Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Diagnostik Delirium

a) Uji darah : Tujuannya untuk memeriksa adanya gangguan organik,memeriksa


komplikasi fisik akibat gangguan - gangguan metabolik. Uji darah serologis,
biokimia,endokrin dan hematologis yang harus dilakukan termasuk Urea dan
elektrolit
b) Uji fungsi tiroid
c) Uji fungsi hati
d) Kadar vitamin B12 dan asam folat
e) Uji urin : Skrining obat terlarang dalam urine perlu dilaksanakan untuk memeriksa
penyalahgunaan zat psikoaktif yang samar
f) Elektroensefalogram (EEG) , CT scan kepala, MRI scan Kepala, Analisis cairan
serebrospinal (CSF)
g) Uji genetik : Penggolongan kariotipe merupakan pemeriksaan penunjangklinik
kedua yang bisa memastikan adanya gangguan akibatkelainan kromosom.
Uji ini terutama berguna untuk menyelidiki orang dengan disabilitas belajar
(retardasi mental)

Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dilakukan adalah :

a) Anamnesa terutama riwayat medis menyeluruh, termasuk penggunaan obat-


obatan atau medikasi.
b) Pemeriksaan fisik lengkap terutama dilakukan secara rutin pada pasienyang rawat
inap.
c) Pemeriksaan neurologis, termasuk status mental, tes perasaan (sensasi),berpikir
(fungsi kognitif), dan fungsi motorik.
d) Pemeriksaan status kognitif mencakup :
Tingkat kesadaran
Kemampuan berbahasa
Memori
Apraksia
Agnosia dan gangguan citra tubuh

Klasifikasi dan kriteria hasil diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM V (Diagnosis
and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition). DSM V mengklasifikasi
delirium menurut etiologi sebagai berikut :

Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum.


Delirium intoksikasi substansi (Penyalahganaan obat)
Delirium Penghentian Substansi
Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
Delirium tidak terklasifikasi.

Diagnosa delirium tersebut memerlukan 5 kriteria (A E) dari DSM V, yaitu :

a. Gangguan kesadaran (Berupa penurunan kejernihan kesadaran terhadap


lingkungan) dengan enurunan kemampuan fokus, mempertahankan atau
mengubah perhatian.
b. Gangguan berkembangan dalam periode singkat (biasanya beberapa jam hingga
hari) dan cenderung berfluktuasi dalam perjalanannya.
c. Perubahan kognitif (seperti defisit meori, dis orientasi, gangguan bahasa) atau
perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat dimasukkan ke dalam
kondisi demensia.
d. Gangguan pada kriteria a dan c tidak disebabkan oleh gangguan neurokognitif
lain yang telah ada, terbentuk ataupun sedang berkembang dan tidak timbul pada
kondisi penurunan tingkat kesadaran berat seperti koma.
e. Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium yang
mengindikasikan gangguan terjadi akibat kosekuensi fisiologik langsung suatu
kondisi medik umum, intoksikasi atau penghentian substansi (seperti
penyalahgunaan obat), pemaparan terhadap toksin, atau karena etiologi multipel.

Pedoman diagnostik delirium (Jayalangkara) dalam GMO Neuropsikiatri adalah


sebagai berikut :

1. Gangguan Kesadaran dan perhatian


Taraf berkabut
Kemampuan memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian
menurun
2. Gangguan fungsi kognitif secara umum
Distorsi persepsi : Adanya ilusi dan halusinasi visual
Hendaya daya pikir dan abstrak dengan / tanpa waham bersifat sementara
dan selalu ada inkoherensi ringan.
Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, jangka panjang relatif utuh.
Disorientasi waktu, kalau berat juga tempat dan orang
3. Gangguan psikomotor
Hipo / hiperaktivitas
Waktu bereaksi lebih panjang
Arus pembicaraan bertambah atau berkurang.
Reaksi terperanjat meningkat
4. Gangguan siklus tidur bangun
Insomnia, atau waktu tidur terbalik.
Gejala memburukpada malam hari
Mimpi buruk, berlanjut pada halusinasi
5. Gangguan emosional
Depresi, cemas, cepat marah, euforia, apatis, kehilangan akal
6. Onsetnya cepat, fluktuasi sepanjang hari, bisa membaik atau berlanjut.

Anda mungkin juga menyukai