Anda di halaman 1dari 30

PERAN AGAMA DALAM MEMELIHARA KESEHATAN JIWA DAN SEBAGAI

KONTROL SOSIAL KEHIDUPAN MASYARAKAT


Ali Mursyid Azisi
alimursyidazisi18@gmail.com
Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstrack: Religion has such a central role in maintaining mental health and as a social control in
the survival of people's lives. Religion also teaches to always do good to anyone and can reduce the
occurrence of deviations. Based on the analysis and analysis of literature used in studying this
article, it can also be concluded that religion is very important in life, especially religious people.
Because, with the rules in religion, eventually directing every human being to a good life, orderly,
far from deviations healthy physical and spiritual. In this article describes the role of religion in
maintaining mental health and as a controller of the social life of the people who are the main pillars
in survival in the community.
Keywords: Religion, Islam, Health, Control, Social

Abstrak: Agama memiliki peran begitu sentral dalam menjaga kesehatan jiwa dan sebagai kontrol
sosial dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat. Agama juga mengajarkan untuk selalu
berbuat baik terhadap siapa saja dan bisa meredam terjadinya penyimpangan-penyimpangan.
Berdasarkan analisis dan telaah secara literatur yang digunakan dalam mengkaji artikel ini juga
dapat disimpulan bahwa agama sangatlah penting dalam kehidupan, terutama umat beragama.
Karena, dengan adanya aturan-aturan dalam agama, nantinya mengarahkan tiap manusia pada
kehidupan yang baik, tertata, jauh dari penyimpangan sehat jasmani dan rohani. Dalam artikel ini
memaparkan tentang peran agama dalam menjaga kesehatan jiwa dan sebagai pengontrol kehidupan
sosial masyarakat yang menjadi pilar utama dalam keberlangsungan hidup di tengah masyarakat.

Kata kunci: Agama, Islam, Kesehatan, Kontrol, Sosial

PENDAHULUAN sebagai makhluk potensial dikarenakan dalam


diri setiap manusia terdapat kemampuan yang
Dalam dunia pesikologi, setiap
bersifat bawaan yang dapat dikembangkan
manusia pastilah memiliki sifat potensial dan
dalam kehidupannya. Integrasi antara sifat
eksploratif. Sebagai makhluk yang
potensial dan eksploratif dalam menjalani
eksploratif, ada kemampuan dasar dalam jiwa
kehidupan beragama nantinya menimbulkan
manusia untuk mengembangkan dirinya baik
perasaan atau emosi dari dalam diri manusia
itu secara psikis maupun fisik. Sedangkan
sebagai sumber utama tingkah laku dalam
1
hidup. Maka dari itu, eksistensi agama bagi berbagai macam ibadah baik mencakup
manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat sholat, dzikir, dan lain sebagainya. Aktivitas
dipisahkan dan begitu penting dalam upaya peribadahahan tersebut tentu memiliki
mengembangkan kedua unsur yang ada dalam dampak kesehatan baik itu kesehatan jiwa
diri tiap manusia. maupun fisik. Dalam sebuah penelitian
membuktikan bahwa dalam setiap gerakan
Eksistensi agama dalam dunia
sholat, memiliki manfaat terhadap kesehatan
psikologi merupakan tanggapan manusia
fisik seseorang, terutama bagian persendian.
kepada Tuhan sebagai Dzat Yang Maha
Sedangkan dengan aktivitas peribadahan atau
Tinggi, sebagai suatu realitas yang bersifat
penerapan nilai-nilai keagamaan juga sebagai
mutlak atau sebagai sang pencipta alam
upaya menentramkan batin, menenagkan jiwa,
semesta. Selain itu, agama juga menawarkan
dan terhindar dari gangguan-gangguan mental
ketenangan dan keselamatan hidup bagi siapa
atau jiwa.
saja yang taat terhadap perintah agama, dan
sebaliknya jika ingkar terhadap ajaran agama, Selain berperan dalam memelihara
maka akan mendapat hukuman baik itu jiwa supaya tetap sehat dan terhindar dari
semasa di dunia maupun di akhirat. berbagai gangguan kejiwaan, peran agama
Disamping itu, adanya emosi keagamaan bagi juga sangat penting dalam kehidupan
tiap individu dapat dijadikan sebagai standar masyarakat. Islam diturunkan Allah swt
ketaatan dalam menjalankan perintah agama.1 dengan membawa nilai aturan-aturan atau
Bagi seseorang yang taat dalam menjalankan ajaran-ajaran, norma-norma, ilmu sosial,
perintah agama akan memberikan dampak menyempurnakan akhlak, serta adanya
psikis positif terhadap seseorang yang perintah dan larangan didalamnya. Sangat
menjalankannya, salah satu dampaknya yaitu penting untuk kita ketahui tentang bagaimana
akan mendapat kesehatan jiwa dan mental dan peran agama sebagai kontrol dalam kehidupan
terhindar dari gangguan-gangguan negatif masyarakat terutama Islam. Dengan adanya
kejiwaan. peraturan, norma-norma yang ditetapkan oleh
agama, menjadikan kehidupan manusia lebih
Peran agama sangatlah berpengaruh
tertata dan teratur. Dengan begitu, dalam
terhadap psikis manusia. Pasalnya dalam
lapisan kehidupan masyarakat akan tentram
agama terdapat peraturan-peraturan yang
dan terhindar dari berbagai konflik.
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan
yang akan berdampak pada kehidupan Menurut Rifa’i, ia mengungkapkan
seseorang, baik itu menyangkut psikis bahwa peraturan atau aturan merupakan suatu
maupun fisik. Seperti dalam agama Islam ada tatanan dengan tujuan untuk tatanan dan cara
1
Syaiful Hamali, “Eksistensi Psikologi Agama dalam Pengembangan Masyarakat Islam”, Jurnal Tapis, vol. 8, no. 1,
Januari-Juni 2012, 73-74.
2
hidup suaru masyarakat supaya baik dan serta Hadis yang kali ini menjadi penguat atas
stabil. Apa yang diyantakan Rifa’i teori atau pernyataan dari tokoh-tokoh
merupakan hal yang begitu penting untuk kita mengenai kesehatan jiwa dan agama sebagai
ketahui. Islam merupakan agama2 yang kontrol sosial. Sesungguhnya manusia hidup
sempurna dengan Al-Qur’an maupun Hadis ketika hidup di dunia tidak dapat terlepas dari
merupakan rujukan utama dalam Islam, serta peran agama dan sangat memerlukannya demi
Ijtihad para ulama terdahulu. Adanya aturan- kelangsungan hidup yang optimal.
aturan dan larangan dalam agama Islam
merupakan hal yang memiliki efek bagi
kehidupan manusia baik itu secara langsung METODE PENELITIAN

ataupun tidak. Oleh karenanya sangatlah Jenis penelitian dalam artikel ini
penting bagi setiap orang yang beragama menggunakan pendekatan kualitatif dengan
mengetahui tentang peran agama dalam jenis penelitian library research, karena
menjaga, merawat/memelihara jiwa dan dalam pengumpulan, menganalisis, dan
sebagai kontrol sosial dalam kehidupan mengelolah data-data3 dalam artikel ini
bermasyarakat. diambil dari studi literatur yang tertulis dan

Lebih lanjut mengenai peran agama juga relevan dalam mengumpulkan data yang

dalam memelihara kesehatan jiwa dan sebagai fokus pada kajian artikel mengenai peran

kontrol sosial kehidupan masyarakat menarik agama dalam memelihara kesehatan jiwa dan

untuk dikaji, dalam tulisan ini tidak lepas juga sebagai kontrol sosial kehidupan masyarakat.

dari teori, pemikiran, dan pernyataan dari


tokoh-tokoh intelektual di berbagai belahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dunia. Dengan adanya teori atau pernyataan
dari berbagai tokoh mengenai agama sebagai Definisi Agama
pemelihara jiwa dan kontrol sosial ini
Agama berfungsi sebagai media4.
memberikan banyak pandangan bagi diri kita
Agama juga merupakan segala tindakan,
dalam menganalisis tema kali ini. Tidak lupa
perasaan serta pengalaman pribadi saat
juga, sebagai seorang muslim tidak lepas dari
berhadapan dengan hal apa saja yang diangap
rujukan utama dalam Islam yaitu Al-Qur’an
bersifat ilahiah.5 Definisi dari agama sendiri

2
Ros Mayasari, “Religiusitas Islam dan Kebahagiaan (Sebuah Telaah dengan Perspektif Psikologi)”, Al-Munzir, vol. 7,
no. 2, November 2014, 82.
3
Wahidmurni, “Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif”, Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Maulana Malik Ibrahim Malang, Juli 2017, 4
4
Kebudayaan, Perubahan Sosial, dan Agama dalam Perspektif Antropologi”, Harmoni: Jurnal Multikultural dan
Multireligious, vol. 12, no. 2, Mei-Agustus 2015, 10.
5
Wiwik Setiyani, “Analisis Keagamaan Perspektif Teologi Skizonfrenia”, Religio: Jurnal Studi Agama, vol. 1, no. 2,
September 2011, 191.
3
berakar dari kata ad-diin dalam bahasa Arab undang yang mengatur manusia baik dalam
yang berarti undang-undang. Sedangkan kata bentuk kelompok/golongan maupun pribadi
agama disebut dengan religi dalam bahasa yang memiliki kepatuhan terhadap yang ghaib
Inggris yang artinya peraturan. Oleh dan juga menerapkan ajarannya serta
karenanya, agama jika dilihat dari segi bahasa menjauhi larangannya.7
memiliki banyak derivasi. Derivasi disini
Menurut beberapa ahli memaparkan
menunjukkan bahwa banyaknya definisi atau
tentang definisi/pengertian agama,
pengertian mengenai konsep agama. Dalam
diantaranya: E.B. Taylor,magama merupakan
Oxford Dictionary, agama merupakan
keyakinan tentang adanya makhluk yang
pengakuan manusia terhadap sesuatu hal atau
bersifat spiritual. Cicero beraggapan bahwa
kekuatan yang sifatnya ghaib dan didalamnya
agama adalah anutan yang menghubungkan
terdapat kontrol terhadap nasib tiap
manusia dengan Dzat Yang Maha Tinggi
manusia/individu, menyembah dan
(Tuhan). Guyau berpendapat tentang agama
menghormati, serta menekankan kewajiban
yaitu keterkaitan sekelompok manusia dengan
manusia untuk taat terhadap ajaran atau nilai-
The One (Tuhan). Sedangkan Max Muller
nilai agama.6
berpendapat, agama pada intinya untuk
Menurut Harun Nasution menyatakan menyatakan apa yang digambarkan, mengenal
bahwa agama sebagai keyakinan/kepercayaan Tuhan merupakan sebuah kesempurnaan yang
kepada hal yang bersifat ghaib, ada kaitannya mutlak dan tidak terbatas, atau cinta
dengan kitab suci dan ajaran, adanya sepenuhnya terhadap Tuhan. Herbert Spencer
tanggung jawab bagi penganutnya dan juga mengungkapkan, faktor utama dalam agama
memiliki kepercayaan terhadap adanya yaitu keimanan terhadap adanya kekuasaan
utusan. Definisi lain menyebutkan, al- yang tidak dapat digambarkan batas tempat
diin/agama berarti: perhitungan, nasihat, dan waktu, atau kekuasaan yang tiada batas.
bermasyarakat (berkeluarga), budi pekerti Lebih lanjut Emile Burnaof mendefinisikan
luhur, dan undang-undang. Seperti halnya agama adalah amaliah akal manusia yang
dalam hadis Nabi disebutkan yang berbunyi, mempercayai adanya kekuatan Dzat Yang
al-diin al-nashihah yang artinya agama Maha Tinggi: juga amaliah hati manusia yang
merupakan nasehat (HR. Bukhori dan bertawajjuh memohon kekuatan dan rahmat.
Muslim) atau juga al-diin mu’amalah yang Emile Durkheim menyatakan bahwa agama
artinya agama itu masyarakat. Dengan merupakan sumber semua kebudayaan yang
demikian, istilah agama berarti undang- begitu tinggi dan masih banyak lagi

6
Enung Asmaya, “Implementasi Agama dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah”, Komunika: Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, vol. 6, no. 1, Januari-Juni 2012, 5.
7
Ibid., 5
4
pendefinisian agama dari berbagai tokoh agama, baik itu Islam, Hindu, Kristen,
lainnya.8 Buddha dan lainnya. Emosi sendiri
merupakan dorongan gerakan jiwa yang ada
Agama sangat bersangkutan dan
dalam diri individu yang fungsinya sebagai
menentukan9 dengan kehidupan manusia dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar.
bersifat agung dan suci.10 Namun juga
Terdapat empat unsur pokok setiap religi atau
sebaliknya, seringkali agama tidak bisa
agama menurut Koentjaraningrat,
menjawab berbagai kebutuhan manusia.
diantaranya: (a) Emosi keagamaan, (b) Sistem
Terlebih berbagai kebutuhan manusia di era
Kepercayaan, (c) Sistem upacara keagamaan,
post-modern yang kian beragam. Akibatnya
(d) kelompok keagamaan. Dengan
yaitu banyak didapati orang yang justru
begitu,jagama memiliki peraturan-peraturan
berpaling dari nilai-nilai agama atau agama
serta ketentuan bagi setiap pemeluknya untuk
hanya dijadikan sebagai pemuas kehausan sisi
mencapai kebahagiaan semasa di dunia
spiritual belaka.11 Pada satu sisi, agama adalah
maupun akhirat.14
sesuatu yang sifatnya pribadi dengan adanya
keyakinan dalam diri manusia dalam Peraturan-peraturan dan ketentuan
melakukan hubungan dengan Yang Sakral. yang ditetapkan agama terlebih dalam Islam
Namun, disisi lain, agama juga melibatkan sendiri diantaranya yaitu serangkaian ibadah,
diri di berbagai konteks kehidupan praktis norma-norma, nilai-nilai, serta Al-Qur’an dan
masyarakat dan individu.12 Hadis sebagai rujukan utama. Dengan adanya
perintah dan larangan agama akan memberi
Dalam lingkungan masyarakat, agama
dampak pada perilaku dan kestabilan
merupakan salah satu faktor penunjang dalam
kehidupan masyarakat.
hidup terutama dalam segi spiritual. 13 Ajaran
agama juga menawarkan tentang keselamatan
di dunia dan di akhirat, seperti halnya dalam
Pemahaman Kesehatan Jiwa
ajaran Agama Islam. Emosi keagamaan
merupakan hal yang pokok dalam setiap

8
Middya Boty, “Agama dan Perubahan Sosial (Tinjauan Perspektif Sosiologi Agama)”, Istinbath, vol. 15, Januari 2015,
40-41.
9
Petrus Lakonawa, “Agama dan Pembentukan Cara Pandang Serta Perilaku Hidup Masyarakat”, Humaniora, vol. 4, no.
2, Oktober 2013, 790.
10
Wiwik Setiyani, “Tipologi dan Tata Kelola Resolusi Konflik Ditinjau dari Perspektif Teori Sosial Konflik”, Teosofi:
Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam, vol. 6, no. 2, Desember 2016, 282.
11
Rizal Mubit, “Peran Agama dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia”, Episteme, vol. 11, no. 1, Juni 2016,
164.
12
Ida Bagus Purnawan, “Agama dan Multikultur: Peran Agama Mewujudkan Multikulturalisme di Indonesia”, Millah,
vol. XIII, no. 1, Agustus 2013, 39
13
164
14
Syaiful Hamali, “Sumber Agama dalam Perspektif Psikologis”, Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam,
vol. 7, no. 1, Juni 2013, 164-165.
5
Kesehata mmerupakan salah satu Sedangkan sehat dalam dalam KBBI (Kamus
unsur kesejahteraan dan juga hak asasi bagi Besar Bahasa Indonesia) yaitu keadaan
setiap manusia. Sebagaimana yang telah nyaman seluruh anggota tubuh beserta
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia yang bagian-bagiannya dan keadaan bugar.
terdapat dalam UUD 1945 dan Pancasila. Nyaman dan bugar merupakan keadaan yang
Mengenai hal kesehatan, tertuang pada pasal relatif, dikarenakan bersifat subjektif seseuai
1 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2009 mengenai dengan orang yang merasakan dan
kesehatan yaitu “keadaan sehat”, yang mendefinisikannya.16
mencakup baik itu secara mental, fisik, sosial
Mengenai jiwa yang sehat, terdapat
maupun spiritual yang memungkinkan setiap
beberapa indokator untuk menilai atau
orang untuk hidup produktif secara ekonomis
mengenali seperti apa kesehatan jiwa itu.
dan sosial” (Depkes RI. KMK No. 406. 2009:
Menurut Karl Menniger dalam
1). Berkaitan dengan kesehatan jiwa, yang
mendefinisikan indikasi orang yang memiliki
termaktub dalam Undang-Undang
jiwa yang sehat yaitu orang yang mempunyai
dimaksudkan untuk menjamin bagi setiap
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
masyarakat supaya bisa mencapai tingkat
lingkungannya, serta berintegrasi dan
kualitas hidup yang layak dan baik,
berinteraksi dengan tepat, baik juga bahagia.
menikmati kesehatan jiwa dalam hidup,
Menurut Michael Kirk Patrick, orang yang
terbebasnya dari gangguan kejiwaan dan
memiliki jiwa yang sehat yaitu orang yang
tekanan, serta berbagai gangguan lainnya
terbebas dari gejala-gejala gangguan psikis,
yang menyebabkan gangguan kesehatan jiwa
dan berfungsi optimal sesuai apa yang ada
tiap orang (UU No. 18, 2014:43).15
dalam dirinya. Menurut Clausen, menurutnya
Jiwa merupakan unsur manusia yang orang yang sehat jiwanya adalah orang yang
sifatnya non-materi, namun manifestasi dan bisa mencegah gangguan mental yang
fungsinya begitu berkaitan dengan materi. diakibatkan berbagai stressor, dipengaruhi
Jiwa merupakan hal yang bersifat materi atau kecil atau besarnya stressor, budaya, makna,
benda, melainkan sebuah sistem perasaan, intensitas, agama, kepercayaan dan
perilaku, hasil pemikiran, persepsi dan juga sebagainya.17
berbagai pengaruh lingkungan. Manifestasi
Menurut WHO, dari populasi manusia
dari jiwa itu sendiri yaitu dapat dilihat dari
di seluruh dunia, satu dari empat orang
adanya kesadaran, emosi, efek, psikomotor,
memiliki masalah pada hal kejiwaan. 18 WHO
berfikir, sifat kepribadian dan persepsi.
15
Bambang Dharwiyanto Putro, “Masalah Kesehatan Jiwa di Indonesia dalam Balutan Praktik Public Stigma dan Self
Stigma”, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, 2.
16
Ah. Yusuf, Rizky Fitriyasari, dkk, Keperawatan Kesehatan Jiwa, (Jakarta Selatan: Salemba Medika, 2015), 5.
17
Ibid., 5.
6
(World Health Organization) pada 2008 Dasar 1944 mengenai kesehatan yang
menjelaskan tentang kriteria jiwa yang sehat tertuang dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 36
dalam diri seseorang sebagai berikut: (1) Tahun 2009 akan terwujud. Perasaan tenang
Merasa bebas secara relatif dari kecemasan seseorang akan juga berdampak pada
dan ketegangan, (2) Dapat menyesuaikan diri kesehatan fisik seseorang yang menjadi
dengan kenyataan secara konstruktif, meski penunjang manusia dalam melakukan segala
kenyataan tersebut buruk, (3) Merasa lebih aktivitas hidup.
puas memberi daripada menerima, (4)
Namun, dalam fakta yang terjadi di
Mendapat kepuasan dari perjuangan atau
lapangan kerap kali terdapat masalah-masalah
usaha dalam hidupnya, (5) Memiliki daya
gejala gangguan kejiwaan yang di alami tiap
kasih yang kuat dan besar, (6) Saling
orang. Penyakit gangguan jiwa22 nantinya
memuaskan dan tolong menolong dalam
akan mempengaruhi tingkah laku, pikiran,
menjalin hubungan dengan masyarakat, (7)
emosi, timbulnya efek negatif dalam
Menerima kekecewaan untuk dijadikan
kehidupannya dan juga berdampak pada
pembelajaran supaya lebih baik kedepannya,
keluarganya. Mengenai masalah kesehatan
(8) Mengarahkan rasa permusuhan pada
jiwa ini sangatlah penting untuk mendapat
penyelesaian yang konstruktif dan kreatif.19
perhatian lebih terutama dari seluruh
Dari beberapa penjelasan tentang masyarakat dan seluruh jajaran pemerintah.
kesehatan jiwa di atas, setidaknya Kerap kali sesorang yang mengalami
memberikan gambaran bagaimana ciri-ciri gangguan kesehatan jiwa atau mentalnya
dan bentuk dari jiwa yang sehat dalam diri mendapat deskriminasi dari lingkungan
seseorang. Zakiah Daradjat menjelaskan, ciri sekitarnya seperti halnya diberhentikan dari
utama dari sehatnya mental dan jiwa sekolah atau pekerjaan, ditelantarkan oleh
seseorang yaitu tentramnya batin, hidup anggota keluarganya dan bahkan dalam kasus
tenang, damai dan aman,20 saling cinta lain ada yang dipasung. Dengan adanya
mencintai, dipenuhi kebenaran dan keadilan, perilaku semacam itu terhadap penderita
menciptakan generasi yang sehat dan gangguan kesehatan jiwa sangatlah
terhindari dari gangnguan kejiwaan.21 Dengan memprihatinkan dan seharusnya mendapat
perasaan yang tenang dan dipenuhi rasa perhatian lebih.23
ketentraman batin, maka Undang-Undang

18
Carla R. Marchira, “Integrasi Kesehatan Jiwa Pada Pelayanan Primer di Indonesia: Sebuah Tantangan di Masa
Sekarang”, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, vol. 4, no. 3 September 2011, 120.
19
Ah. Yusuf, Rizky Fitriyasari, dkk, Keperawatan Kesehatan, 5-6.
20
Ulin Nihayah, “Konsep Seni Qasidah Burdah Imam Al-Bushiri Sebagai Alternatif Menumbuhkan Kesehatan Mental”,
Jurnal Ilmu Dakwah, vol. 34, no. 1, Januari-Juni 2014, 297.
21
Muh Mawangir, “Zakiah Daradjat dan Pemikirannya Tentang Peran Pendidikan Islam dalam Kesehatan Mental”, 11.
22
Nidawati, “Belajar dalam Perspektif Psikologi dan Agama”, Jurnal Pionir, vol. 1, no. 1, Juli-Desember 2013, 23.
7
Kesehatan jiwa yang dimaksud disini istilah al-Tibb al-Ruhani. Sedangkan istilah
selain mendapat ketenangan batin, juga Tibb al-Qalb, digunakan untuk menjelaskan
dikatakan dalam Undang-Undang Nomor 18 kesehatan mental.25
Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa pasal 1
Al-Balkhi berpendapat bahwa tubuh
ayat 1 yaitu sebagai suatu kondisi dimana
dan jiwa bisa sehat dan bisa pula tidak (sakit).
seseorang dapat berkembang baik itu secara
Dari sinilah yang disebut dengan
fisik, spiritual, mental dan juga sosial
keseimbangan dan ketidakseimbangan. Akibat
sehingga seseorang atau individu tersebut
dari ketidakseimbangan sendiri meyebabkan
menyadari kemampuannya sendiri, dapat
sakit kepala, demam, dan rasa sakit pada
bekerja dengan produktif, bisa mengatasi
badan. Sedangkan ketidakseimbangan dalam
berbagai tekanan, serta mampu memberikan
jiwa dapat menimbulkan kegelisahan,
kontribusi yang positif bagi komunitasnya.
kemarahan, kesedihan dan gangguan-
Lalu dalam pasal 3 tentang upaya kesehatan
gangguan lain yang berkaitan dengan
jiwa yang bertujuan untuk menjamin
kejiwaan yang lain. Pemikir muslim lainnya
seseorang mendapatkan kualitas hidup yang
yang turut andil menyumbangkan
layak dan baik, menikmati kehidupan jiwa
pemikirannya dalam dunia penyakit kejiwaan
yang bebas, sehat,idari tekanan, ketakutan
yaitu Al-Farabi. Al-Farabi merupakan salah
serta berbagai gangguan kesehatan jiwa.24
satu ilmuan termasyhur secara khusus menulis
Sedangkan dalam pandangan agama risalah yang berkaitan dengan psikologi sosial
Islam mengenai kesehatan jiwa dikenal dan ada hubungannya dengan studi
dengan al-Tibb al-Ruhani. Konsep kesehatan kesadaran,26
mental atau jiwa pertama kali diperkenalkan
dunia kedokteran muslim oleh Abu Zayd
Ahmed Ibnu Sahl al-Balkhi dari Persia (850- Mengenal Kontrol Sosial

934). Al-Balkhi berhasil menghubungkan Dalam teori Travis Hirschi (1969)


penyakit antara jasmani dan rohani dalam mengenai kontrol sosial sebagai berikut
kitabnya yang berjudul Masali al-Abdan wa sangat menarik untuk dikaji.27 Dalam
al-Anfus (Makanan untuk tubuh dan jiwa). bukunya, Hirschi mengungkapkan bahwa
Dalam menjelaskan tentang kesehatan perilaku yang terjadi dalam kehidupan
psikologi dan spiritual, al-Balkhi mengunakan masyarakat terjadi dikarenakan terdapat
23
Bambang Dharwiyanto Putro, “Masalah Kesehatan”, 4
24
Lembaran Negara Republik Indonesia “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Jiwa”, no. 185, 2014, 2-3.
25
Purmansyah Ariadi, “Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam”, Syifa’ Medika, vol. 3, no. 2, Maret 2013, 120.
26
Ibid. 120.
27
Eny Purwandari, “Kodel Kontrol Sosial Perilaku Remaja Berisiko Penyalahgunaan Napza”, (Disertasi—Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 2015),11.
8
kegagalan sosialisasi pada masyarakat yang kebiasaan kelompok di lingkungan
terkait dengan kesadaran tentang tata tertib, ditempati.29 Juga menurut Durkheim, definisi
aturan, norma. Fenomena penyimpangan kontrol sosial adalah cara yang digunakan
sosial semisal tindakan kriminalitas yang masyarakat, guna mengendalikan perilaku
dilakukan oleh seseorang dianggap sebagai negatif atau menyimpang dari garis yang
akibat dari gagalnya lingkungan sekitar dan sudah diyakini sebagai garis yang semestinya
masyarakat dalam membentuk kontrol sosial, (benar) oleh masyarakat.30
seperti halnya sekolah, keluarga dan hal
Teori kontrol sosial diperlukan untuk
lainnya. Selanjutnya, Hirschi mengungkapkan
meredam fenomena-fenomena penyimpangan
kembali bahwa pada dasarnya manusia
dan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
merupakan individu yang tidak bisa mentaati
dikarenakan kosongnya pengendali sosial atau
hukum dan peraturan, sebab itulah sangat
kontrol yang akhirnya menyebabkan
diperlukan sekali adanya kontrol sosial dalam
penyimpangan. Dibangunnya teori ini atas
mengatasi hal tersebut.28
dasar pandangan bahwa setiap individu
Peter L. Berger dalam Setiadi (manusia) cenderung tidak taat terhadap
mengungkapkan bahwa kontrol sosial aturan-aturan (hukum) atau juga dalam diri
merupakan berbagai upaya masyarakat untuk manusia adanya dorongan untuk melakukan
menertibkan anggota masyarakat yang pelangggaran norma, nilai, aturan-aturan.31
membangkang atau menyimpang. Soekanto Adanya dorongan-dorongan untuk melakukan
menyatakan bahwa kontro sosial merupakan pelanggaran tersebut yang menjadi masalah
suatu proses baik itu direncanakan ataupun dalam kehidupan masyarakat. Pasalnya, jika
tidak, yang tujuannya membimbing, seseorang kerap melakukan pelanggaran dan
mengajak bahkan juga memaksa masyarakat dilakukan secara terus menerus, maka hal
supaya patuh dan taat terhadap kaidah-kaidah yang sebenarnya salah dianggap sebagai hal
dan nilai-nilai yang berlaku. Sedangkan yang wajar bagi mereka. Tentunya hal
Joseph R. Roucek menyatakan bahwa kontrol semacam ini tidaklah tepat.
sosial adalah proses yang terencana maupun
Diperlukannya kontrol sosial, yaitu
tidak untuk mengajar individu supaya dapat
untuk menjadikan seseorang mau ikut serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan
dalam upaya meningkatkan kontrol sosial dan

28
Khodijah, “Agama dan Budaya Malu Sebagai Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Koruptif”, Sosial Budaya, vol. 15,
no. 2, 2018, 123.
29
Ahmad Norma Permata, Firdaus Wajdi, dkk, “Jurnal Sosiologi Reflektif”, vol. 12, no. 1, Oktober 2017, 93.
30
Lumatul Faizah, Sri Sadewo, “Prostitusi dan Kontrol Sosial Masyarakat Sedati Ngoro Mojokerto”, Paradigma, vol. 3,
no. 1, 2015, 5
31
Citra Rafika, “Lemahnya Kontrol Sosial pada Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Anak-anak dan Remaja Kecanduan
Menghidap Lem Aibon di Desa Suka Negeri, Kecamatan Topos-Kabupaten Lebong”, Fokus: Jurnal Kajian Keislaman
dan Kemasyarakat, vol. 1, no. 1, 2016, 7-8.
9
menaati peraturan-peraturan dalam kehidupan pembentukan berakar dan dimulai dari
masyarakat.32 Travis Hirschi (1969) faktor keluarga. Maka dari itu unsur
mengungkapkan bahwa dalam membentuk Attachment beitu penting dalam mencapai
kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat kontrol sosial yang lebih baik.33
lemah atau kuat terdiri dari empat unsur, yaitu
c. Involvement
Commitment, Attachment, Involvement dan
Belive. Hal yang tidak kalah penting juga yaitu
keterlibatan dalam masyarakat. Norma-
a. Commitment
norma dan aturan-aturan serta nilai yang
Komitmen merupakan unsur yang ditanamkan dalam kehidupan masyarakat
juga begitu penting dalam membentuk dan disetujui oleh masyarakat pula.
kontrol sosial. Komitmen yang dimaksud Keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat
disini yaitu bagaimana dalam tiap individu dalam upaya menerapkan dan menjaga
harus memiliki tanggung jawab mengenai peraturan-peraturan juga nantinya akan
kesadaran betapa pentingnya menaati menimbulkan perilaku saling menjaga,
norma dan peraturan dalam kehidupan mengajak, dan tiap individunya saling
bermasyarakat. Dengan adanya komitmen mentaati aturan. Dengan banyaknya
mengenai pentingnya kesadaran mentaati individua tau masyarakat yang menaati
peraturan dalam masayarakat nantinya peraturan dalam suatu masyarakat tersebut,
membuat individu berpola pikir jika nantinya juga akan berdampak pada
melakukan perilaku yang menyimpang individu yang lain akan ikut menaati
akan berdampak negatif. aturan-aturan yang ada.

b. Attachment d. Belive

kerap juga disebut dengan unsur kasih Unsur keyakinan, kepercayaan, dan
sayang, kasih sayang pastilah dimiliki kepatuhan terhadap norma, aturan, serta
dalam setiap individu, secara langsung nilai yang ada merupakan hal yang tak
maupun tidak langsung nantinya akan kalah penting. Penamaan belief pada
membantu membentuk kontrol sosial yang individu/seseorang akan membuat individu
baik/optimal, dikarenakan unsur ini akan selalu mentaati peraturan dan
didapati dari sosialisasi dan ajaran keluarga berkeyakinan sebagai suatu kewajiban, dan
sebagai kelompok primernya. Semua melanggar aturan dipandang sebagai
ajaran, semua nilai dan segala kesengsaraan.

32
Paulus Hadisuprapto, “Teori Perilaku Delinkuen (Tinjauan Teoritis): Teori Subkulture Delinkuen, Teori Netralisasi,
Teori Kontrol Sosial”, 14-30 Nevember 1994, 15.
33
Ibid., 124.
10
Dalam upaya meraih kontrol sosial berupa ritual personal atau juga ibadah sosial,
yang optimal, sebaiknya ke-empat unsur seperti halnya menjalin hubungan dengan
diatas di terapkan dengan baik dan diperkuat, sesama manusia dan menciptakan
masyarakatpun tidak perlu kawatir lagi jika keharmonisan lingkungan hidup dan juga
sudah kontrol sosial yang begitu tinggi.34 bermanfaat untuk kesejahteraan maupun
Dengan begitu, angka penyimpangan seperti kebahagiaan umat manusia.36 Dari adanya
halnya konflik, kriminalitas dan perilaku rasa keagamaan tersebut, manusia tentunya
menyimpang lainnya dapat diatasi dengan memiliki kesadaran dalam beragama ketika
baik.35 Sedangkan asumsi mengenai teori menjalankan kehidupan.
kontrol sosial dalam Stephan Huewiz (1986)
Agama merupakan hal yang memiliki
yang dikemukakan oleh F. Ivan Nye ada
peran sentral dalam menentukan kehidupan
empat point: (a) harus adanya kontrol baik itu
manusia dan tidak dapat dipisahkan dari
internal juga ekstrenal, (b) manusia diberi
kehidupan. Mengenai pengingkaran yang
kaidah-kaidah/aturan-aturan agar tidak
dilakukan oleh manusia terhadap agama
melakukan penyimpangan atau pelanggaran,
kemungkinan memiliki beberapa faktor
(c) sangat penting adanya sosialisasi yang
tertentu baik itu dipengaruhi oleh faktor
memadai (adequate), disitulah dilakukannya
lingkungan dan dapat juga disebabkan oleh
pendidikan kepada individu, (d) remaja
kepribadiannya. Dari adanya pengingkaran
diharap untuk mentaati hukum (law abiding).
tersebut nampaknya tidak sulit bagi seseorang
yang beragama untuk kembali pada hal yang
semestinya yang dilakukan dalam menaati
Peran Agama dalam Memelihara
perintah agama. Hal ini dikarenakan manusia
Kesehatan Jiwa
mempunyai unsur batin yang cenderung
Menurut Yusuf (2004), ia menjelaskan memiliki peran untuk mendorong seseorang
bahwasanya manusia pada dasarnya untuk tunduk kepada Dzat yang gaib atau
merupakan homoreligius atau makhluk maha kuasa. Ketundukan inilah yang menurut
beragama. Dikatakan demikian dikarenakan psikologi kepribadian merupakan faktor
manusia merupakan makhluk yang memiliki intern yang dinamakan conscience of man
rasa keberagamaan dan juga memiliki (hati nurani) atau juga self (pribadi).37
kemampuan untuk mengamalkan dan
memahami nilai-nilai keagamaan, baik itu
34
Nirda Ningsing, “Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Anak dalam Fenomena Hiburan Joged di Desa Mantang Baru
Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan”, Universitas Maritim Raja Ali Haji, 8.
35
Bobby Ahmadi, Amsal Amri, “Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Eksistensi Kafe Remang-remang”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FISIP Unsyiah, vol. 3, no. 1, Februari 2018, 4.
36
Ghozali Rusyid Affandi, Dewanti Ruparin Diah, “Religiusitas Sebagai Prediktor Terhadap Kesehatan Mental Studi
Terhadap Pemeluk Agama Islam”, Jurnal Psikologi, vol. 6, no. 1, April 2011, 385-386.
11
Kesehatan merupakan hal yang di Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu
idam-idamkan bagi setiap manusia, apalagi dengan lurus kepada agama Allah: (tetaplah
terkait dengan kesehatan mental atau jiwa. atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
Dengan sehatnya jiwa dapat menunjang manusia menurut fitrah itu. tidak ada
seluruh aktivitas dalam kehidupan manusia perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama
terlaksana dengan baik. Namun, di Indonesia yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengenai pelayanan kesehatan terhadap mengetahui”.39
pengidap gangguan jiwa kurang optimal dan
Kesehatan mental merupakan ilmu
Indonesia juga termasuk dalam salah satu
yang didalamnya meliputi sitem tentang
negara di dunia yang memiliki rasio paling
peraturan-peraturan, prinsip-prinsip, dan juga
rendah psikiater perkapita. Dari kurangnya
berbagai prosedur dalam upaya mempertinggi
pelayanan tersebut, membuat keluarga
atau meningkatkan kesehatan rohani (jiwa).
pengidap untuk lebih membawa ke
Menurut H.C Witherington mengenai
pengobatan alternatif seperti halnya tokoh
kesehatan mental, ia berpendapat bahwa
atau ahli agama. Dengan dibawanya pasien
orang yang memiliki mental sehat dalam
pengidap gangguan jiwa ke ahli agama
dirinya yaitu orang yang dalam hati atau
dipercaya dapat mengatasi segala gangguan
ruhaninya tidak ada sama sekali kegundahan,
tersebut. Dikarenakan agama memiliki peran
stres, dan hal buruk lainnya kecuali selalu
38
penting terhadap kesehatan jiwa.
merasakan perasaan senang, tenang, tentram
Pada hakikatnya, manusiansebagai dan aman. Indikator sehatnya jiwa seseorang
ciptaan Allah SWT diciptakan mempunyai sangat perlu diketahui suapay terhindar dari
naluri beragama, tidak lain adalah agama berbagai gangguan kesehatan jiwa yang
tauhid. Tidak wajar jika manusia tidak nantinya juga akan berdampak pada kesehatan
beragama tauhid, ketidak beragamaan tahuid fisik. Dengan begitu, mengenai permasalahan
tersebut dapat juga dipengaruhi oleh faktor kesehatan mental yang nantinya berpengaruh
lingkungan. Seperti yang termaktub dalam terhadap jiwa seseorang menyangkut prinsip-
kitab suci Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat: 30. prinsip serta pengetahuan yang terdapat dalam
lapangan kedokteran, biologi, psikologi dan
‫َفَأِقْم َو ْج َهَك ِللِّديِن َحِنيًفاۚ ِفْطَر َت ٱِهَّلل ٱَّلِتى َفَطَر‬ tentu juga agama.40
‫ٱلَّناَس َع َلْيَهاۚ اَل َتْبِد يَل ِلَخ ْلِق ٱِهَّللۚ َٰذ ِلَك ٱلِّديُن‬
Masalah kesehatan, selain dapat
‫ٱْلَقِّيُم َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر ٱلَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬ diatasi dalam bidang kedokteran, terdapat
37
Abdul Hamid, “Agama dan Kesehatan Mental dalam Perpektif Psikologi Agama”, Jurnal Kesehatan Tadulako, vol.
3, no. 1, Januari 2017, 6.
38
Muhammad Arsyad Subu, “Pemanfaatan Terapi Tradisional dan Alternatif oleh Penderita Gangguan Jiwa”, vol. 3, no.
3, Desember 2015, 199.
39
Q.S. Ar-Rum: 30.
12
juga alternatif mengenai pengobatan dengan karenanya manusia dalam usaha memelihara
menggunakan cara hipnotis atau juga yang jiwa supaya tetap sehat dan terhindar dari
dikenal dengan authotheraphia dan segala macam gangguan diperintah untuk
psikoterapi yang dikembangkan oleh Freud senantiasa berserah diri terhadap Tuhan dan
dan Dr. Breuer tentang psikoanalisis. melaksanakan amaliah ibadah yang
Pengobatan semacam ini digunakan untuk diperintahkan agamanya masing-masing.41
menyembuhkan pasien atau sesoorang dari
Perintah agama yang ditekankan
berbagai gangguan penyakit jiwa (ruhani).
kepada seluruh pemeluknya untuk selalu
Pengobatan semacam ini juga menjadi
dilaksanakan dengan baik dan rutin cukup
alternatif lain dari pengobatan gangguan jiwa
logis untuk menentukan kesehatan mental
seseorang selain menggunakan jalan
atau jiwa seseorang. Pelaksanaan dan bentuk
kedokteran. Usaha yang diterapkan semacam
perintah agama seperti halnya ibadah, paling
ini, dalam beberapa kasus tertentu biasanya
tidak juga akan berpengaruh dalam
juga berkaitan dengan aspek kepercayaan atau
menumbuhkan keluhuran budi yang nantinya
keyakinan masing-masing orang.
juga akan mendapat perasaan sukses dalam
Titik letak dari pengaruh agama mengabdi atau menyembah Tuhan dan
sebagai keyakinan dalam menjaga kesehatan mendapat ketentraman batin. Hal yang
jiwa seseorang ju ga terletak pada keyakinan dilakukan seperti tindakan peribadahan
atau sikap tawakal (penyerahan diri) tersebut setidaknya juga akan memberi rasa
seseorang kepada Dzat Yang Maha Agung terhadap pemeluknya bahwa dalam menjalani
(Allah). Dengan menerapkan sikap selalu hidup lebih bermakna. Sebagai ciptaan Tuhan,
berserah diri terhadap Tuhan akan memberi manusia yang mempunyai sisi jasmani serta
energi positif dan optimis pada diri seseorang rohani yang keduanya tidak dapat dipisahkan
yang nantinya akan memunculkan perasaan pasti sangat membutuhkan perlakuan yang
tenang, positif, puas, perasaan bahagia, bisa memuaskan kedua sisi tersebut.42
sukses, merasa aman dan juga dicintai.
Mengingat masyarakat Indonesia
Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa
merupakan masyarakat yang religius sejak
manusia kembali pada fitahnya yaitu sehat
dulu hingga sekarang, tentunya agama
segi jasmani maupun rohani. Dalam agama
menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan
juga menegaskan dan menganjurkan untuk
dalam upaya pembersihan jiwa atau
selalu patuh terhadap perintah agama supaya
memelihara kesehatan jiwa atau rohani. 43
mendapat kesehatan fisik maupun jiwa. Oleh
Seperti halnya bunyi sila pertama yaitu
40
Abdul Hamid, “Agama dan Kesehatan”, 6.
41
Ibid., 7.
42
Ibid., 8.
13
Ketuhanan Yang Maha Esa yang harus di peran yang positif dalam upaya merawat
implementasikan dalam kehidupan sehari- kesehatan rohani atau jiwa.45
harinya. Termasuk juga upaya program dan
Lebih jauh deri mempertimbangkan
kajian mengenai kesehatan jiwa. Mengenai
agama sebagai suatu variable, terdapat juga
hal ini, semakin banyak pengakuan terhadap
pemikiran psikologi yang didasarkan kepada
agama yang dipandang memiliki nilai positif
agama, seperti halnya psikologi Kristen,
terhadap kesehatan jiwa. Banyak penelitian
Buddha, Hindu serta Islam. Dalam hal ini,
yang membuktikan bahwa peran agama yang
ranah psikologi Islam yang dalam bahasa
begitu signifikan dalam upaya atau proses
Arabnya dikenal dengan ‘ilmu nafs
penyembuhan. Seperti yang di ungkapkan
merupakan bidang yang telah mengalami
oleh Corrigan dkk (2003), bahwa adanya
perkembangan hingga kini. Ilmuan muslim
hubungan yang positif dari adanya
yang mengkaji perihal kejiwaan antara lain
keterlibatan agama dengan psychological well
Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Rush, Ibnu
being serta dapat meredakan gejala psikiatris
Sirrin, Ibnu al-Haytam, Al Farabi, Al Ghazali
yang dialami oleh pengidap gangguan jiwa.44
dan masih banyak lagi ilmuan muslim yang
Survey juga membuktikan bahwa pada mengkaji tentang kejiwaan. Ilmuan muslim
1.824 pengidap gangguan jiwa ketika yang begitu mempunyai pengaruh/kontribusi
menjalani masa proses kesembuan, dalam besar terhadap bidang kesehatan jiwa yaitu
hasil penelitian bahwa secara keseluruhan dari pada abad pertengahan. Dari beberapa tokoh
pengidap gangguan jiwa 90% penderita muslim tersebut mengkaji mengenai adanya
mengidentifikasi diri sebagai seseorang yang pengaruh agama yang di implementasikan
taat beragama (religius). Dari hasil penelitian melalui beberapa ibadah seperti halnya sholat,
tersebut menyatakan bahwasanya baik dari puasa, dzikir, dan kegiatan ibadah lainnya.46
segi agama dan spiritual didalamnya terdapat Tentunya hal tersebut di isi dengan penguatan
kekuatan terapeutik dikarenakan secara positif iman: yaitu sebuah metodologi yang nantinya
juga berkaitan dengan psychological well berimplementasi pada ketentraman,
being serta adanya penurunan dari gejala ketenangan, keselarasan dan kesehatan
gangguan jiwa. Dari hasil survey tersebut mental.47
sudah jelas bahwa peran agama memiliki

43
Septi Gumiandari, “Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Agama (Telaah Kritis atas Psikologi
Kepribadian Modern)”, Holistik, vol. 12, no. 1, Juni 2011, 261.
44
Subandi, “Kesehatan Jiwa dalam Perspektif Budaya dan Agama”, (Pengukuhan Guru Besar--Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 27 Oktober 2015), 16.
45
Ibid., 17.
46
Ibid., 18.
47
Khairunnas Rajab, “Psikologi Iman Sebagai Penguatan Nilai Teologis dalam Kesehatan Mental Islam”, Sosio-
Religia, vol. 9, no. 3, Mei 2010, 102.
14
Islam merupakan agama yang membawa manusia tetap mempunyai
diturunkan Allah swt kepada Nabi kesehatan mental yang juga berimbas pada
Muhammad saw yang merupakan agama jiwa yang tenang, sebab terhindari dari
wahyu. Dalam ajaran Islam sendiri perasaan depresi, cemas, stress ketika
menekankan untuk selalu menerapkan berbuat tertimpa masalah.49 Seperti yang termaktub
baik terhadap siapapun dan apapun. Ajaran dalam kitab suci Al-Qur’an Surat An-Nisa
dari Islam sediri juga rasional dan juga dapat ayat 175 sebagai berikut:
membantu manusia untuk mencapai
kesejahteraan, kebahagiaan, kedamaian hidup,
‫َفَأَّم ا ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ِبٱِهَّلل َو ٱْعَتَص ُم و۟ا ِبِهۦ َفَس ُيْد ِخ ُلُهْم‬
Nilai-nilai kesilaman yang berlandaskan ‫ِفى َر ْح َم ٍة ِّم ْنُه َو َفْض ٍل َو َيْهِد يِهْم ِإَلْيِه ِص َٰر ًطا‬
keimanan merupakan motivasi inovatif yang ‫ُّم ْسَتِقيًم ا‬
bisa membentuk terapi agama Islam. Dari
adanya doktrin iman yang dibilang aplikatif Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman

merupakan metodologi kuratif, preventif, kepada Allah dan berpegang teguh kepada

rehabilitatif dan konstruktif dalam (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan

menumbuhkembangkan kesehatan mental dan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-

kepribadian. Iman yang menjadi dasar Nya (surge), dan menunjukkan mereka jalan

kesadaran manusia dalam beragama akan yang lurus kepadanya”.50

melahirkan kesadaran bahwa Allah swt selaku Dari kutipan ayat di atas menjelaskan
sang Maha Pencipta senantiasa selalu tentang ketika seseorang tetap berpegang
48
mengawasi manusia. teguh terhadap agama Allah, maka akan

Ajaran agama Islam sendiri yang dijamin mendapatkan rahmat dan ditunjukkan

menyerukan untuk selalu menaati perintah jalan yang lurus. Disamping itu ketika

agama supaya mendapat kebahagiaan di dunia seseorang mendapat rahmat, maka akan

hingga akhirat, dijanjikan akan diberi berdampak pada kondisi kejiwaannya yang

ketenangan dan kesehatan mental atau rohani cenderung lebih sehat dibandingkan dengan

serta ditunjukkan jalan yang lurus. Jika seseorang yang menyimpang dengan agama.

seseorang ketika mengalami suatu Dengan demikian, Al-Qur’an menjadi

kekecewaan dan ia tetap berpegang teguh berfungsi sebagai obat penawar dan petunjuk

terhadap agama, maka ia akan menghadapi dari gersangnya rohani manusia. Pada

dengan tabah dan tenang serta tidak merasa umumnya, ketika terdapat seorang pasien

putus asa. Keyakinan semacam inilah yang yang mengalami sakit langsung meminta
pertolongan pengobatan terhadap dokter atau
48
Ibid., 922.
49
Ghozali Rusyid Affandi, Dewanti Ruparin Diah, “Religiusitas Sebagai”, 386.
50
Q.S. An-Nisa: 175.
15
ahli medis, akan tetapi kerap sekali ditemukan masyarakat dalam kelompok atau komunitas
fenomena yang sakit bukan jasmaninya, tarekat. Kontribusi tasawuf dalam
melainkan jiwa atau ruhaninya. Dalam Al- pengembagan konsep kesehatan jiwa modern
Qur’an disebutkan: sangatlah begitu penting. Pada mulanya sejak
abad pertengahan lebih terfokus pada yang
‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس َقْد َج ٓاَء ْتُك م َّم ْو ِع َظٌة ِّم ن َّرِّبُك ْم‬ disebut dengan “penyakit hati”, yang meliputi
‫َو ِش َفٓاٌء ِّلَم ا ِفى ٱلُّص ُد وِر َو ُهًدى َو َر ْح َم ٌة‬ iri hati, benci, curiga, marah, cemburu,

‫ِّلْلُم ْؤ ِمِنيَن‬ sombong, dendam, mementingkan diri,


memuja diri, cinta dunia, pamer, dan juga
Artinya: “Hai seluruh manusia, takut mati.53
seseungguhnya telah datang kepada kamu
Dalam tasawuf berkaitan dengan
pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi
penyakit hati seperti di atas begitu dekat
apa yang terdapat dalam dada dan petunjuk
dengan konsep psikologi Barat yakni
serta rahmat bagi orang-orang mukmin”.
(negative emotion). Kategori emosi negatif
(Q.S. Yunus: 57)51
seperti ini yaitu mengkaji tentang dendan,
Mengenai kutipan ayat di atas, dalam emosi benci, cemburu dan emosi negatif di
tafsir Al-Misbah menurut Quraish Shihab bahas di beberapa buku salah diantaranta
mengatakan bahwa, “ayat ini menegaskan yaitu The Psychology of Hate dan Handbook
bahwasanya Al-Qur’an merupakan obat bagi of Jealosy. Dalam sebuah penelitian juga
apa yang ada dalam dada. Dari penyebutan membuktikan bahwa kategori emosi negatif
kata dada disini diartikan sebagai hati, dan yang hinggap dalam diri seseorang memiliki
menunjukkan bahwa wahyu ilahi berfungsi keterkaitan yang kuat dengan adanya
sebagai penawar atau menyembuhkan gangguan jiwa. Tidak hanya itu, dalam
berbagai penyakit rohani seperti halnya pandangan tasawuf, penyakit hati dan emosi
52
dengki, takabur, ragu dan lainnya. negatif tersebut merupakan akar utama dari

Dalam ajaran islam terdapat tradisi kondisi gangguan jiwa. Seperti contoh,

spiritualitas yang menjadi jalan atau upaya penyakit delusi yang merupakan salah satu

membersihkan jiwa atau merawat jiwa supaya dari gejala gangguan jiwa atau juga yang

baik. Tradisi spiritualitas tersebut dalam islam disebut waham (bahasa arab), delusion of

dikenal dengan tasawuf. Perkembangan gredeour (waham kebesaran), yaitu dimana

tasawuf sendiri sejak abad pertengahan dan seseorang merasa paling pintar dan paling

hingga kini di praktekkan dan dikaji oleh hebat diantara yang lain dan mempunyai

51
Q.S. Yunus: 57.
52
Luaydpk.wordpress.com
53
Subandi, “Kesehatan Jiwa”, 17-18.
16
kekuatan yang tidak dapat tertandingi. Dari tasawuf yakni akhlakul karimah (akhlak
kejadiaan semacam ini setelah ditelusuri lebih terpuji) yang meliputi: sabar (shobr) tanpa
mendalam ternyata gangguan yang sedang pamrih (ikhlas), menerima dengan tulus
dialami semacam ini berakar dari penyakit (ridho), berserah diri (tawakkal), dan penuh
hati yaitu merasa paling hebat, mengagumi harapan (roja’).55
diri atau disebut ujub.54
Demikian telah tanpak adanya
Keterkaitan antara tasawuf yang kesamaan antara kajian psikologi dan tasawuf
menjadi jalan memelihara dan membersihkan mengenai kesehatan jiwa. Dari keduanya
jiwa dengan psikologi memiliki kesamaan mengkaji tentang gangguan jiwa dan
diantara keduanya. Tidak hanya adanya kesehatan jiwa yang memiliki kesamaan. Dari
kesamaan tentang kajian masalah gangguan adanya kesamaan ini, tidak menutup
kejiwaan saja, akan tetapi juga mengkaji kemungkinan bahwa psikologi juga
tentang kesehatan jiwa. Semacam ini dapat memasuki wilayah yang di klaim sakral,
dilihat dalam hasil penelitian dan kajian yakni mengenai kesucian jiwa. Dengan kata
psikologi positif. Kajian psikologi positif lain, tidak cukup hanya dengan sehatnya jiwa
tersebut diantaranya: gratitude semata, akan tetapi bagaimana seseorang
(kebersyukuran), forgiveness (pemaafan), berusaha menggapai kesucian dan kebersihan
happiness (kebahagiaan), kindness jiwa untuk mencapai tujuan utama dalam
(kebaikan), resilience (resiliasi), patience hidup. Tujuan utama atau tujuan final dalam
(kesabaran) dan masih banyak lagi. Perlu juga hidup adalah meraih jiwa yang paripurna (an-
diketahui, sebelum munculnya psikologi nafs al-kamilah). Dengan begitu, jika
positif tersebut, pembahasan mengenai hal menerapkan beberapa tahapan penyucian jiwa
semacam itu telah dikaji oleh ilmuwan dalam tasawuf dapat mencapai tingkatan yang
muslim jauh sebelumnya, Seperti halnya Al- paripurna dan jauh dari sifat keduniawian dan
Ghazali yang mengkaji tantang kesabaran dan terhindar dari segala macam gangguan
kebersyukuran secara mendalam dalam kejiwaan.56
karyanya yang berjudul Ihya Ulumuddin. Juga
Dalam upaya mencapai kesehatan dan
dalam bukunya yang berjudul Kimyatusy-
kesucian jiwa, orang haruslah melalui
Sya’adah (kimia kebahagiaan), yang
beberapa tahapan dalam menjalani proses
membahas topik kebahagiaan. Demikian juga
transformasi jiwa. Menurut salah seorang
dengan kajian mengenai kebaikan hati dan
Mursyid dan pakar psikologi yaitu Robert
pemaafan yang telah terdapat dalam kajian
Freger menjelaskan detail mengenai tahapan-
54
Ibid., 18.
55
Ibid., 19.
56
Ibid., 19.
17
tahapan yang harus dilalui dalam Artinya: “Bacalah apa yang telah
membersihkan jiwa. Terdapat tujuh tingkatan diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-
jiwa yang harus dilalui dalam tasawuf, Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya
diantaranya: (1) an-nafs al-amarah (jiwa yang sholat itu mencegah dari (perbuatan-
dikuasai hawa nafsu), (2) an-nafs al- perbuatan) keji dan munkar, dan
lawwanah (jiwa yang menyesali), (3) an-nafs sesungguhnya mengingat Allah (sholat)
al-mulhamah (jiwa yang tercerahkan dan adalah lebih besar (keutamaannya dari
mendapat ilham), (4) al-nafs al-muthmainnah ibadat-ibadat yang lain), dan Allah
(jiwa yang tenang), (5) an-nafs al-rodiyyah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S.
(jiwa yang ridho) (6) al-naf ial-mardiyya Al-Ankabut: 45).58
(jiwa yang mendapatkan ridho), (7) al-nafs
Ayat di atas merupakan perintah
al-kamilah (jiwa yang sempurna, yang suci).57
agama untuk selalu mendirikan sholat
Dalam memelihara jiwa agar tetap seupaya terhindar dari perbuatan keji dan
positif dan sehat, sangat dianjurkan untuk mungkar. Kemudian dalam kutipan ayat lain
selalu menegakkan segala perintah dan yang mengatakan.
larangan agama terutama dalam Islam, seperti
ibadah sholat, dzikir, sholawat, dan kegiatan
lainnya yang dapat menjadikan perasaan atau ‫َو ِإَذ ا َس َأَلَك ِعَباِد ي َع ِّني َفِإِّني َقِر يٌب ۖ ُأِج يُب‬
jiwa seseorang tenang, senang, tentram, ‫َد ْع َو َة الَّد اِع ِإَذ ا َدَعاِن ۖ َفْلَيْسَتِج يُبوا ِلي َو ْلُيْؤ ِم ُنوا‬
nyaman, ada beberapa tempat yang terbilang
efektif dalam membina jiwa (rohani) manusia
‫ِبي َلَع َّلُهْم َيْر ُش ُد وَن‬
supaya tetap sehat. Ada kutipan ayat tentang Aritinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku
ibadah yang bertujuan untuk meminta bertanya kepadamu tentang aku, maka
permohonan supaya hajat atau kebutuhan (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
manusia terpenuhi dan terhidar dari berbagai Aku mengabulkan permohonan orang yang
perbuatan keji dan munkar, yaitu dianjurkan berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.
untuk melaksanakan ibadah sholat. Allah swt Maka hendaklah mereka itu memenuhi
berfirman. (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka

‫ٱْتُل َم ٓا ُأوِح َى ِإَلْيَك ِم َن ٱْلِكَٰت ِب َو َأِقِم ٱلَّص َلٰو َةۖ ِإَّن‬ beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran”. (Q.S. Al-Baqarah:
‫ٱلَّص َلٰو َة َتْنَهٰى َع ِن ٱْلَفْح َش ٓاِء َو ٱْلُم نَك ِر ۗ َو َلِذ ْك ُر ٱِهَّلل‬ 186).59
‫َأْك َبُرۗ َو ٱُهَّلل َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعوَن‬
57
Ibid., 19.
58
Q.S. Al-Ankabut: 45.
59
Q.S. Al-Baqarah: 186.
18
Penggalan ayat di atas menegaskan, Artinya: “Orang-orang yang beriman dan
bahwa dengan melakukan ibadah sholat dan hati mereka menjadi tentram dengan
berdoa berserah diri kepada Allah, maka mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
segala macam permohonan akan dikabulkan. mengingat Allah hati menjadi tentram”. (Q.S
Hal ini nantinya juga membantu manusia ar-Ra’d: 28).63
dalam meredakan ketegangan emosi,
Selain mengenal manfaat ibadah
dikarenakan seorang mukmin mempercayai
sholat dalam Islam, perlu juga kita ketahui
bahwa Allah akan mengabulkan permohonan,
manfaat puasa bauk itu puasa wajib atau
memecahkan berbagai masalah kehidupan,
sunnah dalam ajaran Islam. Manfaat atau
memebuhi segala kebutuhan, dan
tujuan dilaksanakannya puasa pertama
membebaskan manusia dari rasa kerisauan
sebagai ajang pembersihan jiwa (Tazkiyah al-
dan kegelisahan. Sholat juga mengantarkan
nafs). Dalam pelaksanaan puasa dalam sebuah
manusia pada hasil psikoterapi yang tercapai
penelitian disamping menyehatkan badan,
dengan baik. Hal ini disebabkan karena
menurut para dokter spesialis juga dapat
mendapat perasaan aman, lepas dari
mengagkat aspek kejiwaan yang mengungguli
ketegangan emosi yang dialami dalam diri
aspek materi yang ada dalam diri manusia,
manusia.60 Sholat juga akan memotivasi
Dalam ritual puasa terdapat ketenangan
seseorang untuk lebih menjernihkan unsur
batin/ruh Ilahi atas akal pikiran atas nafsu
hati, menghapus berbagai penyakit kejiwaan
syahwat dan materi. Puasa juga dapat
dan dengki serta memberikan ketabahan hati
menajamkan perasaan pada nikmat Allah
dan ketentraman.61 Dengan begitu, dengan
swt.64
menjalankan sholat, akan menjadi penerang
hati, penerang wajah, dan mampu Dalam hasil penelitian memberikan

menenangkan jiwa,62 Sebagaimana dalam ayat jawaban dalam mengatasi gangguan jiwa dan

Al-Qur’an berikut: memelihara rohani tetap sehat dan normal


selain melaksanakan berbagai ibadah yang
salah satunya adalah sholat adalah peran
‫ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا َو َتْطَم ِئُّن ُقُلوُبُهم ِبِذ ْك ِر ٱِهَّللۗ َأاَل‬ Pondok Pesantren. Hal ini dikarenakan
pesantren telah memainkan peran utama yang
‫ِبِذ ْك ِر ٱِهَّلل َتْطَم ِئُّن ٱْلُقُلوُب‬
dipimpin oleh tokoh agama yang kerap kali
dijuluki kyai atau ulama dalam memberikan
60
Firdaus, “Spiritualitas Ibadah Sebagai Jalan Menuju Kesehatan Mental yang Hakiki”, Al-Adyan, vol. XI, no. 1,
Januari-Juni 2016, 8.
61
Wiwik Setiyani, Keragaman Perilaku Beragama, (Yogyakarta: Dialektika, September 2018), 165.
62
Yuanita Ma’rufah, “Manfaat Shalat Terhadap Kesehatan Mental dalam Al-Qur’an”, (Skripsi—Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2015, 1.
63
Q.S. ar-Ra’d: 28.
64
Wiwik Setiyani, Keragaman Perilaku, 167.
19
pembinaan, pengobatan, dan penyembuhan Agama Sebagai Kontrol Sosial Kehidupan
yang berdasarkan nilai-nilai islam. Kyai Masyarakat
sendiri digambarkan sebagai orang yang alim
Kehidupan di masyarakat merupakan
atau berpengetahuan lebih tentang agama,
realitas yang tidak bisa di hindari, tentunya
maka tidak heran jika Kyai mempunyai
didalamnya keharusan tiap individu untuk
otoritas dan posisi karena setiap ucapan atau
berinteraksi.67 Namun, tidak semua aktivitas
apa yang diucapkan di dengarkan oleh
interaksi atau juga perilaku yang dilakukan
orang.65
tiap individu semuanya baik. Tidak menutup
Kegiatan yang menunjang jika ingin kemungkinan juga terdapat perilaku yang
mendapat kebahagiaan yaitu memiliki fisik negatif, menyimpang dan merugikan
yang sehat, dengan begitu dapat beribadah masyarakat lain. Supaya masyarakat terhindar
dengan baik kepada Allah. Islam juga dari perilaku penyimpangan dan kekacauan,
mengutamakan kesehatan baik dari segi maka sangat diperlukanlah suatau cara yang
jasmani (lahir) maupun rohani (batin). Salah memungkinkan setiap orang dalam suatu
satu upaya menumbuhkan rasa religiusitas, masyarakat dapat selalu menerapkan sikap
dapat ditempuh dengan jalur pendidikan yang conform dan sesuai dengan harapan yang di
sangat mendukung. Penerapan pendidikan inginkan. Cara semacam ini dinamakan
keagamaan Islam seperti halnya pesantren pengendalian sosial atau kontrol sosial.
sangatlah berpengaruh terhadap mental dan Menurut Roucheck, kontrol sosial
kesehatan jiwa (batin) seseorang. Menurut didefinisikan sebagai proses baik yang
Zakiah mengenai landasan pendidikan Islam direncanakan maupun juga yang tidak
yaitu meliputi AL-Qur’an, Sunnah dan direncanakan, bahkan juga memaksa warga
Ijtihad. Selanjutnya Zakiah berpendapat masyarakat supaya mematuhi nilai-nilai dan
bahwa pada dasarnya tujuan utama dari kaidah-kaidah sosial yang berlaku dan
pendidikan Islam seperti halnya di Pesantren disepakati bersama. Adanya pengendalian
yaitu membentuk karakter manusia muslim semacam ini sangatlah penting supaya
yang memiliki kesehatan mental, jiwa atau terciptanya suatu ketertiban sosial yang
rohaninya.66 menjadi syarat utama dalam keberlangsungan
kehidupan masyarakat.68

65
Muhammad Arsyad Subu, “Pemanfaatan Terapi”, 199.
66
Muh Mawangir, “Zakiah Daradjat”, 7.
67
Wiwik Setiyani, “Tindakan Bisosiatif Orang-orang Banjar Terhadap Dealektika Lingkungan (Outsider)”, Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 4.
68
Mintarti, dkk, “Fungsi Kontrol Sosial Sekolah Islam dalam Pencegahan Pergaulan Bebas Remaja”, Mimbar, vol. 29,
no. 2, Desember 2013, 160
20
Salah satu media yang sangat kelompok-kelompok sosial dalam suatu
berpengaruh dalam melakukan kontrol sosial69 keteraturan bersama). Selanjutnya
yaitu agama, yang berfungsi menjaga harmoni Sastrapratedja mengungkapkan bahwa agama
sosial supaya tidak runtuh dari pengeruh- merupakan sacred canopy (suatu kanopi
pengaruh menyimpang.70 Ajaran agama sakral)nyang melindungi manusia dari khaos,
memerintahkan manusia untuk selalu berbuat yang berarti situasi yang tak berarti.72
baik dan meninggalkan hal yang buruk dan
Pada hakikatnya, manusia sangat
merugikan. Sebagaimana firman Allah:
membutuhkan agama dan tidak dapat terlepas

‫َم ن َج اء ِباْلَحَس َنِة َفَلُه َخْيٌر ِّم ْنَها َو َم ن َج اء‬ dalam kehidupan. Menurut Quraish Shihab
(1992) menyatakan agama sangat dibutuhkan
‫ِبالَّسِّيَئِة َفاَل ُيْج َز ى اَّلِذ يَن َع ِم ُلوا الَّسِّيَئاِت ِإاَّل َم ا‬
oleh manusia dalam mengatur lalu-lintas
‫َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬ kehidupannya, baik semasa hidup maupun
selepasnya. Pengetahuan yang terbatas dalam
Arinya: “Barangsiapa datang dengan
diri manusia dan adanya sikap egoismenya
(membawa) kebaikan, maka dia akan
dapat menyebabkan manusia tidak bisa
mendapat (pahala) yang lebih baik daripada
mengatur lalu lintas kehidupannya sendiri.
kebaikannya itu.” (Q.S Al-Qashas: 84).71
Dengan begitu, manusia begitu membutuhkan
Dari adanya peraturan-peraturan aturan-aturan yang berupa norma-norma,
dalam agama umumnya merupakan hal yang nilai-nilai yang bisa dijangkau oleh nalar
tertuju pada tertib sosial. Seperti halnya manusia. Adanya aturan-aturan itulah yang
perintah agama untuk berbuat baik dan kemudian dinamakan sebagai agama.73
dilarangnya perbuatan menyakiti atau sampai Peraturan-peraturan yang diterapkan dengan
membunuh, merupakan salah satu contoh baik oleh penganutnya ini nantinya
ajaran agama yang mengarah pada tertib menjadikan kehidupan lebih tertata dan tetap
sosial dan integrasi. Banyak kita ketahui harmoni. Sebagaimana ayat Al-Qur’an yang
ajaran dan doktrin-doktrin agama yang sejalan memerintahkan untuk taat terhadap Allah,
hal itu. Oleh karenanya, Persons menyatakan kepada rasul dan para pemimpin sebagai
“…..religion has been universally regarded berikut:
value system” (Agama merupakan perekat
sosial yang mengikuti individu dan

69
Khuswatun Khasanah, “Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kontrol Sosial di Desa Manunggal Kecamatan
Kedamean Kabupaten Gresik”, (Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, April 2018, 77.
70
Ramli, “Agama dan Kehidupan Manusia”, Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 142.
71
Q.S. Al-Qashas: 84.
72
Mintarti, dkk, “Fungsi Kontrol Sosial”, 160-161.
73
Sulaiman Saat, “Agama Sebagai Institusi (Lembaga) Sosial (Kajian Sosiologi Agama), vol. 5, no. 2, Juli-Desember
2016, 265.
21
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء ا ُنٓو ۟ا َأِط يُعو۟ا ٱَهَّلل َو َأِط يُعو۟ا‬ macam perilaku masyarakat yang
‫َم‬
menyimpang. Melalui doktrin, peraturan-
‫ٱلَّرُسوَل َو ُأ۟و ِلى ٱَأْلْم ِر ِم نُك ْم ۖ َفِإن َتَٰن َز ْع ُتْم ِفى‬
peraturan, ritual, agama mengingatkan
‫َش ْى ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ٱِهَّلل َو ٱلَّرُسوِل ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن‬ kembali pada pemeluknya yang menyimpang
‫ِبٱِهَّلل َو ٱْلَيْو ِم ٱْل َء اِخ ِر ۚ َٰذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِو ياًل‬ untuk kembali berjalan di jalan yang lurus
sesuai perintah agama yang sudah disepakati
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bersama.75 Adanya doktrin yang
taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan mengingatkan masyarakat untuk kembali
kepada para pemimpin diantara kamu. berjalan sesuai aturan-aturan agama, nantinya
Kemudian jika kamu berselisih pendapat akan tertuju pada sikap kepatuhan. Seperti
tentang seseuatu, maka kembalikanlah ia halnya doktrin tentang larangan untuk
kepada Allah dan Rasulnya, jika kamu benar- membunuh tanpa alasan yang klaim sebagai
benar beriman kepada Allah dan hari akhir. dosa besar dalam Islam. Dalam Hadis shahih:
Yang demikian itu lebih utama dan baik
akibatnya”. (Q.S. An-Nisa’: 59).74

Ayat di atas menyerukan kepada ‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي‬
penganut muslim untuk taat terhadap aturan-
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل اْج َتِنُبوا الَّسْبَع‬
aturan hidup yang telah ditentukan Allah
dalam Al-Qur’an, Hadis Nabi. Namun dalam ‫اْلُم وِبَقاِت َقاُلوا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو َم ا ُهَّن َقاَل‬
konteks zaman sekarang tidak mungkin segala ‫الِّش ْر ُك ِباِهَّلل َو الِّسْح ُر َو َقْتُل الَّنْفِس اَّلِتي َح َّر َم ُهَّللا‬
sesuatu disandarkan dan dikembalikan kepada
‫ِإاَّل ِباْلَح ِّق َو َأْك ُل الِّر َبا َو َأْك ُل َم اِل اْلَيِتيِم َو الَّتَو ِّلي‬
dalil-dalil atau Hadis Nabi. Oleh karenanya,
Ijtihad para ulama terdahulu juga tidak kalah ‫َيْو َم الَّز ْح ِف َو َقْذ ُف اْلُم ْح َص َناِت اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
penting dalam menjaga keharmonisan hidup ‫اْلَغاِفاَل ِت‬
manusia terutama Muslim yang disesuaikan
dengan konteks zaman dan tidak berbenturan Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari

dengan nilai-nilai ajaran Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau


bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang
Menurut Durkheim, agama juga
membinasakan!” Mereka (para sahabat)
berfungsi laten yaitu sebagai alat integrasi
bertanya, “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?”
masyarakat baik dalam tingkatan mikro serta
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
makro. Dalam fungsi ini, agama
menjawab, “Syirik kepada Allah, sihir,
berkedudukan sebagai alat untuk mencegah
membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali
terjadinya kekacauan, termasuk juga berbagai
74
Q.S. An-Nisa’: 59.
75
Mintarti, dkk, “Fungsi Kontrol Sosial”, 160.
22
dengan haq, memakan riba, memakan harta Rifa’i (2011), ia menyatakan bahwa peraturan
anak yatim, berpaling dari perang yang merupakan suatu tatanan yang bertujuan
berkecamuk, menuduh zina terhadap wanita-
wanita merdeka yang menjaga kehormatan,
yang beriman, dan yang bersih dari zina”.
(HR Bukhari, nomor. 2615, 6465: Muslim,
no. 89).

Adanya aturan-aturan arau doktrin di


atas dalam agama Islam menjadi pengontrol
manusia dalam hidup untuk tidak
menyimpang dan tetap berada dalam jalur
kebaikan sesuai ajaran-ajaran Islam. Manusia
juga dituntut untuk patuh terhadap nilai,
norma, dan aturan-aturan agama supaya
mendapat rahmat dan terhidar dari musibah,
masalah dan perbuatan yang menyimpang
dalam hidupanya.

Oberdience atau kepatuhan


didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku
atau sikap seseorang untuk mematuhi atau
mengikuti perintah atau permintaan orang lain
(Fieldman 2003). Sedangkan ungkapan lain
yang diutarakan Blass (1999) mengenai
kepatuhan yaitu menerima segalah perintah
dari orang lain. Kepatuhan sendiri dapat
terjadi dalam bentuk apa saja, selama individu
atau seseorang masih menunjukkan perilaku
taat terhadap seseorang atau sesuatu. Seperti
halnya patuh terhadap peraturan. Peraturan
sendiri diartikan sebagai sesuatu yang
mengandung unsur larangan dan perintah, dan
apa yang tidak boleh dilakukan, serta apa
yang harus dilaksanakan, dan tidak sedikit
juga ada yang mengandung paksaan. Menurut
23
untuk mengatur pola kehidupan masyarakat perilaku pemeluk agama dituntut untuk tetap
supaya berjalan dengan baik dan stabil.76 dalam jalan kebaikan yang ditetapkan dalam
norma-norma atau aturan-aturan agama.79
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
Dengan diterapkannya norma dan aturan-
bahwa kepatuhan kepada peraturan
aturan jika dilaksanakan dengan optimal,
merupakan perilaku dan sikap taat dalam
maka akan tercapailah kehidupan masyarakat
menerapkan atau menjalankan peraturan yang
yang jauh dari penyimpangan sosial.
ditetapkan dengan kesadaran penuh. Patuhnya
seseorang terhadap peraturan yang ditetapkan
mempunyai dimensi yang mengacu pada
PENUTUP
dimensi yang dinyatakan Blass, yakni belief
(mempercayai), accept (menerima), dan act Agama tidak dapat dipisahkan dari

(melakukan).77 Dari kepatuhan tersebut, kehidupa nmanusia. Agama adalah amaliah

terlebih patuh pada aturan-aturan agama dan akal manusia yang mempercayai adanya

norma-norma akan juga berdampak pada kekuatan Dzat Yang Maha Tinggi, juga

kehidupan sosial masyarakat yang nantinya amaliah hati manusia yang bertawajjuh

tertib. Sikap percaya, menerima dan memohon kekuata ndan rahmat. Adanya hal

melakukan menjadikan setiap individu tidak yang ghaib (Tuhan) menjadi rujukan utama

tertekan dalam menjalankan suatu peraturan- manusia dalam memohon doa atas

peraturan terutama juga menyangkut agama. permohonan-permohonan yang di inginkan


diyakini dapat dikabulkan. Dalam suatu
Ajaran agama dianggap sebagai norma
agama disamping manusia membutuhkan
bagi pemeluknya, agama juga juga berfungsi
Dzat Yang Maha Tinggi atas
sebagai pengawasan sosial baik itu secara
ketidakberdayaan manusia, agama juga
individu/peroranagan maupun
memiliki segenap undang-undang atau aturan-
kelopok/masyarakat. Hal ini dikarenakan: (a)
aturan tentang kehidupan seperti halnya
agama secara instansi adalah norma bagi
Islam. Aturan-aturan yang ditetapkan dalam
pemeluknya,78 (b) secara ajaran memiliki
suatu agama supaya manusia tetap dalam
fungsi kritis yang sifatnya profetis (kenabian,
fitrah manusia itu sendiri dan mendapat
wahyu), (c) berfungsi sebagai pemupuk
kebahagiaan semasa di dunia maupun hingga
kesolidan antar sesama, (d) berfungsi
akhirat.
Transformatif. Dengan berfungsinya agama
sebagai pengawasan sosial, maka setiap
76
Septi Kusumadewi, dkk, “Hubungan Antara Dukungan Sosial Peer Group dan Kontrol Siri Dengan Kepatuhan
Terhadap Peraturan pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Sukoharjo”, Universitas Sebelas
Maret, 3.
77
Ibid., 3.
78
Middya Boty, “Agama dan Perubahan”, 43.
24
Adapun segenap aturan-aturan dalam berperan sebagai kontrol sosial dalam tatanan
agama Islam yang berupa ritual ibadah baik kehidupan masyarakat, baik itu skala kecil
itu sholat, dzikir, dan hal lainnya yang maupun besar. Pada dasarnya setiap individu
mengarah pada sisi kebaikan merupakan (manusia) cenderung tidak taat terhadap
ajang untuk membersihkan jiwa. Pelaksanaan aturan-aturan (hukum) atau juga dalam diri
ritual-ritual peribadahan dalam suatu agama manusia adanya dorongan untuk melakukan
memberikan dampak yang positif pada sisi pelangggaran norma, nilai, aturan-aturan.
kejiwaan dan nantinya akan berdampak pada Pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan
kesehatan jasmani. Allah sendiri menjanjikan aturan-aturan semacam ini yang menjadi
dalam Qur’an siapa yang mengerjakan ibadah masalah dalam kehidupan masyarakat, dengan
baik itu sholat, dzikir dan lainnya akan begitu peran agama disini sangat diperlukan.
mendapat ketentraman, ketenangan, kesehatan Agama sendiri berisi peraturan-peraturan baik
jiwa dan terhindar dari penyakit jiwa. yang dianjurkan untuk dilakukan maupun
Sehatnya jiwa dalam pandangan agama Islam yang dilarang. Aturan-aturan tersebut
dikenal dengan al-Tibb al-Ruhani. Dari berfungsi untuk mengontrol perilaku
sehatnya jiwa yang terhindar dari gangguan- kehidupan manusia baik secara individu
gangguan kejiwaan maupun penyakit hati maupun kelompok (masyarakat). Seperti
merupakan penunjang utama dalam larangan untuk menyakiti atau membunuh
kehidupan manusia untuk selalu berbuat sesama manusia dan dianjurkan untuk selalu
kebaikan sesuai undang-undang agama. berbuat kebaikan terhadap apapun dan
Dalam dunia Islam mengenai kesehatan jiwa siapapun merupakan salah satu aturan-aturan
dikenal dengan tasawuf yang memainkan dari agama.
“rasa” dalam mengenal Tuhannya. Peran
Ajaran-ajaran agama Islam
tasawuf sendiri juga membersihkan penyakit
sesungguhnya sudah mencakup seluruh
hati dan gejala-gejala penyakit kejiwaan.
kehidupan manusia, baik itu ekonomi, sosial,
Dengan adanya ajaran atau jalan dalam agama
politik dan lainnya. Dengan adanya aturan-
Islam yang dijanjikan manusia nantinya akan
aturan dalam setiap aspek kehidupan
memperoleh kesehatan jiwa, maka agama
masyarakat nantinya berdampak pada perilaku
sangat diperlukan oleh manusia karena ajaran-
tiap individu maupun kelompok menuju arah
ajarannya menyangkut segala kehidupan di
yang lebih baik. Agama disini juga berfungsi
dunia maupun selepas mati
sebagai kontrol sosial dalam kehidupan
Selain berperan dalam memelihara masyarakat agar terhindar dari hal-hal yang
kesehatan jiwa seseorang, agama juga menyimpang. Faktor antar individu maupun

79
Ali Imran, “Peranan Agama dalam Perubahan Sosial Masyarakat”, Hikmah, vol. 2, no. 1, Januari-Juni 2015, 34.
25
kelompok juga berpengaruh sebagai kontrol nilai yang ditetapkan agama dijalankan
sosial disini. Sikap baik atau kebiasaan baik dengan baik, maka kontrol sosial akan dicapai
yang dilakukan secara terus menerus dan secara optimal. Dengan agama, kehidupan
sudah menjadi budaya akan berdampak pada masyarakat menjadi terkontrol dan
individu lain untuk ikut serta berbuat keharmonisan akan tercapai dalam hidup
kebaikan yang sama. Jika aturan-aturan, nilai-

DAFTAR PUSTAKA Agama)”, Istinbath, vol. 15,


Januari 2015.

Faizah, Lumatul, Sri Sadewo, “Prostitusi dan


Affandi, Ghozali Rusyid, Dewanti Ruparin
Kontrol Sosial Masyarakat Sedati
Diah, “Religiusitas Sebagai
Ngoro Mojokerto”, Paradigma,
Prediktor Terhadap Kesehatan
vol. 3, no. 1, 2015.
Mental Studi Terhadap Pemeluk
Agama Islam”, Jurnal Psikologi, Firdaus, “Spiritualitas Ibadah Sebagai Jalan
vol. 6, no. 1, April 2011. Menuju Kesehatan Mental yang
Hakiki”, Al-Adyan, vol. XI, no. 1,
Ahmadi, Bobby, Amsal Amri, “Kontrol
Januari-Juni 2016.
Sosial Masyarakat Terhadap
Eksistensi Kafe Remang-remang”, Gumiandari, Septi, “Kepribadian Manusia
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP dalam Perspektif Psikologi
Unsyiah, vol. 3, no. 1, Februari Agama (Telaah Kritis atas
2018. Psikologi Kepribadian Modern)”,
Holistik, vol. 12, no. 1, Juni 2011.
Amaya, Enung, “Implementasi Agama dalam
Mewujudkan Keluarga Sakinah”, Hadisuprapto, Paulus, “Teori Perilaku
Komunika: Jurnal Dakwah dan Delinkuen (Tinjauan Teoritis):
Komunikasi, vol. 6, no. 1, Januari- Teori Subkulture Delinkuen,
Juni 2012. Teori Netralisasi, Teori Kontrol
Sosial”, 14-30 Nevember 1994.
Ariandi, Purmansyah, “Kesehatan Mental
dalam Perspektif Islam”, Syifa’ Hamali, Syaiful, “Eksistensi Psikologi Agama
Medika, vol. 3, no. 2, Maret 2013. dalam Pengembangan Masyarakat
Islam”, Jurnal Tapis, vol. 8, no. 1,
Boty, Middya, “Agama dan Perubahan Sosial
Januari-Juni 2012.
(Tinjauan Perspektif Sosiologi

26
………., “Sumber Agama dalam Perspektif Terhadap Peraturan pada Remaja
Psikologis”, Kalam: Jurnal Studi Putri di Pondok Pesantren Modern
Agama dan Pemikiran Islam, vol. Islam Assalam Sukoharjo”,
7, no. 1, Juni 2013. Universitas Sebelas Maret.

Hamid, Abdul, “Agama dan Kesehatan Lakonawa, Petrus, “Agama dan Pembentukan
Mental dalam Perpektif Psikologi Cara Pandang Serta Perilaku
Agama”, Jurnal Kesehatan Hidup Masyarakat”, Humaniora,
Tadulako, vol. 3, no. 1, Januari vol. 4, no. 2, Oktober 2013.
2017.
Lembaran Negara Republik Indonesia
Imran, Ali, “Peranan Agama dalam “Undang-undang Republik
Perubahan Sosial Masyarakat”, Indonesia Nomor 18 Tahun 2014
Hikmah, vol. 2, no. 1, Januari-Juni Tentang Kesehatan Jiwa”, no.
2015. 185, 2014.

Kebudayaan, Perubahan Sosial, dan Agama Ma’rufah, Yuanita, “Manfaat Shalat Terhadap
dalam Perspektif Antropologi”, Kesehatan Mental dalam Al-
Harmoni: Jurnal Multikultural Qur’an”, (Skripsi—Universitas
dan Multireligious, vol. 12, no. 2, Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Mei-Agustus 2015. Yogyakarta 2015.

Khasanah, Khuswatun, “Penyimpangan Mayasari, Ros, “Religiusitas Islam dan


Perilaku Remaja dan Kontrol Kebahagiaan (Sebuah Telaah
Sosial di Desa Manunggal dengan Perspektif Psikologi)”, Al-
Kecamatan Kedamean Kabupaten Munzir, vol. 7, no. 2, November
Gresik”, (Skripsi—Universitas 2014.
Islam Negeri Sunan Ampel,
Marchira, Carla R, “Integrasi Kesehatan Jiwa
Surabaya, April 2018.
Pada Pelayanan Primer di
Khodijah, “Agama dan Budaya Malu Sebagai Indonesia: Sebuah Tantangan di
Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Masa Sekarang”, Jurnal
Koruptif”, Sosial Budaya, vol. 15, Manajemen Pelayanan
no. 2, 2018. Kesehatan, vol. 4, no. 3
September 2011.
Kusumadewi, Septi, dkk, “Hubungan Antara
Dukungan Sosial Peer Group dan Mintarti, dkk, “Fungsi Kontrol Sosial Sekolah
Kontrol Siri Dengan Kepatuhan Islam dalam Pencegahan

27
Pergaulan Bebas Remaja”, Indonesia”, Millah, vol. XIII, no.
Mimbar, vol. 29, no. 2, Desember 1, Agustus 2013.
2013.
Purwandari Eny, “Kodel Kontrol Sosial
Mubit, Rizal, “Peran Agama dalam Perilaku Remaja Berisiko
Multikulturalisme Masyarakat Penyalahgunaan Napza”,
Indonesia”, Episteme, vol. 11, no. (Disertasi—Universitas Gadjah
1, Juni 2016. Mada, Yogyakarta, 2015).

Muwangir, Muh, “Zakiah Daradjat dan Putro, Bambang Dharwiyanto, “Masalah


Pemikirannya Tentang Peran Kesehatan Jiwa di Indonesia
Pendidikan Islam dalam dalam Balutan Praktik Public
Kesehatan Mental”. Stigma dan Self Stigma”, Fakultas
Ilmu Budaya Universitas
Nidawati, “Belajar dalam Perspektif Psikologi
Udayana.
dan Agama”, Jurnal Pionir, vol.
1, no. 1, Juli-Desember 2013. Rafika, Citra, “Lemahnya Kontrol Sosial pada
Masyarakat Pedesaan (Studi
Nihayah, Ulin, “Konsep Seni Qasidah Burdah
Kasus Anak-anak dan Remaja
Imam Al-Bushiri Sebagai
Kecanduan Menghidap Lem
Alternatif Menumbuhkan
Aibon di Desa Suka Negeri,
Kesehatan Mental”, Jurnal Ilmu
Kecamatan Topos-Kabupaten
Dakwah, vol. 34, no. 1, Januari-
Lebong”, Fokus: Jurnal Kajian
Juni 2014.
Keislaman dan Kemasyarakat,
Ningsih, Nirda, “Kontrol Sosial Masyarakat vol. 1, no. 1, 2016.
Terhadap Anak dalam Fenomena
Rajab, Khairunnas, “Psikologi Iman Sebagai
Hiburan Joged di Desa Mantang
Penguatan Nilai Teologis dalam
Baru Kecamatan Mantang
Kesehatan Mental Islam”, Sosio-
Kabupaten Bintan”, Universitas
Religia, vol. 9, no. 3, Mei 2010.
Maritim Raja Ali Haji.
Ramli, “Agama dan Kehidupan Manusia”,
Permata, Ahmad Norma, Firdaus Wajdi, dkk,
Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu
“Jurnal Sosiologi Reflektif”, vol.
Sosial, Universitas Negeri Medan.
12, no. 1, Oktober 2017.
Saat, Sulaiman, “Agama Sebagai Institusi
Purnawan, Ida Bagus, “Agama dan
(Lembaga) Sosial (Kajian
Multikultur: Peran Agama
Mewujudkan Multikulturalisme di

28
Sosiologi Agama), vol. 5, no. 2, oleh Penderita Gangguan Jiwa”,
Juli-Desember 2016. vol. 3, no. 3, Desember 2015.

Setiyani, Wiwik, Keragaman Perilaku Wahidmurni, “Pemaparan Metode Penelitian


Beragama, (Yogyakarta: Kualitatif”, Dosen Fakultas Ilmu
Dialektika, September 2018). Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Maulana Malik
…………., “Analisis Keagamaan Perspektif
Ibrahim Malang, Juli 2017.
Teologi Skizonfrenia”, Religio:
Jurnal Studi Agama, vol. 1, no. 2, Yusuf, Ah, Rizky Fitriyasari, dkk,
September 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa,
(Jakarta Selatan: Salemba
…………., “Tipologi dan Tata Kelola
Medika, 2015).
Resolusi Konflik Ditinjau dari
Perspektif Teori Sosial Konflik”,
Teosofi: Jurnal Tasawuf dan
Web:
Pemikiran Islam, vol. 6, no. 2,
Desember 2016. Luaydpk.wordpress.com.

…………..., “Tindakan Bisosiatif Orang-orang


Banjar Terhadap Dealektika Q.S. Ar-Rum: 30.
Lingkungan (Outsider)”,
Q.S. An-Nisa: 175.
Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya. Q.S. Yunus: 57.

Subandi, “Kesehatan Jiwa dalam Perspektif Q.S. Al-Ankabut: 45.


Budaya dan Agama”,
Q.S. Al-Baqarah: 186.
(Pengukuhan Guru Besar--
Q.S. ar-Ra’d: 28.
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 27 Oktober 2015). Q.S. An-Nisa’: 59.

Subu, Muhammad Arsyad, “Pemanfaatan Q.S. Al-Qashas: 84.


Terapi Tradisional dan Alternatif

29
30

Anda mungkin juga menyukai