Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI

1.A.1 Rekayasa Lalu Lintas

Menurut Homburger & Kell (1981), rekayasa lalu lintas adalah sesuatu
perencanaan, perancangan geometrik dan operasi lalu lintas di jalan raya serta
jaringannya, termasuk di terminal. Blunden (1981) menambahkan bahwa
rekayasa lalu lintas merupakan penerapan ilmu pengetahuan tentang
perencanaan, perancangan dan operasi sistem lalu lintas untuk mencapai
keselamatan pergerakan orang dan barang serta efisien. Menurut Shanne
(1990), teknik lalu lintas didefinisikan sebagai bagian dari ilmu teknik yang
berkaitan dengan pergerakan orang dan barang di jalan secara aman dan
efisien. Rekayasa atau teknik lalu lintas mencakup aspek-aspek seperti:

1. Perencanaan fasilitas jalan,


2. Design geometrik fasilitas jalan,
3. Pengoperasian dan pengaturan lalu lintas,
4. Traffic safety,
5. Pemeliharaan dan pengaturan fasilitas dan alat pengatur lalu lintas.

1.A.2 Side Friction

hambatan samping adalah pengaruh kegiatan di samping ruas jalan


terhadap kinerja lalu lintas, misalnya pejalan kaki (bobot = 0,6), penghentian
kendaraan umum atau kendaraan lainnya (bobot = 0,8), kendaraan masuk dan
keluar lahan di samping jalan (bobot = 1,0), dan kendaraan lambat (bobot =
0,4)
1.A.3 Hubungan Volume, Kecepatan & Kepadatan

Prinsip umum yang mendasari analisis kapasitas segmen jalan


adalah bahwa kecepatan berkurang bila kepadatan arus bertambah.
Pengurangan kecepatan akibat penambahan kepadatan arus mendekati
konstan pada arus rendah dan menengah, tetapi menjadi lebih besar pada
kepadatan arus yang mendekati kapasitas. Pada kondisi kerapatan volume
mendekati kapasitas, sedikit peningkatan pada kepadatan arus akan
menghasilkan pengurangan yang besar pada kecepatan.

Hubungan antara kecepatan dan kepadatan dan antara kecepatan dan


volume digambarkan dengan data lapangan di Indonesia, dan untuk jalan dua-
lajur dua-arah pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambaran matematis yang baik
dari hubungan untuk jalan berlajur banyak seringkali dapat diperoleh dengan
menggunakan model Rejim Tunggal:

Keterangan VB : adalah kecepatan arus bebas (km/jam)

K : adalah kerapatan (skr/jam), dihitung sebagai

Kj : adalah kerapatan pada saat jalan macet total

K0 : adalah kerapatan pada saat kapasitas L, m adalah

konstanta

Untuk jalan 2/2TT, hubungan kecepatan-kerapatan seringkali mendekati


linier dan dapat digambarkan dengan model linier yang sederhana.
Data dari survei lapangan telah dianalisis untuk mendapatkan hubungan khas
antara kecepatan vs kerapatan pada segmen jalan tak terbagi dan jalan terbagi
dengan menggunakan model ini.

1.A.4 Kapasitas & Kinerja Ruas

Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum (skr/jam) yang dapat


dipertahankan sepanjang segmen jalan tertentu dalam kondisi tertentu
(sebagai contoh: geometrik, lingkungan, lalu lintas dan lainlain)

Kinerja ruas Dalam US-HCM, kinerja jalan diwakili oleh tingkat


pelayanan (Level of Service, LoS), yaitu suatu ukuran kualitatif yang
mencerminkan persepsi pengemudi tentang kualitas berkendaraan. LoS
berhubungan dengan suatu ukuran pendekatan kuantitatif, seperti kerapatan
atau persen tundaan. Konsep tingkat pelayanan telah dikembangkan untuk
penggunaannya di Amerika Serikat dan definisi LoS tidak secara langsung
berlaku di Indonesia. Dalam pedoman ini kecepatan, derajat kejenuhan dan
derajat iringan digunakan sebagai indikator kinerja lalu lintas dan parameter
yang sama telah digunakan dalam pengembangan "petunjuk pelaksanaan
berlalulintas" yang berdasar "penghematan"

1.A.5 Simpang Bersinyal & Tak Bersinyal

Simpang APPIL Simpang sebidang yang dilengkapi Alat Pemberi


Isyarat Lalu lintas (APILL) untuk pengaturan lalu lintasnya. MKJI’97
menamai Simpang bersinyal

MKJI’97 menamainya Simpang tak bersinyal, adalah salah satu jenis


Persimpangan yang merupakan pertemuan dua atau lebih ruas jalan
sebidang yang tidak diatur oleh Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL).
B. SURVEY LALU LINTAS

1.B.1 Persiapan

Sebelum survei utama/pokok dilakukan, perlu diadakan survei


pendahuluan (pilot surveys) yang dimaksudkan untuk:

1. Memperkirakan ketepatan pengambilan sampel (termasuk


homogenitasnya)

2. Ketepatan metode yang dipilih

3. Ketepatan formulir yang dibuat

4. Efisiensi pertanyaan dan informasi yang dibuat pada lembar formulir


untuk responden

5. Perkiraan biaya dan waktu survei utama

6. Efisiensi organisasi survei.

Agar survei dapat dilakukan dengan efisien berikut informasi yang


dibutuhkan sebelum pelaksanaan survei:

1. Lokasi
survei harus mempertimbangkan faktor kemudahan dan kejelasan
dalam pengambilan data, serta keselamatan surveyor.
2. Waktu dan durasi survei
Pelaksanaan survei dipengaruhi oleh tujuan dari survei itu sendiri serta
aktivitas masyarakat pengguna lalu lintas. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam penetapan waktu survei, adalah: liburan
sekolah, libur musiman, hari dalam minggu (waktu kerja dan waktu
istirahat), kondisi iklim (misalnya: musim hujan), pekerjaan-pekerjaan
penanganan jalan, dan lain-lainnya.
1.B.2 Peralatan Survey

Survei lalu lintas dapat dilakukan secara manual dengan peralatan


sederhana, atau dengan menggunakan peralatan teknologi tinggi
(camcorder, detector, dan lain-lainnya). Berkaitan dengan Mata Kuliah
Tugas Rekayasa Lalu Lintas ini, secara umum peralatan yang digunakan
terdiri dari: formulir survei (inventarisasi, kecepatan, volume lalu lintas),
Clif Board, Ballpoint, Counter, Pensil, Penghapus, Meteran, Stop Watch,
dan Kamera. Selain peralatan teknis di atas, yang perlu dipersiapkan adalah
peralatan keselamatan, kesehatan, keamanan, dan identitas diri. Peralatan
tersebut adalah: masker, payung/topi, mantel (jika hujan), jaket, dan air
minum (putih).

1.B.3 Jenis Survey

Jenis-jenis survey yang dilakukan meliputi Side Friction, Traffic


Counting, Travel Time, Kapasitas Dan Kinerja Ruas, Diagram
Fundamental, Analisis Simpang Bersinal. Dan yang lainya.

A. Side Friction (SF) atau Hambatan Samping

Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas


dari aktifitas samping segmen jalan. Banyaknya aktifitas samping jalan
sering menimbulkan berbagai konflik yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kelancaran lalu lintas.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai kelas hambatan samping dengan frekuensi bobot
kejadian per jam per 200 meter dari segmen jalan yang diamati, pada
kedua sisi jalan.(MKJI 1997) seperti tabel berikut :
Tabel 1.1 Penentuan tipe frekuensi kejadian hambatan samping

Faktor
Tipe kejadian hambatan samping Simbol
bobot

Pejalan kaki PED 0,5

Kendaraan parkir PSV 1.0

Kendaraan masuk dan keluar sisi jalan EEV 0.7

Kendaraan lambat SMV 0.4

Sumber : (MKJI 1997)

Tingkat hambatan samping telah dikelompokkan dalam 5 kelas,


yaitu dari yang sangat rendah sampai tinggi dan sangat tinggi.

Tabel 1.2 Nilai kelas hambatan samping

Jumlah
Kelas Hambatan
Kode kejadian per Kondisi Daerah
samping (SCF)
200 m perjam

Sangat rendah VL <100 Daerah pemukiman;


hampir tidak ada kegitan

Rendah L 100-299 Daerah pemukiman;


berupa angkutan umum,
dasb
Sedang M 300-499 Daerah industri,
beberapa toko disi jalan

Tinggi H 500-899 Daerah komersial;


aktifitas sisi jalan yang
sangat tinggi

Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial;


aktifitas pasar di
samping jalan

Sumber : (PKJI 1997)

Dalam menentukan nilai Kelas hambatan samping digunakan


rumus (MKJI 1997) :

SCF = PED + PSV + EEV + SMV

Dimana :

SFC = Kelas Hambatan samping

PED = Frekwensi pejalan kaki

PSV = Frekwensi bobot kendaraan parkir

EEV = Frekwensi bobot kendaraan masuk/keluar sisi jalan.

SMV = Frekwensi bobot kendaraan lambat

Adapun untuk faktor-faktor penyebab adanya hambatan samping,


yaitu:

1. Faktor Pejalan Kaki


Aktifitas pejalan kaki merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi nilai kelas hambatan samping, terutama pada
daerah-daerah yang merupakan kegiatan masyarakat seperti pusat-
pusat perbelanjaan. Banyak jumlah pejalan kaki yang menyebrang
atau berjalan pada samping jalan dapat menyebabkan
laju kendaraan menjadi terganggu. Hal ini semakin diperburuk oleh
kurangnya kesadaran pejalan kaki untuk menggunakan fasilitas-
fasilitas jalan yang tersedia, seperti trotoar dan tempat-tempat
penyeberangan.

2. Faktor kendaraan parkir dan berhenti

Kurangnya tersedianya lahan parkir yang memadai bagi


kendaraan dapat menyebabkan kendaraan parkir dan berhenti pada
samping jalan. Pada daerah-daerah yang mempunyai tingkat
kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi, kendaraan parkir dan
berhenti pada samping jalan dapat memberikan pengaruh terhadap
kelancaran arus lalu lintas.

Kendaraan parkir dan berheti pada samping jalan


akan mempengaruhi kapasitas lebar jalan dimana kapasitas jalan
akan semakin sempit karena pada samping jalan tersebut telah diisi
oleh kendaraan parkir dan berhenti.

3. Faktor kendaraan masuk/keluar pada samping jalan

Banyaknya kendaraan masuk/keluar pada samping jalan


sering menimbulkan berbagai konflik terhadap arus lalu lintas
perkotaan. Pada daerah-daerah yang lalu lintasnya sangat padat
disertai dengan aktifitas masyarakat yang cukup tinggi, kondisi ini
sering menimbulkan masalah dalam kelancaran arus lalu lintas.
Dimana arus lalu lintas yang melewati ruas jalan tersebut menjadi
terganggu yang dapat mengakibatkan terjadinya kemacetan.

4. Faktor kendaraan lambat

Yang termasuk dalam kendaraan lambat adalah becak,


gerobak dan sepeda. Laju kendaraan yang berjalan lambat pada
suatu ruas jalan dapat menggaggu aktifitas-aktifitas kendaraan yang
yang melewati suatu ruas jalan. Oleh karena itu kendaraan lambat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya nilai kelas hambatan samping.

B. Traffic Counting (TC)

Traffic Counting atau perhitungan lalu lintas merupakan suatu


metode perhitungan kendaraan dalam survei lalu lintas. TC atau Traffic
Counting dapat dilakukan dengan dua acara yaitu Perhitungan Tangan
(Manual) dan Perhitungan Mekanik.

Tabel 1.3 Perbedaan Traffic Counting dengan Manual


Perhitungan
Tangan atau Manual Mekanik atau Alat
Lalu Lintas
- Luwes, dapat dipindahkan dari
- Dapat dilakukan pada
satu lokasi ke lokasi lain
segala cuaca
Keuntungan - Sederhana dan cepat
- Tepat bila peralatan
- Dapat mengelompokkan jenis
terpelihara
kendaraan
- Biaya pemasangan
mahal untuk
penggunaan yang
singkat
- Perlu tenaga ahli
Mahal, untuk periode yang lama
Kerugian -
atau di luar jam kerja
Klasifikasi/pengelom
pokkan kendaraan
tetap manual
- Peralatan mungkin
mahal sekali

C. Volume / Flow

Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau


pada suatu ruas jalan dalam waktu yang lama (minimal 24 jam) tanpa
membedakan arah dan lajur. Segmen jalan selama selang waktu tertentu
yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau sub
jam.
Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari
banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus
dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi
kendaraan ke dalam satuan smp diperlukan angka faktor ekivalen untuk
berbagai jenis kendaraan.

D. Spot Speed / Travel Time (TT)

Kecepatan setempat (Spot Speed), yaitu kecepatan kendaraan pada


suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan. Dalam suatu aliran
lalu lintas yang bergerak setiap kendaraan mempunyai kecepatan yang
berbeda sehingga aliran lalu lintas tidak mempunyai sifat kecepatan
yang tunggal akan tetapi dalam bentuk distribusi kecepatan kendaraan
individual. Dari distribusi kecepatan kendaraan secara diskrit, suatu nilai
rata–rata atau tipikal digunakan untuk mengidentifikasikan aliran lalu
lintas secara menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai