Anda di halaman 1dari 2

Puasa Sebagai psikoterapi islam

Deden Gufron Daulah

Puasa merupakan bagian dari rukun islam yang keempat. Secara bahasa puasa
artinya menahan atau mengekang. Lantas untuk apa menahan diri ? dan apanya yang
ditahan ?. Dalam fikih, yang dimaksud menahan disini yaitu menahan dari makan, minum
dan bersenggama dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Dengan menahan
kebutuhan badan dan naluri lawan jenis, puasa memberikan manfaat terhadap
: ‫“ صوموا تصحوا‬berpuasalah kalian
kesehatan, sebagaimana sabda Rasulallahu Saw
tentu sehat”. Dan ditegaskan oleh sabdanya juga : ‫“ الداء فى لمعية والحماية دواءه‬
penyakit itu bersumber dari pencernaan ( makanan ). Adapun menjaga ( pencernaan
atau makanan ) adalah obatnya”.
Hadis diatas menegaskan bahwa puasa itu bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Namun dalam diri manusia ada dimensi lain yang perlu diberi makanan yaitu
dimensi ruhani. Dari sudut pandang ini, puasa adalah menahan dari sesuatu yang
diharamkan oleh Allah Swt. Yang sifatnya selalu memberi peluang kepada nafsu
amarah untuk melakukan kegiatan yang diinginkan oleh nafsu amarah tersebut.
Sehingga puasa ruhani itu puasa yang tidak dibatasi oleh waktu.
Hakikatnya puasa, ialah menahan nafsu dari perbuatan yang dilarang oleh
Allah, baik yang diharamkan maupun yang dimakruhkan. Sehingga dengan
menjaga/menahan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang berpuasa,
maka puasa itu memberi pesan yang sangat begitu jelas. Bahwa salah satu hikmah
yang akan diraih ialah terbinanya pribadi yang senantiasa sanggup menahan diri
dari godaan kenikmatan materi yang bersifat sementara, tujuannya untuk
mendapatkan kenikmatan rohani yang jauh lebih tinggi. Secara sosial ibadah puasa
memberi pelajaran, agar sanggup menahan diri dari godaan, yang menyeret kepada
gaya hidup egoistik dan hedonistik.
Momentum bulan Ramadhan ini, sangat ditunggu kedatangannya. Karena
ramadhan ini momentum untuk membersihkan penyakit-penyakit yang ada didalam
tubuh ; entah itu jasad dan raga. Namun berapa banyak realitas yang menunjukan
ketidak sesuaian dengan tujuan puasa itu. Sangat disayangkan jika ibadah puasa itu
hanya sebulan penuh yang telah ditentukan oleh syariah atau hanya menahan
kebutuhan anggota badan dan naluri lawan jenis saja. . Sehingga setelah melakukan
ibadah puasa kenegatifan dalam kehidupan masih muncul dalam permukaan.
Walaupun hal ini tidak bisa dihilangkan, namun setidaknya ada alternatif yang
memberikan obat untuk mengikis sel-sel negatif yang ada dalam jiwa.
Salah satu alternatif untuk mengikis penyakit-penyakit jiwa adalah dengan
puasa. Karena puasa ini akan mengikis sel-sel penyakit jiwa. Seperti keserakahan,
egoistik, hedonistik, dan janji palsu. Kenapa keserakahan, hedonistik, egoistik dan
janji palsu bisa dikikis sedikit-sedikit dengan puasa ?. secara rasional, kita bisa
mengambil alasan bahwa ibadah puasa melatih kita untuk menumbuhkan rasa
empati kepada sesama yang tidak mampu, kemudian ibadah puasa melatih
kejujuran, saling membantu, menebarkan kasing sayang. Dan yang terakhir
menumbuhkan ketakwaan dalam jiwa. Sebagai mana firman Allah Swt :

‫علَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِّ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ُكت‬
َ ‫ب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al
Baqarah: 183)
Itulah manfaat puasa, semoga puasa kita bisa terus-menerus yang sifatnya tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu, karena benih kenegatifan selalu mencari tanpa
lelah hingga nanti kiamat. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai