Psikologi Kontemporer
Psikologi Kontemporer Diawali pada abad 19 dimana saat itu berkembang 2 teori dalam
menjelaskan tingkah laku, yaitu :
Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan, menurut teori
ini, kemampuan psikologi terkotak – kotak dalam beberapa fakultas yang meliputi : berpikir,
merasa, dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas : kita
mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultasimaginer dan
sebagainya
Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada
dasarnya adalah asosiasi ide. Dimana ide masuk alat indra dan diasosiasikan berdasarkan prinsip
– prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras dan kedekatan.
Dalam pengembangan ilmu psikologi kemudian, ditandai dengan berdirinya laboratorium oleh
Wundt ( 1879 ). Pada saat itu pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah
( eksperimental ). Juga mulai diperkenalkan merode intropeksi, eksperimen, dsn. Beberapa
sejarah yang patut dicatat antara lain : F. Galton > merintis test psikologi , C Darwin > memulai
komparasi dengan binatang, A. Mesmer > Merintis penggunaan hipnosis S. Freud > merintis
psikoanalisa
1. Tingkah Laku
Pernahkan Bapak dan Ibu menyaksikan sirkus di televisi? Bagaimana menurut Bapak dan
Ibu cara mengajari binatang-binatang yang ada sehingga mereka dapat melakukan
tugasnya dengan baik? Beberapa pertanyaan yang lebih spesifik yang dapat diajukan
adalah:
1. Mengapa para pelatih binatang tersebut ada yang membawa cemeti?
2. Mengapa para pelatih binatang tersebut selalu diberi sesuatu jika ia dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik?
3. Dapatkah keterampilan yang sudah dikuasai binatang tersebut dikembangkan
binatang tersebut untuk kegiatan lainnya?
Para penganut psikologi tingkah laku memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan
hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) dan balasan dari siswa (response) yang
dapat diamati. Mereka berpendapat juga bahwa semakin sering hubungan antara
rangsangan dan balasan terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan keduanya (law of
exercise). Di samping itu, mereka berpendapat juga bahwa kuat tidaknya hubungan
ditentukan oleh kepuasan maupun ketidakpuasan yang menyertainya (law of effect).
Itulah sebabnya, ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam proses
pembelajaran.
2. Psikodinamik
Pendekatan psikodinamik menekankan pada pemikiran bawah sadar, konflik antara
insting biologi dan permintaan social dan pengalaman keluarga mula-mula. Pendekatan
ini menyatakan bahwa insting biologi yang tidak dipelajari, terutama seksualitas dan
impuls keagresifan, mempengaruhi cara seseorang berpikir.
3. Pendekatan Kognitif
Memfokuskan pada proses mental yang terlibat dalam pengetahuan : bagaimana kita
melangsungan perhatian kita, melihat, mengingat, berpikir dan menyelesaikan masalah.
6. Pendekatan sosiokultural
Pendekatan sosiokultural menjelaskan sebuah cara dimana masyarakat dan budaya
lingkungan mempengaruhi kelakuan. Pendekatan sosiokulltural menyatakan bahwa
pemahaman penuh dari tingkah laku seseorang membutuhkan pengetahuan tentang
konteks lingkungan dimana kelakuan terjadi
1. Psikologi Abnormal
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain:
1. Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan
diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng.
Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas
ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah,
tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah
kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi
jenius.
Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang
mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan
informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.
2. Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan
terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan
berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang
berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal
ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak
diharapkan terjadi.
3. Violation of norms
4. Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu.
Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang
mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau
kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang
yang sakit karena disuntik.
Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5. Disability
Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan.
Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas
adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
MITOS FAKTA
Perilaku abnormal sangat aneh dan sangat Penderita gangguan sukar dibedakan
berbeda dengan orang normal dengan orang normal
Gangguan mental akibat adanya Setiap orang punya potensi dan
kekurangan dalam diri yang tidak teratasi kesempatan sama untuk terganggu dan
bertingkah laku abnormal
Gangguan mental dipengaruhi sihir atau Banyak orang-orang yang percaya Tuhan
magic terkena gangguan mental dan masyarakat
kurang mengetahui pengetahuan ilmiah.
KEPRIBADIAN ABNORMAL
1) PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak
mempedulikan norma – norma sosial .
