Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

“Kegawatdaruratan pada Gangguan Jiwa”

Dosen Pembimbing :

Arum Pratiwi, S.Kp, M.Kes, Ph.D

Disusun Oleh :

Elly Novitasari (J210170067)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

Kegawatdaruratan pada Gangguan Jiwa

A. Pengertian

Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan


pada ilmu keperawatan gawat darurat & teknik keperawatan gawat darurat berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditunjukan pada semua
kelompok usia yang sedang mengalami kesehatan yang bersifat urgent, akut dan kritis
akibat trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
Kedaruratan Psikiatri adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan,
perilaku atau hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera. Tempat
pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa,
klinik dan sentra primer. Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran,
perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera. Dari pengertian
tersebut, keadaan psikiatri adalah gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku atau
hubungan sosial yang membahayakan diri sendiri atau orang lain yang membutuhkan
tindakan intensif yang segera. Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah
kondisi darurat dan tindakan intensif yang segera.

Klasifikasi Kegawatdaruratan
Klasifikasi kegawatdaruratan gangguan jiwa adalah pengelompokkan pasien
gangguan jiwa berdasarkan fungsi urgensinya yang dimaksudkan untuk mendapatkan
kebutuhan asuhan yang spesifik. (Downey, Zun and Burke. 2015).
Fungsi layanan triage kesehatan mental adalah untuk menentukan sifat dan
tingkat keparahan masalah kesehatan mental. Inti dari fungsi triage tersebut adalah
untuk menentukan apakah pasien berisiko merugikan diri sendiri atau orang lain
sebagai akibat dari kondisi mental mereka, dan untuk menilai risiko lainnya yang
terkait dengan penyakit mental. Seperti model triase lainnya, petugas triage kesehatan
mental harus menetapkan kategori urgensi untuk kasus yang dicatat menggunakan
indikator triage pada pasien gangguan jiwa dari kategori Immediate (segera) sampai
Non-urgen.
Penilaian triage pada pasien gangguan mental sangat penting karena dapat
mengetahui data kusus tentang tingkat kegawatan kesehatan mental pasien. Dari data
pengkategorian triage kita dapat mengetahui gambaran kondisi kesehatan pasien
berdasarkan kategori triage yang telah ditentukan dan mengetahui angka tertinggi
masalah pasien jiwa jika dilihat dari kategori tingkat kegawatan kesehatan mental
ketika pertama kali masuk ke IGD.

Klasifikasi pasien gangguan jiwa menurut Barbarie (2012), terdiri dari:


Triage Code Triage Color
Immediate (membutuhkan tindakan langsung, segera) Merah
Emergency (Keadaan darurat, membutuhkan respon kurang dari 10 menit) Kuning
Urgent (Mendesak, membutuhkan waktu 10-30 menit untuk direspon) Hijau
Semi Urgent (Semi mendesak dalam waktu 60 menit) Biru
Non-Urgent (Tidak mendesak dalam waktu 120 menit) Putih

B. Etiologi

1. Tindak kekerasan

2. Perubahan perilaku

3. Gangguan penggunaan zat

Kedaruratan Psikiatri adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan,


perilaku atau hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi terapeutik segera
diantaranya yang paling sering adalah :

a. Suicide (bunuh diri)

b. Violence and assaultive behavior(perilaku kekerasan dan menyerang)

C. Psikopatologi
1. Etiologi Resiko Bunuh Diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada
dua faktor, yaitu factor predisposisi (faktor risiko) dan factor presipitasi (faktor
pencetus).
a. Faktor predisposisi
1) Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri
yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan
yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan
biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti
percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana
serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan.
Penelitian lain mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan
bawaan lahir, dimana orang yang suicidal mempunyai keluarga yang
juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian,
hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan
berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri
5) Psikologis
Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk
menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut.
Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih
sayang, perasaan marah dan harapan untuk menghukum juga
ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku destruktif diri terjadi
6) Sosiokultural
Perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan
teratur atau tidak dengan masyarakatnya
b. Faktor presipitasi
Pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan, seperti masalah
interpersonal, dipermalukan di depan umum,kehilangan pekerjaan, atau
ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang mencoba atau
melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga
membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh diri.

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah


perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak
dapat menghadapi stres, perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai
hukuman pada diri sendiri, serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.

2. Perilaku Kekerasan
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke
Rumah Sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai
bentakan dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku Kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan
orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan seksualitas. Perilaku
kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku yang individu
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan orang lain secara fisik,
emosional, dan / atau seksual. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman. Pengertian Perilaku Kekerasan merupakan suatu
bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan
tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang
lain bahkan dapat merusak lingkungan.

Tanda – tanda dan gejala perilaku kekerasan:

1. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara yang tinggi,
berdebat
2. Sering pula tampakklien memaksakan kehendak : merampas makanan,
memukul jika tidak senang
3. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, dendam,
jengkel
4. Intelektual : mendominasi, bawel, serkasme, berdebat, meremehkan
5. Spiritual : kemahakuasaan, kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan
6. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan
humor

Tanda ancaman kekerasan :

1. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang


milik
2. Ancaman verbal atau fisik
3. Membawa senjata atau benda lain yang dapat digunakan sebagai
senjata
4. Agitasi psikomotor progresif
5. Intoksikasi alkohol atau zat lain
6. Ciri paranoid pada pasien psikotik
7. Halusinasi dengar dengan perilaku kekerasan tetapi tidak semua pasien
berada pada resiko tinggi
8. Kegembiraan katatonik
9. Episode manik tertentu
10. Episode depresif teragitasi tertentu
11. Gangguan kepribadian (kekerasan, penyerangan, atau diskontrol
impuls)

Psikopatologi
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural, adalah:
a. Teori biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan
atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan
pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari
sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat
agresif.
2) Biokomia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau
flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap
stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
b. Teori psikologi
1) Teori psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan
memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan
dan rendahnya harga diri.
2) Teori pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.
3) Teori sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,
apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak
dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai/padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya
keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.

D. Macam Tanda dan Gejala Awal

1. Bunuh Diri

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan
karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam
mengatasi masalah.

Perilaku bunuh diri atau dekstruktif diri langsung terjadi terus menerus
dan intensif pada diri kehidupan seseorang. Perilaku yang tampak adalah
berlebihan, gejala atau ucapan verbal ingin bunuh diri, luka atau nyeri. Bunuh diri
adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri
sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012). Pikiran bunuh
diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama
depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
membunuh diri sendiri.
a. Secara garis besar bunuh diri dapat dibagi menjadi 3 kategori besar
yaitu :
1) Upaya bunuh diri (Suicide attempt) yaitu sengaja melakukan
kegiatan menuju bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan
menyebabkan kematian.
2) Isyarat bunuh diri (Suicide gesture) yaitu bunuh diri yang
direncanakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
3) Ancaman bunuh diri (Suicide threat) yaitu suatu peringatan
baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau no verbal
bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.
b. Tanda – tanda dan gejala bunuh diri yang mungkin terjadi :
1) Bicara mengenai kematian : bicara tentang keinginan
menghilang, melompat, menembak diri sendiri atau ungkapan
membahayakan diri.
2) Baru saja kehilangan : kematian, perceraian, putus dengan
pacar atau kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada
pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya
yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan
beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada
aktivitas yang sebelumya dinikmati.
3) Perubahan kepribadian : seseorang mungkin memperlihatkan
tanda-tanda kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa.
4) Perubahan perilaku : kurangnya konsentrasi dalam bekerja,
sekolah atau kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga.
5) Perubahan pola tidur : tidur berlebihan, insomnia dan jenis
gangguan tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh
diri.
6) Perubahan kebiasaan makan : kehilangan nafsu makan atau
bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain yang bisa terjadi
penambahan atau penurunan berat badan.
7) Berkurangnya ketertarikan seksual : perubahan seperti ini bisa
mencakup impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi
8) Harga diri rendah : gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan
melalui emosi seperti seperti malu, minder atau membenci diri sendiri
9) Ketakutan atau kehilangan kendali : seseorang khawatir akan
kehilangan jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang
lain
10) Kurangnya harapan akan masa depan : sesorang merasa bahwa
tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah
bertambah baik.
Strategi Intervensi Krisis Pada Pasien Kegawatdaruratan Jiwa

1) Strategi De- eskalasi


De-eskalasi adalah sebuah tindakan untuk keluar dari masalah seperti konflik atau
kemarahan yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku.
Intervensi Krisis adalah metode yang digunakan untuk memberikan bantuan jangka
pendek dan langsung kepada individu yang mengalami peristiwa yang menjadikan
gangguan atau masalah emosiaonal, mental, fisik, perilaku.
1. Empati dan tidak menghakimi
2. Jaga jarak dengan pasien kondisi kritis
3. Menitikberatkan pada bahasa non-verbal
4. Hindari perilaku yang tidak perlu
5. Fokus pada ekspresi perasaan pasien
6. Hindari pertanyaan atau pernyataan menantang
7. Bicara jelas, simpel, kalem dan positif
8. Gunakan teknik komunikasi terapeutik.

2) Proses De-eskalasi
1. Bina hubungan saling percaya
2. Kaji faktor pencetus
3. Dorong pasien untuk mengeskpresikan perasaan
4. Berikan terapi relaksasi untuk menurunkan ketegangan
5. Observasi dan catat respon perkembangan pasien
6. Tentukan perencanaan tindakan keperawatan selanjutnya
7. Buat keputusan sesuai perkembangan pasien.
E. Konsep Proses Keperawatan
1) Pengkajian

2) Intervensi keperwatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


1 Resiko menciderai dirinya Setelah dilakukan 1. Bina
sendiri tindakan hubungan saling
keperawatan percaya : salam
...x24jam diharapkan terapeutik, empati,
klien tidak sebut nama perawat
melakukan dan jelaskan tujuan
percobaan bunuh interaksi.
- Panggil
diri. ditandai dengan
klien dengan
kriteria hasil :
1. Klie nama
n dapat panggilan yang
membina sesuai
2. Observasi
hubungan
perilaku untuk
saling
mencegah klien
percaya
2. Klie melukai dirinya
3. Beri
n dapat
kesempatan klien
mengidentifi
mengungkapkan
kasi
perasaannya
penyebab
4. Bantu klien
perilaku
mengungkapkan
kekerasan
perasaan jengkel
3. Klie
atau kesal
n dapat
5. Anjurkan
mengidentifi
klien
kasi perilaku
mengungkapkan
kekerasan
perilaku kekerasan
yang biasa
yang biasa
dilakukan
dilakukan
2 Harga diri rendah Setelah dilakukan 1. Diskusikan
tindakan tentang
keperawatan kemampuan yang
selama ...x24jam dimiiki klien
2. Bantu klien
diharapkan pasien
memilih kegiatan
mampu
yang dapat klien
meningkatkan harga
lakukan
diri ditandai dengan
3. Berikan
kriteria hasil :
dukungan dan
1. Klie
pujian pada setiap
n dapat
kegiatan yang bisa
mengidentifi
klien lakukan
kasi
4. Sediakan
kemampuan
waktu untuk klien
dan aspek
sehingga klien
positif yang
merasa dirinya
dimiliki
penting
2. Klie
n dapat
menilai
kemampuan
yang dapat
digunakan
3. Klie
n dapat
memilih
kegiatan
sesuai
dengan
kemampuan

3 Isolasi sosial Setelah dilakukan 1. Bina


tindakan hubungan saling
keperawatan percaya
2. Observasi
selama ...x24jam
perilaku klien
diharapkan pasien
tentang
mampu berinteraksi
berhubungan sosial
dengan orang lain
3. Diskusikan
dengan kriteria
bersama klien
hasil :
tentang manfaat
1. Bers
edia berhubungan sosial
menceritaka dan kerugian
n menarik diri
4. Beri pujian
perasaannya
2. Bers terhadap
edia kemampuan klien
mengungkap mengungkapkan
kan masalah perasaannya
5. Beri
motivasi dan bantu
klien untuk
berkenalan/
berkomunikasi
dengan perawat
lain, klien lain,
kelompok
6. Diskusikan
jadwal harian yang
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
untuk bersosialisasi
4 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan 1. Diskusikan
tindakan bersama klien
keperawatan tentang pengertian
selama ...x24 jam bersih dan tanda-
diharapkan pasien tanda bersih
2. Bicarakan
mampu melakukan
dengan klien
perawatan diri
penyebab tidak
dengan kriteria
mau menjaga
hasil :
1. Klie kebersihan diri
3. Diskusikan
n dapat
akibat dari tidak
menyebutka
mau menjaga
n tanda-
kebersihan diri
tanda
4. Diskusikan
kebersihan
dengan klien cara
diri
menjaga kebersihan
2. Klie
n dapat diri
5. Bimbing
menyebutka
klien melakukan
n penyebab
demonstrasi
tidak mau
tentang cara
menjaga
menjaga kebersihan
kebersihan
diri
diri
6. Bersama
3. Klie
klien membuat
n dapat
jadwal menjaga
menyebutka
kebersihan diri
n cara
menjaga
kebersihan
diri
4. Klie
n dapat
melaksanaka
n kebersihan
diri secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf,dkk. (2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medika

Ardiyanti, Dhiny, Arum Pratiwi, S.Kp.,M.Kes. (2016). Kategori Pasien Gangguan Jiwa
Berdasarkan Triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa di Surakarta. Hal: 7-8.

Gloria M. Bulechek. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.


Missouri : Elsevier Saunder.

Moorhead, S. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of Health


Outcomes. 5th Edition. Missouri : Elsevier Saunder.

NANDA INTERNASIONAL. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Edisi 11. Jakarta : EGC.
Pratiwi, Arum, S.Kp., M.Kes., Ph.D. (2019). Modul Praktik Laboratorium Keperawatan
Jiwa. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai