Anda di halaman 1dari 10

RAHASIA

D.05
PRAKTIKUM PSIKODIAGNOSTIK I (OBSERVASI)

SETTING KLINIS

AUTISME PADA ANAK ANAK

Oleh

DEDEK ANANDATARI HASIBUAN

180620078

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2019
RAHASIA

D.05
I. IDENTITAS OBSERVEE
Nama : MF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat / Tanggal Lahir :-
Usia : 4 Tahun 1 bulan
Pendidikan Terakhir :-
Suku :-
Agama : Islam
Alamat :-
Anak Ke :-

II. IDENTITAS KELUARGA


Ayah Ibu Anak Ke Anak Ke Anak Ke
3
1 2
Nama - - - - -
Usia - - - - -
Pendidikan - - - - -
terakhir
Pekerjaan - - - - -

Tempat - - -
- -
Tinggal

Status - - -
-
-

III. STATUS PEMERIKSAAN


Tanggal pemeriksaan : 4 Desember 2019
Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
Lokasi : di dalam kelas belajar.
RAHASIA

D.05
Tujuan Pemerikasaan : Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan anak yang mengidap autisme
IV. METODE OBSERVASI
A. Jenis Observasi
Jenis observasi yang digunakan observer adalah Non
Partisipan yaitu observer tidak terlibat atau mengambil bagian
dalam aktivitas yang dilakukan observee. Observer berada di
luar lingkaran observee. Menurut Sundberg dalam buku
Kusdiyati & Fahmi, 2018).

B. Metode Pencatatan
Observer menggunakan metode pencatatan Checklist, yaitu
pencatatan yang menyatakan keberadaan atau ketidakberadaan
sesuatu, dalam buku Kusdiyati & Fahmi, (2018).

C. Prosedur Observasi
Persiapan pertama yang dilakukan observer yaitu mencari tempat yang
harus diobservasi, dan juga mencari teori untuk mengobservasi observee. Setelah
itu membawakan surat dari prodi untuk dibawakan ke sekolah SLB tersebut untuk
mendapatkan izin observasi. Kedua, setelah mendapatkan izin saya mempersiapan
teoritis terhadap hal yang ingin saya observasi kemudian saya mencari dan
menentukan metode yang tepat untuk melaksakan pengamatan. Ketiga, setelah
melakukan observasi kemudian data yang sudah terkempul di olah menjadi
sebuah hasil dari pengamatan. Keempat, data yang telah terkumpul dan telah di
olah mejadi data yang valid, saya melakukan interpretasi data yaitu
mensingkronkan antara hasil pengamatan dengan landasan teori.

D. Rancangan Dan Pelaksanaan Asesmen


Diagnosa gangguan Autisme
Kriteria-kriteria gangguan Autisme
RAHASIA

D.05
 Gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh
adanya kelainan dan/atau hendaya perkembangan yang
muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan cirri kelainan
fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi,
dan perilaku yang terbatas dan berulang.
 Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang
normal sebelumnya, tetapi bila ada, kelainan
perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3
tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan.
Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat di diagnosis
pada semua kelompok umur.
 Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
yang timbale balik (reciprocal social interaction). Ini
berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat
sosio-emosional, yang tampak sebagai kurangnya
respons terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya
modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial; buruk
dalam menggunakan isyarat sosial dan integrasi yang
lemah dalam perilaku sosial, emosional dan
komunikatif; dan khusuunya, kurangnya respons timbal
balik sosio-emosional.
 Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam
komunikasi. Ini berbentuk kurangnya penggunaan
keterampilan bahasa yang dimiliki di dalam hubungan
sosial; hendaya dalam permainan imaginative dan
imitasi sosial; keserasian yang buruk dan kurangnya
interaksi timbale balik dalam percakapan; buruknya
keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan
fantasi dalam proses piker yang relative kurang;
kurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal
RAHASIA

D.05
dan non-verbal orang lain; hendaya dalam
menggunakan variasi irama atau penekanan sebagai
modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh
untuk menekankan atau, memberi arti tambahan dalam
komunikasi lisan.
 Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan
kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Ini
berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini
biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga
kebiasaan sehari-hari serta pola bermain. Terutama
sekali dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi
kelekatan yang khas terhadap benda-benda yang aneh,
khususnya benda yang tidak lunak.anak dapat
memaksakan suatu kegiatan rutin dalam ritual yang
sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi preokupasi yang
stereotipik terhadap suatu minat seperti tanggal, rute
atau jadwal; sering terdapat stereotipik motorik; sering
menunjukkan minat khusus terhadap segi-segi
nonfungsional dari benda-benda (misalnya bau atau
rasanya); dan terdapat penolakan terhadap perubahan
dari rutinitas atau dalam detil dari lingkungan hidup
pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam
rumah).
 Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam
hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga perempat
kasus secara signifikan terdapat retardasi mental, dalam
buku Maslim,. R. (2017).

Tujuan Metode Sumber Data Pelaksanaan


Untuk Observasi Observee 4 Desember 2019
RAHASIA

D.05
mengetahui
sejauh mana
kemampuan anak
yang mengidap
autism

V. LANDASAN TEORI
1. Teori
Studi studi berikut ini telah menunjukkan bahwa dengan autisme
mengekspresikan emosi dan tidak boleh dianggap kurang memiliki
reaksi emosional (Jones dkk., 2001). Malahan, beberapa orang
memiliki ciri yang menunjukkan ketidakmampuan anak autis
dalam menggapi orang lain, dianggap kurang memiliki pemahaman
sosial suatu defisit dalam kemampuan untuk memperhatikan
isyarat sosial dari orang lain

VI. HASIL OBSERVASI

NO. KRITERIA YA TIDAK


1 Gangguan perkembangan pervasive yang ditandai oleh √
adanya kelainan dan/atau hendaya perkembangan yang
muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan
fungsi dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi,
dan perilaku yang terbatas dan berulang.
2 Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang √
normal sebelumnya, tetapi bila ada, kelainan
perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3
tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan.
Tetapi gejala-gejalanya (sindrom) dapat di diagnosis
pada semua kelompok umur.
3 Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang √
timbal balik (reciprocal social interaction). Ini berbentuk
RAHASIA

D.05
apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio-
emosional, yang tampak sebagai kurangnya respons
terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi
terhadap perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam
menggunakan isyarat sosial dan integrasi yang lemah
dalam perilaku sosial, emosional dan komunikatif; dan
khususnya, kurangnya respons timbal balik sosio-
emosional.
4 Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam √
komunikasi. Ini berbentuk kurangnya penggunaan
keterampilan bahasa yang dimiliki di dalam hubungan
sosial; hendaya dalam permainan imaginative dan
imitasi sosial; keserasian yang buruk dan kurangnya
interaksi timbal balik dalam percakapan; buruknya
keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan
fantasi dalam proses piker yang relative kurang;
kurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal
dan non-verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan
variasi irama atau penekanan sebagai modulasi
komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk
menekankan atau, memberi arti tambahan dalam
komunikasi lisan.

5 Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan


kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik. Ini
berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini
biasanya berlaku untuk kegiatan baru dan juga kebiasaan
sehari-hari serta pola bermain. Terutama sekali dalam
masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang khas
terhadap benda-benda yang aneh, khususnya benda yang
RAHASIA

D.05
tidak lunak.anak dapat memaksakan suatu kegiatan rutin
dalam ritual yang sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi
preokupasi yang stereotipik terhadap suatu minat seperti
tanggal, rute atau jadwal; sering terdapat stereotipik
motorik; sering menunjukkan minat khusus terhadap
segi-segi nonfungsional dari benda-benda (misalnya bau
atau rasanya); dan terdapat penolakan terhadap
perubahan dari rutinitas atau dalam detil dari lingkungan
hidup pribadi (seperti perpindahan mebel atau hiasan
dalam rumah).

6 Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam √


hubungannya dengan autisme, tetapi pada tiga perempat
kasus secara signifikan terdapat retardasi mental.
Berdasarkan hasil observasi, observee duduk berhadapan dengan
gurunya sambil belajar melihat gambar, ketika itu observee tidak mau
melihat gambar tersebut dan bahkan observee tantrum pada saat
belajar, ketika gurunya meredakan tantrumnya tersebut dengan
membicara dengannya ia tidak tantrum lagi sehingga observee bisa
belajar dengan baik, juga pada saat pembelajaran ia merasa senang dan
bahkan observee ketawa sendiri, dikala guru menyebuti satu huruf
untuk dipelajari atau untuk disebut ualang maka ia kadang menangis
kadang juga tantrum.

VII. PEMBAHASAN
Studi studi berikut ini telah menunjukkan bahwa dengan autisme
mengekspresikan emosi dan tidak boleh dianggap kurang memiliki
reaksi emosional (Jones dkk., 2001). Malahan, beberapa orang
memiliki ciri yang menunjukkan ketidakmampuan anak autis dalam
menggapi orang lain, dianggap kurang memiliki pemahaman sosial
RAHASIA

D.05
suatu defisit dalam kemampuan untuk memperhatikan isyarat sosial
dari orang lain.
Dapat dikaitkan dalam teori ini adalah anak anak yang mengidap
autisme bahwa mampu mengekspresikan emosinya kapan pun dan
tidak boleh dianggap kurang memiliki reaksi emosional pada siapapun,
juga anak yang mengidap autism ini mengalami gangguan pada
perkembangannya, juga pada perkembangan motoriknya, pada anak
yang memiliki gangguang ini biasanya kurang memiliki komunikasi
timbal balik dikarenakan observee ataupun anak yang gangguan
autisme ini memiliki dunia mereka sendiri, sehingga ketika guru atau
orang yang mengajari mereka sulit untuk mereka terima, adapun juga
yang memiliki kecepatan tanggap dalam belajarnya, akan tetapi itu
sangat jarang ditemui.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa observee mampu belajar dengan
baik, akan tetapi ketika tantrumnya muncul maka ia tidak
belajar dengan baik, bahkan ia menangis.
B. Saran
Saran dari observer adalah, observee teruslah giat belajar
agar, motorik dari observer terlatih dan juga terasah sehingga
lebih paham dalam belajar hal hal lain
RAHASIA

D.05

DAFTAR PUSTAKA

Kusdiyati,. M.PSi dan Fahmi, M.Psi. 2015. Observasi Psikologi.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maslim,. R. (2017). “Diagnosis Gangguan Jiwa”. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta Kompleks RS Atma
Jaya, Geudung Damian, Lantai V – 506 Jalan Pluit Raya 2, Jakarta
14440.

Anda mungkin juga menyukai