Anda di halaman 1dari 12

AGAMA & KESEHATAN MENTAL

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah “Kesehatan

Mental”pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Kelompok 10
HERIYANI NIM : (211431031)

IRMA PUSPITAWATI NIM : (211431010)

NUR RAHMA DANI NIM : (211431020)

Dosen Pengampu : Zahra Istiqamah S.KM, M.Kes.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AL-GAZALI SOPPENG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas

keagungan dan kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini

dengan baik. Hembusan angin yang tidak ternilai harganya semoga dapat

mengantarkan salam kerinduan kita kepada baginda Nabi Muhammad saw.

Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Zahra Istiqamah S.KM, M.Kes.

sebagai dosen pengampu mata kuliah “Kesehatan Mental” yang telah memberikan

arahan materi yang sangat bermanfaat terlebih dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan

makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Watansoppeng, 26 Juni 2022

Penyusun:

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Definisi Psikologi Agama.............................................................................3

B. Pengaruh Agama pada Kesehatan Mental....................................................4

C. Hubungan Kesehatan Mental dengan Agama...............................................6

BAB III PENUTUP.................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................8

B. Implikasi Penelitian.......................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman dahulu, manusia cenderung menghubungkan penyakit kejiwaan

dengan hal-hal yang mistis, seperti santet, dll. Padahal gangguan mental yang

terjadi pada manusia adalah berasal dari manusia itu sendiri, karena jauhnya dari

fitrahnya yaitu agama, semakin jauh manusia dari agama, maka dia akan lemah,

dan akan mengalami gangguan mental dengan ciri-ciri merasa cemas, takut,

bingung, linglung, dll. Begitu sebaliknya, semakin dekat seseorang dengan agama

maka jiwanya akan merasa tenang. Karena di dalam agama terdapat aturan-aturan

dalam menjalani kehidupan, dan ritual-ritual keagamaan akan membantu manusia

menjadi rileks, sehingga menjadikannya kuat dalam menjalani kehidupan ini.

Terlepas dari agama apa yang dia anut, karena pada umumnya, agama selalu

mengajarkan kebaikan, dan menjauhi keburukan. Oleh karena itu di dalam

makalah ini akan di bahas tentang hubungan manusia dengan agama, dan

pengaruhnya terhadap kejiwaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi psikologi agama?

2. Apa pengaruh agama terhadap kesehatan mental?

3. Apa hubungan kesehatan mental dengan agama?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui definisi psikologi agama

2. Untuk mengetahui pengaruh agama terhadap kesehatan mental

1
2

3. Untuk mengetahui hubungan kesehatan mental dengan agama


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Psikologi Agama

Agama Psikologi secara etimologi memiliki arti “ilmu tentang jiwa”.

Dalam Islam, istilah “jiwa” dapat disamakan istilah an-nafs, namun ada pula yang

menyamakan dengan istilah al-ruh, meskipun istilah al-nafs lebih populer

penggunaannya daripada istilah al-ruh. Psikologi dapat diterjamahkan ke dalam

bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-ruh.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat bahwa psikologi agama meneliti

pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang

bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi

dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan

itu masuk dalam kostruksi pribadi. Belajar psikologi agama tidak untuk

membuktikan agama mana yang paling benar, tapi hakekat agama dalam

hubungan manusia dengan kejiwaannya, bagaimana perilaku dan kepribadiannya

mencerminkan keyakinannnya.

Thomas Van Aquino mengemukakan bahwa yang menjadi sumber

kejiwaan agama itu ialah berpikir, manusia ber-Tuhan karena manusia

menggunakan kemapuan berpikirnya. Kehidupan beragama merupakan refleksi

dari kehidupan berpikir manusia itu sendiri.1

1 Veri Masywandi, "Agama dan Kesehatan Mental", PDFCOFFEE,


https://pdfcoffee.com/makalah-agama-dan-kesehatan-mental-2-pdf-free.html (diakses pada Ahad,
19 Juni 2022, pukul 10.23 WITA).

3
4

Psikologi agama juga merupakan cabang ilmu psikologi yang meneliti

dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh

keyakinan terhadap agama yang dianutnya.2

B. Pengaruh Agama pada Kesehatan Mental

Peran agama begitu penting dalam kesehatan mental dan juga perilaku

seseorang dalam bersikap. Dia akan mengetahui hal mana yang boleh dilakukan

dan mana yang tidak boleh. Berikut ini ada beberapa pengaruh agama dalam

kesehatan mental:

1. Membentengi Diri Dari Perbuatan Buruk

Dengan adanya agama, sikap yng buruk dapat dibentengi dengan aturan

dan ajaran yang menyebutkan perbuatan tersebut tidaklah baik dan

bermanfaat. Paling tidak bisa mengerem dan ingat akan hal buruk yang satu

saat bisa berbalik menimpa dirinya.

2. Melatih Hidup Dengan Sabar

Pengaruh agama dalam kesehatan mental lainnya dapat diukur dari sikap

sabar pada pribadi seseorang. Dengan mengenal Tuhan dan ajarannya, serta

menjalankan segala perintahnya akan menimbulkan sikap sabar. Sikap ini

mampu menerima kondisi dengan prasangka baik, tanpa menyerah dengan

keadaan. Mampu bersabar dalam mencapai suatu tujuan.

3. Hidup Menjadi Lebih Ikhlas

Ikhlas sebuah sikap yang menerima kondisi dengan hati dan pikiran yang

rendah hati, berjiwa besar dan juga berpikir ke arah yang baik. Dengan

2 "Psikologi Agama", WIKIPEDIA, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi_agama


(diakses pada Ahad, 19 Juni 2022, pukul 10.50 WITA).
5

demikian hati dan jiwa menjadi lebih tenang dan damai. Karena orang

beragama akan percaya garis kehidupan ini sudah ada yang mengaturnya

dengan baik.

4. Hidup Menjadi Lebih Tawakal

Tawakal adalah menyerahkan segala kehidupan ini kepada yang

mengaturnya yaitu Allah. Dengan tujuan agar jiwa dan juga pikiran menjadi

lebih tenang dan damai, bukan berarti harus pasrah tanpa melakukan apapun.

Semua membutuhkan tindakan dan juga action, oleh sebab itu tetap berihktiar

dengan berdoa kepada Allah.

5. Hidup Dengan Sederhana

Menjadi hamba dan pribadi yang sederhan itu lebih baik, ketimbang

menjadi pribadi yang berlebihan. Dalam ajaran agama dianjurkan untuk hidup

sederhana dan sesuai dengan kemampuan. Apabila hal ini dibenturan maka

hidup Anda akan penuh dengan kepalsuan dan juga tidak ada ketenangan

didalamnya.

6. Hidup Rendah Hati

Menjadi pribadi yang santun dan rendah hati merupakan pribadi yang

matang dalam bersikap dan beretika. Siapapun orangnya tentu ingin dihargai

dan dihormati, dengan sikap yang rendah hati cukup semua itu ditakar dalam

kadar yang sedang. Tidak perlu berlebihan, tanpa itu semua ia akan mampu

menghargai apa saja yang ada dihadapannya dan tanpa memerlukan pujian

sekalipun.

7. Menghargai dan Menghormati Orang Lain


6

Pengaruh agama dalam kesehatan mental berikutnya dalah menjadi pribadi

yang dapat menghormati dan menghargai orang lain. Tanpa melihat status,

jabatan, kekayaan, ras dan juga asalnya. Sikap seperti ini dapat membuat

dirinya disegani siapa saja, karena saling menghargai dan menaruh hormat

pada orang yang patut dihormati.

8. Tahu Batasan Baik dan Buruk

Agama menjadi salah satu tolak ukur seseorang mampu mengendalikan

diri dari perbuatan yang buruk dan baik. Perbuatan baik akan berdampak baik

bagi kehidupannya, dan sebaliknya perbuatan buruk akan berdampak merusak

bahkan berdosa. Apabila seseorang tahu batasan tersebut, kemungkinan

hidupnya ditata hanya untuk mencapai taraf akhirat dan kebaikan.3

C. Hubungan Kesehatan Mental dengan Agama

Adapun hubungan kesehatan mental dengan agama yakni sebagai

keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap seseorang terhadap suatu

kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap tersebut akan memberikan sikap optimis

pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, puas,

sukses, merasa dicintai, atau merasa aman. Sikap emosi yang demikian

merupakan bagian dari kebutuhan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.

Agama dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia,

termasuk terhadap kesehatan.

Karena tidak semua orang dapat dengan tenang menghadapi penyakit yang

diderita. Ada kalanya, nasihat dokter ataupun keluarga tidak mampu

3 Rini Sabarini, "Pengaruh Agama Dalam Kesehatan Mental", DosenPsikologi.Com,


https://dosenpsikologi.com/contoh-pengaruh-agama-dalam-kesehatan-mental (diakses pada Ahad,
19 Juni 2022, pukul 18.47 WITA).
7

menenangkan batin yang sudah terlanjur kacau menerima hal buruk yang

menimpa. Namun, jika seseorang mempunyai keyakinan kepada Sang Pencipta,

ini diyakini dapat membantu. Dengan keyakinan yang kuat, dapat menjadi "obat"

yang kuat, serta meningkatkan kemampuan untuk mengatasi berbagai macam

gangguan kesehatan mental, seperti depresi, dll.

Menurut Robert Sapolsky (sains kontemporer) yang tidak meyakini Tuhan

(Atheis) mengatakan Rate tertinggi depresi orang yang tidak beragama jauh lebih

tinggi daripada orang-orang yang beragama. Bagaimana tidak?

1. Orang yang beragama ketika mengalami nasib buruk meyakini bahwa

segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Tuhan, dan kita harus bersabar.

2. Orang yang beragama memiliki komunitas atau majelis (dalam Islam),

ketika terjadi sesuatu saling back up, dan punya support system.

3. Orang yang beragama ketika mendapati sesuatu yang tidak bisa dinalar

sekalipun bisa pasrah, ada rencana yang lebih baik dari ini.4

4 Masulah, "Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Agama", Kompasiana,


https://www.kompasiana.com/5130019047masulah9430/61a8d04962a704611a43dc62/hubungan-
antara-kesehatan-mental-dengan-agama (diakses pada, Ahad, 19 Juni 2022, pukul 19.09 WITA).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia tidak bisa lepas dari keyakinan

dalam beragama, karena itu merupakan fitrah yang ada di dalam hati setiap

manusia, terlepas dari agama apa yang dia yakini, karena pada intinya agama

selalu mengajarkan kepada kebaikan, dan di dalamnya terdapat aturan-aturan

kehidupan yang harus kita patuhi, dan kita juga harus menjauhi larangan-larangan

yang ada di dalam agama itu. semakin dekat seseorang terhadap agamanya, maka

jiwanya akan merasa tenang, karena agama mempengaruhi psikologis manusia,

dan semakin dekat dengan agama, maka dia akan menjalani segala musibah yang

dia hadapi dengan sabar, dan pasrah. Begitu sebaliknya, jika seseorang jauh dari

agama, maka akan mengalami konflik-konflik batin dalam dirinya, sehingga dia

tidak bisa mencari jalan keluar dari segala permasalahannya sehingga dia akan

gelap mata, dan mencari jalan yang dilarang.

Oleh karena itulah, maka hendaklah kita berpegang teguh pada agama

yang kita yakini, agar mental kita sehat, sehingga kita bisa menjalani kehidupan

ini dengan tenang.

B. Implikasi Penelitian

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada penulisan maupun materi, maka dari itu kami mengharapkan kritikan dan

saran dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

"Psikologi Agama", https://id.m.wikipedia.org/wiki/Psikologi_agama

(diakses pada 19 Juni 2022, pukul 10.50 WITA).

Masulah. 2021. "Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Agama",

https://www.kompasiana.com/5130019047masulah9430/61a8d04962a704611a43

dc62/hubungan-antara-kesehatan-mental-dengan-agama (diakses pada 19 Juni

2022, pukul 19.09 WITA).

Masywandi, Veri. "Agama dan Kesehatan Mental",

https://pdfcoffee.com/makalah-agama-dan-kesehatan-mental-2-pdf-free.html

(diakses pada 19 Juni 2022, pukul 10.23 WITA).

Sabarini, Rini. "Pengaruh Agama Dalam Kesehatan Mental",

https://dosenpsikologi.com/contoh-pengaruh-agama-dalam-kesehatan-mental

(diakses pada 19 Juni 2022, pukul 18.47 WITA).

Anda mungkin juga menyukai