Anda di halaman 1dari 18

RANCANGAN ASSESSMENT KLINIS

Mata Kuliah : Assessment

Disusun oleh:

1. Nurul Tamara Gustiani 1511411106


2. Reza Erky Ariananda 1511410003
3. M. Fuad Maksum 1511410004
4. Intan Nur Firdausi 1511410048

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
RANCANGAN ASESMEN KLINIS “SKISOFRENIA”

A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia merupakan gangguan mental yang sangat berat.

Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang disebut psikosis,

dimana penderita tidak dapat mengenali atau tidak memiliki kontak dengan

realitas. Orang dengan skizofrenia dapat melihat dunia dengan cara yang

berbeda dari orang di sekitar mereka.Gejala-gejala dari gangguan skizofrenia

dapat menimbulkan hendaya berat dalam kemampuan individu berpikir dan

memecahkan masalah, kehidupan afek, dan mengganggu relasi sosial.

Akibatnya, penderita skizofrenia mengalami penurunan fungsi ataupun tidak

mampu menjalani hidup, terhambat produktivitasnya, dan nyaris terputus

relasinya dengan orang lain.

PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gngguan Jiwa di

Indonesia III) menempatkan skizofrenia pada kode F.20. Skizofrenia termasuk

dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit

mental secara fungsional yang non-organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan

kepribadian yang ditandai oleh disintegrasi kepribadian dan maladjustment

sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan dunia

luar, bahkan sering terputus sama sekali dengan realitas hidup (lalu menjadi

ketidakmampuan secara sosial).

Kasus mengenai skizofrenia tidak bisa dianggap remeh. Di Indonesia

sendiri, penyakit gangguan jiwa berat tergolong tinggi. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesda) Indonesia 2007 menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa

berat (psikosis) di Indonesia adalah 0.46 persen atau sejuta orang

(merdeka.com, 15 Sept 2013).

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari perspektif psikologi, rumusan masalah dari latar belakang

di atas adalah: Bagaimanakah metode penilaian atau asesmen terhadap

seseorang yang dianggap mempunyai gangguan skizofrenia?

C. Landasan Teori

a. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia termasuk dalam salah satu gangguan mental yang

disebut psikosis, yaitu dimana pasien tidak dapat mengenali atau tidak

memiliki kontak dengan realitas. Gejala psikotik yang utama di antaranya:

1. Delusi (Waham)

Delusi atau waham adalah keyakinan yang salah yang tidak dapat

dijelaskan oleh latar belakang budaya pasien ataupun pendidikannya.

Pasien tidak dapat diyakinkan oleh orang lain bahwa keyakinannya

salah, meskipun banyak bukti kuat yang dapat diajukan untuk

membantah keyakinan pasien tersebut. Ada beberapa jenis delusi, yaitu

Grandeur (waham kebesaran), Guilt (waham rasa bersalah), Ill health

(waham penyakit), Jealously (waham cemburu), Passivity (waham


pasif), Persecution (waham kejar), Poverty (waham kemiskinan),

Reference (waham rujukan).

2. Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsang yang menimbulkannya (tidak ada obyeknya). Halusinasi

dapat berupa penginderaan yang keliru, dan yang paling sering adalah

halusinasi dengar (auditory) dan halusinasi penglihatan (visual). Bagi

penderita gangguan jiwa, halusinasi dirasakan sebagai sesuatu yang

sungguh-sungguh.

3. Disorganized Speech (Pembicaraan Kacau)

Dalam pembicaraan yang kacau, terdapat asosiasi yang terlalu longgar.

Asosiasi mental tidak diatur oleh logika, tetapi oleh aturan-aturan

tertentu yang hanya dimiliki oleh pasien.

4. Disorganized behavior (Tingkah Laku Kacau)

Berbagai tingkah laku yang tidak terarah pada tujuan tertentu.

Misalnya membuka baju di depan umum, dan lain-lain.

5. Simtom-Simtom Negatif

Berkurangnya ekspresi emosi, berkurangnya kelancaran dan isi

pembicaraan, kehilangan minat untuk melakukan berbagai hal

(avolition).

b. Kriteria Diagnostik Skizofrenia Menurut DSM-IV TR

Minimal terdapat enam kriteria diagnostik skizofrenia menurut DSM-IV

TR sebagai berikut:
1. Simtom-Simtom Khas

Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing-masing muncul cukup

jelas selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, bila ditangani

dengan baik):

- Delusi - Tingkah laku kacau atau katatonik

- Halusinasi - Simtom-simtom negatif

- Pembicaraan kacau

2. Disfungsi sosial / okupasional

3. Durasi

Simtom-simtom gangguan ini tetap ada paling sedikit 6 bulan. Periode

6 bulan ini mencakup paling tidak 1 bulan dimana simtom-simtom

muncul.

4. Tidak termasuk gangguan schizoaffective atau gangguan mood

5. Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena gangguan medis

6. Hubungan dengan Pervasive Developmental Disorder.

Bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan PDD lainnya,

diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila ada halusinasi atau

delusi yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan (atau kurang bila

tertangani dengan baik).

D. Asesmen

Asesmen merupakan proses mengumpulkan informasi yang biasanya

digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan


dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).

Informasi tersebut dapat berupa latar belakang, sikap, tingkah laku atau

karakteristik yang dimiliki seseorang yang kemudian dihubungkan dengan

pengalaman dan harapan yang kita miliki sehingga kita akan mendapatkan

kesan dari orang tersebut yang selanjutnya kita jadikan dasar untuk

memutuskan cara kita bersikap terhadapnya.

E. Proses Asesmen Klinis

Inti asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk

mengenali dan menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.

PLANNING COLLECTING DATA COMMUNICATING


DATA ASSESSMENT PROCESSING ASSESSMENT DATA
COLLECTION DATA AND
I II III IV

a. Planning Data Collection Procedures

Dari planning data collection kita dapat mengetahui usaha-usaha atau

penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau

teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan

dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola

interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat

secara genetis dan fisiologi.

JENIS DATA
TINGKAT ASESMEN
Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres,
1. Somatis fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit,
dsb
Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit,
2. Fisik
bentuk tubuh, tipe rambut, dsb

Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor


3. Demografis telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status
perkawinan, jumlah anak, dsb

Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan,


4. Overt behavior kemampuan conversation, ketrampilan bekerja,
kebiasaan merokok, dsb

Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon


5. Kognitif/intelektual
terhadap tes persepsi, dsb

Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi


6. Emosi/afeksi
saat bercerita, dsb

Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi


kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan,
7. Lingkungan perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai
budaya dan tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi
geografis, dsb

b. Collecting Assessment Data


Sumber asesmen data ada empat macam yaitu:

1. Interview

Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang

sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview antara lain:

 Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan

untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal

individu bersama-sama.

 Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat

dilakukan dimanapun juga.

 Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk

melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang

mungkin dapat membantu proses asesmen.

Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer,

karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.


1. Tes

Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu,

hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih

terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar

tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul

selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya

dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu

membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian

diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

2. Observasi

Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang

dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi

langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen.

Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:

 Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai

kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul

selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon,

motivasi dan bias situasional.

 Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama.

 Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya.

 Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail.


3. Life record

Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang

baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan,

buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dan

sebagainya. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut.

Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih

banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini,

data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi

atau faktor situasional.

c. Processing Assessment Data

Memproses data asesmen didasarkan pada teori apa yang akan

digunakan.Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya dalam asesmen

adalah menentukan arti dari data tersebut. Jika informasi tersebut

sekiranya berguna dalam pancapaian tujuan asesmen, maka informasi itu

akan dipindahkan dari data kasar menjadi format interpretatif.

Langkah tersebut biasanya disebut pemrosesan data asesmen atau

clinical judgment. Klinisi cenderung melihat data asesmen melalui tiga

cara yaitu: sebagai sampel, korelasi atau tanda (sign).

d. Communicating Assessment Data

Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan

asesmen. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen,

yaitu : jelas, relevan dengan tujuan, dan berguna.

 Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus

jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat

dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu

masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan

kesalahan pengambilan keputusan.

 Relevan dengan tujuan

Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah

ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk

mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan

dengan hal itu harus lebih ditekankan.

 Berguna

Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu

informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat

juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah.

Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu hal

penting lainnya dari klien.

F. Tujuan Asesmen

Ada tiga macam tujuan asesmen, yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi, dan

prediksi.

1. Klasifikasi diagnostik

Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat, antara lain :

a) Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment

sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi


klien termasuk jenis gangguannya (Vermande, Van den Bercken, & De

Bruyn, 1996).

b) Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab

suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas

diagnostik yang ditegakkan.

c) Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan

cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).

Pada tahun1988, APA (American Psychiatric Association)membentuk tim

untuk membuat DSM-IV. Pada DSM-IV ini terdapat beberapa modifikasi

dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada

beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM-IV TR (Text Revised).

Sampai saat ini DSM-IV dan DSM-IV TR digunakan sebagai pedoman

klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik.

 Multiaxial DSM-IV :

 Axis I : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of

Clinical Attentions

 Axis II : Personality Disorders, Mental Retardation

 Axis III : General Medical Conditions

 Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems

 Axis V : Global Assessment of Functioning (GAF)

2. Deskripsi

Untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh maka

harus mempertimbangkan juga tentang kontekssosial, budaya, dan fisik

klien. Hal itu menyebabkan asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan


kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada person-

environment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk

melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam

asesmen harus terdapat antara lain motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon

terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs), dan

perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut

memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pratreatment,

merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca

treatment.

3. Prediksi

Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku

seseorang. Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-

hal yang berbahaya. Prediksi klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak

berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban, yaitu :

a. True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien

menunjukkan perilaku berbahaya.

b. True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien

menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya.

c. False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien

menunjukkan perilaku berbahaya.

d. False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien

menunjukkan perilaku tidak berbahaya.


G. Rancangan Asesmen

Dalam rancangan asesmen ini akan mengulas tentang skizofrenia residual,

pengambilan kasus ini dikarenakan :

 Wujud peduli dan proses controlling dalam konsep kemanusiaan dan

follow-up setelah dari proses penyembuhan.

 Bersifat cross check terhadap data-data terdahulu.

 Fenomena yang terjadi di masyarakat terkait dengan penerimaan sosial.

 Jarang dan minimnya wawasan tentang skizofrenia

Kriteria diagnostik untuk gejala skizofrenia menurut PPDGJ-III, yaitu:

a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).

 “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

 “thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), atau

 “thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya.

 “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar, atau


 “delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu keadaan tertentu dari luar, atau

 “delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap kekuatan dari luar,

 “delusional perception” : pengalaman indrawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat.

b. Halusinasi auditorik :

 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

(-) mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara

berbagai suara yang berbicara), atau

(-) jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

atas manusia biasa.

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara

jelas.

 Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide


berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap

hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

 Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme.

 Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor.

 Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal).

d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

c. Metode Asesmen
Proses perancangan langkah-langkah asesmen ini terlebih dahulu

melalui beberapa tahapan yang dilalui sebagai dasar teori dan dasar

pengukuran. Tahapan tersebut berguna untuk memadukan antara kondisi

pasien dengan kondisi teori supaya tidak terjadi kesalahan sasaran,

langkah-langkah tersebut adalah :

a) Identifikasi kasus

b) Pengumpulan data

c) Analisis data

d) Interpretasi

Rancangan asesmen ini berkutat pada proses pengumpulan data,

sehingga ulasan lebih banyak pada poin tersebut.

GAMBARAN RANCANGAN ASSESMEN

Simptom Metode
observas wawancara tes Rekam medis

i
Thought of echo v v
Thought insertion v

or withdrawal
Thought v v

broadcasting
Delucion of v v v

control
Delucion of v v v

influence
Delucion of v v v

passivity
Delucion v v v
perception
Halusinasi v v v
Waham v v v
Arus pikiran yang v v

terputus
Perilaku katatonik v
Gejala-gejala v v v

negatif (apatis,

miskin bicara,

respon emosional

tidak wajar,

penarikan diri)
Demografi v v v
Laporan psikiatrik v v v
Pemeriksaan status v v v v

mental
Gejala tersebut berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

lebih. Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi. Hal tersebut tercermin

pada perilaku hilangnya minat, tidak memiliki tujuan hidup,

menyianyiakan waktu luang, larut dalam diri sendiri, menarik diri dari

lingkungan sosial.

Anda mungkin juga menyukai