Anda di halaman 1dari 30

Relaksasi (psikologi)

Relaksasi dalam psikologi adalah keadaan emosi makhluk hidup, ketegangan rendah, di mana
tidak adanya gairah yang bisa berasal dari sumber seperti kemarahan , kecemasan , atau
ketakutan . Menurut Kamus Oxford relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran terbebas dari
ketegangan dan kecemasan. Relaksasi adalah bentuk ekstasi ringan yang berasal dari lobus
frontal otak di mana korteks belakang mengirimkan sinyal ke korteks frontal melalui obat
penenang ringan. Relaksasi dapat dicapai melalui meditasi , autogenik , dan relaksasi otot
progresif . Relaksasi membantu mengatasi stres . Stres adalah penyebab utama masalah
mental dan fisik, oleh karena itu perasaan rileks bermanfaat bagi kesehatan seseorang. Saat
kita stres, sistem saraf simpatis diaktifkan karena kita berada dalam mode respons melawan-
atau-lari ; seiring waktu, hal ini dapat berdampak negatif pada tubuh manusia.

Sejarah

Ide relaksasi dalam psikologi dipopulerkan oleh Dr. Edmund Jacobson dalam bukunya
Progressive Relaxation yang diterbitkan. Itu adalah buku teknis yang ditujukan untuk para
dokter dan ilmuwan. Bukunya menjelaskan mengencangkan dan mengendurkan otot-otot
tertentu pada suatu waktu untuk mencapai relaksasi keseluruhan dalam tubuh. Jacobson
kemudian menerbitkan buku lain berjudul You Must Relax yang diterbitkan pada tahun 1934
yang ditujukan untuk masyarakat umum. Menurut Jacobson, penelitiannya dimulai pada tahun
1908 di Universitas Harvard , dan kemudian berlanjut ke Cornell dan Universitas Chicago .
Penelitiannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum manusia.

Pada tahun 1932, Johannes Schultz dan Wolfgang Luthe mengembangkan metode relaksasi
yang menekankan pada kekuatan sugesti, yang disebut pelatihan otogenik .

Pada tahun 1975, Herbert Benson dan Mirium Z. Klipper menerbitkan sebuah buku berjudul
The Relaxation Response , yang memberikan petunjuk tentang cara mengikat teknik meditasi
ke dalam aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan oleh kebanyakan orang.

Teknik relaksasi

Meskipun tingkat stres berbeda-beda di setiap masyarakat, faktanya tetap bahwa stres dapat
merusak kesehatan seseorang. Untuk mengatasi stres tersebut, telah dikembangkan berbagai
metode yang terbukti dapat mengurangi stres dan akibatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Mayoritas teknik dapat diklasifikasikan ke dalam teknik Fisik, Mental, atau Terapi.
Teknik relaksasi fisik

Teknik pernapasan adalah salah satu cara termudah untuk mengurangi stres. Mereka
membutuhkan sedikit usaha dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Teknik
pernapasan yang tepat yang menggunakan pernapasan perut dalam telah terbukti mengurangi
gejala fisik depresi, kecemasan, dan hipertensi, serta gejala emosi kemarahan dan kegugupan
sehari-hari.

Relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi yang mengharuskan seseorang untuk fokus
pada meregangkan dan menahan serangkaian otot tertentu dan kemudian perlahan-lahan
mengendurkan otot yang sama. Saat individu menekuk dan melepaskan otot-otot itu dari atas
ke bawah, mereka akan merasakan relaksasi yang dalam. Relaksasi otot progresif adalah versi
yang diadaptasi dari Teknik Relaksasi Jacobsonian yang dikembangkan pada tahun 1920-an.
Relaksasi otot progresif saat ini digunakan dalam pengaturan klinis dan non-klinis untuk
mengurangi efek kecemasan dan sulit tidur yang disebabkan oleh stres. Tujuan jangka panjang
dari teknik relaksasi ini adalah agar dapat mengidentifikasi kapan otot-otot tubuh Anda
menderita akibat stres dan untuk dapat mengendurkan otot individu dan individu saat
diarahkan.

teknik mental

Meditasi telah lama dipraktikkan di wilayah lain di seluruh dunia. Namun, ini adalah praktik
yang cukup baru di Amerika Utara dan mendapatkan perhatian dengan cepat untuk manfaat
fisik dan psikologis yang diberikannya bagi tubuh Anda. Penelitian telah menunjukkan bahwa
selain mengurangi tekanan fisiologis dan psikologis pada tubuh Anda, individu yang berlatih
meditasi memiliki kunjungan dokter yang jauh lebih sedikit untuk penyakit fisik dan
psikologis.

Terapi relaksasi hipnosis baru-baru ini menjadi teknik lain yang digunakan di kalangan
profesional perawatan kesehatan untuk meningkatkan relaksasi. Jika dilakukan dengan benar,
hipnosis memiliki kemampuan untuk membuat seseorang berada dalam keadaan relaksasi
yang dalam. Selama keadaan ini, individu sangat rentan terhadap sugesti yang dikemukakan
oleh orang yang melakukan hipnosis. Individu yang terhipnotis tidak hanya akan bebas stres
dan dalam keadaan relaksasi yang dalam, tetapi diperkirakan bahwa ketika individu tersebut
keluar dari hipnosis, mereka akan kurang rentan terhadap efek stres seperti yang disarankan
oleh orang yang melakukan hipnosis pada mereka. Selain relaksasi, terapi hipnosis digunakan
untuk mengobati berbagai kondisi. Perawatan untuk kondisi menggunakan hipnosis yang saat
ini sedang dipromosikan oleh The Mayo Clinic adalah; terapi kecanduan merokok, terapi
pengendalian nyeri, penurunan berat badan, mengatasi kemoterapi, asma, dan pereda alergi.

Relaksasi terapeutik

Teknik relaksasi yang digunakan dalam terapi oleh konselor atau terapis bersertifikat dapat
mencakup salah satu teknik yang dibahas sebelumnya. Para profesional di bidang psikologi
atau konseling akan memiliki kemampuan untuk mengelola berbagai teknik ini. Jika mereka
merasa itu tepat, mereka mungkin meresepkan obat untuk membantu pasien relaksasi.
Meskipun sejumlah teknik ini sederhana dan dapat dilakukan sendiri, pasien dapat
memperoleh hasil yang lebih baik jika dibimbing oleh seorang profesional yang sangat
memahami teknik tersebut.

meditasi

Herbert Benson , seorang profesor di fakultas kedokteran di Universitas Harvard , telah


mengusulkan dalam bukunya The Relaxation Response sebuah mekanisme tubuh yang
melawan respons melawan-atau-lari . Respon relaksasi mengurangi metabolisme tubuh, detak
jantung dan pernapasan, tekanan darah, ketegangan otot, dan menenangkan aktivitas otak. Ini
meningkatkan respons kekebalan, membantu perhatian dan pengambilan keputusan, dan
mengubah aktivitas gen yang berlawanan dengan stres terkait. Respons relaksasi dicapai
melalui meditasi. Teknik meditasi Benson melibatkan empat langkah ini:

1. Lingkungan yang tenang untuk membantu fokus


2. Perangkat mental untuk membantu menjaga perhatian tetap konstan (suara atau kata
yang diucapkan berulang kali)
3. Sikap positif untuk menghindari kesal karena upaya yang gagal
4. Posisi yang nyaman

1. Terapi Relaksasi Meditasi Sufistik

a. Pengertian Terapi Relaksasi Meditasi Sufistik

Psikoterapi secara etimologi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan
dengan jiwa. Psikoterapi berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran
atau mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh
karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi
pikiran.
Sedangkan secara terminologi, psikoterapi adalah pengobatan dan perawatan serta
penyembuhan terhadap gangguan dan penyakit psikis (jiwa) dengan menitik beratkan pada
metode psikologis daripada fisiologis maupun biologis. Ia merupakan proses interaksi
formal antara dua pihak atau lebih, yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan
memperbaiki keadaan yang dikeluhkan klien. Pengertian psikoterapi mencakup berbagai
teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosional
dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosinya seperti halnya proses reedukasi
(pendidikan kembali),

sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah


psikisnya.37
Untuk menghadapi semua situasi yang menekan di sekeliling mereka dan
meminimalisasi dampak negatifnya secara psikologis, maka dibutuhkan sebuah
kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif. Ada beberapa teknik atau metode dalam
psikoterapi antara lain yaitu SEFT, terapi humor, terapi musik, terapi bermain, terapi zikir,
logoterapi, terapi relaksasi dan sebagainya.38 Menurut Subandi dalam bukunya Psikoterapi
Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, terapi relaksasi efektif dilakukan sebagai
metode kontrol diri.39 Oleh karena itu, penelitian ini mengambil teknik atau metode yaitu
terapi relaksasi untuk meningkatkan kontrol diri bagi remaja terlantar.

Terapi relaksasi adalah suatu terapi untuk merilekskan ketegangan otot yang dapat
menunjang nyeri. Terapi relaksasi pada prinsipnya memberikan sugesti-sugesti pada klien
untuk merelaksasi fisik dan mentalnya. Relaksasi dilakukan dengan memberikan sugesti
pada klien untuk merasakan rileks di seluruh tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung
kaki. Selain itu, klien diminta mengistirahatkan pikirannya, merasakan dirinya lebih
tenang, nyaman, damai dan bahagia atau perasaan positif lainnya.40
Relaksasi adalah teknik yang dapat digunakan semua orang untuk menciptakan
mekanisme batin dalam diri seseorang dengan membentuk pribadi yang baik,
menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidakberdayaan seseorang
dalam mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah seseorang mengontrol diri,
menyelamatkan jiwa dan memberikan kesehatan bagi tubuh.41
Menurut pandangan ilmiah, relaksasi merupakan suatu teknik untuk mengurangi stress
dan ketegangan dengan cara meregangkan seluruh tubuh agar mencapai kondisi mental
yang sehat. Relaksasi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu seperti yoga, relaksasi otot
progresif, latihan pernafasan. Sementara jenis relaksasi yang menekan pada mental/psikis
adalah Autogenic Suggestion, Imagery, Relaxating Talk dan meditasi.
Dalam kamus psikologi, relaksasi adalah reaksi-reaksi jasmaniah dalam keadaan
tenang dan emosional meditatif. Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan
diri yang didasarkan pada cara kerja system saraf simpatis dan para simpatis.

Selain itu juga, ketika otot-otot sudah dirilekskan maka akan menormalkan kembali fungsi-
fungsi organ tubuh. Setelah seseorang melakukan relaksasi dapat membantu tubuhnya mejadi
rileks, dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik.43
Menurut Subandi, relaksasi merupakan pengaktifan dari saraf parasimpatetis yang
menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis, dan
menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh saraf simpatetis. Selama sistem-
sistem berfungsi normal dalam keseimbangan, bertambahnya aktivitas sistem yang satu akan
menghambat atau menekan efek sistem yang lain.44
Menurut Prawitasari dalam buku Psikoterapi menjelaskan bahwa berbagai teknik
relaksasi, baik dengan relaksasi otot, Yoga maupun kesadaran indera, ternyata dapat
menurunkan keluhan- keluhan fisik. Salah satu efek dari meditasi terhadap fisik adalah
timbulnya kondisi rileks pada tubuh dan gelombang alpha pada otak, yang menunjukkan
kondisi tubuh dalam keadaan istirahat.45

Jadi peneliti memilih terapi relaksasi ini karena dalam terapi relaksasi terdapat proses
merilekskan pikiran dan tubuh. Selain itu, subjek dapat mengistirahatkan pikirannya,
merasakan dirinya lebih tenang, nyaman, damai dan bahagia atau perasaan positif lainnya
sehingga diharapkan mampu meningkatkan kontrol diri pada subjek.
Meditasi adalah praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua hal yang
menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita sehari-hari.46 Meditasi tidak
hanya dikenal dalam ajaran agama Budha saja, namun di dalam ajaran agama Islam juga
dikenal aktifitas meditasi. Dalam islam, meditasi diajarkan dalam tasawuf. Ada beberapa
kegiatan spiritual yang dapat dikategorikan sebagai meditasi dalam tasawuf, yaitu muraqabah,
muhasabah, wirid, tafakur, zikir, doa, uzlah, dan i‟tikaf. 47
Dengan bermeditasi maka energi ilahi yang ada di alam sekitar dapat terserap secara
maksimal di dalam diri. Sehingga individu pun akan selalu diliputi oleh energi positif yang
akan membantu dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Terapi relaksasi meditasi sufistik
ini adalah perpaduan dari teknik relaksasi dan meditasi sufistik. Meditasi sufistik sendiri oleh
Sudirman Tebba didefinisikan sebagai kegiatan spiritual yang melibatkan meditasi dalam
tasawuf oleh para sufi seperti muraqabah, muhasabah, wirid, tafakur, zikir, doa, uzlah, dan
i‟tikaf.
b. Macam-Macam Relaksasi dan Meditasi
Ada bermacam-macam jenis relaksasi antara lain relaksasi otot, relaksasi kesadaran
indera, dan relaksasi melalui hipnosa, yoga, dan meditasi.

1) Relaksasi Otot

Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan cara melemaskan badan.
Dalam latihan relaksasi otot individu diminta menegangkan otot dengan ketegangan tertentu
dan kemudian diminta untuk mengendurkannya. Sebelum dikendorkan penting dirasakan
ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot tegang dengan otot
yang lemas.
2) Relaksasi Kesadaran Indera

Dalam teknik ini individu dapat diberi satu-persatu seri pertanyaan yang tidak dijawab
secara lisan tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang dapat atau tidak dapat dialami
individu pada waktu intruksi diberikan.
3) Relaksasi melalui Hipnosa, Yoga, dan Meditasi

Metode ini merupakan suatu teknik latihan yang digunakan untuk meningkatkan
kesadaran yang selanjutnya membawa proses mental lebih terkontrol secara dasar.
Selanjutnya tujuan dari latihan ini ada dua yaitu pertama agar seseorang dapat memiliki
insight yang paling dalam tentang proses mental didalamnya, insight tentang kesadaran
identitas dan realitas; kedua seseorang memperoleh perkembangan kesejahteraan psikologis
dan kesadaran yang optimal.48
Peneliti menggunakan teknik relaksasi otot dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan
pada subjek dengan cara melemaskan badan.
Sedangkan jenis dari meditasi antara lain :

1) Meditasi Menghitung Pernafasan

Disini seseorang bermeditasi dengan menghitung keluar masuknya pernafasan dari hidung.
Beberapa ahli menyarankan hitungan yang berbeda. ada yang menghitung dari satu sampai
empat saja kemudian di ulang lagi. Ada juga yang menyarankan menghitung sampai sepuluh.
Bahkan ada yang menyarankan ketika menarik nafas sekali dan kemudian mengeluarkan
termasuk hitungan kesatu, begitu seterusnya. Pada dasarnya semuanya benar dan yang perlu
digaris bawahi adalah tujuan utama meditasi ini adalah memperhatikan hitungan, bukan
menghitung itu sendiri
2) Meditasi Pernafasan

Pada meditasi ini, pusat perhatian diarahkan pada kegiatan pernafasan itu sendiri dan
bukan pada kegiatan menghitung. Jadi seseorang terus menerus secara sadar memperhatikan
keluar masuknya udara lewat hidung.
3) Meditasi Suara

Objek yang dijadikan pusat perhatian dalam meditasi ini adalah suara, baik yang ada
dalam diri maupun yang ada disekitar. Meditasi ini sering juga disebut meditasi penyadapan
suara
4) Meditasi Visual (Visual Meditation)
Dalam meditasi visual ini, seorang harus memilih satu objek sebagai stimulus untuk
memusatkan perhatian.
5) Meditasi Gelembung Pikiran

Meditasi ini juga disebut sebagai penyadapan pikiran, karena dilaksanakan dengan
memperhatikan pikiran-pikiran yang muncul. Pikiran-pikiran itu bisa diibaratkan sebagai
gelembung-gelembung yang muncul dari air ketika air diberi sabun. Disini seseorang diminta
memperhatikan gelembung-gelembung yang muncul dan naik ke udara
8

kemudian hilang. Kadang kalanya tidak hanya pikiran yang muncul,tetapi juga perasan atau
sensasi tubuh.
6) Meditasi dengan Mantra

Ini adalah bentuk meditasi yang banyak dilakukan orang. Mantra disini diartikan sebagai
suatu frasa atau kata yang dibaca berulang-ulang (wirid atau dzikir dalam agama Islam).
Meditasi ini biasanya memang lebih baik kalau dilakukan dengan mengikuti satu ajaran agama
tertentu. Misalnya orang Islam menggunakan kata “Allah”, orang Hindu menggunakan kata
“om”, dan sebagainya.49
Peneliti menggunakan meditasi mantra karena dalam penelitian ini menggunakan teknik
wirid yaitu bacaan- bacaan dzikir bagi subjek agar subjek merasa lebih tenang dalam
menghadapi permasalahan hidupnya.
c. Kegunaan Terapi Relaksasi

1) Mampu meningkatkan kesehatan secara umum dengan mempelancar proses metabolisme tubuh,
laju denyut jantung, peredaran darah, dan mengatasi berbagai macam problem penyakit
2) Menurunkan tingkat agretifitas dan perilaku-perilaku buruk dari dampak stres seperti
mengkonsumsi alkohol serta obat-obat terlarang

3) Menurunkan tingkat egosentris sehingga hubungan intra personal ataupun interpersonal menjadi
lancar
4) Mengurangi kecemasan

5) Meningkatkan rasa harga diri dan keyakinan diri

6) Pola pikir akan menjadi lebih matang

7) Mampu mempermudah dalam mengendalikan diri

8) Mengurangi stres secara keseluruhan, meraih kedamaian dan keseimbangan emosional yang
tinggi
9) Membangun emosi positif dari emosi negatif

10) Meningkatkan kesejahteraan jasmani maupun rohani50


9

Dari kegunaan terapi relaksasi yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa terapi
relaksasi dapat digunakan sebagai metode kontrol diri bagi subjek.

Autogenics

Autogenics ditemukan oleh Dr. Johannes Heinrich Schultz pada tahun 1920-an. Proses
autogenik adalah dengan mengendurkan otot secara mendalam, dan dengan demikian,
pikiran mengikuti dan rileks juga. Ada enam bagian untuk pelatihan autogenik:

1. Berat badan di beberapa bagian tubuh (lengan dan kaki terasa berat)
2. Kehangatan di bagian tubuh (lengan dan kaki terasa hangat)
3. Detak jantung (hati tenang)
4. Bernapas (bernapas dengan tenang)
5. Kehangatan di area perut
6. Dahi itu keren

Relaksasi otot progresif


Relaksasi otot progresif membantu mengendurkan otot dengan menegangkan bagian
tubuh tertentu (seperti leher), lalu melepaskan ketegangan untuk merasakan otot-otot itu
rileks. Teknik ini membantu penderita kecemasan karena mereka selalu tegang sepanjang
hari.

A. Konsep Dasar Relaksasi Otot Progresif

1. Pengertian

Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) didefinisikan


sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh yang
bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh tubuh (Corey,
2005). Batasan lain menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan teknik
untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot dan merilekkannya
secara bergantian (Miltenberger, 2004).
Soewondo (2012), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
10

ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di


luar dirinya. Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak
memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, serta
dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih mudah untuk
tidur (Davis & McKay, 2001).
Menurut Miltenberger (2004), teknik relaksasi dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu relaksasi otot progresif, pernafasan diafragma, imagery training,
biofeedback, dan hypnosis. Dalam pelaksanaannya terdapat kesamaan prinsip antara
relaksasi otot progresif, imagery training, dan Hypnosis; yaitu terapis barryak
menggttnakan instruksi verbal untuk mengarahkan klien sementara klien
berkonsentrasi mengikuti instruksi. Smith (2005), menyebutkan bahwa seseorang
yang menguasai hypnosis pada umumnya akan dengan mudah melakukan imagery
training dan relaksasi progresif; dan demikian pula sebaliknya.

2. Manfaat relaksasi otot progresif

Relaksasi otot progresif telah digunakan dalam berbagai penelitian didalam


dan diluar negeri dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi subyek
penelitian. Saat ini latihan relaksasi relaksasi otot progresif semakin berkembang
dan semakin sering dilakukan karena terbukti efektif mengatasi ketegangan,
kecemasan, stres dan depresi (Jacobson & Wolpe dalam Conrad & Roth- 2007),
membantu orang yang mengalami insomnia (Erliana, E., 2008), hingga
meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG (Dehdari, 2009),
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Tri Murti, 201l),
meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi &
Mashhady,2012).
3. Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi

Latihan relaksasi otot progresif melibatkan sembilan kelompok otot yang


ditegangkan dan dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki, dahi, mata, otot-otot
bibir, lidah, rahang, dada dan leher. Gunawan (2001), Setiadi (2007), dan Wibowo
(2008), berpendapat pada anggota gerak bagian atas terdapat sekumpulan otot yang
terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu musculus latissimus dorsi, musculus
deltoideus, musculus trapezius, musculus biceps brachii, musculus triceps brachii,
musculus extensor carpi radialis, musculus extensor carpi ulnsris,
musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan musculus feksor digitorunt
profundus.
11

Pada anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi dan
relaksasi meliputi musculus illiopsoas, musculus tensor fasialata, musculus rechus
femoris, musculus vestus, musculus peroneus, musculus tibialis, musculus ekstensor
digitorum komunis, musculus pehinus, musculus gracillis, musculus saleus,
musculus adductor magnus musculus gluteus maksimus, musculus biceps femoris,
dan musculus plantaris.

Pada bagian kepala, wajah, dan mulut otot-otot yang terlibat pada saat
kontraksi dan relaksasi meliputi musculus frontalis, musculus okcipitalis, musculus
ohligeus oculi, musculus orbicularis oculi, musculus
12

levator palpebra, musculus triangularis, musculus orbicularis oris, musculus


quadrates labii, musculus bucsinator, musculus zigomaticus, musculus maseter,
musculus temporalis, musculus pterigoid, musculus genioglosus, dan musculus
stiloglosus.

Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi musculus
platisma, musculus sternoHeido mastoid, musculus longisimus capitis, musculus
deltoid, musculus sub scapularis, musculus supraspinatus, musculus supra
infraspinatus, dan musculus teres. Sedangpada bagian dada otot yang terlibat
adalah musculus pectoralis major, musculus pectoralis minor, musculus sub
clavicula, dan musculus seratus anterior. Selain itu pada saat melakukan pemafasan
dalam juga melibatkan otot-otot bagian perut yang meliputi musculus abdominalis
internal, musculus abdominalis eksternal, musculus obliqus abdominalis, dan
musculus trensversus abdominalis.

Kuntarti (2006), dan Setiadi (2007), kontraksi dan relaksasi otot


dikendalikan oleh susunan syaraf pusat melalui serabut syaraf motoriknya,t empat
lekat cabang-cabang syaraf motorik adalah neuromuscular junction yang merupakan
penghantar kimiawi (neuro transmitter) asetil kholin maupun adrenalin untuk
eksitasi serabut otot. Impuls syaraf yang tiba pada sebuah neuromuscular akan
dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sistem tubura transversar yang
mengelilingi miofibril. Semua sarkomer pada otot akan menerima sinyal untuk
berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan yang utuh.
Sinyal elektrik itu dihantar menuju retikulum sarkoplasmik, yaitu suatu sistem dari
vesicles yang bersifat membran dan berasal dari retikulum endoplasma yang
membungkus miofibril.
Kuntarti (2006), Setiadi (2007), dan lryani (2010), menjelaskan bahwa pada
keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua membran yang
berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih, sedangkan pada saat yang
sama filamen miosin mengadakan tumpang tindih secara sempuma, sebaliknya pada
keadaan kontraksi filamenfilamen aktin ini tertarik kedalam diantara filamen miosin
sehingga satu sama lain
13

saling tumpang tindih. Filamen aktin dapat ditarik demikian kuatnya sehingga
ujung-ujung filamen miosin melengkung ketika kontraksi. Molekul miosin terdiri
dari dua bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat. Meromiosin ringan
tersusun dari dua utas peptida yang satu sama lainnya saling melilit dalam satu
heliks. Meromiosin berat terdiri dari dua bagian, yaitu heliks kembar yang sarna
dengan yang terdapat pada meromiosin ringan dan bagian kepala yang terretak pada
ujung heliks kembar.
Badan filamen terdiri dari utas meromiosin ringan yang sejajar. Bagian
meromiosin berat dari molekul miosin terdapat penonjoran yang membentuk
jembatan penyeberang. Batang penyeberang bertindak sebagai lengan yang
memungkinkan kepala meluas jauh keluar dari badan filamen miosin atau terletak
dekat dengan badan. Bemstein & Borkovec (2003), dan Kuntarti (2006), sistem
kontrol desending adalah suatu sistem serabut berasal dari dalam otak bagian bawah
dan bagian tengah dan berakhir pada serabut interneuronal dalam kornu dorsalis dari
medula spinalis.
Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara menegangkan kelompok otot
tertentu kemudian melepaskan ketegangan tersebut. Pada saat otot sedang
ditegangkan memang menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi ketika ketegangan
dilepaskan maka saat itulah akan merasakan sensasi rasa nyaman. Dalam hal ini,
orang yang melakukan latihan relaksasi otot memang diminta untuk berkonsentrasi
membedakan sensasi rasa nyaman yang timbul ketika ketegangan dilepaskan.
Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut otot, sedang
relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini belum ada alat untuk
mengukur tingkat ketegangan dan relaksasi otot. Sehingga ukuran otot yang tegang
dan rileks menjadi tidak standar dan lebih dominan bersifat subyektif. Untuk
ketegangan otot, secara obyektif sebenamya bisa dilihat dan dirasakan. Pergerakan
otot yang terjadi akibat makin membesar dan memanjangnya serabut otot bisa
dilihat secara kasat mata. Konsistensi atau kekerasan bisa menjadi salah satu
indikator ketegangan karena semakin tegang suatu otot maka akan semakin keras
14

konsistensinya. Selain itu, usaha menegangkan otot harus dilakukan dengan


menahan nafas. Keras dan lemahnya getaran atau guncangan saat menegan gkan
mengindikasikan tingkat ketegangan otot.
Bemstein & Borkovec (2003), menjelaskan bahwa menegangkan otot harus
dilakukan dengan menahan nafas; sehingga keadaan rileks terjadi ketika ia
melepaskan ketegangan dan melakukan pemafasan dalam yang teratur. Jika
dilakukan perabaan nadi akan didapatkan nadi teraba lebih pelan dan teratur
dibandingkan sebelumnya. Secara subyektif hal tersebut ditunjukkan dengan
pernyataan akan keadaan yang tenang, nyaman, dan rileks. Sayangnya hingga saat
ini belum ada alat untuk mengukur tingkat
ketegangan dan relaksasi otot.

4. Prosedur Relaksasi

Individu belajar Latihan relaksasi otot progresif bagaimana menegangkan


sekelompok otot kemudian melepaskan ketegangan itu. Inti dari latihan tersebut
terletak pada kemampuan individu mengelola ketegangan fisik dan atau mental
dengan memahami perbedaan sensasi antara otot yang tegang dan rileks. Soewondo
(2012), mendeskripsikan prosedur relaksasi progresif sebagai berikut:
a. Pertama duduk bersandar pada kursi secara nyaman dan tenang.

b. Bila mengenakan kaca mata dan atau sepatu agar dilepas.

c. Menegangkan sekumpulan otot tertentu dan melemaskannya.

d. Menyadarkan klien akan perbedaan sensasi otot tegang dan rileks.

e. Jumlah kumpulan otot yang perlu ditegangkan dan dilemaskan tiap kali
hendaknya berkurang.
f. Klien diharapkan dapat mengelola ketegangan dengan menginstruksikan diri
sendiri untuk rileks kapan dan dimana saja.

Meskipun latihan relaksasi otot progresif tidak menimbulkan efek samping


yang berbahaya tetapi beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan ketika memberikan
latihan (Davis & McKay.2001), yaitu :
a. Menegangkan otot dalam waktu kurang lebih tujuh detik; disarankan tidak lebih
dari sepuluh detik.
15

b. Merilekskan otot membutuhkan waktu sekitar 3040 detik.

c. Lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup.

d. Menegangkan kelompok otot dengan dua kali tegangan.

e. Menegangkan bagian tubuh sisi kanan terlebih dahulu kemudian sisi kiri.
f. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks atau tidak.

g. Terus menerus memberi instruksi.

h. Memberi instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.

Teknik relaksasi otot progresif merupakan yang paling sesuai pada tahap
awal pelatihan relaksasi. Bilamana telah terampil dapat langsung diinstruksikan
untuk rileks. Peserta diminta untuk menjadikan perasaan rileks sebagai sebuah
sugesti yang dapat dihadirkan ketika diperlukan..
B. Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung


memompakan keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan darah, semakin
sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi tertentu ketika tekanan
darah sangat rendah merupakan bagian suatu penyakit).
Darah mengambil oksigen dari dalam paru-paru. Darah yang mengandung
oksigen ini memasuki jantung dan kemudian dipompakan keseluruh bagian tubuh
melalui pembuluh darah yang disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar
bercabang-cabang menjadi pembuluh- pembuluh darah yang lebih kecil hingga
berukuran mikroskopik, yang akhirnya membentuk jaringan yang terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah yang sangat kecil yang disebut kapiler. Jaringan ini
mengalirkan darah ke sel-sel tubuh dan menghantarkan oksigen untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Kemudian darah yang tidak
beroksigen kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena, dan dipompa kembali
ke paru-paru untuk mengambil oksigen lagi.
Jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah ke seluruh
tubuh. Tekanan tertinggi berkontraksi dikenal sebagai tekanan
16

sistolik, kemudian otot jantung rileks sebelum kontraksi berikutnya, dan tekanan ini
paling rendah, yang dikenal sebagai tekanan diastolik. Tekanan sistolik dan diastolik
ini diukur ketika Anda memeriksakan tekanan darah.
Tekanan sistolik dan diastolik bervariasi untuk tiap individu. Namun, secara
umum ditetapkan, tekanan darah normal untuk orang dewasa (≥18 tahun) adalah
120/80, angka 120 disebut tekanan sistolik, dan angka 80 disebut tekanan diastolik.
Tekanan darah seseorang dapat lebih atau kurang dari batasan normal. Jika
melebihi nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah tinggi/hipertensi.
Sebaliknya, jika kurang dari nilai normal, orang tersebut menderita tekanan darah
rendah/hipotensi (Ramadhan, 2009).
2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

a. Kekuatan Memompa Jantung

Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan
pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut
sistol atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan
pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat, dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong
darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya
hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.
b. Viskositas (Kekentalan) Darah

Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang
berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah
tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding
tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat
cairan
17

makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.


c. Elastisitas dinding pembuluh darah

Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang
membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.
d. Tahapan tepi

Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam
pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di
dalam arteri, dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga
menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak
kelihatan di dalam kapiler dan vena.
e. Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit

Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas
dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti
termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Kalau arteri-arteri
kecil ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan
menurukan tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang
aktif karena sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukose yang biasanya
tersedia.
3. Pengukuran Tekanan Darah

Kebanyakan orang memeriksakan tekanan darahnya paling sedikit sekali


seumur hidupnya, baik dilakukan oleh dokter, bidan ataupun sendiri dengan
menggunakan alat khusus.
Meskipun metode yang ideal adalah mengukur tekanan darah di dalam arteri,
hal ini tidak dapat dilakukan secara mudah karena menggunakan jarum. Namun,
gambaran tekanan yang akurat saat darah sedang dipompakan dapat diperoleh
dengan pendekatan yang kurang invasif.
18

Biasanya seseorang diminta untuk duduk dan pada lengan akan dililitkan
manset karet, kira-kira sama tingginya dengan jantung pasien. Pasien harus benar-
benar rileks dan lengan akan bertopang pada siku yang diletakkan di atas meja,
karena gerakan mengangkat tangan dapat menghasilkan pengukuran yang tidak
tepat.
Tekanan darah tiap orang sangat bervariasi. Tekanan darah akan dapat
meningkat jika seseorang merasa cemas atau stress, cobalah untuk serileks mungkin
ketika dilakukan pengukuran.
Orang yang memeriksa tekanan darah akan melilitkan semacam manset
karet, bagian dari alat yang disebut sphygmomanometer, di lengan dan
memompanya dengan menggunakan sebuah pompa tangan kecil untuk
menghentikan sebentar aliran darah di lengan. Stetoskop di tempelkan pada arteri
tepat di bawah manset tersebut untuk mendengarkan suara saat manset dikempiskan
secara perlahan-lahan dan darah mengalir kembali ke lengan.
Ketika manset dipompa sampai pada tekanan di antara tekanan sistolik dan
diastolik, darah dalam arteri mengalir dengan cepat pada tiap detak jantung. Aliran
inilah yang menimbulkan suara. Tekanan dalam manset ketika terdengar pertama
kali berkaitan dengan tekanan darah sistolik. Hilangnya suara berkaitan dengan
tekanan darah diastolik yang terjadi ketika jantung rileks.
Suara yang di dengar melalui stetoskop ditimbulkan oleh pergolakan darah di
dalam arteri di depan engsel siku (denyut pada lengan atas), dan disebut suara
Korotkoff sebagai penghargaan kepada dokter tentara Rusia Nicholas Korotkoff,
yang pertama kali menggunakan cara ini pada tahun 1905.
Sebuah pengukur merkuri yang ditempelkan di manset tersebut membuat ke
dua tekanan tersebut dapat diukur dan dicatat. Tekanan dalam manset tersebut
diukur dengan satuan milimeter merkuri (mmHg), yang merupakan tinggi merkuri
yang dapat dipompa dalam tabung kaca (Ritu Jain, 2011).
19

4. Tekanan Darah Rendah

Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah


seseorang jauh lebih dari pada biasanya menyebabkan gejala pusing/tidak bisa
berpikir secara jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Jika tekanan
darah terlampau rendah, aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya tidak
cukup.
Penyebab tekanan darah rendah antara lain ”hipotensi ortostatik”.
Seharusnya pembuluh darah berespon terhadap gravitasi dengan kontraksi
(menyempit), dan dengan demikian dapat meningkatkan tekanan darah, jika kita
berdiri dari posisi duduk atau berbaring. ”Hipotensi ortostatik” berarti bahwa
pembuluh darah tidak disesuaikan diri terhadap posisi berdiri, sehingga terjadi
penurunan tekanan darah.
Penyebab ”hipotensi orostatik” meliputi: penyakit sistem saraf, seperti
neuropati, istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama , irama jantung yang
tidak teratur, penyakit kencing manis, dimana kerusakan saraf mengganggu refleks
yang mengontrol tekanan darah. Penyebab tekanan darah rendah lainnya adalah
dehidrasi (kekurangan cairan), reaksi tubuh terhadap panas, sehingga darah
berpindah ke pembuluh kulit, sehingga memicu dehidrasi, gagal jantung, serangan
jantung, perubahan irama jantung, pingsan (stres emosional, takut, rasa tidak
aman/nyeri), anafilaksis (reaksi alergi yang menancam jiwa), donor darah,
perdarahan di dalam tubuh, kehilangan darah, kehamilan, etherosklerosis
(pengerasan dinding arteri) (Robert, 2010).
5. Tekanan Darah Tinggi

Ukuran tekanan darah merupakan harapan hidup yang sangat akurat :


semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya, bahkan mereka yang
memiliki tekanan darah rata-rata pada suatu populasi memiliki resiko menderita
penyakit jantung yang agak lebih besar daripada mereka yang memiliki tekanan
darah yang lebih rendah, karena itu sulit sekali untuk mencari definisi hipertensi
yang sederhana.
20

Hipertensi disebut sebagai ’pembunuh bisu’ karena biasanya tidak


menimbulkan gejala-gejala sampai pada tahap lanjut penyakit. Satu- satunya cara
untuk mengetahui apakah tekanan darah meningkat adalah dengan mengukurnya
menggunakan alat pengukur tekanan darah.
Pembuluh darah mirip dengan tabung karet yang mengalirkan darah terus
menerus ke manapun dibutuhkan, arteri yang mengalirkan darah ke luar dari
jantung, harus menahan tekanan yang tinggi ketika darah dipompakan ke luar, jika
tekanan darah lebih tinggi daripada biasanya selama bertahun-tahun, seperti pada
hipertensi yang tidak diobati, pembuluh darah tersebut menjadi rusak. Lapisan pada
arteri dapat menjadi kasar dan tebal, dan pada akhirnya menimbulkan penyempitan
sehingga menjadi kurang lentur daripada sebelumnya. Hal ini dikenal sebagai
arteriosklerosis, jika arteri menjadi terlalu sempit, darah tidak dapat melaluinya
dengan benar, dan bagian tubuh yang bergantung pada arteri tersebut untuk
mendapatkan darah mengalami kekurangan darah dan oksigen yang dibutuhkan,
ketika arteri menyempit terjadi peningkatan kecenderungan darah membeku
(trombosis), yang dapat menyebabkan penyumbatan total pada areteri sehingga
bagian tubuh yang dilayaninya menjadi mati, jika jantung atau otak yang terkena
dampaknya, bagian yang mati disebut infark (Ramadhan, 2009).
6. Cara Mengukur Tekanan Darah

a. Cara pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung

1) Cara Palpasi (Perabaan) :

a) Memberi penjelasan bahwan akan dilakukan pengukuran


tekanan darah.
b) Mempersilahkan pasien untuk beristirahat selama 10 menit.

c) Mempersilahkan pasien duduk kembali.

d) Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti. Manset dipasang
dalam keadaan tidak longgar / terlalu ketat.
e) Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0 mmHg.

f) Meraba arteri radialis.


21

g) Memompa air raksa sampai denyut arteri radialis tidak teraba lagi.
h) Meningkatkan air raksa 10-30 mmHg di atas posisi pada saat arteri radialis tidak
teraba.
i) Menurunkan air raksa perlahan sampai denyut arteri radialis mulai teraba lagi.
j) Menentukan tekanan sistol orang percobaan.

k) Menurunkan air raksa sampai 0 mmHg.

l) Mengulangi langkah 6 sampai 11 dengan sebanyak 2 kali.

m) Menetapkan tekanan sistol rata-rata dari 3 kali pengukuran dengan benar.


b. Cara Auskultasi :

1) Member petunjuk bahwa akan dilakukan pengukuran tekanan darah.


2) Mempersilahkan pasien beristirahat selama 10 menit.

3) Mempersilahkan pasien duduk kembali.

4) Memasang manset di salah satu lengan 2-3 cm di atas fosa cubiti. Usahakan manset
terpasang dalam keadaan tidak longgar/ terlalu ketat.
5) Menetapkan posisi air raksa pada posisi 0.

6) Meraba arteri brakialis dan arteri radialis.

7) Memompa air raksa sambil meraba arteri radialis/brakialis.

8) Memasang stetoskop di atas arteri brakialis.

9) Meningkatkan air raksa perlahan sambil mendengarkan bunyi.

10) Menetapkan tekanan sistol dan diastole berdasarkan kelima fase korotkof.
11) Menurunkan air raksa sampai 0.

12) Mengulangi langkah 7 sampai 11 dengan benar sebanyak 2 kali.

13) Menetapkan tekanan sistol dan diastol rata-rata dari 3 kali pengukuran benar.
c. Pengukuran Tekanan darah arteri brakialis pada Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri
22

1) Berbaring terlentang

a) Menyuruh os berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit.


b) Selama menunggu, memasan manset sfigmomanometer pada lengan kanan
atas os.
c) Mencari dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fossa cubiti dan
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan os.
d) Setelah os berbaring 10 menit, menetapkan kelima fase korotkof dalam
pengukuran tekanan darah os tersebut.
e) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

2) Duduk

a) Tanpa melepas manset, os disuruh duduk.

b) Menunggu 3 menit.

c) Kemudian mengukur lagi tekanan darah pada saat os duduk.

d) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

3) Berdiri

a) Tanpa melepaskan manset os diminta berdiri.

b) Setelah ditunggu 3 menit ukur kembali tekanan darah dengan cara yang
sama.
c) Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.

d) Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah os pada ketiga sikap yang


berbeda di atas (Ritu Jain, 2011).

Manfaat
Manfaat relaksasi dapat ditemukan di tiga bidang utama kesehatan individu, termasuk;
kesehatan mental, fisik dan fisiologis. Menjadi rileks dapat memberikan hal-hal positif bagi
kesehatan seseorang dari sekadar meningkatkan suasana hati hingga membantu mengatasi
insomnia. Semua hal ini dapat membantu seseorang menjalani kehidupan yang lebih bahagia
dan lebih sehat, serta dapat meningkatkan umur panjang hidupnya. Tidak banyak kekurangan
relaksasi. Ini adalah teknik yang mudah untuk dipahami dan diikuti. Tiga kategori yang dapat
dibantu oleh relaksasi adalah mental, fisik, dan fisiologis.
23

Mental

Kesehatan mental sangat penting dan perlu diupayakan setiap hari. Relaksasi dapat membantu
banyak gangguan yang dapat terjadi pada kesehatan mental seseorang. Ada suasana hati yang
lebih tinggi dan kecemasan yang lebih rendah pada mereka yang mempraktikkan teknik
relaksasi. Mereka yang rileks memiliki proses berpikir yang jauh lebih lambat dan lebih jelas
daripada mereka yang tidak rileks; ini dapat ditampilkan di EEG. Sudah diketahui umum
bahwa relaksasi dapat membantu mengurangi stres. Dengan mengurangi stres, seseorang dapat
membantu mengurangi hal-hal negatif yang dapat ditimbulkan oleh stres pada tubuh.
Mekanisme koping juga ditingkatkan dengan teknik relaksasi pada nyeri mental dan fisik.

Gangguan tidur adalah area yang dapat menyebabkan stres dan masalah kesehatan mental.
Relaksasi dapat membantu mengurangi insomnia pada mereka yang memiliki gangguan tidur.
Mereka yang menderita insomnia bahkan mungkin berhenti menggunakan alat bantu tidur
hanya dengan mempraktikkan teknik relaksasi. [12]
Menghentikan pengobatan yang tidak perlu
atau alat bantu tidur akan membantu kesehatan secara keseluruhan. Meskipun relaksasi tidak
dapat menghilangkan penyakit kronis, ini dapat membantu menghilangkan gejala yang
mungkin dimiliki seseorang. Banyak pasien kanker dan AIDS diajari teknik relaksasi.

Fisik

Kesehatan fisik juga merupakan hal yang perlu diusahakan setiap hari, baik itu olahraga,
makan sehat, atau relaksasi. menyatakan bahwa tekanan darah, detak jantung, dan laju
pernapasan akan menurun saat seseorang dalam keadaan rileks. Ini berarti jantung seseorang
tidak berdetak secepat dan pernapasannya menjadi dangkal, membantu tubuh seseorang
memiliki waktu untuk istirahat. Ini akan mengurangi stres ekstra yang dapat dilakukan hal-hal
ini pada tubuh jika mereka terlalu banyak bekerja. Ketegangan otot akan berkurang. Jika
ketegangan otot seseorang menurun, mereka tidak membakar energi ekstra yang mungkin
mereka butuhkan di kemudian hari. Metabolisme juga bisa menurun; Hal ini sebagian besar
terlihat saat hibernasi dan tidur dan memberikan tubuh waktu ekstra untuk istirahat dan fokus
pada aspek lain yang diperlukan. Ini bisa dilihat sebagai hal yang baik atau buruk, tergantung
pada kualitas kesehatan secara keseluruhan. Orang yang melakukan relaksasi dikatakan dapat
mentolerir rasa sakit dengan lebih baik baik secara mental maupun fisik.

Fisiologis

Berkenaan dengan sistem saraf, relaksasi juga dapat memainkan peran besar. Seorang individu
akan berubah dari aktif dan waspada, yang merupakan simpatik, ke parasimpatis yang istirahat
dan mencerna. Saat mereka rileks, ini memberi waktu pada tubuh untuk mengejar ketinggalan.
24

Seseorang tidak perlu khawatir untuk berlari, karena mereka duduk diam dan membiarkan
“istirahat dan mencerna”. Sistem kekebalan akan meningkat dengan peningkatan relaksasi
itulah sebabnya relaksasi dapat dilihat sebagai bagian dari pengobatan untuk penderita AIDS
dan kanker.
25
26
27

Referensi

Csikszentmihalyi, M. , Finding Flow , 1997, hal. 31.

Kamus Oxford (2014). Relaksasi,


http://www.oxforddictionaries.com/us/definition/american_english/relaxation?q=relaxation+

Kesehatan fisik dan kesehatan mental, https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/p/physical-


health-and-mental-health

Pagnini, Francesco; Manzoni, Gian Mauro; Castelnuovo, Gianluca; Molinari, Enrico (Mei
2013). "Sebuah tinjauan pustaka singkat tentang terapi relaksasi dan kecemasan". Tubuh,
Gerakan dan Tarian dalam Psikoterapi . 8 (2): 71–81. doi : 10.1080 / 17432979.2012.750248 .

Lettus, Dodi (September 2010). "Bernapas dan Santai". Jurnal Perpustakaan . 135 (14): 30–
32. ERIC EJ926001 .

MacGregor, Hilary E. (17 Oktober 2004). "Tarik napas untuk menghilangkan stres Teknik
pernapasan khusus yang bermanfaat bagi kesehatan, kata para praktisi". Jurnal-Gazette . Los
Angeles Times. ProQuest 411159521 .

Greenwald, Dawn (24 Mei 2012). "Kesehatan Inovatif: Hilangkan stres dengan teknik
relaksasi otot progresif". Berita Harian Alamogordo . ProQuest 1015669126 .

"Istirahat mental (meditasi dapat membantu mengurangi stres)". Manfaat Kanada . 20 (3): 7.
Maret 1996. ProQuest 224308859 .

Carrero, Milton D. (13 November 2012). "Apakah hipnosis untuk Anda? Hipnotis terapeutik
telah terbukti membantu pasien mengurangi stres, berhenti merokok, menurunkan berat badan,
dan banyak lagi". Panggilan Pagi . ProQuest 1151633865 .

Zandt, Daniel. "Meditasi Relaksasi Mendalam: Bimbingan & Pilihan Terbaik" . Stillmind.org .
Diakses tanggal 20 November 2016 .

Wachholtz, Amy B .; Pargament, Kenneth I. (28 Juli 2005). "Apakah Spiritualitas Merupakan
Bahan Kritis Meditasi? Membandingkan Efek Meditasi Spiritual, Meditasi Sekuler, dan
28

Relaksasi pada Hasil Spiritual, Psikologis, Jantung, dan Sakit". Jurnal Pengobatan Perilaku .
28 (4): 369–384. doi : 10.1007 / s10865-005-9008-5 . PMID 16049627 .

Goleman, Daniel; Gurin, Joel (1995). "Respon Relaksasi". Pengobatan Tubuh Pikiran:
Bagaimana Menggunakan Pikiran Anda untuk Kesehatan yang Lebih Baik . Buku Laporan
Konsumen. hlm. 233–252. ISBN 978-0-89043-840-4 .

Jones, Kenneth R .; Heymen, Steve (1988). "Menggunakan Relaksasi: Mengatasi Gangguan


Gastrointestinal Fungsional" (PDF) . Pusat UNC untuk Gangguan GI & Motilitas Fungsional.

Eti Nurhayati, Bimbingan, Konseling & Psikoterapi Inovatif, (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 23.

Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2012), hlm. 7.

M.A. Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer…, hlm. 166.

Prabowo Prasetyo Budi, Cara cepat Menguasai Hypnohealing, (Yogyakarta:


Leutika, 2010), hlm. 86.

Fitri Ningsih, “Efektifitas Teknik Relaksasi Untuk Mengurangi Kejenuhan


(Burnout) Belajar Pada Siswa Kelas Xi Di Sma N 6 Yogyakarta”, Skripsi 2016 , hlm.
25.

Indahria Sulistyarin, “Terapi Relaksasi untuk menurunkan tekanan darah dan


meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi” Jurnal Psikologi, Vol. 40, No. 1,
(Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. 2013),
hlm. 30.

Indriana Bil Resti, “Teknik Relaksasi Otot Progesif Untuk Mengurangi Stres
Pada Penderita Asma”, Jurnal 2014, Vol. 02, No 01, hlm. 6.
M.A. Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer,,,. hlm. 141. Ibid, hlm.
194.
Wikipedia Bahasa Indonesia “Meditasi” dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Meditasi

Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik,… hlm. 12.

Indahria Sulistyarin, “Terapi Relaksasi untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
kualitas hidup penderita hipertensi” Jurnal Psikologi, Vol. 40, No. 1, (Fakultas Psikologi dan
Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. 2013). hlm. 31.
29

Dwi Heppy Rahmawati, “Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Menurunkan


Kecemasan”, Skripsi (Universitas Islam Sultan Agung Semarang), hlm. 46.

Anda mungkin juga menyukai