OLEH :
(Q11116513)
PSIKOLOGI.B 2016
FAKYLTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
RANCANGAN ASESMEN SETTING KLINIS
2. Tes
Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya
saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan
daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu
untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen
berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk
skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk
memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan
norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang
dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi
langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal
itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan
untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan
tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias
situasional.
b. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya
perilaku agresif penderita dapat diobservasi sebagaimana perilaku
yang ditunjukkan dalam lingkungan dimana ia berada atau dimana
masalah itu telah muncul.
c. Observasi dapat mengakses perilaku dalam konteks sosialnya.
Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi
setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan
mengamati secara langsung daripada bertanya, Apakah Anda pernah
depresi?.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya
untuk mengetahui tingkat gairah seksual penderita dapat diobservasi
dengan banyaknya cairan yang keluar ketika mengalami mastrtubasi
dalam observasi melalui bantuan kamera.
4. Life record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik
berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian,
surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat
dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk
memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau
observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori,
jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Buku harian yang ditulis selama
periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang
perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu
mungkin terdistorsi karena lupa selama interview pada penderita gangguan
bipolar tersebut. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran
dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records
memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih
baik.
Disini dapat dilihat, bahwa data berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai
contoh dari apa yang dilakukan klien dalam situasi seperti itu. Tidak ada
usaha untuk mengetahui mengapa dia mencoba bunuh diri. Jika dilihat
sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat rendah. Teori yang
mendasarinya adalah behavioral.
2. Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup klien :
Klien adalah lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai dan
mengalami kesepian.
Klien saat itu mengalami depresi.
Klien kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan
keluarganya.
Ada kombinasi antara : 1). Fakta tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan
klinisi tentang apa yang sekiranya dapat dikorelasikan dengan perilaku
klien. Disini kesimpulan yang diambil berada pada tingkat yang lebih
tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data pendukung yang ada di
luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia, jenis kelamin,
dukungan sosial, dan depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap
hubungan antar variabel, maka kesimpulan yang di dapat semakin akurat.
Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.
Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang
mendasari pendekatan ini adalah psikoanalisa atau fenomenologi.
Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas,
relevan dengan tujuan dan berguna.
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa
kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi.
Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena
kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan
keputusan.
2. Relevan dengan tujuan
Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada
awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan
perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih
ditekankan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi
tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang
mempunyai validitas tambahan yang rendah. Misalnya klinisi
menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi,
tapi data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali
ditahan karena kasus kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak
memberikan suatu hal penting lainnya dari klien.
Life. 9th. Edition. Harper Collins Publishers, Inc. New York 100 22
http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/2818/ASESMEN+dalam
+PSIKOLOGI+KLINIS.doc
http://www.academia.edu/10629516/PSIKODIAGNOSTIK_PSIKOTES_dan_ASE
SMEN_PSIKOLOGIS