Anda di halaman 1dari 13

Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan

ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


BERDASARKAN PEMANFAATAN PIK-KRR DI SMA NEGERI 1 NGUTER

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

KIKI OLGAVIANITA
J410110043

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

Fakultas Ilmu Kesehatan 2


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

PERBEDAAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


BERDASARKAN PEMANFAATAN PIK-KRR DI SMAN I NGUTER

Kiki Olgavianita, Yuli Kusumawati, Kusuma Estu Werdani

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan,


Universitas Muhammadiyah Surakarta

kikiolga80@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu masalah yang harus diperhatikan dalam perkembangan remaja adalah kesehatan
reproduksinya yang meliputi sistem, fungsi, dan proses reproduksi agar selalu sehat. PIK-
KRR merupakan suatu wadah bagi para remaja, yang bertujuan untuk memberikan informasi
terkait dengan kesehatan reproduksi remaja.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
perbedaan pengetahuan kesehatan reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N
1 Nguter di Kabupaten Sukoharjo.Penelitian ini menggunakan metode obervasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Nguter. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa sebanyak 386, dengan jumlah sampel sebanyak 120 siswa.
Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Analisis data menggunakan
Man Whitney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan kesehatan
reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter (p=0,000).
Kata kunci : Pengetahuan, Kesehatan Reproduksi, PIK-KRR.

ABSTRACK
One of the problems that must be considered in the development of the reproductive health of
adolescent is covering systems, functions, and processes of reproduction to keep healthy.
PIK-KRR has become an institution for the youth, which aims to provide information related
to adolescent reproductive health. The purpose of this study was to determine differences in
reproductive health knowledge gaps based on the utilization of PIK-KRR in SMA N 1 Nguter
in Sukoharjo. This study uses observasional analytic with cross sectional approach. This
study was conducted in SMA N 1 Nguter. The population in this study is 386 students, with a
total sample of 120 students. Sampling using stratified random sampling. Data analysis
using man whitney. The result showed no difference In reproductive heath knowledge is
based on the utilization of PIK-KRR in SMA N 1 Nguter (p=0,000).
Keyword: Knowledge. Reproduction health. PIK-KRR

Fakultas Ilmu Kesehatan 3


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

infeksi penyakit menular seksual (PMS),


PENDAHULUAN HIV dan AIDS, serta penyalahgunaan
Remaja merupakan masa transisi
seseorang dari masa anak-anak untuk napza(BKKBN, 2009). Badan
menuju masa dewasa. Remaja memiliki Kependudukan dan Keluarga Berencana
keunikan dalamtahap pertumbuhan dan Nasional(BKKBN) (2012) menyimpulkan
perkembangannya yang pesat secara fisik, bahwa lebih dari seperlima remaja laki-
psikologis maupun sosial. Remaja laki sudah meraba-raba saat berpacaran
merupakan masa yang penuh dengan dan lebih dari 40% remaja pernah
goncangan dan stres karena masalah berciuman.
yang dialami terlihat begitu kompleks
Data pusat informasi dan
(Depkes, 2011).
layanan remaja (PILAR) dan
Salah satu masalah yang harus Perkumpulan Keluarga Berencana
diperhatikan dalam perkembangan remaja Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012
adalah kesehatan reproduksinya yang mengenai kesehatan reproduksi
meliputi sistem, fungsi, dan proses yaituremaja yang melakukan hubungan
reproduksi agar selalu sehat. Pengertian seksual dan hamil pranikah masih tinggi.
sehat disini tidak semata-mata bebas Menurut catatan PKBI, pada tahun
penyakit atau bebas dari kecacatan tetapi 2010 sebanyak 379 (58%) remaja dari
sehat secara mental, sosial dan kultural. jumlah seluruh remaja yang berkonsultasi
PIK-KRR merupakan suatu wadah tentang kesehatan reproduksi di PILAR
konseling kesehatan reproduksi (KRR) PKBI, yang melakukan hubungan seksual
bagi para remaja, yang bertugas pranikah mencapai 98 (26%), hamil
memberikan informasi terkait dengan pranikah mencapai 85 (21%)dan pada
kesehatan reproduksi remaja. Wadah ini tahun 2011 sebanyak 821 (28%) remaja
bertujuan untuk memberikan informasi dari jumlah seluruh remaja yang
dan fakta kepada remaja agar mereka berkonsultasi tentang kesehatan
memiliki pengetahuan yang cukup untuk reproduksi di PILAR PKBI, yang
mengambil suatu keputusan mengenai melakukan hubungan seksual pranikah
tindakan yang akan diambil. Muatan mencapai 193 (20%), hamil pranikah
pendidikan yang disarankan dalam materi mencapai 79 (9%) dan sebanyak 52%
pemberian konseling KRR antara lain remaja yang melakukan hubungan
seksualitas, penyakit menular seksual seksual pranikah berkisar usia 15-19
(PMS) termasuk HIV/AIDS, dan napza. tahun(PILAR PKBI Jateng, 2012)

Departemen Kesehatan(2011) Banyak hal yang dapat


menyimpulkan bahwa jumlah populasi dilakukan oleh remaja untuk dapat
remaja cukup besar yaitu 18,3% dari total menyalurkan dorongan seksual yang
penduduk (> 43 juta). Besarnya jumlah dialami seperti melakukan berbagai
populasi remaja tersebut dapat aktivitas olahraga maupun beribadah
meningkatkan permasalahan yang akan untuk lebih mendekatkan diri kepada
dialami oleh remaja berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan remaja yang belum
masa tumbuh kembangnya. Masalah menikah biasa mengalihkan perilaku
remaja yang serius terjadi berkaitan seksualnya dengan cara masturbasi atau
dengan seksualitas seperti kehamilan onani dan berperilaku pacaran yang baik
tidak diinginkan (KTD) dan aborsi, (PKBI, 2007).BKKBN melakukan upaya
terpadu dari berbagai bidang yang

Fakultas Ilmu Kesehatan 4


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

bertujuan untuk memberikan informasi 0,946dan signifikansi 0,000 dengan


kesehatan reproduksi sedini mungkin pada tingkathubungan kuat sekali.
remajayaitu melalui Pusat Informasi dan
KonselingKesehatan Reproduksi Remaja Berdasarkan penelitian Maryatun
(PIK KRR)atau PIK Remaja. Program (2011) tentang Metode Clinic –Based dan
ini bertujuan agar pengetahuan remaja Community Empowerment pada
meningkat, sehingga remaja mampu Pemberdayaan Pendidik dan Konselor
bertindak dengan penuh Sebaya dalam Program Kesehatan
tanggungjawab(Rahmadiliyani, 2010). Reproduksi Remaja di Kabupaten
Sukoharjo, dari kegiatan yang dilakukan
Keberadaan dan peranan PIK- dengan memberikan penyuluhan
KRR ini sangat berguna untuk pendidikan kesehatan reproduksi remaja
meningkatkan status kesehatan sebagian besar sudah dapat berjalan
reproduksi melalui pemberian dengan baik. Akan tetapi masih terdapat
informasi, pelayanan konseling, rujukan sebagian kecil sekolah yang belum
pelayanan medis, pendidikan kecakapan maksimal dalam melaksanakan kegiatan
hidup (life skills education), serta pendampingan ini.Dari 20 PIK KRR yang
kegiatan penunjang lainnya. telah terbentuk terdapat 6 sekolah (30%)
Pembentukan PIK-KRR merupakan wadah belum dapat maksimal dalam kegiatan
kegiatan pemberdayaan remaja dalam pengabdian masyarakat.
pengenalan pendidikan kesehatan
reproduksi. PIK-KRR di Jakarta Utara Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
sudah dibentuk sejak tahun 2005 dengan telah membentuk 20 PIK KRR dengan
jumlah 30 PIK-KRR. Sedangkan di Bali, melibatkan peran serta SMU/ SMK.
pada tahun 2009 memilikisejumlah 54 Berdasarkan hasil survei pendahuluan
PIK-KRR. Pembentukan PIK-KRR diperoleh informasi bahwa terdapat 20
tersebut dibentuk di Sekolah Menengah sekolah yang telah melakukan kerja sama
Umum (SMU) yang berada di 8 dengan pihak puskesmas di wilayahnya,
Kabupaten/Kota Bali.Pembentukan PIK- untuk menyelenggarakan program PIK-
KRR di wilayah NTB juga sudah dimulai KRR. Meskipun demikian hanya SMA N
sejak tahun 2009 dan mencapai 222 unit di 1 Nguter yang memiliki kepengurusan
Sekolah Menengah Umum (SMU) yang PIK-KRR. Kegiatan PIK-KRR di 19
tersebar di berbagai kabupaten/kota di sekolah mengikuti program yang
Provinsi NTB (Aryani, 2010). diselenggarakan oleh pihak puskesmas.
Oleh karena itu, peneliti memfokuskan
Berdasarkan penelitian dari untuk melakukan penelitian di SMA N 1
Nunung & Firman (2013) dapat Nguter. Berdasarkan survei pendahuluan
disimpulkan bahwa,persepsi siswa SMP N yang dengan memberikan kuesioner
2 Pariaman tentang pelaksanaan kepada 20 siswa di SMA N 1 Nguter,
programkegiatan PIK-KRR berada pada diketahui sebanyak 35% memiliki
kategoricukup dengan persentase sebanyak pengetahuan baik dan 65% memiliki
33,33% dan peranan siswa dalam pengetahuan buruk tentang kesehatan
mengikuti kegiatanPIK-KRR berada pada reproduksi. Pemanfaatan PIK-KRR di
kategori cukupdengan persentase sebanyak sekolah tersebut hanya dilakukan oleh para
40,47% . Hasil penelitian tersebut anggota OSIS, karena mereka diharapkan
menunjukan ada hubungan yang signifikan bisa menjadi peer-educator untuk teman-
antarapersepsi dengan peranan siswa teman yang lain.
dalampelaksanaan program kegiatan PIK-
KRRdengan pearson correlation sebesar

Fakultas Ilmu Kesehatan 5


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

Pengetahuan tentang kesehatan HASIL


reproduksi sangatlah penting diberikan di A. Karakteristik Responden
sekolah.Hal ini bertujuan agar para siswa
mendapatkan pemahaman yang lebih baik Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden SMA N 1 Nguter
tentang kesehatan reproduksi. PIK KRR
merupakan suatu wadah kegiatan Umur (tahun) F %
pemberdayaan remaja dalam pengenalan 15-17 108 90
pendidikan kesehatan reproduksi. Hasil 18-19 12 10
Total 120 100
survei pendahuluan di SMA N 1 Nguter Jenis Kelamin F %
dengan 20 siswa menunjukkan Laki-laki 57 47,5
pengetahuan rendahsebanyak 11 siswa dan Perempuan 63 52,5
Total 120 100
hanya 8 siswa yang memanfaatkan PIK- Kelas n
KRR di sekolah. Oleh karena itu, peneliti X 246
tertarik untuk menganalisis perbedaan XI 185
XII 201
pengetahuan kesehatan reproduksi Total 632
berdasarkan pemanfaatan PIK-KRR di
SMA N 1 Nguter di Kabupaten Sukoharjo. Lebih dari separuh responden berjenis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelamin perempuan yakni sebanyak 63
perbedaan pengetahuan kesehatan orang (52,5%) dengan kelompok umur
reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK- tertinggi terdapat pada kelompok umur 15-
KRR di SMA N 1 Nguter di Kabupaten 17 tahunsebanyak 108 orang (90%).
Sukoharjo.

METODE PENELITIAN Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan


Penelitian ini adalah penelitian Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
observasional, dengan pendekatan Cross
sectional, lokasi penelitian ini di SMA N Pengetahuan f % Mean Min Max

1 Nguter pada bulan September 2015. Baik 67 55,8 83,12 50 100


Populasi dalam penelitian ini adalah 386 Cukup 48 40,0
Kurang 5 4,2
siswa dengan jumlah sampel sebanyak
Total 120 100
120 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan
stratified random sampling. Analisis Lebih dari separuh responden yakni
univariat dilakukan untuk menjelaskan sebanyak 67 siswa (55,8%) memiliki
atau mendeskripsikan karakteristik pengetahuan baik dan hanya 5 siswa
responden meliputi umur, jenis kelamin, (4,2%) yang memiliki pengetahuan rendah
serta mendeskripsikan variabel penelitian tentang kesehatan reproduksi. Skor rata-
yaitu pengetahuan dan pemanfaatan rata pengetahuan kesehatan reproduksi
.Analisis bivariat dilakukan untuk yaitu 83,12 dengan skor terendah 50 dan
mengetahui perbedaan terhadap dua tertinggi 100.
variabel dengan menggunakan uji
statistikMan whitney.

Fakultas Ilmu Kesehatan 6


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

termuda yaitu 15 tahun sejumlah 8


Pemanfaatan PIK-KRR
responden dan responden dengan umur
tertua ialah 19 tahun dengan jumlah 2
responden.
Menurut Soetjiningsih
YA
TIDAK (2007),remaja akan mengalami masa
47%
53,3% perkembangan, salah
satunyaperkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif manusia
sendiriberkembang secara bertahap, untuk
remaja yang berusia 15-17 tahun akan
masuk pada masa penyesuaian dari anak
Gambar 1.Distribusi dan Data Pemanfaatan PIK-KRR ke remaja.Pada stadium ini
kemampuanberpikir remaja bersifat
Dari 120 responden 59 (47 %) responde deduktif–hipotesis. Kemampuan ini
memanfaatkan PIK KRR, dan 67 (53,3%) membuat remajamemikirkan dulu dan
responden tidak memanfaatkan PIK-KRR menganalisa suatu masalah dengan
di sekolah. membuat suatu strategi penyelesaian,
sehingga pada usia ini remaja dapat
B. Analisis Bivariat menyikapi dengan tepat terkait
1. Perbedaan Pengetahuan pemanfaatan PIK-KRR di sekolahnya dan
Kesehatan Reproduksi memahami tentang kesehatan reproduksi.
Bersasarkan Pemanfaatan PIK-
KRR 2. Kelas Responden
Tabel 3. Data perbedaan skor pengetahuan kesehatan
Hasil penelitian terkait distribusi
reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK-KRR kelas diketahui responden dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI dan XII SMA N
Skor Pengetahuan Pemanfaatan PIK-KRR
Ya Tidak
1 Nguter. Jumlah siswa kelas XI sebanyak
Mean m Mean Ranks 90,38 34,36 58 siswa dan kelas XII sebanyak 62 siswa.
N 56 64 Pengambilan responden berdasarkan kelas
P-value 0 0,000 ini dipilih atas permintaan guru pembimbing
lapangan masing-masing sekolah, kelas yang
diperbolehkan dijadikan penelitian, yaitu
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XII IPA 1 dan XII
hasil uji hipotesis menyimpulkan ada IPA 2. Kemudian jumlah responden
perbedaan pengetahuan kesehatan terbanyak yaitu dari kelas XII sebanyak 62
kesehatan reproduksi berdasarkan responden (52%). Siswa kelas XI lebih
pemanfaatan PIK-KRR (p=0,000). banyak memanfaatkan PIK-KRR sekolah
sebanyak 30 siswa dan hanya 26 siswa kelas
PEMBAHASAN XII yang memanfaatkan PIK-KRR. Alasan
A. Karakteristik Responden peneliti tidak mengambil kelas X, karena
1. Umur Responden mereka masih terhitung siswa dengan
Hasil penelitian terkait umur tahun ajaran baru yang memungkinkan
responden diketahui sebagian besarpada belum semuanya paham PIK-KRR di
kelompok umur 15-17 tahun dengan sekolah.
jumlah 108 responden (90%), dan umur
Hasil diatas menyebutkan bahwa
18-19 tahun hanya sejumlah 12 responden
responden terbanyak berasal dari kelas
(10%) dengan rata-rata16,63 ± 0,8.
XII sebanyak 62 (52%) siswa. Siswa yang
Sedangkan responden dengan umur
Fakultas Ilmu Kesehatan 7
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

sudah memasuki kelas XII akan menjadi sebanyak67responden ( 55,8%) dan


senior, termasuk senior dalam organisasi kategori cukupsebanyak48 responden
di sekolah baik OSIS maupun kegiatan (40,0 %). Sebanyak 47 responden (39%)
ekstakurikuler. Status siswa kelas XII memiliki skor tertinggi 100, sedangkan
sangat efektif untuk menjadi peer- sebanyak 5 responden memiliki skor
educator, sehingga dapat mengajak terendah yaitu 50. Hal ini menunjukkan
sekaligus mempromosikan kegiatan PIK- bahwa responden memiliki pengetahuan
KRR kepada teman-temanya atapun adik cukup baik tentang kesehatan reproduksi,
kelasnya agar lebih aktif untuk datang di karena lebih dari setengah jumlah
PIK-KRR sekolah. responden memiliki pengetahuan dengan
kategori baik, dan hanya 5 responden saja
3. Jenis Kelamin Responden yang memiliki pengetahuan dengan
Hasil penelitian terkait jenis kelamin kategori kurang.
responden diketahui bahwa, responden
laki-laki lebih sedikit dibandingkan Peningkatan pengetahuan reponden
responden perempuan dengan jumlah 57 tentang kesehatan reproduksi dapat di
responden laki laki (47,5%), sedangkan upayakan menjadi media promosi. Salah
responden dengan jenis kelamin satunya yaitu dengan tugas dari guru
perempuan sebesar 63 responden (52,5%). pembimbing untuk pembuatan mading
Pemanfaatan PIK-KRR oleh responden bertema kesehatan reproduksi dan bagi
laki-laki sebanyak 31 (25,8%) siswa lebih siswa yang telah berkompeten dapat
besar daripada responden perempuan yang menjadi peer-educator kepada teman-
hanya sebanyak 28 (23,3%) siswa. temanya di sekolah yang memungkinkan
Aktivitas pemanfaatan PIK-KRR juga dapat menyampaikan informasi
oleh seluruh responden laki-laki yaitu, terkait kesehatan reproduksi kepada
berkonsultasi secara aktif dengan guru keluarga dan masyarakat.
pembimbing terkait kesehatan reproduksi.
Sedangkan hanya sebesar 9 (7,5%) Hasil penelitian Niken (2012)
responden perempuan yang melakukan hal tentang pengaruh bimbingan kelompok
tersebut, sisanya 19 (15,8%) responden terhadap tingkat pengetahuan tentang
lebih memilih membaca buku tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP
kesehatan reproduksi. diketahui bahwa bimbingan kelompok
Menurut Hamzah (2010), perbedaan berpengaruh terhadap peningkatan rata-
gaya belajar menunjukkan cara tercepat rata tingkat pengetahuan kesehatan
dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa reproduksi remaja secara bermakna
menyerap sebuah informasi dari luar dengan selisih rata-rata sebesar (-)9.07 dan
dirinya. Dari pengertian tersebut gaya taraf signifikansi atau p value sebesar 0,00
belajar responden laki-laki yang (ρ<0,05). Dari hasil tersebut dapat
memanfaatkan PIK-KRR lebih tertarik disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
untuk menerima pengetahuan tentang antara bimbingan kelompok terhadap
pengetahuan kesehatan reproduksi secara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi
lisan dengan berkonsultasi daripada remaja.
responden perempuan yang lebih suka
Hasil penelitian ini sejalan dengan
menerima materi daripada membaca.
Budiono dan Sulistyowati (2012) tentang
B. Pengetahuan Kesehatan
peran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Reproduksi dalam penyampaian informasi kesehatan
Tingkat pengetahuan responden
reproduksi terhadap siswa SMP. Penelitian
tentang kesehatan reproduksi diketahui
ini menunjukkan bahwa, pengetahuan
yang masuk kategori baik
Fakultas Ilmu Kesehatan 8
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

responden baik karena pelaksanaan Trias reproduksi, akan tetapi guru pembimbing
UKS di lokasi penelitian sudah juga selalu menambahkan materi tentang
dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kesehatan reproduksi pada saat pelajaran
sekolah juga mengadakan kegiatan BK (Bimbingan Konseling) di kelas,
pelatihan kader kesehatan (PMR) oleh sehingga memungkinkan siswa untuk
tenaga kesehatan (puskesmas) sehingga mendapatkan informasi tentang kesehatan
dibentuk kader yang bertugas reproduksi di setiap waktu.
menyampaikan ke semua murid. Sekolah
tersebut juga menyediakan media promosi Tujuan dilaksanakan kegiatan PIK-
di UKS berupa, poster, leaflet, flip chart, KRR di sekolah adalah untuk memberikan
buku-buku terkait kesehatan reproduksi. informasi tentang kesehatan reproduksi
yang dapat mengembangkan kegiatan di
C. Pemanfaatan PIK-KRR (Pusat PIK-KRR untuk mewujudkan remaja yang
Informasi Konseling Kesehatan berperilaku sehat. Pentingnya kegiatan
Reproduksi Remaja) PIK-KRR bagi siswa adalah untuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengakomodir kebutuhan remaja serta
jumlah siswa yang memanfaatkan PIK- mendapatkan informasi secara lengkap
KRR di SMAN 1 Nguter sebanyak 59 tentang kesehatan organ reproduksi serta
responden (46,8%) dan yang tidak sopan santun dalam bertingkah laku.
memanfaatkan PIK-KRR sebanyak 67
(53,2%). Hal ini menunjukkan bahwa Penelitian dari Nunung dan Firman
responden baru sebagian saja yang (2013) tentang hubungan persepsi dengan
memanfaatkan PIK-KRR di sekolah peranan siswa dalam pelaksanaan program
walaupun hanya selisih 6,4 %. Responden PIK-KRR di SMP N 2 Pariaman
yang memanfaatkan PIK-KRR di sekolah menyimpulkan bahwa, secara keseluruhan
lebih banyak untuk berkonsultasi dengan siswa yang memiliki peranan dalam
guru dan membaca buku tentang kesehatan mengikuti kegiatan PIK-KRR dalam
reproduksi. Sedangkan dari 67 responden kategori baik sebesar 28,56 %. Sedangkan
yang tidak memanfaatkan PIK-KRR, peranan siswa yang menyatakan cukup
responden menjelaskan bahwa mencari dalam mengikuti kegiatan PIK-KRR
informasi kesehatan reproduksi dengan sebanyak 40,47 % dan siswa yang
mengakses internet, yaitu sejumlah 58 memiliki peranan kurang dalam mengikuti
responden, 2 responden dari mengikuti kegiatan PIK-KRR sebanyak 30.94 %.
penyuluhan bidan desa dan 7 lainya dari
Remaja perlu mendapatkan informasi
orang tua mereka. yang benar dari sumber yang terpercaya
PIK-KRR di SMA N 1 Nguter dapat sehingga mendapatkan informasi yang
terlaksana karena adanya ketersediaan benar tentang kesehatan reproduksi.
ruangan, sarana dan prasarana yang Mengingat remaja hampir menghabiskan
mewadahi. Berdasarkan hasil observasi waktu kurang lebih 8 jam di sekolah, PIK-
dengan ruangan yang cukup luas dan KRR sekolah sangat berguna bagi remaja
terdapat buku-buku tentang kesehatan untuk mendapatkan informasi yang benar
reproduksi akan memudahkan dan tentang kesehatan reproduksi. Hal ini
memberi kenyamanan bagi siswa yang dapat menghindari perilaku negatif secara
ingin datang untuk melakukan kegiatan langsung terutama di era globalisasi seperti
PIK-KRR sekolah. Kegiatan PIK-KRR di sekarang ini yang mana informasi dapat
SMA N 1 Nguter tidak hanya mendorong masuk dengan mudahnya.
siswa untuk datang berkonsultasi ataupun
Menurut BKKBN (2008),
membaca buku tentang kesehatan
arah kebijakan dari PIK-KRR ( Program
Fakultas Ilmu Kesehatan 9
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

Informasi Konseling Kesehatan responden lebih tertarik untuk mencari


Reproduksi Remaja ) adalah mewujudkan informasi kesehatan reproduksi dengan
Tegar Remaja dalam rangka Tegar mengakses internet.
Keluarga untuk mencapai Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera. Tegar Remaja adalah Hasil penelitian ini sejalan dengan
membangun setiap remaja Indonesia penelitian dari Nunung (2013) bahwa,
menjadi TEGAR, yaitu menunda usia persepsi siswa tentang pelaksanaan
perkawinan, remaja yang berperilaku programkegiatan PIK-KRR berada pada
sehat, menghindari resiko TRIAD KRR kategori cukup dengan persentase
(Seksualitas, HIV dan AIDS dan Napza), sebanyak 33,33%. Peranan siswa dalam
menginternalisasi norrma-norma keluarga mengikuti kegiatan PIK-KRR sekolah
kecil bahagia sejahtera dan menjadi berada pada kategori cukup dengan
contoh, idola, teladan, dan model bagi persentase sebanyak 40,47%. Terdapat
remaja-remaja sebayanya dalam rangka hubungan yang signifikan antara persepsi
TEGAR KELUARGA untuk mencapai dengan peranan siswa dalam pelaksanaan
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. program kegiatan PIK-KRRdengan
Pearson Correlation sebesar 0,946 dan
D. Perbedaan pengetahuan signifikansi 0,000 dengan tingkat
kesehatan reproduksi berdasarkan hubungan kuat sekali.Dengan demikian
pemanfaatan PIK-KRR remaja yang memanfaatkan PIK-KRR di
Hasil penelitian menyimpulkan sekolah akan memiliki pemahaman yang
bahwa, terdapat perbedaan pengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi
kesehatan reproduksi berdasarkan sehingga dapat menghindari perilaku
pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 menyimpang ataupun masalah kesehatan
Nguter (p=0,000). Hal ini terbukti bahwa reproduksi seperti KTD, NAPZA, IMS.
program PIK-KRR (Pusat Informasi Kemudian akan mewujudkan Tegar
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) Remaja yaitu menunda usia perkawinan,
sangat berpengaruh sebagai salah satu remaja yang berperilaku sehat,
wadah informasi tentang kesehatan menghindari resiko TRIAD KRR
reproduksi di sekolah yang mana siswa (Seksualitas, HIV dan AIDS dan Napza),
dapat langsung mendatangi PIK-KRR untuk mencapai Keluarga Kecil Bahagia
sekolah untuk membaca buku kesehatan Sejahtera.
reproduksi ataupun berkonsultasi dengan
guru sehingga dapat secara efektif
mendapatkan informasi yang benar dan
terpercaya.
Jumlah responden penelitian yaitu
120 responden, dari jumlah tersebut 56
(47%) responden sudah memanfaatkan
PIK-KRR dengan memiliki pengetahuan
kesehatan reproduksi yang baik. Siswa
yang memanfaatkan PIK-KRR di sekolah,
rata-rata untuk berkonsultasi dengan guru
dan membaca buku tentang kesehatan
reproduksi. Sedangkan responden yang
belum memanfaatkan PIK-KRR, memiliki
alasan karena mereka belum bisa terbuka
dengan guru untuk menceritakan tentang
hal-hal kesehatan reproduksi dan
Fakultas Ilmu Kesehatan 10
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

SIMPULAN DAN SARAN Bagi Guru BK hendaknya lebih


A. Simpulan mempromosikan PIK-KRR agar tidak hanya
sebagian siswa saja yang memanfaatkan
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kegiatan PIK-KRR di sekolah akantetapi
kelamin, laki-laki sebanyak 57 responden secara menyeluruh, sehingga dapat
(47,5%) dan perempuan sebanyak 63 meningkatkan pengetahuan dan
responden (52,5%). Rata-rata umur memanfaatkan fasilitas di PIK-KRR serta
responden yaitu 16,63 ± 0,8. dapat dicontoh di sekolah-sekolah yang
belum memiliki PIK-KRR mandiri di
2. Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 sekolah.
Nguter yaitu, responden yang memanfaatkan
PIK-KRR sebanyak 59 responden (47 %) c. Bagi Dinas Kesehatan
dan responden yang tidak memanfaatkan Bagi Dinas Kesehatan agar
PIK-KRR sebanyak 67 (53%). memonitoring pelaksanaan PIK-KRR
supaya dalam mempromosikan program
3. Tingkat pengetahuan kesehatan
PIK-KRR berjalan mandiri di semua
reproduksi di SMA N 1 Nguter yaitu, lebih
sekolah.
dari setengah dari jumlah siswa di SMA N 1
d. Bagi Peneliti Lain
Nguter memiliki pengetahuan dalam
Bagi peneliti lain yang berminat untuk
kategori baik sebanyak 67 responden
melakukan penelitian serupa bisa mengganti
(55,8%) dan hanya 5 responden (4,2%) yang
atau menambahkan variabel penelitian ini
memiliki pengetahuan kurang.
dengan variabel lainnya, misalnya tentang
4. Perbedaan pengetahuan kesehatan sikap dan perilaku pemanfaatan PIK-KRR di
reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK- SMA N 1 Nguter.
KRR diperoleh nilai rata-rata yang
memanfaatkan PIK-KRR 19,63±1,019 dan DAFTAR PUSTAKA
skor rata-rata yang tidak memanfaatkan
PIK-KRR yaitu, 13,98±2,027. Hasil uji
BKKBN. 2008. Kurikulum Dan Modul
hipotesis menyimpulkan bahwa, ada
Pelatihan Pengelolaan Pusat
perbedaan pengetahuan kesehatan
Informasi Dan Konseling
reproduksi berdasarkan pemanfaatan PIK-
Kesehatan Reproduksi
KRR di SMA N 1 Nguter (p=0,000).
Remaja(PIK-KRR). Jakarta :
Direktorat Remaja Dan
Perlindungan Hak-Hak
B. Saran Reproduksi.

a. Bagi Siswa BKKBN.2008. Panduan Pengelolaan


Bagi siswa hendaknya dapat lebih aktif Pusat Informasi Dan
untuk mengunjungi PIK-KRR Sekolah agar Konseling Kesehatan Reproduksi
lebih memahami pengetahuan kesehatan Remaja (PIK-KRR). Jakarta :
reproduksi dan dapat menjadi remaja Direktorat Remaja Dan
berperilaku sehat. Perlindungan Hak-Hak
Reproduksi.
b. Bagi Guru BK

Fakultas Ilmu Kesehatan 11


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

BKKBN. 2009. Panduan Pengelolaan Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi


Pusat Informasi Dan Penelitian kesehatan. Jakarta :
Konseling Kesehatan Reproduksi Rineka Cipta.
Remaja (PIK-KRR). Jakarta :
Direktorat Remaja Dan Nunung, dkk. 2013. Hubungan Persepsi
Perlindungan Hak-Hak dengan Peanan Siswa dalam
Reproduksi. Pelaksanaan Program Kegiatan
Pusat Informasi Konseling
BKKBN. 2011. Kajian Profil Penduduk Kesehatan Reproduksi Remaja di
Remaja 10 –24 Tahun : Ada SMP N 2 Pariaman. Jurnal Vol 2,
apa dengan Remaja?. Policy Brief No 1 Tahun 2013: Universitas
Puslitbang Kependudukan – Negeri Padang
BKKBN. Seri No.6/Pusdu-
BKKBN/Desember 2011. PILAR PKBI Jateng. 2012.Penelitian
Perilaku Seksual Remaja.
BKKBN. 2012 . Remaja Genre dan Semarang. Divisi Layanan PILAR
Perkawinan Dini. Jakarta :
Direktorat Remaja Dan Soetjiningsing. 2004.Tumbuh Kembang
Perlindungan Hak- Hak Remaja Dan Permasalahannya.
Reproduksi. Jakarta:Sagung Seto

Budiono, M & Sulistyowati, M. 2012. Peran


UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
Soetjiningsih. 2007.Tumbuh kembang
dalam Penyampaian Informasi
Remaja dan Permasalahannnya.
Kesehatan Reproduksi Terhadap
Jakarta: CV Sagung Seto
Siswa SMP N X di Surabaya.
Fakultas Kesehatan Masyarakat : WHO. 2015. Adolescenthealth Health.
Universitas Airlangga Diakses : 20 Oktober 2015
Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel http://www.who.int/topics/adolescenthealth/
untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. WHO.2015.ReproductiveHealth.Diakses :
Yogyakarta: Gadjah Mada 20 Oktober 2015
University Press.
http://search.who.int/search?q=reproductive
Murti, B. 2013. Desain dan Ukuran Sampel +health&ie=utf8&site=who&client=_en_r&
untuk Penelitian Kuantitatif dan proxystylesheet=_en_r&output=xml_no_dtd
Kualitatif di Bidang Kesehatan. &oe=utf8&getfields=doctype
Yoyakarta : UGM Press.
Widayanto, Joko. 2010. SPSS For Windows
Notoatmodjo, S. 2007 . Pendidikan dan Untuk Analisis Data Statistik dan
Perilaku kesehatan , Cetakan 2 Penelitian.Surakarta : BP-FKIP
Jakarta : PT.Rineka Cipta. UM

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Widyastuti.2009.KesehatanReproduksi.Yog


Penelitian Kesehatan. Jakarta: yakarta:Fitramaya
Rineka Cipta.
Fakultas Ilmu Kesehatan 12
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Perbedaan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
ARTIKEL PENELITIAN Pemanfaatan PIK-KRR di SMA N 1 Nguter

Wijayanti, R. Swasti, K G dan Rahayu, E.


2007. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Terhadap Perilaku
Seksual Remaja pada Siswa SMA
di Kecamatan Baturraden dan
Purwokerto. Jurnal Program
Sarjana Keperawatan Universitas
Jenderal Soedirman. Vol. 2, No. 2
Juli 2007

Fakultas Ilmu Kesehatan 13


Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai