Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

ANALISIS DAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU


Dosen Pengampu: Esty Pan Pangestie, M.Psi.,Psi

Kelompok 2 :
1. MATIAS STEVANDY (AFB 118 007)
2. ELWI YANA BR SEMBIRING (AFB 118 008)
3. YERIANA (AFB 118 009)
4. INDAH SRI UTAMI (AFB 118 010)
5. ALFIANA FIRA SYAHARANI (AFB 118 012)
6. ANGELA OKTARINA (AFB 118 013)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2020
Tingkah Laku Normal

TL. Normal bekerja dipengaruhi oleh sistem syaraf. Proses terbentuknya TL. Normal
adalah: Stimulus → sel-sel syaraf sensorik → otak → susunan syaraf motorik → perilaku.

Hakikat tingkah laku Normal


Tidak adanya gangguan yang merusak fungsi sistem saraf pusat di otak , kerja otak baik,
gizi yang terpenuhi sehingga tidak menimbulkan terjadinya malasuai

Terdapat berbagai pendapat mengenai definisi normal, di antaranya:


Oxford English Dictionary mendefinisikan "normal" sebagai "sesuai dengan standar".
Definisi lain yang mungkin adalah bahwa "normal" adalah seseorang yang sesuai dengan
perilaku dominan dalam masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan seperti
perilaku imitatif yang sederhana, penerimaan sengaja atau tidak konsisten dengan standar
masyarakat, takut penghinaan atau penolakan, dll
Sosiolog Prancis Émile Durkheim yang ditunjukkan dalam Aturan Metode Sosiologi
bahwa perilaku yang paling umum dalam masyarakat dianggap normal. Orang yang tidak
sejalan, melanggar norma sosial dan akan mengundang hukuman dari orang lain dalam
masyarakat.
Menurut Kartono dalam Darwis mengemukakan bahwa ada dua jenis perilaku manusia,
yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat
diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang
tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial
yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku
bermasalah.
Menurut WHO, normal adalah keadaan dimana seseorang yang sempurna fisik, mental
dan sosialnya, tidak mengidap penyakit dan kelemahan-kelemahan tertentu.
Karl Meninger mengatakan bahwa normal adalah adanya penyesuaian timbal balik dari
nilai-nilai manusaia terhadap alam/lingkungannya secara maksimal, efisien dan menyenangkan
baik bagi manusia itu sendiri maupun alam lingkungannya, yang bukan semata-mata agar efisien,
puas atau taat pada lingkungan, tetapi secara menyeluruh, mampu mengelola integrasi social dan
kebahagiaan hidup, perasaan inteligensi.
Menurut Wb Boehm, normal adalah kondisi dan taraf pemfungsian social yang oleh
lingkungan social dapat diterima dan secara individu dirasa menyenangkan.

Ciri-ciri Tingkah Laku Sehat atau Normal


Menggambarkan ciri-ciri tingkah laku yang normal atau sehat biasanya relatif agak sulit
dibandingkan dengan tingkah laku yang tidak normal. Ini disebabkan karena tingkah yang
normal seringkali kurang mendapatkan perhatian karena tingkah laku tersebut wajar, sedangkan
tingkah laku abnormal biasanya lebih mendapatka perhatikan karena biasanya tidak wajar dan
aneh.
Adapun ciri-ciri individu yang normal atau sehat (Warga,1983) pada umumnya adalah
sebagai berikut:
1) Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2) Mampu mengelola emosi.
3) Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4) Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5) Dapat mengenali risiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk
menuntun tingkah lakunya.
6) Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7) Mampu belajar dari pengalaman.
8) Biasanya gembira.

Harber dan Runyon (1984), menyebutkan sejumlah ciri individu yang bisa dikelompakkan
sebagai normal adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap diri sendiri.
Mampu menerima diri sendiri apa adanya,memiliki identitas diri yang
jelas,mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2. Persepsi terhadap realita.
Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi
orang lain maupun segala sesuatunya.
3. Integrasi.
Kepribadian yang menyatu dan harmonis,bebas dari konflik-konflik batin yang
mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap
4. Kompetensi.
Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek
fisik,intelektual,emosinal,dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-
masalah kehidupan.
5. Otonomi.
Memiliki ketetapan diri yang kuat,tertanggung jawab,dan penentuan diri dan
memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh sosial.
6. Pertumbuhan dan aktlualisasi diri.
Mengembangkan kecenderungan ke arah peningkatan kematangan,pengembangan
potensi,dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.
7. Relasi interpersonal.
Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8. Tujuan hidup.
Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan,tetapi membuat tujuan yang
realistik dan masih di dalam kemampuan individu.

Definsi Abnormal dan beberapa  kriteria Abnormal


1.   Definisi Abnormal
         Abnormal artinya menyimpang dari yang normal. Yang normal itu yang bagaimana?
Bilamana gejala jiwa atau perilaku dinyatakan normal? Pertanyaan tersebut tidak mudah untuk
dijawab sebab manusia merupakan makhluk multi dimensional. Manusia merupakan makhluk
biologis, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk etis, dst, sehingga perilaku manusia dapat
dijelaskan dari dimensi-dimensi tersebut, begitu juga bila berbicara mengenai abnormalitas jiwa.
 
2.   Kriteria Abnormal adalah ;
a.    Abnormalitas menurut  Konsepsi  Statistik
Secara statistik suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas.
Dengan demikian seorang yang jenius sama- sama abnormalnya dengan seorang idiot, seorang
yang jujur menjadi abnormal diantara komunitas orang yang tidak jujur.

b.   Abnormal  menurut  Konsepsi  Patologis


Berdasarkan konsepsi ini tingkah laku individu dinyatakan tidak normal bila terdapat simptom-
simptom (tanda-tanda) klinis tertentu, misalnya ilusi, halusinasi, obsesi, fobia, dst. Sebaliknya
individu yang tingkah lakunya tidak menunjukkan adanya simptom-simptom tersebut adalah
individu yang normal.

c.     Abnormal  menurut  Konsepsi Penyesuaian Pribadi


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi masalah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal.
 

d.    Abnormal menurut  Konsepsi Penderitaan/tekanan  Pribadi


Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu.
 Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan.
 Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang
yang sakit karena disuntik.
 Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
    
e.   Perilaku berbahaya
             Perilaku yang menimbulkan bahaya bagi orang itu sendiri ataupun orang lain dapat
dikatakan abnormal.

f.    Abnormalitas  menurut  Konsepsi  Sosio-kultural


Menurut konsepsi ini seseorang dinyatakan penyesuaiannya baik bila yang bersangkutan mampu
menangani setiap masalah yang dihadapinya dengan berhasil. Dan hal itu menunjukkan bahwa
dirinya
memiliki jiwa yang normal. Tetapi bila dalam menghadapi maslah dirinya menunjukkan
kecemasan, kesedihan, ketakutan, dst. yang pada akhirnya masalah tidak terpecahkan, maka
dikatakan bahwa penyesuaian pribadinya tidak baik, sehingga dinyatakan jiwanya tidak normal
 
g.    Abnormalitas menurut  Konsepsi Kematangan  Pribadi
Menurut konsepsi kematangan pribadi, seseorang dinyatakan normal jiwanya bila dirinya telah
menunjukkan kematangan pribadinya, yaitu bila dirinya mampu berperilaku sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
 
h.    Disability (tidak stabil)
 Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena
abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal
karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk
menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
 Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability.
Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan
kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan
hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah
seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas
adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

Sudut pandang perilaku normal VS abnormal


Perilaku yang memenuhi standar dalam suatu kurva normal dan melalui perhitungan yang
teliti sehingga didapatkan rata-rata orang berperilaku yang sama adalah perilaku normal
berdasarkan sudut pandang pendekatan kuantitatif. Namun beda halnya dari sudut pandang
kualitatif. Pendekatan ini tidak didasarkan pada perhitungan atau pemikiran awam, tetapi atas
dasar observasi pengamatan yang melibatkan penelitian secara langsung dan empirik di
lapangan mengenai tipe-tipe ideal. Tipe-tipe ideal yang dimaksud sangat terkait dengan keadaan
sosial budaya dimana observasi dilakukan. Sebagai contoh, keluarga yang sedang berduka
mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam untuk mengenang dapat dikatakan sebagai perilaku
abnormal di wilayah lain, karena mereka tidak menganut budaya tersebut.

Acuan perilaku normal VS abnormal


Menurut Werner ada beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai
normal atau abnormal, yaitu:
1. Normal adalah rata-rata kebanyakan orang. Secara statistik, perilaku dikatakan normal
bila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kebanyakan orang dalam
kelompoknya.
2. Normal adalah sesuatu yang ideal. Normal sebagai sesuatu yang menjadi dambaan
walaupun jarang tercapai karena setiap orang tidak ada yang sangat cocok dengan apa
yang menjadi dambaannya atau fungsi idealnya.
3. Normal adalah kondisi dimana mampu menyesuaikan diri dan menyelesaikan
permasalahan secara efektif untuk menghasilkan hidup yang produktif.

Selaian Werner, Stern (1964) mengusulkan perhatian pada empat aspek untuk menilai
normal dan abnormalitas seseorang, yaitu:
a. Daya integrasi; Fungsi ego dalam mempersatukan, mengkoordinasi kegiatan ego ke
dalam maupun ke luar diri.
b. Ada atau tidaknya simtom gangguan; Ditinjau dari segi praktis, merupakan pegangan
yang paling jelas dalam mengevaluasi kesehatan jiwa secara kualitatif. Ini dinamakan
juga pendekatan medis.
c. Kriteria psikoanalisis; Memperhatikan dua hal untuk dipakai sebagai patokan dari
kesehatan jiwa, yaitu tingkat kesadaran dan jalannya perkembangan psikoseksual.
Makin tinggi tingkat kesadaran seseorang, makin baik atau sehat jiwanya.
d. Determinan sosio-kultural; Lingkungan seringkali memegang peranan besar dalam
penilaian suatu gejala sebagai normal atau tidak.

Lain halnya dengan Gladston (1978), dalam tingkah laku seseorang, ada tujuh aspek yang
merupakan perilaku penyesuaian diri, yaitu: (1) Ketegangan, (2) Suasana hati, (3) Pemikiran, (4)
Kegiatan/aktivitas, (5) Organisasi diri, (6) Hubungan antarmanusia, dan (7) Keadaan fisik.
Masing-masing aspek memiliki kriteria tingkah laku yang dijadikan pegangan penilaian
normal. Gladston membagi tingkah laku tersebut dalam 5 tingkatan, yaitu :
1. Penyesuaian diri yang normal,
2. Penyesuaian darurat,
3. Penyesuaian neurotik,
4. Kepribadian neurotik,
5. Ganggung berat.
Penentuan perilaku normal vs abnormal perlu mempertimbangkan berbagai kriteria sehingga
kesimpulan yang dihasilkan dapat digunakan untuk langkah penanganan selanjutnya.

Contoh perilaku / tingkahlaku normal:


1. Dapat belajar atau menyerap pelajaran dengan baik, kondisi fisik yang sehat dan dapat
mengatur aktivitas dengan teratur.
2. Memiliki penyesuaian diri yang baik, baik terhadap lingkungan maupun dengan situasi
sekitar.
3. Mampu menerima keadaan dirinya sendiri baik dari segi kekurangan maupun kelebihan
dirinya. Dan memiliki gambar diri yang positif
4. Dapat mencapai aktualisasi diri yang positif.
5. Memiliki hubungan intrapersonal yang baik.
Contoh Tingkah Laku Abnormal
1. Seseorang yang memiliki penyimpangan seksual salah satunya adalah homoseksual.
2. Memiliki perilaku maldatif pada seorang yang memiliki kecanduan alcohol biasanya
seorang tersebut tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan karena dalam
pengaruh alcohol dan biasanya dapat terjadi perilaku membahayakan diri sendiri maupun
orang lain.
3. Seorang yang memiliki fobia atau ketakutan yang berlebihan terhadap suatu objek
tertentu salah satunya seorang yang memiliki fobia darah.
4. Seorang yang memiliki obsesi terhadap suatu hal.

Anda mungkin juga menyukai