Disusun oleh :
Kelompok 8
Kelas :A
Puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat
iman, islam, dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Agama dan Kesehatan Mental” sesuai yang diharapkan. Kemudian sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad saw yang kelak akan
memberikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah nanti, aamiin ya Rabbal’alamin.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama. Kami
sudah berusaha menyusun makalah ini selengkap mungkin. Dan kami mengucapakan
terima kasih kepada Bapak Abdul Khobir, M.Ag. yang telah memberikan tugas kepada
kami. Kami juga menerima saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan
makalah mendatang. Akhirnya makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu
mahasiswa dan menambah wawasan dan pengetahuan. Amin ya robbal ‘alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
A. Pengertian Agama dan Kesehatan Mental ...............................2
B. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kesehatan Mental.....................2
C. Hubungan antara Manusia dan Agama ...................................3
D. Pengaruh Agama terhadap Kesehatan Mental ......................4
E. Gangguan dalam Kesehatan Mental dan Terapi Agama ........5
iii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan agama dan kesehatan mental?
2. Apa saja ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental?
3. Bagaimana hubungan antara manusia dan agama?
4. Bagaimana pengaruh agama terhadap kesehatan mental?
5. Apa yang dimaksud dengan gangguan dalam kesehatan mental?
6. Bagaimana terapi keagamaan menanggulangi gangguan kesehatan mental?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari agama dan kesehatan mental
2. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental
3. Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan agama
4. Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap kesehatan mental
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan gangguan dalam kesehatan
mental
6. Untuk mengetahui terapi keagamaan dalam menanggulangi gangguan
kesehatan mental
1
BAB II
PEMBAHASAN
ِّدْيُن اْلَقِّيُۙم َو ٰل ِكَّن َاْكَث َر الَّن اِس اَل َيْع َلُم ْو َۙنLLَفَاِقْم َو ْج َهَك ِللِّدْيِن َحِنْيًفۗا ِفْطَر َت ِهّٰللا اَّلِتْي َفَطَر الَّناَس َع َلْيَهۗا اَل َتْبِد ْيَل ِلَخ ْلِق ِهّٰللاۗ ٰذ ِل َك ال
۞
ُمِنْيِبْيَن ِاَلْيِه َو اَّتُقْو ُه َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو اَل َتُك ْو ُنْو ا ِم َن اْلُم ْش ِرِكْيَن.
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-
Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah.
5
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 159-160.
6
Jalaluddin,Psikologi Agama,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 165.
4
ibadah setidak-tidaknya akan memberi rasa bahwa hidup menjadi lebih bermakna.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kesatuan jasmani dan rohani secara tak
terpisahkan memerlukan perlakuan yang dapat memuaskan keduanya.7
Salah satu cabang ilmu jiwa, yang tergolong dalam psikologi humanistika
dikenal logoterapi (logos berate makna dan juga rohani). Logoterapi dilandasi
falsafah hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi sosial
pada kehidupan manusia. kemudian, logoterapi menitikberatkan pada pemahaman
bahwa dambaan utama manusia yang asasi atau motif dasar manusia adalah hasrat
untuk hidup bermakna. Diantara hasrat itu terungkap dalam keinginan manusia untuk
memiliki kebebasan dalam menemukan makna hidup.
Bagi mereka yang tidak tahu atau kurang penghayatannya terhadap agama,
mungkin saja pandangan falsafah atau ideologi tertentu dianggap memiliki nilai
universal dan paripurna. Sedangkan bagi penganut agama, pelaksanaan ibadah
agama, paling tidak akan ikut berpangaruh dalam menambahkan keluhuran budi yang
ada puncaknya akan menimbulkan rasa sukses sebagai pengabdi Tuhan yang setia.
Disinilah barang kali letak peranan agama dalam membina kesehatan mental,
berdasarkan pendekatan logoterapi. Karena bagaimanapun, suatu ketika dalam
kondisi yang berada dalam keadaan tanpa daya, manusia akan kehilangan pegangan
dan bersikap pasrah. Dalam kondisi yang serupa ini ajaran agama paling tidak akan
membangkitkan makna dalam hidupnya. Makna hidup pribadi menurut logoterapi
hanya dapat dan harus ditemukan sendiri.
Selanjutnya, logoterapi menunjukkan tiga bidang kegiatan yang secara
potensial memberi peluang kepada seseorang untuk menemukan makna hidup bagi
darinya sendiri. Ketiga itu adalah:
Dalam menghadapi sikap yang tak terhidarkan lagi pada kondisi yang ketiga,
menurut logoterapi, maka ibadah merupakan salah-satu cara yang dapat digunakan
untuk membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup
yang terdapat dalam diri dan sekitarnya.8
7
Abdul Khobir,Pengantar dasar-dasar Psikologi Agama, (Banyumas: CV. Rizquna, 2021),
hlm 131.
8
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm.170-172.
5
mental ni pada dasarnya juga terdapat di semua masyarakat.
Gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya dalam
hal kesehatan mental. Dari pengertian ini, orang yang menunjukkan kurang dalam hal
kesehatan mentalnya, maka dimasukkan sebagai orang yang mengalami gangguan
mental. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Kaplan dan Sadock,
1994) yang mengatakan gangguan mental itu “as any significant deviation from an
ideal state of positive mental health” artinya penyimpangan dari keadaan ideal dari
suatu kesehatan mental merupakan indikasi adanya gangguan mental.9
Sedangkan menurut H. Carl Witherington, orang yang tidak merasa tenang,
aman serta tenteram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya.
Para ahli psikiatri mengakui bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
dasar tertentu yang diperlakukan untuk melangsungkan proses kehidupan secara
lancar. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan jasmani dan berupa kebutuhan ruhani
maupun kebutuhan social. Bila kebutuhan tidak terpenuhi, maka manusia akan
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang dihadapinya. Kemampuan
untuk menyesuaikan diri ini akan mengembalikan ke kondisi semula, hingga proses
kehidupan berjalan lancar seperti apa adanya. Dalam kondisi seperti itu akan
pertentangan (konflik) dalam batin. Pertentangan ini akan menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan rohani, yang dalam kesehatan mental disebut
kekusutan rohani. Kekusutan rohani seperti ini disebut kekusutan fungsional, yang
dapat menyebabkan terjadinya gangguan mental.
Jadi gangguan mental secara sederhana dapat diartikan sebagai tiadanya atau
kurangnya dalam hal kesehatan mental, dengan ditandai oleh adanya rasa tidak
tenang, tidak aman, fungsi mental menurun dan terjadinya perilaku yang tidak tepat
atau wajar.
Terapi Agama
Terapi merupakan usaha penanggulangan suatu penyakit atau gejalah yang ada
dalam diri makhluk hidup. Usaha penanggulangan gangguan kesehatan rohani atau
mental sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh yang bersangkutan. Dengan
mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan diri dengan memilih norma-norma
moral, maka gangguan mental akan terselesaikan. Dalam konteks ini terlihat
hubungan agama sebagai terapi kekusutan mental. Sebab, nilai-nilai luhur termuat
dalam ajaran agama bagaimanapun dapat digunakan untuk penyesuaian dan
pengendalian diri, hingga terhindar dari konflik batin. 10
Pendekatan terapi keagamaan ini dapat dirujuk dari informasi al-Qur’an sendiri
sebagai kitab suci. Sebagaimana pernyataan Allah dalam Q.S. Yunus : 57 dan Q.S. Al
Isra’:82
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس َقْد َج ۤا َء ْتُك ْم َّم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبُك ْم َو ِش َفۤا ٌء ِّلَم ا ِفى الُّص ُد ْو ِۙر َو ُهًدى َّوَر ْح َم ٌة ِّلْلُم ْؤ ِمِنْيَن
6
bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Yunus : 57)
َو ُنَنِّز ُل ِم َن اْلُقْر ٰا ِن َم ا ُهَو ِش َفۤا ٌء َّوَر ْح َم ٌة ِّلْلُم ْؤ ِمِنْيَۙن َو اَل َيِزْيُد الّٰظ ِلِم ْيَن ِااَّل َخ َس اًرا.
“Dan kami turunkan Al-Qur’an yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (Q.S Isra’ : 82)
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan bahwa Allah dengan tegas menerangkan
bahwa ketenangan jiwa dapat dicapai dengan dzikir (mengingat Allah), rasa takwa
dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih, jalan
bagaimana cara seseorang mengatasi kesukaran ialah dengan kesabaran dan shalat,
dan Allah mensifati diri-Nya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan
Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang
beriman.11
Jadi, semakin dekat seseorang kepada Tuhan, dan semakin banyak ibadahnya,
maka akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu ia menghadapi
kekecewaan dan kesukaran-kesukaran dalam hidup. Dan demikian pula sebaliknya,
semakin jauh orang itu dari agama, akan semakin susahlah baginya untuk mencari
ketentraman batin.12 Ini menunjukkan bahwa agama terkait dengan ini pendekatan
diri kepeda Tuhan merupakan terapi yang tepat dalam menanggulangi masalah
masalah kehidupan termasuk di dalamnya hal-hal yang menyebabkan gangguan pada
kesehatan mental.
BAB III
PENUTUP
11
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.179.
12
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1978),
hlm.78-79.
7
A. Simpulan
Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia
percayai sebagai makhluk atau sebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.
Sedangkan kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan
penyakit jiwa. Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan
hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terdekat pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap
pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang
sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses,
merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi
manusia pada kondisi kodratnya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan
rohani.
B. Kritik dan Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman bisa
memberikan kritik dan saran yang membangun penulis demi sempurnanya makalah
ini, dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
dan bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi teman-teman sekalian yang
membacanya .
DAFTAR PUSTAKA
Akyas, Azhari. Psikologi. 2004. Jakarta: Teraja Mizan
Ancok Djamaludin Dkk. Psikologi Islami. 1995. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
8
Cetakan Ii
Arifin, Syamsul Bambang. Psikologi Agama. 2008. Bandung: CV. Pustaka Setia
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. 1970. Jakarta: Bulan Bintang
Jalaluddin. Psikologi Agama. 2004. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Khobir, Abdul. Pengantar DasarDasar Psikologi Agama. 2021. Banyumas: CV.
Rizquna
Latipun, Moeljono Notosoedibjo. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. 2007.
Malang: UMM Press
Ramayulis. Psikologi Agama.2002. Jakarta: Kalam Mulia
Sapuri, Rafi. Psikologi Islami (Tuntunan Jiwa Manusia Modern).2009. Jakarta:
Rajawali Pers
Sit, Masganti. Psikologi Agama. 2015. Medan: Perdana Publishing
Surunin. Ilmu Jiwa Agama. 2004. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Yahya, Jaya. Peran Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Ruhama,
Cet. II