Anda di halaman 1dari 4

Kesehatan Jiwa Dalam Islam

Kesehatan jiwa dalam Islam adalah bagaimana menumbuhkembangkan sifat-sifat terpuji


(mahmudah) dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat tercela (madzmumah) pada diri pribadi seorang.
Dalam Islam sifat-sifat madzmumah adalah syaitaniyah. Rahasia utama mengapa jiwa tetap sehat
adalah khusuk melaksanakan tugas yang berkenaan dengan pengetahuan dan praktik suatu tugas yang
tidak boleh diabaikan, sehingga dapat melayani jiwa. Dokter sangat menganggap penting olah raga
untuk menjaga kesehatan tubuh dan dokter jiwa menganggap sangat lebih penting latihan untuk
menjaga kesehatan jiwa karena jika jiwa tidak lagi dan tak lagi mencari makna, ia akan menjadi
tumpul dan kehilangan substansi segala kebaikan.

Dalam Islam pengembangan kesehatan jiwa terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada
umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan dari kondisi pribadi
yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta terutama matang pula keimanan dan
ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Islam juga mengemukakan tiga ragam upaya peningkatan diri yang semuanya merupakan
upaya yang sadar untuk mengubah nasib menjadi lebih baik lagi dalam kesehatan jiwa.

Cara pertama adalah hidup secara islami, dalam arti berusaha secara sadar untuk mengisi
kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai akidah, syari’ah serta
norma-norma kehidupan masyarakat dan negara sekaligus berusaha menjauhi hal-hal yang dilarang
agama.

Cara kedua adalah melakukan latihan intensif yang bercorak psiko- edukatif. Dengan
demikian diharapkan dapat lebih sadar diri akan keunggulan dan kelemahannya, mampu
menyesuaikan diri, merumuskan arti dan tujuan hidupnya serta menyadari betapa pentingnya
meningkatkan diri.

Cara ketiga adalah pelatihan disiplin diri yang lebih berorientasi spiritual-religius, yakni
mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah.

Dalam bahasan lain, terdapat pribahasa Arab dikatakan akal yang sehat terdapat pada
tubuh/jasmani yang sehat. Walaupun pada kenyataannya bisa terjadi akal atau jiwa yang sehat
terdapat pada jasmani yang tidak sehat, atau sebaliknya.

Sebenarnya kesehatan akal/jiwa tidak dapat dipisahkan dari kesehatan jasmani manusia. Hal
ini berarti kesehatan akal/jiwa sama pentingnya dengan kesehatan jasmani bagi keidupan manusia,
karena jiwa yang sehat apabila terdapat pada jasmani yang lumpuh akan memerlukan bantuan orang
untuk melayani kebutuhan hidupnya. Begitu pula akal yang tidak sehat yang terdapat pada jasmani
yang sehat juga memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhu kebutuhan hidupnya.
Sebagaimana dijelaskan pada uraian uraian sebelumnya kegiatan olahraga yang dilakukan
seseorang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jassmani dan rohani. Untuk itu dibutuhkan
kegiatan yang mengutamakan kebutuhan kesehatan akal/jiwa, seperti kegiatan ibadah, kesenian,
keindahan,serta rekreasi.

Begitu pentingnya kesehatan bagi kehidupan manusia terutama kesehatan akal/jiwa untuk
memahami ajaran agama yang berfungsi atau bermanfaat bagi manusia. Tanpa akal/jiwa maka ajaran
agama tidak akan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sedangkan tanpa agama kehidupan manusia
akan buta atau tidak akan mencapai jalan ang diridhoi oleh Tuhan.

Agama diturunkan oleh Allah melalui para Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada umat
manusia mana perbuatan yang baik untuk dilakukan dan mana perbuatan jahat untuk ditinggalkan
manusia. Untuk mengetahui kesehatan akal/jiwa, organisasi kesehatan sedunia (1959) memberikan
kriteria jiwa atau mental yang sehat, sebagai berikut:

a) Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk
baginya.
b) Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
c) Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
d) Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
e) Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan memuaskan.
f) Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudain hari.
g) Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
h) Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.

Dari rumusan kriteria yang diberikan WHO tersebut, sesuai dengan sebagian nilai-nilai ajaran
agama Islam. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai akhlakul karimah atau perilaku mulia yang
harus diwujudkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya. Pada kriteria pertama; suatu sikap
menerima ketentuan/takdir Allah SWT, kedua; harus bersikap Qona’ah atau puas terhadap anugrah
pemberin Allah, ketiga; tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah atau memberi lebih baik
daripada menerima, keempat; jangan putus asa, kelima; kerjasama dan tolong menolong, keenam;
sikap bersabar, ketujuh; sikap memaafkan, dan kedelapan;mencintai orang lain bagaikan mencintai
diri sendiri.
Selanjutnya WHO (1984) menyempurnakan batas sehat dengan menambahkan suatu elemen
spiritual (agama), sehingga sehat yang dimaksud sekarang tidak hanya sehat fisik, psikologi, dan
sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual/agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio spiritual).
Menurut Dadang Hawari, perhatian ilmuan dibidang kedokteran umumnya dan kedokteran jiwa
khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan kedokteran tidak selamanya berhasil, sehingga
seorang ilmuan kedokteran berkata: “Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembhkan.”
Pendapat ilmuan tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang menegaskan: Setiap
penyakit ada obatnya jika obat itu tepat mengenai sasarannya, dengan izin Allah penyakit itu akan
sembuh.
Dengan masuknya agama dalam batasan sehat, berarti sehat akal dan agama paling penting bagi
manusia, karena dengan akal dan agama manusia dapat mencapai ketenangan dalam hidupnya.
Ketenangan dicapai seseorang apabila akalnya atau jiwanya selalu menyebut atau mengingat Allah
SWT, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firmanNya: “Ketahuilah, hanya dengan zikrullah,
mengingat Allah akan mebawa ketenangan hati” (QS. Ar-Ra’du:28).
Mengingat Allah, berarti hatinya terikat kepada Allah.Seseorang yang hatinya selalu terikat pada
Allah, maka ia senantiasa berusaha untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah
SWT dan orang itu disebut bertakwa. Dengan takwa berarti seseorang berusaha selalu berusaha
berbuat baik atau sehat bagi kehidupannya. Dalam al-quran ditegaskanjika kamu berbuat kebaikan,
maka kebaikan itu untuk kamu juga, dan jika kamu berbuat jahat atau buruk, maka kejahatan atau
keburukan itu akan menimpa diri kamu juga.
Cenderungnya seseorang selalu berbuat baik atau sehat, adaah karena menjadikan ajaran agama
islam senantiasa menjadi dasar kehidupannya atau pedoman kehidupannya. Sedangkan
kecenderungan selalu berbuat jahat atau buruk, adalah karena dalam menjalani kehidupannya tidak
mengikuti petunjuk Allah SWT melalui ajaran yang disampaikan oleh para RasulNya.
Timbulnya keenderungan seseorang untuk berbuat jahat atau buruk adalah karena dipengaruhi
oleh pandangan bahwa ajaran agama sudah ketinggalan zaman dan tidak relefan lagi untuk dijadikan
sebagai pedoman hidup sampai akhir zaman atau pada zaman modern sekarang ini. Kecenderungan
perubahan pandangan, munkin juga dipengaruhi oleh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang membuat dunia menjadi global atau bersatu dalam pandangan dan budaya. Dengan
bersatunya cara pandang dan budaya, maka suatu cara pandang baik , atau buruk, suatu bahaya baik
atau buruk menjadi kabur. Hal ini bisa terjadi karena batasan baik dan buruk dalam pandangan suatu
negara dengan negara lain saling mempengaruhi dan ukuran baik dan buruk bukan berpatokan kepada
nilai-nilai ajaran agama, atau dengan istilah lain manusia sudah menjauhkan ajaran agama dalam
kehidupannya.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang negaranya sedang berkembang dan maju, aspek
ajaran agama atau spiritual sudah hilang atau tidak berperan bagi kehidupan mereka. Hal ini terlihat
dengan jelas gejala-gejala kehidupan segelintir remaja, orang dewasa, dan bahkan orang tua yang
tertarik pada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah;seperti kecanduan minuman keras,
kecanduan narkoba, pergaulan bebas atau kebebasan seksualitas dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan ambisi mengejar kebahagiaan atau
kesejahteraan dunia tanpa dilandasi dengan ajaran agama dalam kehidupan seseorang atau suatu
masyarakat, akhirnya menimbulkan suatu penyakit kejiwaan atau gangguan kesehatan mental atau
stres. Menurut Dadang Hawari, stres adalah suatu yang menimbulkan reaksi fisik atau psikis non
spesifik terhadap setiap tuntutan kehidupan. Stres atau penyakit ketegangan jiwa adalah bagian dari
kehidupan seseorang yang tidak dapat dihindarkan. Yang harus dilakukan seseorang agar stres tidak
menimbulkan reaksi yang disebut distress adalah mengatur kehidupan agar kebal teradap stres dengan
mengamalkan beberapa ketentan dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
1. Makanan. Makanlah dengan teratur dan janganlah terlambat. Menu hendaknya berfariasi dan
berhenti makan sebelum kenyang.
2. Tidur. Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala penyakit. Tidur adalah
mutlak bagi kehidupan setiap orang tujuh atau delapan jam semalam.
3. Olahraga. Untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan fisik maupun mental adalah
melakukan olahraga minimal lari pagi atau jalan pagi minimal dua kali seminggu sampai
tubuh mengeluarkan keringat.
4. Rokok. Sebaiknya setiap orang tidak merokok. Namun kalau merokok, usahakan jangan lebih
dari 10 batang sehari.
5. Minuman keras. Sebagaimana rokok, sebaiknya menghindari minuman keras.
6. Berat badan. Usahakan berat badan sesuai dengan tinggi badan. Berat yang ideal; tinggi badan
(cm) dikurangi 100 dan dikurangi lagi 1,0%.
7. Pergaulan. Usahakan banyak: bergaul, relasi, dan teman, sehingga banyak teman untuk
bertukar pikiran mengenai hal-hal yang bersifat pribadi.
8. Waktu. Waktu adalah iman dan uang, dan sangat berharga, oleh karena itu jangan biarkan
waktu tanpa mengingat Allah dan tanpa produktivitas.
9. Agama. Memeluk suatu agama hendaknya tidak hanya formal, tetapi hendaknya menghayati
dan mengamalkannya, sehingga mendapatkan ketenangan.
10. Rekreasi. Hindarkan dari kejenuhan pekerjaan dan kehidupan monoton dengan meluangkan
waktu untuk rekreasi dan hiburan.
11. Sosial ekonomi. Mengatur keuangan sehingga pemasukan lebih besar dari pengeluaran.
12. Kasih sayang. Tanamkan sifat kasih sayang, karena kasih sayang amat fundamental bagi
kesehatan jiwa seseorang.

http://www.psychologymania.com/2013/04/kesehatan-jiwa-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai