Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI AGAMA TERAPI DAN PSIKOTERAPI

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikoterapi Islam

Dosen Pengampu : Sapari, M.Si

Disusun oleh :
Endin Maulana Rozaq

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


BUNTET PESANTREN CIREBON
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Islam
sebagai Agama Terapi dan Psikoterapi dalam rangka memenuhi tugas Individu Mata Kuliah
Psikoterapi Islam. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau
petunjuk maupun pedoman bagi yang membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka
agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih.
 
 
Cirebon, November 2020 

   Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikoterapi........................................................................................... 2
B. Sejarah Psikoterapi Islam...................................................................................... 2
C. Bentuk Psikoterapi Berwawasan Islam................................................................. 4
D. Teknik-teknik Psikoterapi Islam........................................................................... 4
E. Keterkaitan Psikoterapi Islam dengan Islam Kesehatan Lainnya......................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................................ 9
B. Saran...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan lebih sempurna dari pada makhluk
lain tentu juga masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Sebab Yang Maha
Sempurna hanyalah Sang Pencipta. Dalam menjalani kehidupan di dunia manusia
tidak lepas dari berbagai masalah yang muncul karena kekurangan dan kelemahan
yang dimilikinya itu. Masalah yang muncul dapat berasal dari dalam diri maupun dari
lingkungannya.[1]
Dalam dunia psikologi masalah yang muncul tersebut dikenal sebagai
gangguan atau penyakit, ada yang disebut dengan penyakit fisik adapula penyakit hati
atau penyakit jiwa. Namun semua penyakit pasti ada obatnya, hal ini telah dijamin
oleh Allah dalam firmanNya. Penyakit fisik dapat disembuhkan dengan berbagai jenis
obat baik tradisional maupun obat modern dalam bentuk kapsul dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk pengobatan penyakit jiwa dapat dilakukan melalui terapi yang
dalam dunia psikologi disenut dengan psikoterapi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan psikoterapi Islam?
2. Apa saja fungsi dan tujuan psikoterapi Islam?
3. Apa saja objek dalam psikoterapi Islam?
4. Apa saja metode dalam psikoterapi Islam?
5. Apa saja langkah-langjah dalam terapi religius?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikoterapi Islam


Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) dalam buku Konseling dan
psikoterapi islam Psikoterapi (pshychotherapy) ialah pengobatan penyakit dengan
cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental
atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau penyembuhan lewat
keyakinan agama, dan diskusi personal dengan guru atau teman.[2]
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2002: 226) Psikoterapi Islam adalah
proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral
maupun fisik melalui bimbingan Al Qur’an dan As Sunnah Nabi SAW.[3]
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir (2002: 207) dalam buku Nuansa-
nuansa psikologi islam Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih
tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.
Istilah ini mencakup berbagai tehnik yang bertujuan untuk membantu individu dalam
mengatasi gangguan emosionalnya, dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan
emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam
mengatasi masalah psikisnya.

B. Sejarah Psikoterapi Islam


Secara historis psikoterapi Islam secara aktual telah jaya sejak abad ke-9
hingga abad ke-13. Para sejarawan menyebut perawatan atau penyembuhan Islam
sebagai pengobatan Arab.
Ibnu Khaldun (733-808 H/1332-1406 M), sebagai salah satu pelopor
pendekatan sosiologis dalam teori sejarah mengungkapkan bahwa ilmu pengobatan
Islam yang terkandung dalam literatur hadis, pada dasarnya bersumber dari ilmu
pengobatan Arab Badui yang berdasarkan pada pengalaman panjang dan tidak melalui
eksperimen atau percobaan ilmiah.
Hal tersebut dikarenakan pada zaman terdahulu perkembangan ilmu riset dan
teknologi belum seperti sekarang ini, tentu hal terebut berbeda, dengan yang
dilakukan para ilmuan sekarang ini yang memiliki perkembangan pesat secara
signifikan. Khususnya di Negara-negara maju.

2
Kedudukan psikoterapi Islam erat hubungannya dengan psikoterapi umum,
yang struktur perkembangan di lihat melalui psikoterapi religius. Saat itu timbulnya
kesadaran masyarakat Barat pada peran nilai-nilai spiritual. Sehingga peran agama
sangat penting dalam menangani masalah mental dan spiritual. Aliran yang sangat
berperan pada perkembangan psikoteraphy religion adalah aliran humanistis atau
eksistensial yang lebih mengutamakan nilai dan makna yang bersifat rasa daripada
sekedar rasio.
Islam memandang bahwa psikoterapi religi dapat di kategorikan sebagai
psikoterapi Islam. Proses perawatannya disebut dengan isytisyfa atau dalam istilah
disebut sebagai al-istisyfa bi al Qur’an wa al du'a yang merupakan proses
penyembuhan terhadap penyakit dan gangguan psikis berdasarkan pada al-Qur'an dan
doa.
Gangguan psikis merupakan masalah dalam diri yang berkaitan dengan mental
dan spritual seseorang, yang kadang terabaikan dalam kehidupan. Padahal kesehatan
psikis atau kesehatan jiwa seseorang sama pentingnya dengan kesehatan fisik, apalagi
telah ditemukan ada kaitannya antara gangguan fisik yang berpengaruh pada jiwa
seseorang (somapsikotis) atau sebaliknya gangguan kejiwaan yang berpengaruh pada
kondisi fisik (psikosomatis).
Manusia harus menyikapi sakit sebagai langkah pencegahan sebelum penyakit
itu menyerang tubuh manusia. Penyakit adalah salah satu ujian yang di timpakan
Allah kepada manusia sebagai bel peringatan agar manusia memperhatikan kesehatan
dirinya. Dapat pula di anggap sebagai teguran atas kesalahan dan dosa yang telah
diperbuat manusia.
Menurut pandangan Muhammad Thohir seorang psikiater yang sering
memeriksa status kesehatan jiwa pasien, menurutnya bahwa seseorang yang
mengalami permasalahan atau gangguan kesehatan jiwa, ternyata lebih menderita di
banding yang sekedar mengalami masalah kesehatan gangguan fisik, seperti asma,
thypes, demam berdarah, tulang patah, bahkan stroke yang mengalami kelumpuhan.
Di masyarakat masih terlalu banyak orang yang mestinya mendapatkan layanan
kesehatan jiwa, tetapi ini sering terabaikan.
Pengobatan merupakan langkah ikhtiar untuk menyehatkan diri agar dapat
melakukan aktivitas secara normal. Baik aktivitas pekerjaan, sosial, serta tanggung
jawab sebagai hamba dalam beribadah kepada Allah SWT.

3
Psikoterapi Islam erat hubungannya dengan psikoterapi umum, yang struktur
perkembangannya di lihat melalui psikoterapi religius. Saat itu timbulnya kesadaran
masyarakat Barat pada peran nilai-nilai spiritual. Sehingga peran agama sangat
penting dalam menangani masalah mental dan spiritual.
Untuk skala International dalam memenuhi tuntutan kebutuhan standar sehat
dalam Organisasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO, telah mencanangkan dimensi
sehat yaitu, bio, psiko, sosio, dan spiritual, dengan demikian, arah mengatasi
kesehatan lebih luas jangkauannya. lni perlu di perhatikan oleh para aktivis dakwah,
guna mencapai efektivitas dakwah, dengan melahirkan metode dakwah atau strategi
dakwah, agar dimensi kesehatan yang dirumuskan oleh WHO dapat terpenuhi yang
sejalan dengan hakikat dakwah yang akan dicapai.
Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa aliran yang sangat berperan
pada perkembangan psikoteraphy religion adalah aliran humanistis atau eksistensial
yang lebih mengutamakan nilai dan makna. Kedudukan psikoterapi Islam dalam
konstelasi psikoterapi umumnya harus dilihat dalam perkembangan psikoterapi
religius.

C. Bentuk Psikoterapi Berwawasan Islam


Menurut Muhammad Mahmud seorang psikolog muslim ternama, membagi
psikoterapi islam dalam dua katergori. Pertama bersifat duniawi, yaitu berupa
pendekatan dan tekhnik-tekhnik pengobatan psikis setelah memahami psikopatologi
dalam kehidupan nyata. Psikoterapi duniawi merupakan hasil daya upaya manusia
berupa tekhnik-tekhnik terapi atau pengobatan kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-
kaidah insaniyah. Kedua bersifat ukhrawi, berupa bimbingan mengenai nilai-nilai
moral, spiritual dan agama, dan kedua modal psikoterapi ini satu sama lain saling
terkait.

D. Tekhnik-Tekhnik Psikoterapi Islam


Tekhnik-tekhnik psikoterapi dalam islam yang dapat menyembuhkan semua
aspek psikopatologi baik yang bersifat duniawi, ukhrawi maupun penyakit manusia
modern adalah sebagaimana ungakapan dari Ali bin Abi Thalib obat hati yang lima
macam, dijelaskan sebagai berikut :

4
1. Membaca Al-Quran dan memahami makna dari setiap ayat
Dalam agama islam, Al-Quran merupakan suatu terapi yang pertama dan
paling utama. Hal ini dikarenakan didalam Al-Quran terdapat rahasia mengenai
bagaimana menyembuhkan penyakit jiwa manusia. tingkat kemujarabannya
tergantung kepada seberapa jauh tingkat sugesti keimanan seseorang. Sugesti yang
dimaksudkan dadapt diraih dengan mendengar, membaca, memahami dan
merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya.

َ َ‫خَ ساراًإالَّالظالِ ِم ْينَيَز ْي ُد َو ْلل ُم ْؤ ِمنِ ْين‬


‫و َرحْ َمةٌشفَا ٌءهُ َو َماالقرآنِ ِمنَ ونن َِّز ُل‬،

Artinya:
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam
memahami term syifa’ dalam ayat tersebut. Pertama, terapi bagi jiwa yang dapat
menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, serta
dapat menyembuhkan jjwa yang sakit; kedua, terapi yang dapat menyembuhkan
penyakit fisik, baik dalam bentuk azimat maupun tangkal.Sementara Al-
Thabathaba’I mengemukakan bahwa syifa’ dalam Al-Qur’an memiliki makna
“terapi ruhaniah” yang dapat menyembuhkan penyakit batin.Al-Thabathaba’I jiga
mengemukakan bahwa Al-Quran juga dapat menyembuhkan penyakit jasmani,
baik melalui bacaan atau tulisan.

2. Sholat Malam (Qiyamul Lail)


Melukan sholat malam (Qiyamul Lail) memiliki keampuhan yang sangan
berkaitan dengan sholat wajib, sebab kedudukan terapi shalat sunnah hanya menjadi
suplemen bagi terapi sholat wajib. Adapun hikmah dari pelaksanaan sholat malam
(shalat tahajud) adalah sebagai berikut :
a. Mendapatkan kedudukan terpuji dihadapan Allah (Qs. Al-Israa : 79)
b. Memiliki kepribadian orang-orang shalih yang dekat dengan Allah SWT, terhapus
dosanya dan terhindar dari perbuatan munkar.
c. Jiwanya selalu hidup sehingga mudah mendapatkan ilmu dan ketentraman dan
dijadikan kenikmatan syurga.

5
d. Doanya makbul, mendapat ampunan Allah SWT dan dilapngkan rizkinya.
e. Ungkapan rasa syuku kepada Allah SWT.
3. Berkumpul dengan orang-orang shalih
Orang shalih adalah orang yang mampu mengintegrasikan dirinya dan mampu
mengaktualisasikan potensi dirinya semaksimal mungkin dalam berbagai dimensi
kehidupan. Jika seseorang dapat bergaul dengan orang shalih maka nasihat-nasihat
dari orang sholeh tersebut akan dapat memberikan terapi atau penyakit mental
seseorang. Dalam terminology tasawuf hal ini tergambar pada seseorang guru sufi
atau mursyid yang memiliki ketajaman batin terhadap kondisi penyakit muridnya.
4. Berpuasa
Puasa disini adalah menahan diri dari segala perbuatan yang dapat merusak
citra fitrah manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa hikmah berpuasa (menahan
rasa lapar) adalah sebagai berikut:
a. Menjerbihkan kalbu dan mempertajam pandangan akal
b. Melembutkan kalbu sehingga mampu merasakan kenikmatan batin
c. Menjauhkan perilaku yang hina dan sombong, yang perilaku ini sering
mengakibatkan kelupaan
d. Mengingatkan jiwa manusia akan cobaan dan azab Allah, sehingga sangat hati-
hati didalam memilah makanan
e. Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah yang buruk
f. Mengurangi tidur untuk diisi dengan berbagai aktivitas ibadah
g. Mempermudah untuk selalu tekun beribadah
h. Menyehatkan badan dan jiwa
i. Menumbuhkan kepedulian sosial
j. Menumbuhkan rasa empati
5. Berdzikir (mengingat Allah SWT)
Dalam arti sempit dzikir berarti menyebutkan asma-asma agung dalam
berbagai kesempatan. Sedangkan dalam arti yang luas, dzikir mencakup pengertian
mengingat segala keagungan dan kasih sayang Allah SWT yang telah diberikan
kepada kita, sambil mentaati segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Dzikir
dapat mengembalikan kesadaran seseorang untuk mengingat, menyebut dan
mereduksi kembali hal-hal yang tersembunyi dalam hatinya. Dzikir juga mampu
mengingatkan seseorang bahwa yang membuat dan menyembuhkan penyakit
hanyalah Allah SWT semata, sehingga dzikir mampu memberi sugesti penyembuhan.

6
Melakukan dzikir sama nilainya dengan terapi relaksasi. Dua makna yang terkandung
dalam lafal zikir menurut At-Thabathabai:
a. Kegiatan psikologis yang memungkinkan seseorang memelihara makna sesuatu
yang diyakini berdasarkan pengetahuannya atau ia berusaha hadir padanya
(istikdhar)
b. Hadirnya sesuatu pada hati dan ucapan seseorang. (Qs. Ar-Ra’d:28)

E. Keterkaitan Psikoterapi Islam dengan Ilmu Kesehatan Lainnya


Dari segi konsep maupun aktivitas, ahli psikologi dan psikiatri belum
banyak mengakui eksistensi agama sebagai salah satu pendekatan dalam
penyembuhan gangguan kejiwaan. Hemat mereka, paling tidak agama bukanlah
sesuatu yang bisa masuk ke dalam bidang ilmu pengetahu- an. Penganut
pemikiran seperti ini adalah para ilmuwan yang sangat dipengaruhi oleh
pemikiran sekularistik yang membuat pemisahan antara ilmu dan agama secara
mutlak.
Dalam pandangan Islam, agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal
yang berjalan seiring dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, bagi seorang
Muslim untuk membuat pemisahan pendekat- an psikologis (yang bebas agama)
sebagai ilmu pengetahuan dan agama sebagai teknik terapi adalah tidak mungkin.
Esensi psikoterapi sebagai suatu bentuk bantuan bukanlah monopoli masyarakat
Barat (modern) saja.
Berbagai bentuk tersebut sebenarnya dapat ditemui pada setiap masyarakat
dari berbagai budaya. Dalam masyarakat Islam, praktek psikoterapi telah
diterapkan bahkan sudah dilembagakan. Fungsi sebagai psikoterapi banyak
diterapkan oleh tokoh agama seperti, ulama, guru Sufi (tarekat), Kiyai yang
dianggap memiliki kelebihan-kelebihan spiritual yang bersifat supranatural.1 Secara
normatif, Islam sangat memperhatikan kesehatan, apalagi yang berhubungan
dengan masalah kesehatan jiwa. Jiwa yang selama ini kita kenal tersebut dalam
al-Qur'an dengan istilah yang berbeda-beda, seperti kata nafs, al-gharib, al-ruh,
di mana masing-masing tersebut ada kaitan dengan jiwa.
Dalam konteks ini, Zakiah Daradjat berpendapat, agama berfungsi sebagai
pemberi bimbingan dalam hidup, menolong orang dalam menghadapi kesulitan
dan menentramkan batin.Apabila manusia mengalami permasalahan-permasalahan
yang berkaitan dengan hidup, maka hendaknya kita kembali pada ajaran Islam

7
secara baik dan benar. Agama sebagai terapi gangguan kejiwaan pada dasarnya
dapat membentengi orang dari ke- jatuhan dari ganguan jiwa dan dapat pula
mengembalikan kesehatan jiwa pada orang yang gelisah.
Psikoterapi Islam tidak hanya ditujukan kepada orang yang terkena
penyakit jiwa saja, akan tetapi lebih diperlukan oleh orang yang sebenarnya
menghadapi kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari dan tidak pandai
menyelesaikan persoalan-persoalan yang disangkanya rumit.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Psikoterapi Islam adalah proses penyembuhan dan pengobatan suatu penyakit baik
fisik maupun psikis melalui bimbingan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan
as-Sunnah.
2. Pikoterapi Islam mempunyai beberapa fungsi diantaranya:
a. Fungsi pencegahan, maksudnya seseorang dapat terhindar dari penyakit fisik
maupun psikis, khususnya adalah penyakit gangguan jiwa.
b. Fungsi penyembuhan dan perawatan, maksudnya Psikoterapi Islam akan
membantu seseorang dalam proses penyembuhan penyakit gangguan jiwa
yang diderita.
c. Fungsi pensucian dan pembersiahn, maksudnya Psikoterapi Islam akan
membantu penderita gangguan jiwa agar jiwanya terhindar dari penyakit
kotor, tercela, dan hina dengan mensucikan jiwanya. Sedangkan tujuan dari
Psikoterapi Islam pada intinya adalah memberikan pertolongan kepada setiap
individu agar sehat jasmani dan rohaninya.
3. Adapun objek dari Psikoterapi Islam adalah mental, spiritual, moral, dan fisik.
4. Metode yang terdapat dalam Psikoterapi Islam adalah metode ilmiah, metode
keyakinan, serta metode otoritas, serta metode intiusi di mana metode-metode
tersebut digunakan dalam proses penyemabuhan penyakit jiwa.
5. Langkah-langkah dalam terpi agama di antaranya menciptakan kehidupan islami
dan perilaku religius, mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah,
meningkatkan kualitas dan kuantitas dzikir, menjahui sifat-sifat tercela (al-akhlak
al-mazmumah), serta mengembagkan akhlak terpuji.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka
Baru. 2002.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2002.
Sholeh, Moh dan Imam Musbikin. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran
Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.

10

Anda mungkin juga menyukai