Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

PERKEMBANGAN SOSIAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1:
1. Alvindio Yoga Pradista (K8118006)
2. Anita Dwi Rahmawati (K8118012)
3. Chofifah Nurul Hidayah (K8118019)
4. Felicia Rahma Saputri (K8118029)
5. Novi Komala Sari (K8117047)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak yang berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan sudah


bersifat sosial, tidak sosial, atau antisosial. Namun hanya sedikit bukti yang dapat
memperkuat dugaan tersebut, sebaliknya banyak bukti yang menunjukkan bahwa
manusia dapat bersifat demikian karena hasil belajar. Seseorang tidak dapat menjadi
pribadi yang sosial dalam waktu singkat. Proses belajar anak-anak searah dengan daur
(siklus), dengan periode kemajuan yang pesat diikuti oleh garis mendatar (plateau).
Pada garis mendatar ini hanya sedikit kemajuan, periode kemajuan yang pesat itu
bahkan kadang-kadang diikuti oleh kemunduran ke tingkat perilaku sosial yang lebih
rendah. Cepat lambatnya peningkatan tingkah laku sosial anak sebagian besar
bergantung pada kuat lemahnya motivasi masing-masing anak untuk bermasyarakat.
Secara bahasa sosial berarti sesuatu yang berkenaan dengan orang lain atau
masyarakat. Yang artinya seseorang diharapkan dapat berperilaku sosial atau mampu
bermasyarakat. Meskipun demikian, umumnya orang berharap memperoleh
penerimaan sosial sehingga mereka melakukan sesuai dengan tuntutan kelompok.
Sebagai contoh, mereka melakukannya dengan belajar berlagak (berpura-pura) untuk
menutupi pikiran dan perasaan yang mungkin tidak dapat diterima secara sosial.
Makalah ini akan menjelaskan seperti apa proses sosialisasi, perbedaan orang yang
sosial dan nonsosial, dan faktor apa saja yang mempengaruhi perbedaan kelompok
sosial tingkat anak-anak.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu perkembangan sosial anak?


2. Seperti apa tingkatan perkembangan anak?
3. Bagaimana proses sosialisasi?
4. Apa perbedaan orang yang sosial dan yang nonsosial?
5. Apa saja faktor yang ikut mempengaruhi perbedaan kelompok sosial?

C. TUJUAN PENULISAN

 Untuk memenuhi salah satu tugas psikologi perkembangan anak


 Untuk mengembangkan daya pikir yang kritis bagi para mahasiswa
 Untuk mengetahui tingkatan perkembangan anak
 Untuk mengetahui proses sosialisasi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang


menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia
terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat
diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah
yang bersifat tetap dan maju.
Beberapa definisi mengenai psikologi anak:
1. Menurut Dra. Kartini Kartono dalam Psikologi Anak: “Psikologi perkembangan
(psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusi yang
dimulai dengan priode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja,
sampai periode adolesens menjelang dewasa”.
2. Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers, dan Prof. Dr. Siti
Rahayu Haditoro dalam Psikologi Perkembangan: “Psikologi perkembangan
adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang
mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi
seseorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan”
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut kiranya dapat diambil
pemahaman yang lebih sederhana yaitu suatu cabang dari psikologi yang membahas
tentang gejala jiwa seseorang, baik meyangkut perkembangan maupun kemunduran
perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.

B. TINGKATAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

Sebagian psikolog beranggapan bahwa perkembangan sosial itu mulai ada


sejak anak lahir didunia, terbukti seorang anak yang menangis adalah dalam rangka
mengadakan kontak atau hubungan dengan orang lain, atau anak tampak mengadakan
aktivitas meraba, tersenyum bila memperolrh rangsangan dan teguran dari luar.
Charlotte Buhler membagi tingakatan perkembangan sosial anak menadi 4
tingakatan, yaitu:
1. Tingkatan pertama: sejak dimulai umur 3 bulan, anak mulai mengadakan reaksi
positif terhadap orang lain, antara lain ia tertawa karena mendengar suara orang
lain. Anak menyambut pandangan orang lain dengan pandangan kembali dan
lain-lain.
2. Tingkatan kedua: adanya rasa bangga dan senang yag terpancar dalam gerakan
dan mimiknnya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang lainnya.
Contohnya, anak yang berebut benda, jika menang dia akan kegirangan dalam
gerak dan mimik. Tingakatan ini biasanya mulai muncul pada usia anak kurang
lebih 2 tahun keatas.
3. Tingkatan ketiga: jika anak lebih dari umur kurang lebih 2 tahun, mulai timbul
perasaan simpati (rasa setuju) atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada orang
lain, baik yang sudah dikenalnya atau belum.
4. Tingkatan keempat: pada masa akhir tahun kedua, anak telah menyadari akan
pergaulannya dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk ikut
campur dalam gerak dan lakunya.

