Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DELUSIONAL PERSECUTORY DISORDER (GANGGUAN


DELUSI)

Dosen Pembimbing :

Arum Pratiwi, S.Kp, M.Kes, Ph.D

Disusun Oleh :

Elly Novitasari (J210170067)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

DELUSIONAL PERSECUTORY DISORDER (GANGGUAN DELUSI)

A. Pengertian
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
adanya halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan
kacau yang pada umumnya disertai tilikan yang buruk. Waham atau delusi
adalah kepercayaan yang salah, berdasarkan simpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, yang dipegang teguh meskipun apa yang diyakini
semua orang merupakan bukti-bukti yang jelas dan tak terbantahkan.
Delusi atau waham adalah keyakinan yang salah dan tidak realistis,
tidak sejalan dengan kenyataan, dan pada umumnya tidak diterima bagi
orang lain dari latar belakang budaya yang sama. Isi waham dapat berupa
rasa curiga hingga waham kebesaran. Hipersensitivitas dan terlampau
waspada yang lebih besar pada pikiran paranoid dapat fungsional atau
sehat jika terlihat pada tingkat yang lebih rendah di lingkungan tertentu
(Kin, 1996).
Klien gangguan waham dan gangguan psikotik singkat biasanya
memiliki fungsi premorbid yang lebih baik dari klien skizofrenia dan dapat
menunjukkan lebih sedikit stigmata penyakit kronik. Klien ini tidak
memiliki gangguan fungsi yang sama dengan klien skizofrenia. Isi waham
berkaitan dengan ansietas atau ketakutan klien. Gambaran inti gangguan
waham (paranoid) adalah terjadinya waham atau sistem waham yang
biasanya menetap, tidak memiliki dasar organik yang teridentifikasi dan
tidak disebabkan oleh skizofrenia atau gangguan mood.

B. Etiologi
Sama halnya dengan gangguan psikotik lainnya, penyebab pasti
delusi tidak diketahui dengan pasti. Para peneliti melihat adanya berbagai
macam faktor yang ikut andil dalam terjadinya delusi seperti genetik,
biologi, lingkungan dan juga faktor psikologi.
1. Genetik. Delusi kebanyakan terjadi pada individu dengan riwayat
keluarga yang juga mengalami delusi atau skizofrenia.
2. Biologi. Peneliti mempelahari adanya ketidaknormalan pada area
tertentu di otak yang menyebabkan berkembangnya delusi.
3. Lingkungan/psikologi. Adanya bukti yang menunjukkan delusi
dicetuskan oleh stress. Alkohol dan juga penggunaan obat terlarang
juga memberikan kontribusi terjadinya delusi.

C. Psikofisiologi dan Psikopatologi


1. Psikofisiologi
Mereka dapat tetap berias dengan baik dan mempertahankan
aktivitas normal serta menunjukkan lebih sedikit pikiran dan perilaku
tak terarah. Isi waham biasanya tidak terlalu aneh bila dibandingkan
dengan isi waham yang terlihat pada klien skizofrenia dan cenderung
berupa pengalaman umun yang dibesar-besarkan, seperti merasa
cemburu atau merasa diperlakukan dengan buruk oleh orang lain.
Awitan gangguan psikotik singkat cenderung mendadak, dan durasi
gejala gangguan ini sering kali kurang dari satu bulan serta berkaitan
dengan stresor yang teridentifikasi.
2. Psikopatologi
Waham sangat bervariasi dalam hal isi. Sering berupa kejar,
hipokondriakal, atau kebesaran, tetapi juga dapat dihubungkan dengan
litigasi atau cemburu, atau meyakini bahwa bentuk tubuhnya salah,
atau bahwa orang lain berpikir dirinya bau atau homoseksual.
Psikopatologi lain biasanya tidak ada, tetapi gejala-gejala depresif
mungkin timbul secara intermiten, dan halusinasi taktil serta, penghidu
dapat timbul pada beberapa kasus. Afek, bicara, dan perilaku bersifat
normal, diluar perilaku yang langsung berhubungan dengan waham
atau sistem waham.
D. Tanda dan Gejala

Gejala Delusi Sesuai Jenisnya

Jika dilihat dari sudut pandang "kelaziman", delusi/waham dapat


dikategorikan dalam dua jenis, bizarre delusion(waham yang tidak masuk
akal, tidak mungkin terjadi) dan non-bizarre delusion (waham yang masih
masuk akal, masih mungkin terjadi di dunia nyata).
1. Delusi non-bizzare. Meliputi situasi yang dapat terjadi di dunia
nyata seperti merasa diikuti, diracuni, dibohongi, atau adanya
konspirasi untuk melawannya. Biasanya meliputi kesalahpahaman
terhadap situasi atau kejadian yang terjadi.
2. Delusi bizarre. Percaya penuh terhadap sesuatu yang ganjil atau
tidak mungkin terjadi dalam dunia nyata seperti adanya alien, adanya
telepati dan lain sebagainya.

Ada beberapa tipe gangguan delusi menurut American Psychiatry


Association yakni sebagai berikut:
1. Erotomanic. Individu dengan tipe delusi ini percaya bahwa orang
lain (seringnya adalah orang penting atau orang yang terkenal) jatuh
cinta padanya. Individu ini berusaha untuk kontak atau berhubungan
dengan objek delusinya atau bahkan menjadi stalker (penguntit)
meskipun hal ini tidak banyak terjadi.
2. Waham Kebesaran (Grandiose). Seseorang yang mengalami tipe
delusi ini memiliki perasaan berharga, memiliki kekuatan, atau
berpengetahuan yang sangat berlebihan. Individu ini percaya bahwa ia
memiliki talenta yang sangat besar atau bisa melakukan penemuan
yang sangat hebat dan penting.
3. Waham Cemburu. Begitu yakin bahwa pasangannya selingkuh.
4. Waham Kejar (Persecutory). Begitu yakin bahwa dirinya (atau
orang yang dekat dengannya) diperlakukan tidak adil atau seseorang
sedang memata-matai mereka atau berencana untuk mencelakakannya.
5. Waham Somatik. Begitu yakin bahwa ia mengalami
gangguan kesehatan, padahal nyatanya tidak setelah dibuktikan dengan
pemeriksaan.
6. Tipe campuran. Seseorang memiliki dua atau lebih gangguan
waham seperti di atas.

E. Konsep Proses Keperawatan Waham/Delusi


1) Pengkajian
a. Faktor predisposisi
 Genetik : diturunkan
 Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre
frontal dan konteks limbik
 Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin
,serotonin ,dan glutamat.
 Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah
tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
 Proses pengolahan informasi yang berlebihan
 Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
 Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal
dirawat. Isi pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
 Psikologis
 Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
 Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
d. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang
menumpuk.
e. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu,
pernafasan. Ukur tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji
fungsi organ kalau ada keluhan.
f. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga /
kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain,
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya,
biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap
dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
g. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.

h. Kebutuhan persiapan pulang


1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan
tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar
rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang
dirasakan setelah minum obat.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki
klien.
j. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap
bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti
terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi
spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

2) Analisa Data
Data waham bisa didapatkan dengan melakukan observasi terhadap
perilaku berikut ini.
a. Waham kebesaran. Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus, popularitas, kekayaan, atau pengaruh. Berulang kali
mengucapkan perkataannya tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Waham curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
c. Waham agama. Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan.
d. Waham somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan. Waham ini mencakup kesan yang salah atau distorsi
tehadap citra tubuh atau fungsi fisik.
e. Waham nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di
dunia atau meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Selama pengkajian Anda harus mendengarkan dan memperhatikan
semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Serta,
untuk mempertahankan hubungan saling percara yang telah terbina,
sebaiknya tidak menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.
3) Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan diagnosis
keperawatan yaitu Gangguan proses pikir : waham.
4) Intervensi Keperawatan
a. Untuk pasien
Kriteria hasil:
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan,
d) Pasien menggunakan obat dengan teratur.

Tindakan keperawatan :

a) Bina hubungan saling percaya.


b) Bantu orientasi realita.
c) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan
marah.
d) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien.
e) Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki.
f) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
g) Berdiskusi tentang obat yang diminum.
h) Melatih minum obat yang benar.

b. Untuk keluarga.
Kriteria hasil:
a) Mampu mengidentifikasi waham pasien
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan
pasien secara optimal.

Tindakan keperawatan :

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat


pasien di rumah.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami
pasien.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang:
 Cara merawat pasien waham dirumah.
 Follow up dan keteraturan pengobatan.
 Lingkungan yang tepat untuk pasien.
d) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama
obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
e) Diskusikan dengan keluarga tentang kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera.
f) Latih cara merawat.
g) Latih keluarga perawatan lanjutan untuk pasien.
F. DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Anna Budi dkk.2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
CMHN.EGC.Jakarta
Puri, B.K dkk.2011.Buku Ajar Psikiatri Edisi 2.EGC.Jakarta
O’Brien, Patricia G. dkk.2014.Keperawatan Kesehatan Jiwa
Psikiatrik.EGC.Jakarta
Townsend, Marry.3005.Psychiatric Mental Health Nursing.Philadelphia:
Davis Company
Theresia Citraningtyas.2017. Gangguan Skizoafektif: Penerapan DSM-5.
pada Entitas Diagnostik yang Hampir Dihilangkan.diakses 28 April 2019

Anda mungkin juga menyukai