nabi pada akhirnya banyak berada dalam domain perkara-
perkara “penyakit” spiritual.

Kitab At-Thibbun Nabawi karya Ibnu Qayyim sebagai sebuah karya intelektual yang menyajikan
riwayat hadis dan fiqih serta ilmu kedokteran, memiliki beberapa aspek yang menarik terkait
relasi kedua tren ilmu tersebut. Ahmed Ragab mencatat, setidaknya dalam masalah demam,
wabah, dan kejang/epilepsi.
Mengenai demam, Ibnu Qayyim merujuk riwayat bahwa seseorang yang demam maka ia mesti
didinginkan dengan air, karena hadis menyebutkan bahwa panas demam berasal dari api neraka.

‫إن الحمى من فيح جهنم‬

”Sesungguhnya penyakit demam (panas) adalah berasal dari panas neraka jahanam.” (HR. Al-
Bukhari)

Ibnu Qayyim mengetahui bahwa ilmu kedokteran menyatakan bahwa demam adalah gejala dari
suatu penyakit. Namun, Ibnu Qayyim mencantumkan hadis ini sebagai dasar bahwa demam
adalah salah satu fenomena yang ditunjukkan Tuhan agar menyadari panasnya api neraka. Di sini
ia tidak mempertentangkan hadis dan pengetahuan kedokteran.

Selanjutnya adalah persoalan wabah (tha’un). Ada sebuah debat panjang di kalangan ulama
tentang ada tidaknya penyakit menular dan wabah. Ibnu Qayyim menyebutkan hadis-hadis
terkait wabah – seperti larangan Nabi untuk mencampurkan yang sakit dan sehat, serta menjauh
dari daerah wabah. Dengan terbatasnya informasi seputar penyakit menular di ilmu kedokteran,
serta masih kuatnya kepercayaan masyarakat akan pendapat populer ulama hadis tentang
tiadanya penyakit menular, Ibnu Qayyim tidak banyak menyitir pendapat para dokter seputar
penularan penyakit. Demikian keterangan Ahmed Ragab.

Terakhir adalah epilepsi atau kejang. Ilmu sistem persarafan belum berkembang, sehingga
epilepsi atau ayan dahulu disangka merupakan suatu masalah gaib akibat gangguan roh –
barangkali hingga sekarang. Para pengidapnya disuwuk dan dikucilkan, agar roh jahat bisa
segera pergi. Ibnu Qayyim masih cenderung pada pendapat ini.

Melalui Ath-Thibbun Nabawi, Ibnu Qayyim berusaha menunjukkan bagaimana nash syariat
merespon kesehatan – dari sudut pandang penafsiran beliau. Ilmu kedokteran berbasis
pengetahuan Yunani yang banyak dipakai dan diakui hasilnya, disandingkan dengan suatu
wacana khas ulama hadis mengenai adanya ajaran sumber pengobatan yang merujuk hadis dan
riwayat ulama.
Apakah di zaman itu thibbun nabawi digunakan dalam sistem pelayanan kesehatan? Ahmed
Ragab menunjukkan bahwa di masyarakat, thibbun nabawi ini tidak digunakan sebagai cara
pengobatan yang dipakai bimaristan, yang disebut sebagai model rumah sakit awal. Tenaga
medis di bimaristan mempelajari ilmu pengobatan berbasis Yunani seperti dari Galen, dan tidak
disebutkan bahwa bimaristan menyediakan layanan kesehatan berbasis thibbun nabawi.

Pada akhirnya thibbun nabawi adalah produk suatu dinamika dan kontestasi intelektual antara
para dokter dan ulama fiqih serta ahli hadits, kalangan yang berkepentingan dalam wacana
pengobatan di masyarakat. Hipotesis yang menyebutkan bahwa ulama ini ingin mengamankan
status quo hadis di ranah publik, tidak bisa diabaikan. Namun patut disadari juga bahwa melalui
thibbun nabawi ini para ulama hadis pun berusaha memberikan “kontribusi” secara intelektual
dengan mengajukan gagasan seputar pengobatan yang merujuk pada riwayat hadis.

Demikianlah beberapa hal di belakang istilah thibbun nabawi yang kita kenal ini. Kita tahu Abu
Nuaim maupun Ibnu Qayyim adalah seorang ahli hadits. Apalagi Ibnu Qayyim, adalah seorang
penganut fiqih mazhab Hanbali alih-alih seorang dokter, sehingga karya thibbun nabawi-nya
adalah upaya menghidupkan teks hadis dalam tradisi pengobatan yang sedang berkembang. Tapi
kiranya thibbun nabawi sebagai praktek dan cara berobat, mesti diuji efektivitasnya dalam
koridor sains yang ada – tidak hanya berdasar asumsi, testimoni, atau cuma sekadar kepercayaan.

5. Jelaskan secara sibgkat sejarah thinbbun nabawi?

Jawab : Pada masa Nabi Muhammad SAW, umat islam bersatu, mereka satu akidah, satu
syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat, diatasi dengan
wahyu dan pada saat itu tidak ada peselisihan diantara mereka. Sebab kemunculan ilmu kalam di
picu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan yang
berbuntut pada penolakan Mu’awiyah atas kekhalifaan Ail bin Abi Thalib. Keteganggan antara
Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib memuncak menjadi perang siffin yang berakhir dengan
keputusan tahkim atau arbitrase. Sikap Ali yang menerimah tipu muslihat Amr bin Al-ash utusan
dari pihak Mu’awiyah dalam tahkim tidak di setujui oleh sebagian tentaranya. Mereka
memendang bahwa Ali telah berbuat salah sehingga meninggalkan barisannya. Dalam sejarah
islam, mereka terkenal dengan nama khawarij. Yaitu orang yang keluar dan memisahkan diri.
Adapula sebagian besar yang tetep mendukung Ali.mereka inilah yang kemudian memunculkan
kelompok syi’ah .

Adapun factor yang mempengaruhi munculnya ilmu kalam yaitu factor internal dan factor
eksternal. Faktor internal adalah factor yang muncul dari dalam umat Islam sendiri seperti:

a) Adanya kepentingan kelompok atau golongan

b) Adanya kepentingan politik

c) Adanya pemahaman dalam Islam yang berbeda Perbedaan ini

Dan faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar agama islam antara lain:

a) kibat adanya pengaruh keagamaan dari luar islam

b) Kelompok-kelompok Islam yang pertama, khususnya Muktazilah, perkara utama yang mereka
tekankan ialah mempertahankan Islam dan menolak hujah mereka yang menentangnya.

6. Apa sumber pengobatan thinbbun nabawi?

Jawab : Secara bahasa Thibbun Nabawi adalah ilmu pengobatan kenabian, cara pengobatan
menurut petunjuk dan teladan dari Nabi Muhammad saw. Thibbun nabawi adalah konsep
pengobatan/kedokteran Islam yang sumbernya berdasarkan pada Alquran, Sunnah dan Atsar para
sahabat dan lalu dikembangkan oleh para ulama sesudahnya yang menggeluti dunia kedokteran.
Ibnu Qayyim al-Juziyyah menjelaskan dalam kitab-Nya Zaadul Ma’ad “Pengobatan cara
Rasulullah saw memiliki perbedaan dibanding dengan metode pengobatan lainnya. Karena
metode ini bersumber dari wahyu, petunjuk kenabian dan akal yang sempurna, memiliki derajat
kepastian yang meyakinkan disamping memilik nilai ke-Ilahi-an.

Thibbun Nabawi merupakan sistem pengobatan yang bersifat menyeluruh yakni mengobati
penyakit tidak hanya dari aspek fisik, tetapi juga dari aspek spiritual, mental dan emosi, yang
dikenal dengan istilah Total Helath Management. Tujuannya adalah mengembalikan kekuatan
fitrah agar tubuh dapat mengobati dirinya sendiri (self healing) melalui proses kimiawi tubuh
yang sangat kompleks dengan anugerah sistem imunitas tubuh yang telah secara sempurna
diciptakan Allah swt di dalam tubuh manusia.

Konsep kekuatan fithrah

Konsep kekuatan fitrah (imunitas tubuh) ditentukan oleh empat aspek yaitu spiritual, mental,
emosi dan fisik. Maka Thibbun nabawi mengarahkan penyembuhan dengan mengoptimalkan
kepada kempat aspek tersebut jika ada orang yang sakit. Keempat aspek ini saling bersinergi
untuk menghasilkan sistem penyembuhan secara sempurna. Jadi jika ada orang yang sakit yang
dibutuhkan bukan hanya pil, suntikan dan obatan lainnya untuk mengobati fisiknya namun lebih
dari itu.

Pertama, spiritual yang berkaitan dengan hati, kalbu, kejiwaan dan perasaan yang senantiasa
dekat kepada Allah swt, yang segala penyakit bersumber dari-Nya dan Dia lah pula yang akan
memberikan obat penawar penyembuhnya. Orang sakit yang pasrah kepada Allah dan
berprasangka baik akan ketentuanNya, akan lebih mudah untuk disembuhkan. Apabila spi-
ritulitas orang sakit baik, maka imunitas tubuhnya akan baik dan kuat. Kedua mental yang
berkaitan dengan pikiran dan cara merespon dan berfikir atas sakit yang dideritanya. Orang sakit
yang berfikiran positif bahwa sakitnya adalah bentuk kasih sayang dari Allah dan menguji akan
kesabarannya, akan menstimulus imunitas kekebalan tubuhnya. Hal ini tentu saja akan
menjadikan penyakit akan mudah ditaklukkan. Ketiga aspek emosi yang berkaitan dengan
perasaan saat musibah penyakit menimpa seseorang. Emosi juga berkaitan dengan pengendalian
hawa nafsu dan cara terbaik mengendalikan emosi adalah dengan banyak berzikir, beribadah dan
berpuasa. Dengan berzikir perasaan akan menjadi tenteram (Q.S. ar-Ra’du: 28).
Ketidakseimbangan emosi menjadi penyebab ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh yang
menyebabkan rentan terhadap penyakit. Keempat berkaitan dengan aspek fisik. Tubuh manusia
disusun berdasarkan kepada jaringan yang halus dan lembut. Penggunaan bahan kimia sintetis
dan penumpukan racun menjadikan tubuh menghadapi tekanan yang berat. Ini mengakibatkan
kerusakan organ tubuh dan memiliki efek samping merusak bagi kesempurnaan jaringan dan
sistem kekebalan tubuh. Sering kali, dengan penggunaan kimia sintetis akan menyebabkan
kerusakan organ tubuh lainnya. Hanya kehalusan dan kelembutan herba dan semua yang alami
sajalah yang sesuai dengan fisiologi tubuh manusia, seperti yang disunnahkan Rasul menyem-
buhkan dengan madu, habbassauda, minyak zaitun berbekam dan lain sebagainya.
Syarat Thibbun Nabawi

Konsep thibbun nabawi menekankan pada tiga sumber utama yaitu ilahiah, alamiah dan ilmiah.
Pengobatan ini dilandasi keyakinan yang kuat bahwa pada hakekatnya penyembuhan yang
sebenarnya adalah berasal dari Allah swt serta ketepatan dan kemujaraban penawar (obat)
sebagai wasilah (perantara) nya. Keyakinan bahwa Allah lah yang menurunkan penyakit dia juga
yang menyediakan obat penawarnya. Allah swt berfirman dalam Q.S. Yunus ayat 57 : Hai
manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Di dalam ayat yang lain Q.S. An-Nahl ayat 69 Allah swt berfirman: “Kemudian
makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang Telah
dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan”. Di dalam Hadis, Rasulullah saw menyata kan: Berobatlah kamu, karena sesung-
guhnya Allah swt yang menurunkan penyakit, Dia Allah swt yang menurunkan obatnya (H.R.
Ahmad). Dalam hadis yang lian, Rasulullah saw bersabda “Gunakanlah dua penyembuh : “madu
dan Alquran ( H.R. Ibnu Majah dan al-Hakim). Herbalis Muslim melihat madu sebagai sumber
alamiah sedangkan Alquran adalah sumber Ilahiah. Konsep alamiah ialah menggunakan semua
sumber alam yang ada di atas muka bumi ini seperti tumbuh-tumbuhan, batu-batuan dan hewan-
hewan. Sumber alamiah menggunakan herba-herba yang terpilih menggunakan disiplin herba
yang teratur. Sedangkan sumber ilmiah dalam thibbun nabawi adalah syarat mutlak bahwa
pengobatan thibbun nabawi adalah pengobatannya masuk akal, saintifik dan dapat dicerna sesuai
dengan ilmu pengobatan modern saat ini. Bukan praktek pengobatan yang mengada-ada.

Prinsip dalam Thibbun Nabawi

Setidak nya Ada tujuh prinsip yang menjadi landasan dalam thibbun nabawi yaitu keyakinan
bahwa yang menyembuhkan hanyalah Allah sehingga merawat pasien harus dilakukan dengan
ihsan dan sesuai syariat Islam; menggunakan obat halal dan thoyyib (baik) tidak menggunakan
obat yang haram dan tercampur dengan yang haram sesuai dengan firman Allah swt dalam Q.S.
al-Maidah ayat 88: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya; tidak
membawa dan mendatangkan mudharat (bahaya), tidak berbau tahayyul, khurafat dan bid’ah,
bersifat preventif -mencegah lebih baik dari pada mengobati; mencari yang lebih baik dan
terbaik berdasarkan kaedah Islam dan ilmu-ilmu pengobatan dan mengambil sebab melalui
ikhtiar (berusaha) serta tawakkal (berserah diri kepada Allah) juga selalu mencari ikhtiar dengan
cara yang terbaik.

Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah swt telah menurunkan penyakit dan obat, da
menjadikan untuk kamu bahwa setiap penyakit ada obatnya. Oleh karena itu beribatah, tetapi
jangan berobat dengan yang haram. (H.R. Abu Daud). Semoga kita mulai memfokuskan diri
dalam mempelajari dan mengobati sesuai dengan prinsip thibbun nabawi.

7. Jelaskan sikap anda terhadap thinbbun nabawi?

Jawab : dengan adanya thinbbun nabawi Thibbun Nabawi merujuk pada tindakan dan
perkataan (hadis) Nabi Islam Muhammad mengenai penyakit, pengobatan, dan kebersihan,
maupun genre tulisan oleh para sarjana non-medis untuk mengumpulkan dan menjelaskan
tradisi-tradisi tersebut. Istilah Thibbun Nabawi ini dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar
abad ke-13 M untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan
pada Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurafat. Terdapat beberapa
pengertian mengenai thibbun nabawi yang telah didefinisikan oleh ulama di antaranya:

Thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang
Shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau pengobatan.

Thibbun nabawi adalah kumpulan apa shahih dari petunjuk Rasulullah Muhammad S.A.W.
dalam kedokteran yang dia berobat dengannya atau untuk mengobati orang lain.
Definisi thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan Rasulullah S.A.W. yang dia ucapkan, dia
tetapkan (akui), dia amalkan, merupakan pengobatan yang pasti (bukan sangkaan), bisa
mengobati penyakit jasad, ruh dan indra.

Dengan adanya thinbbun nabawi bisa melakukan

Ruqyah adalah metode penyembuhan dengan cara membacakan sesuatu pada orang yang sakit
akibat dari ‘ain (mata hasad), sengatan hewan, sihir, racun, rasa sakit, sedih, gila, kerasukan,
gangguan jin, dan lainnya. Dari Aisyah radiallahu ‘anhaa berkata;

“ “Bahawasanya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam apabila sakit baginda membaca


sendiri Al-Muawwizat [11], kemudian meniup padanya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah
aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan dari surah-
surah tersebut.” (HR. Al-Bukhari)

8. Jelaskan metode yang dilakukan thinnbun nabawi?

Jawab : Metode thibbun nabawi diterapkan pada zaman Rasulullah Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Selain mendatangkan pahala karena melaksanakan tuntunannya, metode
pengobatan thibbun nabawi juga digadang-gadang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Beberapa ulama telah menjelaskan definisi thibbun nabawi yang didefinisikan oleh ulama.
Secara umum, thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang Shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau
pengobatan. Thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang beliau ucapkan, beliau tetapkan (akui) beliau amalkan, merupakan pengobatan yang
pasti bukan sangkaan, bisa mengobati penyakit jasad, ruh dan indera.

Artinya, thibbun nabawi adalah metode pengobatan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah
sebelumnya. Berikut ini beberapa metode pengobatan ala Rasulullah.

Pertama, dengan hijamah atau bekam. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda, sebaik-baik
obat yang kamu gunakan adalah berbekam. Dalam Bahasa lain Rasulullah bersabda bahwa
berbekam adalah obat yang paling baik bagimu. (Shahih Muslim No.2952)
Kedua, pengobatan dengan madu. Tentang madu, Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an,
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (QS. An-Nahl : 69)”

Ketiga, pengobatan dengan jinten hitam (habbatus sauda’). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya habbah as-sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari
penyakit as-samu.” Aku (yakni Aisyah radhiyallahu ‘anha) bertanya, “Apakah as-samu itu?”
Beliau menjawab, “Kematian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keempat, pengobatan ruqyah (menggunakan Ayat Suci Al-Qur’an). Dalam hal ini, Allah
subhanahu wa ta’ala telah berfirman di dalam Al-Qur’an, “Dan jikalau Kami jadikan Al-Qur`an
itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan, ‘Mengapa tidak
dijelaskan ayat-ayatnya?’ Apakah (patut Al-Qur`an) dalam bahasa asing, sedangkan (rasul adalah
orang) Arab? Katakanlah, ‘Al-Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang yang
beriman’.” (QS. Fushshilat: 44)

Ulama Mempertentangkan Hukum Thibbun Nabawi

Selama ini ada yang mengetahui bahwa thibbun nabawi hukumnya sunnah, bahkan ada sebagian
kecil orang yang terlalu berlebihan dan menganggap bahwa thibbun nabawi adalah keharusan
yang mutlak, jika tidak melakukannya dan menjadikan sebagai pilihan pertama maka
keimanannya dipertanyakan.

Berikut penjelasan mengenai hukum thibbun nabawi. Yang ternyata diperselisihkan oleh ulama.
Ada yang bependapat hukumnya mubah (bukan sunnah) dan ada yang bependapat hukumnya
adalah sunnah. Simak ulasannya.

Beberapa ulama mengatakan bahwa thibbun nabawi hukumnya mubah. Syaikh Al-‘Utsaimin
rahimahullah berkata, “Hijamah (bekam) adalah pengobatan, bukan sunnah.”

Kemudian, dalam kesempatan lain beliau juga berkata, “Meminum madu –misalnya- syariat
menganjurkan diminum karena ada firman Allah, “Sebagai penyembuh bagi manusia,” dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai madu akan tetapi apakah kita ber-taqarrub
(beribadah) kepada Allah dengan meminum madu? Tentu tidak.
Demikian juga bagi yang mengatakan bahwa bekam adalah sunnah (ibadah), kita tanyakan
apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-taqarrub (beribadah) kepada Allah dengan
berbekam, apa dalilnya dari perkataan shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Pendapat yang lainnya menyatakan bahwa pengobatan ini merupakan sunnah jika dibutuhkan.
Dalam fatwa syabakah Islamiyah, “Ulama menegaskan bahwa bekam adalah sunnah yang
dianjurkan ketika ada kebutuhan padanya (misalnya sakit). Maka boleh berbekam, maknanya
dianjurkan ketika ada kebutuhan, bahkan bisa terkadang wajib.”

9. Dalam SOP melakukan proses keperawanan islami,jelaskan nilai nilai ajaran islam yang
harus di terapkan dalam pelajarannya oleh perawat?

Jawab : Islam merupakan agama yang sangat sempurna, sehingga berbagai macam bimbingan
kehidupan bisa kita dapatkan untuk menjadi manusia yang berkualitas. Tentu dari berbagai
bidang aktifitas yang kita lakukan manakala berpegang pada ajaran islam, maka akan beruntung
dan selamat.

Begitu juga seorang Pelayan Kesehatan yang mana akan menjadi ladang pahala ketika
menerapkan nilai-nilai islam di dalam pelayanannya.

Rasulullah bersabda : sebaik-baik manusia adalah yang lebih banyak manfaatnya buat orang lain.
Dalam hadits tersebut kalau dikaitkan dngan tugas pelayan kesehatan baik itu dokter,perawat,
maupun bidan, tentu mereka sudah mndapatkan nilai plus sebagai manusia yang bermanfaat.

Terkadang kemanfaatan diri seorang pelayan kesehatan menjadi berkurang tatkala tidak memiliki
manajemen dalam mengelola pelayanannya. Berbagai macam metode dan manajemen pelayanan
bisa kita dapatkan sumbernya untuk dipelajari dan diterapkan. Namun dalam hal ini kita akan
mengupas bagaimana manajemen penanaman nilai-nilai islam kaitannya dengan pelayanan
kesehatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang pelayan kesehatan, antara lain :

1.Sambutan yang hangat disertai senyuman saat menemui pasien


Ktika sesorang memeriksakan penyakitnya tentu dia dalam keadaan “runtag” ( was-was) dan
penasaran atas penyakit yang dideritanya. Dalam hal ini tugas seorang pelayan kesehatan untuk
memberi kesan pertama yang menenangkan pasien.

Jawab ucapan salam pasien yang masuk ke ruangan dokter/perawat/bidan dengan jawaban yang
baik. Lalu sambut pasien dengan senyuman karena dengan senyum membuat hatinya itu menjadi
tenang. RAsulullah..sesungguhnya dlam senyum itu ada sedekah

2.Beri Motivasi pasien untuk selalu ikhtiar dalam menghadapi penyakitnya

Kadangkala ada pasien yang sudah hampir putus asa dalam menghadapi pnyakitnya dan merasa
sudah tidak mungkin sembuh. Maka sebagai pelayan kesehatan harus memberikan motivasinya.
Sampaikan firman Allah Q.S. Ar Ra’du ayat 11

‫إِ َّن هَّللا َ ال يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬:

(Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri)

kalau bisa hafalkan ayat dan maknanya untuk selalu disampaikan. Tidak harus tugas seorang da’i
untuk menyitir ayat2 Al Qur’an, namun petugas kesehatan juga sangat bagus untuk memberikan
motivasi dan bimbingan.

3.Ingatkan pasien untuk perbanyak ibadah dan bertaubat

Kullu banii Adam Khatta’un….setiap manusia pasti ada kesalahan,

wa khairu khattainna attawwabuun…dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka


yang bertaubat.

Kita menyadri bahwa setiap diri ini tidak luput dari dosa. Sampaikan kepada pasien bahwa
penyakit itu ujian, maka jadikan sakit sebagai instropeksi diri untuk memperbaiki
ibadahnya,muamalahnya dan yang lainnya. Jaga sehat sebelum datang masa sakitmu !

4.Sampaikan kepada pasien agar sebelum minum obat mngucapkan bismillah


Mungkin ada yang branggapan hal ini maslah kecil, sehingga tidak perlu dijelaskan kepada
pasien. Padahal sejatinya dari hal yang kecil barangkali bisa mnjadi besar dan bermanfaat.
Ingatkan pasien saat menulis resep atau memberikan obat agar seblum meminumnya baca
bismillahirrohmanirrohiim dan selesai meminumnya mengucapkan alhamdulillahirobbil alamiin.
Rasulullah bersabda :

“Setiap pekerjaan yang mempunyai kebaikan namun tidak dimulai padanya meyebut nama
bismillah. Maka pekerjaan itu akan pincang” .(HR IbnuHibban).

Hadist itu memperjelas betapa pentingnya basmallah untuk memulai suatu pekerjaan sehari-hari
yang bersifat positif. Selain penting Basmallah dapat memberikan manfaat bagi diri kita sendiri.

Anda mungkin juga menyukai