Selanjutnya, karena anak sudah mulai kaya akan pengalaman sosial, terkadang
timbul kesukaran bag orang tua untuk mengatur. Anak sudah mulai dapat dapat
berontak, melawan (pertikaian). Suatu ketika anak menjadi mudah keras kepala,
cemburuan, dan lainyya. Karena pada masa ini termasuk ada di dalamnya masa
kegoncangan pertama (footzalter I) pada diri anak yakni pada umur kurang lebih 3
tahun.

C. PROSES SOSIALISASI

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai


dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized)
memerlukan tiga proses, yang tiap proses terpisah dan sangat berbeda satu dengan
yang lain tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam proses akan
mengakibatkan turunnya kadar sosialisasi individu.
Relatif hanya sedikit anak atau orang dewasa yang benar-benar berhasil dalam
ketiga proses sosialisasi. Ketiga proses tersebut antara lain :
1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial memiliki standar bagi para anggotanya tentang perilaku
yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus
mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan
perilaku dengan patokan yang dapat diterima.
2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan
seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada
peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan
murid.
3. Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat/bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai orang dan
aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam
penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial
tempat mereka menggabungkan diri.

D. PERBEDAAN ORANG YANG SOSIAL DAN YANG NONSOSIAL


Pada masa kanak-kanak ada dorongan yang kuat untuk bergaul dengan orang
lain dan ingin diterima oleh orang lain. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, maka anak-
anak tidak akan bahagia. Jika kebutuhan ini terpenuhi, mereka akan puas dan bahagia.
Sebagai contoh, sebagian anak merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok,
tetapi anak-anak pada umumnya merasa bahagia hanya apabila mereka menjadi
anggota yang diterima oleh suatu kelompok sosial. Sebagian anak memperoleh
kepuasan dengan melawan tuntutan sosial, tetapi jika ia menjumpai kenyataan
penolakan anggota kelompok karena perilaku tersebut, kepuasan mereka hanya
berumur pendek. Setiap hal yang mengganggu sosialisasi dan bertindak sebagai
penghalang terhadap penemuan kelompok cenderung menimbulkan ketidakbahagiaan.
Orang yang sosial ialah mereka yang perilakunya mencerminkan keberhasilan di
dalam tiga proses sosialisasi, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat
mereka menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok.
Ada beberapa tipe anak dalam bersosialisasi, antara lain :
1. Orang yang suka hidup berkelompok (gregarious) adalah orang yang
menghasratkan kehadiran orang lain dan merasa kesepian jika berada seorang
diri. Mereka puas semata-mata karena berada bersama orang lain, terlepas dari
sifat hubungannya.
2. Orang yang nonsosial adalah orang yang perilakunya tidak mencerminkan
keberhasilan dalam tiga proses yang menjadi ciri khas seorang yang
mempunyai sifat sosial.
3. Orang yang tidak sosial (unsosial) adalah orang non-sosial yang tidak
mengetahui apa yang dituntut oleh kelompok sosial sehingga berperilaku yang
tidak memenuhi tuntutan sosial. Oleh karena itu, mereka tidak diterima oleh
kelompok dan terpaksa menggunakan sebagian besar waktu mereka untuk
berada seorang diri.
4. Orang yang antisosial adalah orang nonsosial yang mengetahui hal-hal yang
dituntut kelompok, tetapi karena sikap permusuhan terhadap orang lain maka
mereka melawan norma kelompok. Akibatnya mereka diabaikan dan ditolak
oleh kelompok.

E. FAKTOR YANG IKUT MEMPENGARUHI PERBEDAAN KELOMPOK


SOSIAL

Pengaruh kelompok terhadap perkembangan sosial anak sangat kuat terutama


dalam tiga bidanyang masing-masing bidangnya mempunyai peran penting dalam
penyesuain pribadi dan sosial. Bidang pertama adalah keinginan untuk menyesuaikan
diri dengan tuntutan sosial. “Penyesuaian diri” adalah perilaku yang ditujukan untuk
memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini mencerminkan kemauan individu untuk
menyesuaikan perilaku, sikap dan nilainya sesuai dengan tuntutan kelompok.
Sebagian anak hanya menyesuaikan diri di depan umum dan berbuat sesukanya
sendiri pada waktu sendirian. Sebagian lainnya menyesuaikan diri, baik di depan
umum maupun ketika sendirian.
Sebagian anak menyesuaikan diri lebih disebabkan oleh kebutuhan daripada
karena memilih. Mereka menghendaki poularitas dan kasih sayang dari teman sebaya,
terutama jika mereka merasa tidak mendapatkan kasih sayang di rumah. Untuk
mencapai tujuan ini mereka bersedia menyesuaikan diri walaupun dengan
pengorbanan. Kemauan untuk menyesuaikan diri pada anak-anak itu kuat terutama
pada masa kanak-kanak akhir ketika keinginan untuk diterima secara sosial mencapai
puncaknya.
Kedua, adalah dengan membantu anak-anak mencapai kemandirian dari orang
tua dan menjadi dirinya sendiri. Melalui hubungan dengan teman sebaya anak-anak
belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan
dan nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka, dan mempelajari pola
perilaku yang diterima kelompok.
Pengaruh penting yang ketiga dari kelompok adalah terhadap konsep diri
anak. Meskipun anak belum mengetahui mengapa orang lain menerima atau
menolaknya, anak menduga pendapat orang lain dan makna reaksi orang lain. Jika
pendapat orang lain menyenangkan, anak juga akan menganggap dirinya lebih
menyenangkan, Jika pendapat orang lain tidak menyenangkan, anak akan tidak
menyukai dan menolak dirinya sendiri.

1. Kemampuan Untuk Dapat Diterima Oleh Kelompok


Anak-anak yang populer dan melihat kemungkinan memperoleh penerimaan
kelompok lebih dipengaruhi kelompok dan kurang dipengaruhi keluarga
dibandingkan dengan anak-anak yang pergaulannya dengan kelompok tidak
begitu akrab. Anak-anak yang melihat adanya kesempatan kecil untuk dapat
diterima kelompok mempunyai motivasi yang kecil pula untuk menyesuaikan diri
dengan standar kelompok.
2. Keamanan Karna Status Dalam Kelompok
Anak-anak yang merasa aman di dalam kelompok akan merasa bebas
mengekspresikan ketidakcocokan mereka dengan pendapat anggota lainnya.
Sebaliknya, mereka yang merasa tidak aman akan menyesuaikan diri sebaik
mungkin dan akan mengikuti anggota lainnya.
3. Tipe Kelompok
Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial, yaitu derajat hubungan kasih sayang
diantara para anggota kelompok. Pada kelompok primer (antara lain keluarga
atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat
dibandingkan dengan pada kelompok sekunder (antara lain kelompok bermain
yang diorganisasikan atau perkumpulan sosial) atau pada kelompok tersier
(antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak didalam bus,kereta api,
dan sebagainya). Akibatnya kelompok primer mempunyai pengaruh terkuat
terhadap anak-anak.
4. Perbedaan Keanggotaan Dalam Kelompok
Dalam sebuah kelompok, pengaruh terbesar biasanya timbul dari pemimpin
kelompok dan pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak
populer.
5. Kepribadian
Anak-anak yang merasa tak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi
oleh kelompok dibandingkan dengan mereka yang memilki kepercayaan pada diri
sendiri yang besar dan yang lebih menerima diri sendiri. Anak dengan poa
kepribadian otoriter paling dipengaruhi kelompok karna mereka selalu takut
kalau-kalau tidak disukai teman sebaya.
6. Motif Menggabungkan Diri
Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri (affiliation motive),
yaitu keinginan untuk diterima, semakin rentan mereka terhadap pengaruh
anggota lainnya, terutama pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi
dalam kelompok. Semakin menarik kelompok itu bagi anak-anak, semakin ingin
mereka diterima dan bersedia dipengaruhi oleh kelompok tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.


Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari
berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.

Faktor lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling mempengaruhi


perkembangan sosial anak, semakin bagus ajaran di dalam keluarga, maka perkembangan
sosial pada anak juga semakin bagus.

Perkembangan sosial juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, anak yang


mempunyai daya intelegensi yang tinggi, pada umumnya memiliki perkembangan sosial yang
baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B, 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.


Ahmadi, Abu, dan Sholeh, Munawar, 2005. Psikolog Perkembangan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai