1. Penyakit kronik.
2. Penyakit noninfeksi.
4. Penyakit degeneratif.
Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu
dengan lainnya. Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM
biasanya bersifat kronik (manahun) atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang
kelangsungannya mendadak atau akut, misalnya keracunan.
Sebutan penyakit noninfeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh
mikroorganisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya
PTM, disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan
proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut dan karena
kelangsungannya yang lama itu pulalah yang menyebabkan PTM berkaitan dengan proses
degeneratif yang berlangsung sesuai waktu atau umur.
Sementara itu ada yang secara populer ingin menyebutkannya sebagai “new
communicable disease” karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni melalui gaya hidup
(life style). Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak
seperti penularan klasik penyakit menular yang melewati suatu rantai penularan tertentu. Gaya
hidup di dalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global.
Perubahan pola makan telah mendorong perubahan peningkatan penyakit jantung yang
berkaitan dengan makan berlebih atau kolesterol tinggi.
Menkes mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang
tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan,
34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan
sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor risiko
yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui keadaran individu itu
sendiri dan intervensi sosial. Faktor- faktor yang dapat dimodifikasi tersebut adalah:
1. Merokok
Efek berbahaya dari merokok terhadap kematian yang disebabkan oleh kanker,
penyakit kardiovaskuler, dan penyakit pernapasan kronis telah lama diketahui.Selain
itu, paparan asap rokok pada perokok pasif seperti ibu hamil, anak-anak, dan orang
dewasa yang tidak hamil di rumah maupun di tempat-tempat umum menyebabkan
hasil kelahiran yang merugikan, penyakit pernapasan pada masa kanak-kanak, dan
penyakit lainnya seperti yang diderita oleh perokok aktif. Setiap tahunnya, tembakau
menyumbang sekitar 6 juta kematian (termasuk perokok pasif) dan diproyeksikan
akan meningkat menjadi 8 juta pada tahun 2030.
2. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan zat psikoaktif dengan memproduksi substansi yang membuat
ketergantungan pengkonsumsinya. Dampak alkohol ditentukan oleh volume alkohol
yang dikonsumsi, pola minum, dan kualitas alkohol yang dikonsumsi. Pada tahun
2012, sekitar 3.3 juta kematian, atau sekitar 5.9% dari seluruh kematian global
disebabkan oleh konsumsi alkohol. Konsumsi Alkohol sangat umum di seluruh dunia
meskipun membawa risiko yang merugikan bagi kesehatan dan konsekuensi sosial
terkait efek memabukkan, sifat beracun, dan ketergantungan. Konsumsi alkohol
merupakan faktor risiko utama untuk beban penyakit di negara berkembang berkaitan
dengan berbagai penyakit dan cedera, termasuk kecelakaan lalu lintas, kekerasan, dan
bunuh diri. Secara keseluruhan, 5.1% dari beban penyakit global dan cedera
disebabkan oleh alkohol (diukur dalam Disability-Adjusted Life Years, DALYs).
Konsumsi alkohol yang berlebih tidak hanya meningkatkan risiko cedera secara
substansial, tetapi juga memperburuk penyakit kardiovaskuler dan hati. Konsumsi
alkohol terus meningkat di Jepang, Cina, dan banyak negara lain di Asia yang
sebelumnya rendah.
Aktivitas fisik yang teratur mengurangi risiko penyakit jantung iskemik, diabetes,
kanker payudara, dan kanker kolon.Selain itu, aktivitas yang cukup mengurangi risiko
stroke, hipertensi, dan depresi. Aktivitas fisik juga merupakan penentu utama dari
pengeluaran energi dan dengan demikian penting untuk keseimbangan energy dan
control berat badan.
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam
PTM. Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut :
1. Pencegahan Premordial
2) Promosi kesehatan.
b. Pencegahan khusus
1) Pencegahan keterpaparan.
2) Pemberian kemopreventif.
Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.
Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasikan.
Misalnya pada stroke, hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama di samping faktor risiko
lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan
hipertensi.
Selain itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan
empat faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan,
biologis, dan pelayanan kesehatan). Misalnya untuk pencegahan primer stroke dilakukan
intervensi terhadap gaya hidup, yaitu dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam,
lemak dan kalori, exercise, no smoking, dan vitamin. Lingkungan, yaitu dengan menyadari
stres kerja. Biologi, yaitu dengan memberikan perhatian terhadap faktor risiko biologis (jenis
kelamin, riwayat keluarga) dan yang terakhir pelayanan kesehatan, yaitu dengan memberikan
health education dan pemeriksaan tensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2003. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular: Solusi Pencegahan Aspek Perilaku &
Lingkungan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo