Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN


PENYAKIT MENULAR (P2M)

OLEH:
YAN SUDIRMAN, SKM
NIP. 19721016 199403 1 003

TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti ujian penyesuaian Ijasah dalam kepangkatan sebagai Pegawai Negeri
Sipil Daerah Kabupaten Luwu Utara.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan semua pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang sifatnya membangun penulis . Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Baebunta,

Penulis

November 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan..................................................................................................... 2
1.4. Manfaat................................................................................................... 2
BAB II ISI......................................................................................................3
2.1. Definisi Puskesmas ................................................................................ 3
2.2. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular.................................. 3
2.3. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas..................... 5
2.4. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular Pada Puskesmas.........16
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 19
3.2. Saran ...................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

ii
iii

BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan
pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia berfungsi untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan

kesehatan

di

Indonesia

masih

perlu

pembenahan

yang

terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki


pengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang
optimal. Di sini, peran masyarakat dan perangkat-perangkat kesehatan memiliki
peran yang sangat penting, salah satu perangkat kesehatan tersebut adalah
Puskesmas. Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
berbasiskan masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan
kesehatan milik pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di sini, puskesmas
difungsikan sebagai ujung tombak penentu kinerja Kabupaten atau kota untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat di wilayah kerjanya karena Puskermas
merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan
masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM
maupun UKP di srata pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau
Kota.
Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah kesehatan
yang cukup kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya kasus penyakit menular,
banyaknya jumlah kematian yang terjadi, serta meningkatnya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, didukung dengan perolehan Indonesia dengan
peringkat 4 sedunia untuk kasus tuberculosis, selain itu Indonesia juga

memperoleh peringkat 1 untuk penularan HIV tercepat. Hal ini merupakan


masalah kesehatan yang sangat membutuhkan perhatian dan pembenahan. Namun
dalam pembenahan dan pembangunan kesehatan tidaklah mudah karena dipersulit
dengan adanya keterbatasan sumber daya manusia baik dalam aspek kualitas
maupun kuantitas. Dengan adanya Puskesmas sebagai upaya keperawatan
kesehatan masyarakat yang terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan,
1
diharapkan pemberian pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas
penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan Puskemas?
1.2.2. Apa saja macam-macam dan penularan penyakit menular?
1.2.3.Apa itu program pemberantasan penyakit menular yang ada pada Puskesmas
beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya?
1.2.4. Bagaimana implementasi program pemberantasan penyakit menularpada
puskesmas?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui definisi Puskesmas.
1.3.2. Untuk mengetahui macam-macam dan penularan penyakit menular
1.3.3. Untuk mengetahui program pemberantasan penyakit menular yang ada pada
Puskesmas beserta ruang lingkup dan kegiatan pokoknya.
1.3.4. Untuk mengetahui implementasi program p2m pada puskesmas
1.4. Manfaat
Agar pembaca dapat mengetahui pengertian puskesmas, macam-macam penyakit
menular beserta program pemberantasannya, ruang lingkup dan kegiatan
pokoknya. Serta dapat mengetahui implementasinya terhadap pemberantasan
penyakit menular sehingga pembaca mendapatkan banyak informasi tentang p2m
di Puskesmas

BAB II
ISI
2.1. Definisi Puskesmas
Definisi

Puskesmas

dalam

KEPMENKES

RI

Nomor

279/MENKES/SK/IV/2006, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas


kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskemas merupakan ujung


tombak penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata pertama pelayanan
kesehatan,

dan

merupakan

unit

Pelaksana

Teknis

Dinas

Kesehtana

Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas


pembangunan kesehatan di Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan yang dilakukan
oleh Puskesmas ini meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari Promosi kesehatan, Kesehatan
lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan Pengobatan.
2.2. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular
2.2.1. Penularan langsung dari manusia ke manusia
Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur dari batuk, berludah,
atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh (persetubuhan), misalnya pada
penyakit kelamin.
2.2.2. Penularan tidak langsung
A. Dengan perantara benda atau barang yang kotor (ada kumannya), biasanya air,
makanan dan susu segar. Sebagai contoh adalah perjalanan najis ke mulut.
Manusia makan bahan makanan dan minum air yang telah dikotori dengan kuman
penyebab penyakit. Penyakit-penyakit yang ditularkan dengan cara ini antara lain
ialah kolera dan disentri.
B. Dengan perantara serangga atau gigitan binatang. Orang digigit serangga atau
binatang yang membawa kuman penyakit dalam saluran pencernaannya atau
dalam ludahnya. Sebagai contoh: Malaria, Filariasis, Dengue demam berdarah dan
Rabies.

2.2.3. Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka dapat dijalankan
usaha-usaha yang jitu untuk menghilangkan sumber infeksi, dan memutuskan
rantai penularan penyakit. Dengan demikian Puskesmas dapat banyak sekali
mengurangi kejadian (incidence) penyakit menular. Didalam pembatasan penyakit
sering dipakai istilah wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai
berikut :
A. Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas
secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit.
B. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB (kriteria kerja) antara lain:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal di
suatu daerah
2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali atau lebih
dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) tergantung dari jenis penyakitnya.
3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu
(jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan dua kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya
5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata perbulan dari tahun
sebelumnya
6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode
sebelumnya
7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama dalam kurun waktu/tahun
sebelumnya.
8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah 4endemis), terdapat satu atau lebih penderita

baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan


bebas dari penyakit yang bersangkutan.
C. Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan
Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit-penyakit yang
memerlukan kewaspadaan ketat yaitu penyakit-penyakit wabah atau yang
berpotensi wabah/atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:
1) Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera Poliomylitis, Pes,
Difteri.
2) Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau
mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan segera: DHF, Campak,
Rabies, Diare, Pertusis.
3) Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting:
Malaria, Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus Abdominalis,Tetanus,
Influenza, Meningitis, Tetanus Neonatorum, Antrax, Keracunan.
4) Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi diprogramkan,
di tingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui RR terpadu Puskesmas
ke kabupaten, dan seterusnya. Penyakit-penyakit tersebut meliputi: Cacing,
Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoea dan filariasis, dan lain-lain.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah secara rutin hanya
yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara
mingguan, sementaara bagi penyakit kelompok 3 dan 4 secara rutin dilaporkan
bulanan.
2.3. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program pelayanan
kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari program P2M ini
yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat
penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru,
HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Uraian tugas umum untuk koordinator unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun perencanaan dan evaluasi
kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan aktif terhadap kegiatan di

unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan mengawasi terjadinya peningkatan
kasus penyakit menular serta menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali
upaya yang dilakukan oleh puskesmas untuk memberantas penyakit menular,
setelah puskemas bekerja, kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada
kepala dinas kesehatan daerah tingkat II.5
2.3.1. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
A. Surveilans epidemiologi
B. Imunisasi
C. TBC
D. Malaria
E. Kusta
F. DBD
G. Penanggulangan KLB
H. ISPA/Pnemonia
I. Filariasis
J. AFP
K. Diare
L. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR)
M. Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana)
N. Frambusia
O. Leptospirosis
P. HIV/AIDS
Q. Penyakit tidak menular (DM, hipertensi, dll).
2.3.2. Kegiatan Pokok P2M
Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas memiliki tugastugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali macam penyakit
6
menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber data dari puskesmas
berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu:
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyakit
Kolera
Diare
Diare berdarah
Tifus perut klinis
TBC paru BTA (+)
Tersangka TBC paru
Kusta PB
Kusta MB

NO.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Penyakit
Malaria Klinis
Malaria Vivax
Malaria falsifarum
Malaria mix
Demam berdarah dengue
Demam dengue
Pneumonia
Sifilis

9.
10.
11.
12.
13.

Campak
Difteri
Batuk rejan
Tetanus
Hepatitis klinis

22.
23.
24.
25.

Gonrrhea
Frambusia
Filariasis
Influensa

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas terdiri dari


pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan imunisasi, penemuan
dan

tatalaksana

penderita,

Peningkatan

surveilens

epidemiologi

dan

penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi


(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
A. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat yang memiliki
risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat yang memiliki risiko
tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena penyakit menular. Pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko terdiri atas:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan
7
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai
stimulam
4) Menyiapkan

materi

dan

menyusun

rancangan

juklak/juknis/pedoman

pencegahan dan penanggulangan faktor risiko


5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan penanggulangan
faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
B. Peningkatan imunisasi

Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi seseorang terjangkit


penyakit menular, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas dalam
hal peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai
dengan skala prioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
program imunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan
program imunisasi
8
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan
konsultasi teknis peningkatan imunisasi
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi
C. Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan aktif dalam
penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan tatalaksana penderita
terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita, serta meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian
penyakit untuk melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita. Di
dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara
masyarakat
memabangun

dan

puskesmas

status

untuk

kesehatan

pada

saling

bekerjasama

masyarakat

yang

sehingga
optimal

dapat
dengan

pemberantasan penyakit menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang


membutuhkan peran penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa
pengobatan akibat halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke
puskesmas untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah
penderita, sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya
pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap
pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan memberhentikan

pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka akan terjadi resistensi dan


hal ini dapat menyebabkan kemungkinan penyebaran penyakit semakin besar.
Itulah sebabnya, puskesmas terdekat harus mengunjungi rumah pasien agar dapat
menjangkau pasien dan menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya
ini yaitu:
1) Menyiapkan

materi

dan

menyusun

rancangan

peraturan

dan

perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita dan


diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan
tatalaksana penderita
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian

penyakit

untuk

melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita


6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan
tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita
10) Melaksanakan dukungan

administrasi

dan

operasional

pelaksanaan

penemuan dan tatalaksana penderita.


D. Peningkatan surveilans epidemiologi9dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan surveilans
epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui penyebaran dan
hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi ini dapat mendukung
pemberantasan penyakit menular dari data yang didapat oleh puskesmas itu
sendiri. Kegiatan pokok:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah

10

3) Menyediakan

kebutuhan

peningkatan

surveilans

epidemiologi

dan

penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan


4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah,
termasuk dampak bencana
6) Meningkatkan kemampuan

tenaga

pengendalian

penyakit

untuk

melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan


KLB/wabah
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan

konsultasi

teknis

peningkatan

surveilans

epidemiologi

dan

penanggulangan KLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan

operasional

pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.


Surveilans merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap

penyakit

atau

masalah-masalah

kesehatan

dan

kondisi

yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalahmasalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program. Jadi,
surveilans epidemiologi penyakit menular merupakan kegiatan analisis secara
sistematis dan terus-menerus terhadao penyakit menular yang terjadi di suatu
wilayah tertentu agar dapat melakukan tindakan penanggulangaan penyakit
menular secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan
dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan. Tujuan surveilans epidemiologi penyakit menular yaitu:
1) Terkumpulnya data kesakitan, data laboratorium dan data KLB
penyakit menular di Puskesmas sebagai sumber data Surveilans Terpadu
Penyakit Menular.

11

2) Terdistribusikannya data kesakitan, data laboratorium serta data KLB


penyakit menular kepada unit surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
unit surveilans Dinas Kesehatan Propinsi dan unit surveilans Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
3) Terlaksananya pengolahan dan penyajian data penyakit menular dalam
bentuk tabel, grafik, peta dan analisis epidemiologi lebih lanjut oleh Unit
surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan
Ditjen PPM &PL Depkes
4) Terdistribusinya hasil pengolahan dan penyajian data penyakit menular
beserta hasil analisis epidemiologi lebih lanjut dan rekomendasi kepada
program terkait di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Propinsi, Nasional, pusatpusat riset, pusat-pusat kajian dan perguruan tinggi serta sektor terkait
lainnya
Di dalam KEPMENKES RI NOMOR 1479/MENKES/SK/X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit
yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit
menular dan keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria,
penyakit-penyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta
tuberkulosis, diare, tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta,
frambusia, penyakit HIV/AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia, termasuk
penyakit pneumonia akut berat (severe acute respiratory syndrome), hipertensi,
stroke dan penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, neoplasma, penyakit paru
obstuksi menahun, gangguan mental dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan.
Salah satu ruang lingkup penyelenggaran surveilans terpadu penyakit yaitu
surveilans terpadu penyakit bersumber data Puskesmas, jenis penyakit menular
yang termasuk di dalam surveilans terpadu penyakit berbasis puskesmas meliputi
kolera, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, Kusta
MB, campak, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria
vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, pneumonia,
sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Data-data surveilans
terpadu penyakit didapatkan dari data harian pelayanan yang disusun dalam

sistem perekaman data puskesmas. Masing-masing unit surveilans di Puskemas


memiliki peran khusus dalam penyelenggaraan Surveilans Terpadu Penyakit Peran
tersebut diformulasikan sebagai kegiatan teknis surveilans yang saling
mempengaruhi kinerja antara yang satu dengan unit surveilans yang lain dalam
jejaring surveilans. Peran puskesmas dalam STP penyakit menular yaitu:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
Unit surveilans puskesmas Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan
mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan &
register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak
termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan.
Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan
analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.
2) Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut
Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit
potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan
grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan
hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan
wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial
KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan
jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu. maka Kepala Puskesmas
12
melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan
analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan
faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan
program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan,
bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Umpan Balik
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan
dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
4) Laporan
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setiap bulan, puskesmas mengirim data
STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit
dan variabelnya.

13

E. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan


Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas juga memiliki
upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan Edukasi untuk oencegan
dan pemberantasan penyakit menular di suatu wilayah kerjanya. Upaya ini bisa
dilakukan dengan pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pengembangan upaya kesehatan
bersumber masyarakat, (seperti pos pelayanan terpadu, pondok bersalin desa,
usaha kesehatan sekolah dan generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta
peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan
terhadap masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit
menular, cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti
secara luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan
bagaimana cara mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk
mengajak masyarakat berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan
misalnya pos pelayanan terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi
kesehatan, komunikasi dan informasi seputar penyakit menular untuk masyarakat
juga merupakan upaya puskesmas dalam pemberantasan penyakit menular.
Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti penyuluhan harus dibuat
semenarik mungkin agar masyarakat tertarik terhadap acara yang diadakan.
Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa SMP/SMA

untuk pencegahan

penyakit menular seksual pada kalangan muda yang sekarang sedang marak
terjadi. Banyak siswa SMP yang masih belum mengerti apa itu penyakit
HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya sehingga di Indonesia penyebaran
HIV/AIDS sangatlah cepat. Selain pemberian informasi, pembentukan karakter
dan moral terhadap kalangan muda juga sangat penting untuk membentuk moral
dan karakter yang baik sebagai dasar pembentukan negara untuk berkembang.
Meskipun moral merupakan faktor tidak langsung terhadap penyebaran penyakit
menular terutama penyakit menular melalui hubungan seksual, namun
pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk tujuan
pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain itu,
pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara yang
berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain promosi yaitu

pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada puskesmas yang


bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap dikelola oleh puskesmas
meskipun yang melaksanakan orang-orang yang ingin berpartisipasi di dalamnya
dengan dibimbing oleh dokter atau bidan setempat. Dengan adanya pos kesehatan
yang bersumberdayakan masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan
masyakarakat akan bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan
melaksanakan

program

tenaga

komunikasi

pengendalian
informasi

dan

penyakit

untuk

edukasi

(KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit


6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
15
pencegahan dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan
14 komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
2.4. Implementasi Pemberantasan Penyakit Menular Pada Puskesmas
2.4.1. Sifilis
Penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh Treponema palillidum,penularan
terutama melalui hubungan kelamin.

A. Ciri khas:
1) Masa inkubasi mulai 10 hari-4bulan
2) Mula ditandai dengan permulaan biasanya di kemaluan, kedua: ruam
menyeluruh di kulit dan selaput lendir,masa terpendam/laten yang lama
3) Kelainan di kulit,tulang,ssp,dan sistem peredaran darah
B. Tujuan: menurunkan kesakitan serendah mungkin dan mencegah terjadinya
penyebaran kecacatan akibat penyakit.
C. Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penyuluhan kesehatan
2.4.2. Demam berdarah(dengue haemorrhagic fever=DHF)
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengan dan ditularkan melalui
nyamuk aedes aegepti,terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan
kematian
A. Tanda tanda dan gejala:
1) Hari ke1: timbul panas mendadak(suhu badan 38-40),badan lemah dan lesu
2) Hari ke2: petechie pada kulit,muka,lengan,paha
3) Kadang terjadi perdarahan hidung
4) Hari ke4-7 Bila keadaan parah penderita gelisah,keringat banyak,ujung
ujung kaki dan tangan dingin
16kurang)
5) Trombocytopenia (100.000/mm atau
B. Tujuan: mengusahakan penurunan angka kematian dan insidensi demam
berdarah serendah mungkin
C. Kegiatan:
1) Pengamatan Epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Surveilance epidemilogi
3) Surveilance vektor
4) Pemberantasan vektor
5) Pertolongan terhadap penderita
6) Penyuluhan dan pengarahn masyarakat untuk PSN
7) Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan
2.4.3. TB paru
Penyakit menular yang bersifat menahun oleh kuman Mycobacterium
tubercolosis,penyakit ini menyerang paru paru.
A. Ciri khas:
1) Biasanya ditemukan melalui pemeriksaan tubekculine test (hal yang penting
bagi anak dibawah 5 tahun) dan dengan sinar tembusan x
2) Tingkat lanjut ditemukan mycobacterium dalam dahak,gejala klinis: batuk,
terkadang darah dalam dahak, demam, BB menurun
3) Mengganas pada bayi dan anak kecil
B. Tujuan: mengurangi kesakitan tuberculosis paru serendah mungkin dan
mencegah penyebaran penyakit dengan BTA positif

17

C. Kegiatan:
1) Pengamatan epidemiologi dan tindakan pemberantasan
2) Penderita TB paru yang ditemukan baik pada kunjungan dalam gedung
maupun luar gedung puskesmas harus dicatat dan dialporkan
3) Penderita tersangka TB paru yang berumur 15 tahun ke atas harus diperiksa
dahaknya sebanyak tiga kali berturut- turutal
4) Bila dalam dahaknya ditemukan BTA, berikan penjelasan tentang
pengobatan yang harus dijalani.
5) Penyuluhan kesehatan
6) Vaksinasi B.C.G dengan sasaran
- Anak anak:3-14 tahun
- Anak anak:6-7 tahun(usia masuk sekolah)
- Anak anak: 13- 14 tahun (usia keluar SD)

18

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yang memiliki upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di dalam upaya kesehatan
wajib, terdapat upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular yang
biasa disingkat P2M. Di dalam pelaksanaan upaya-upaya pokok pemberantasan
dan pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan oleh puskemas ini, banyak
sekali rangkaian kegiatan yang telah

dispesialisasikan menurut penyakitnya.

Rangkaian kegiatan tersebut merupakan pengembangan upaya kegiatan-kegiatan


yang berada dalam upaya pokok p2m. Dalam implementasi pelaksanaan upayaupaya tersebut, kerjasama antara masyarakat dan puskesmas sangatlah dibutuhkan
untuk bersama-sama membangun kesehatan bangsa Indonesia agar teraihnya
status kesehatan yang optimal.
3.2. Saran
Makalah ini sungguh tidak luput dari ketidaksempurnaan, maka saran yang
diberikan oleh penulis ialah:
3.2.1. Penguraian yang lebih rinci tentang puskesmas serta upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pengembangannya
3.2.2. Penguraian yang lebih rinci tentang implementasi p2m terhadap penyakitpenyakit menular yang lain

19

DAFTAR PUSTAKA
Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta
Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta
Jaya, AD, P2M, viewed 10 november 2013,
<http://www.scribd.com/doc/165526531/P2M>

Dinas Kesehatan, viewed 10 november 2013,


<http://kalbarprov.go.id/file/dokumen/profil/RPJMD_msopddinkes.pdf>

20

Anda mungkin juga menyukai