Kelompok 2 :
1. MATIAS STEVANDY (AFB 118 007)
2. ELWI YANA BR SEMBIRING (AFB 118 008)
3. YERIANA (AFB 118 009)
4. INDAH SRI UTAMI (AFB 118 010)
5. ALFIANA FIRA SYAHARANI (AFB 118 012)
6. ANGELA OKTARINA (AFB 118 013)
TL. Normal bekerja dipengaruhi oleh sistem syaraf. Proses terbentuknya TL. Normal
adalah: Stimulus → sel-sel syaraf sensorik → otak → susunan syaraf motorik → perilaku.
Harber dan Runyon (1984), menyebutkan sejumlah ciri individu yang bisa dikelompakkan
sebagai normal adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap diri sendiri.
Mampu menerima diri sendiri apa adanya,memiliki identitas diri yang
jelas,mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2. Persepsi terhadap realita.
Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi
orang lain maupun segala sesuatunya.
3. Integrasi.
Kepribadian yang menyatu dan harmonis,bebas dari konflik-konflik batin yang
mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap
4. Kompetensi.
Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek
fisik,intelektual,emosinal,dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-
masalah kehidupan.
5. Otonomi.
Memiliki ketetapan diri yang kuat,tertanggung jawab,dan penentuan diri dan
memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh sosial.
6. Pertumbuhan dan aktlualisasi diri.
Mengembangkan kecenderungan ke arah peningkatan kematangan,pengembangan
potensi,dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.
7. Relasi interpersonal.
Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8. Tujuan hidup.
Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan,tetapi membuat tujuan yang
realistik dan masih di dalam kemampuan individu.
Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas
adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
Selaian Werner, Stern (1964) mengusulkan perhatian pada empat aspek untuk menilai
normal dan abnormalitas seseorang, yaitu:
a. Daya integrasi; Fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke
dalam maupun ke luar diri.
b. Ada atau tidaknya simtom gangguan; Ditinjau dari segi praktis, merupakan pegangan
yang paling jelas dalam mengevaluasi kesehatan jiwa secara kualitatif. Ini dinamakan
juga pendekatan medis.
c. Kriteria psikoanalisis; Memperhatikan dua hal untuk dipakai sebagai patokan dari
kesehatan jiwa, yaitu tingkat kesadaran dan jalannya perkembangan psikoseksual.
Makin tinggi tingkat kesadaran seseorang, makin baik atau sehat jiwanya.
d. Determinan sosio-kultural; Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam
penilaian suatu gejala sebagai normal atau tidak.
Lain halnya dengan Gladston (1978), dalam tingkah laku seseorang, ada tujuh aspek yang
merupakan perilaku penyesuaian diri, yaitu: (1) Ketegangan, (2) Suasana hati, (3) Pemikiran, (4)
Kegiatan/aktivitas, (5) Organisasi diri, (6) Hubungan antarmanusia, dan (7) Keadaan fisik.
Masing-masing aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaian
normal. Gladston membagi tingkah laku tersebut dalam 5 tingkatan, yaitu :
1. Penyesuaian diri yang normal,
2. Penyesuaian darurat,
3. Penyesuaian neurotik,
4. Kepribadian neurotik,
5. Ganggung berat.
Penentuan perilaku normal vs abnormal perlu mempertimbangkan berbagai kriteria sehingga
kesimpulan yang dihasilkan dapat digunakan untuk langkah penanganan selanjutnya.