2) KELAINAN SEKSUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
3) PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar
dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau
meninggalkan rumah karena amnesia
Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
Multiple personality : Kepribadian ganda
Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya
tidak ada alasan untuk takut
Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau
hilang serta sering irasional
Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis,
emosional dan reaksi berlebihan
Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan
yang patologis tentang kesehatan sendiri
4) PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh
kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan
bergaul normal dengan orang di sekitarnya
a. Psikosis Fungsional
☻Skizophrenia
Terjadi perpecahan kepribadian, antara pikiran, perasaan dan perbuatan berjalan sendiri –
sendiri
Contoh : Seseorang bercerita tentang anaknya yang meninggal terlindas kereta api (pikiran)
sambil tertawa (perasaan) dan menari – nari (perbuatan)
☻Paranoid
Sering merasa cemburu, curiga, dendam, iri hati kepada orang lain yang sifatnya irasional
b. Psikosis Organik
Faktor penyebabnya adalah kelainan pada tubuh atau fungsi anggota tubuh.
Contoh: karena usia tua terjadi penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan individu
tersebut sering marah.
1) Hindari konflik batin yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan
2) Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa, hati nurani yaitu dengan kejujuran, tidak
iri dengki dan tidak berfikir negatif
3) Upayakan segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang ada di masyarakat
4) Dalam kehidupan berusaha melatih, membiasakan dan menegakkan disiplin dalam segala hal
5) Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme pertahanan diri dan
pelarian negatif
6) Berani dan mampu mengatasi setiap kesulitan yang dihadapi dengan kemauan dan usaha
konkrit dan rasional
3. Psikologi Kognitif
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif atau kemampuan berfikir adalah salah satu aspek perkembangan yang
sangat penting. Salah satu tokoh yang meneliti tentang perkembangan kognitif ini adalah Jean
Piaget. Piaget tertarik pada bagaimana cara seseorang memahami dunia. Dia mengamati perilaku
anak lalu menghasilkan teori yang menekankan bahwa anak memiliki cara berfikir yang berbeda
dengan orang dewasa.
Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan skema. Menurut Piaget,
skema disini dianggap sebagai kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan
lingkungan. Anak-anak akan mengerti dunianya melalui skema. Proses pemahaman dunia
melalui skema yang dimiliki anak disebut aslimilasi. Menurut Piaget, skema perkembangan
kognitif terbagi atau terjadi dalam 4 tahap, yaitu:
4. Psikologi Konseling
Pengertian:
Terdiri dari 2 suku kata yaitu psikologi dan konseling. Psikologi (dari bahasa Yunani psyce dan
logos) berarti ilmu pegetahuan/studi tentang jiwa, sedangkan konseling (berasal dari bahasa latin
consiliu) yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami.
Maka psikologi konseling meruapakan bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada
individu yang mengalami masalah melalui pendekatan-pendekatan psikologi.
Tujuan Konseling:
Karakteristik Konseling:
Jesse M. Davis pada tahun 1898 merupakan orang pertama yang melakukan kegiatan konseling
(Singgih D. Gunarsah, 1) ia banyak membantuk menyelesaikan persoalan-peersoalan murid-
muridnya terutama yang berhubungan dengan persoalan studi dan pemilihan jurusan yang
hendak mereka tempuh. Selain itu tercatat nama lain yaitu Frank Parson. Tahun 1908 ia
membuka biro konsultasi di Boston untuk memilih dan mementukan jurusan dalam sebuah
pekerjaan dan jabatan. Contoh lain perkembangan psikologi konseling dapat dilihat dari
didirikannya Lembaga Riset Stabilisasi Pekerjaan oleh Universitas Minnesota pada tahun 1933.
Kemudian dilanjutkan dengan Program Penelitian Jabatan tahun 1933. Bersamaan dengan itu
perkembangan pengunaan instrumen tes juga mulai marak digunakan untuk menunjang proses
konseling. Hal itu terjadi di Amerika di kalangan akademisi untuk menyusun alat atau instrumen
yang digunakan untuk menyeleksi calon tentara untuk Perang Dunia 1.
Perkembangan konseling berikutnya hingga menjadi kegiatan yang profesional terinspirasi oleh
sebuah buku yang ditulis oleh Clifford Beers yang berisi pengalaman pribadinya selama tiga
tahun dirawat dirumah sakit jiwa. Tren positif konseling sebagai sebuah profesi terjadi pada
tahun 1918. Saat itu konseling diakui secara resmi sebagai sebuah profesi. Kemudian antara
tahun 1920-1930 Departemen Pendidikan di Amerika menempatkan tenaga khusus di sekolah
kejuruan Tenaga Bimbingan Penyuluhan untuk membantu klien memasuki dunia kerja. Kegiatan
ini terus berlangsung hingga Perang Dunia II. Kegiatan bimbingan profesional itu terus berlanjut
ke negara-negara luar Amerika. Di Indonesia sendiri sekitar tahun 50an kegiatan itu pertama kali
diperkenalkan oleh Slamet Iman Santoso di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
C. Hubungan Monolog
Hubungan dalam konseling bukan hubungan biasa, melainkan sengaja diciptakan oleh
konselor dengan maksud membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
Hubungan yang bersifat membantu ini akan berhasil dengan baik manakala klien percaya
sepenuh hati kepada konselor bahwa konselor adalah orang yang tepat yang bisa
mengatasi masalahnya.
Logoterapi ini sangat erat kaitannya dnegan spritual quotient (kecerdasan spritual) yang
dikelompokan menjadi:
Perilaku konselor
1. Persiapan pra-interview
2. Pembukaan wawancara konseling
3. Inti wawanacara konseling
4. Penutupan
5. Evaluasi setelah wawancara
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi sendiri
merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “psychology”. Istilah ini pada
mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani “psyche”, yang berarti roh, jiwa atau daya hidup,
dan “logos” yang berarti Ilmu. Jadi, secara harfiah “psychology” berarti “ilmu jiwa.[1]
1) Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling kebergantungan atau
saling mempengaruhi antara bagian-bagian organism (fisik dan psikis) dan merupakan suatu
kesatuan yang harmonis.
2) Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam (meluas)
baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
3) Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berkangsung
secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat.[2]
Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada secara keseluruhan
proses perubahan dan potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat
dan cirri-ciri yang baru.dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari
saat pembuahandan berakhir dengan kematian.[3]
Pengertian Psikologi Perkembangan Yakni suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang
gejala-gejala jiwa seseorang, baik yang menyangkut perkembangan ataupun kemunduran
perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa. [4]
B. Objek Psikologi Perkembangan
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan pengetahuan
itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki[5] atau suatu unsur yang
ditentukan, sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Objek material mencakup apa saja, baik
hal-hal yang konkret (misalnya kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Gerungan merinci Objek
material pada fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok yang nyata dipelajari dan diselidiki
oleh ilmu pengetahuan.
Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap
objek materialnya serta prinsip-prnsip yang digunakannya. Jadi sudut dari mana objek material
itu disoroti disebut objek formal. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa objek
formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain.[6]
Jadi intinya, objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagi person.
Disamping itu para psikolog juga tertarik akan masalah sampai seberapa jauhkah perkembangan
masyarakatya.[7] Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati.
Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan
proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah
“perkembangan “ secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif
dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis amnesia
Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian tentang psikologi perkembangan
sebagaimana telah dibeicarakan di muka, maka dapatlah dimengerti tentang ruang lingkup dari
pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan
Sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia
masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi
pertumbuhan/perkembangan. Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
• Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode
perkembangan.
• Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan
janin.
• Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
Dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun disebut dengan masa bayi. Masa bayi ini
dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di
mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Setelah itu berlanjut dengan masa kanak-kanak. Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua
sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak
mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih
tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD.
Kemudian akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah berlangsung dari umur 6 tahun
sampai umur 12 tahun. Selanjutnya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa
anak sekolah ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan
pendidikan di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson
menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak
pada masa ini merasa siap untuk enerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan
melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang menjadikan anak-anak
masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah.
2. Psikologi Puber dan Addolesensi (psikologi pemuda)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa
kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0 sampai umur 15,0
atau 16,0.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid yang
pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki. Ada empat perubahan
tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3
periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa dewasa pertengahan,
dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen
dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru. Kemudian dilanjutkan dengan masa dewasa madya. Masa dewasa madya ini
berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut
pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
• Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat darin seluruh kehidupan
manusia.
• Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-
ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
• Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini
orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
• Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan
masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial.
Usia lanjut atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang
bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.[8]
Faedah praktis mempelajari psikologi perkembangan yang dapat dikemukakan disini antara lain:
a. Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada
tiap-tiap fasenya.
b. Dapat memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja,
dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat.
c. Dapat mengarahkan seseorang untuk berbuat dan berperilaku yang selaras tingkat
perkembangan orang lain.
d. Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak
didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan sukses dalam mencapai tujuannya.
[9]
1. Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan
yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat umur dan yang mempunyai ciri-ciri universal,
dalam arti yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam lingkungan sosial-budaya mana
saja.
2. Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan atau masa
perkembangan tertentu.
3. Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang
berbeda.
4. Mempelajari penyimpangan dari tingkah laku yang dialami seseorang, sepeti kenakalan-
kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain
Sekolah dasar dan menengah menyediakan kesempatan luas untuk para ahli psikologi
,karena awal timbulnya masalah emosi yang serius sering dimulai pada tahun-tahun pertama
sekolah sehingga banyak sekolah dasar menempatkan ahli psikologi yang mempunyai dasar
pendidikan gabungan psikologi perkembangan anak ,psikologi pendidikan ,dan psikologi
klinis .ahli psikologi sekolah ini berhubungan dengan dengan setiap anak untuk mengevaluasi
kegiatan belajar dan masalah emosi ,memberikan dan menafsirkan hasil tes intelegensi,tes hasil
belajar ,dan tes kepribadian yang merupakan sebagian dari tugas mereka .dengan berkonsultasi
dengan para orang tua dan guru, mereka merencanakan cara memberikan batuan pada anak itu
,baik dalam kelas maupun di rumah .mereka juga merupakan sumber berharga bagi para guru
,untuk memberikan berbagai saran guna menangani masalah dalam kelas.
Ahli psikologi pendidikan merupakan ahli dalam bidang proses belajar mengajar.mereka
dapat bekerja di sekolah umum tetapi lebih sering di tempatkan di fakultas pendidikan ,di mana
merka dapat mengadakan penelitian mengenai metode pengajaran dan membantu membimbing
para guru dan ahli psikologi sekolah .
7. Psikologi Klinis
Psikologis klinis menurut Witemer tahun 1912 adalah metode yang digunakan untuk mengubah
atau mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan eksperimen dengan
menggunakan teknik pedagogis. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam psikologis klinis :
1. Memiliki orientasi ilmiah-profesional yaitu adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan
kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap indiovidu yang menderita kecemasan.
Psikologi melalui intervensi dan evaluasi psikologis.
4. Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam
cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditangani
2. Kapasitas Kapasitas adalah karakteristik individu yang adjustic, termasuk dalam hal adalah
kapasitas intelektual untuk mencapai tujuannya sendiri dan untuk tuntutan yang dikehendaki
lingkungan. Pentingnya pemahaman mengenai kapasitas ini bagi psikologi klinis adalah untuk
memperkirakan dalam bidang apa saja dan seberapa kuat individu memiliki sumber stress, baik
dalam keadaan frustasi, konflik maupun tertekan.
3. Pengendalian Yang dimaksud dengan pengendalian adalah proses yang dilakuakan individu
saat menggunakan kapasitasnya dan mengekang motivasi impulsive ke dalam saluran yang
berguna bagi penyesuian dirinya, yang secara social diterima.
Perkembangan kemampuan mengendalikan diri terjadi sejak masa bayi. Tepatnya saat bayi mulai
belajar menghadapi frustasi. Ada lima wujud pengendalian yaitu pengendalian berlebih (represi),
lemah (under control), tentantif (cemas), terganggu disebut juga sebagai pengendalian yang
inadequate dan pengendalian ideal (pengendalian yang melahirkan penyesuaian yang tepat).
1. Terapan Istilah khusus untuk psikologi adalah psikoterapi. Pada umunya terapi menampilkan
empat gambaran kegiatan yaitu : Membantu hubungan murni yang bersifat memelihara
hubungan antara terapis dan pasien.
2. Assesment Assessment adalah propses yang digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan
mengevaluasi masalah social dan psikologis pasien, baik menyangkut keterbatasan maupun
kelebihannya.
3. Mengajar Mengajar adalah memberikan informasi dan pelatihan mengenai topic-topik yang
termasuk ruang lingkup pengetahuan yang melandasi profesinya, seperti psikologi klinis,
psikologi abnormal, dll.
4. Konsultasi Termasuk memberikan bimbingan bagi perseorangan, kelompok atau badan system
dan organisasi untuk mengembangkan kualitas diri. Disebut konsultasi karena tujuan psikolog
klinis dalam hal ini membantu pasien melalui pekerjaan atau permasalahan mereka.
a. Administrasi Dilaksanakannya oleh psikolog klinis sesuai dengan jabatannya dalam posisi
manajerial seperti di RS, klinik, dll.
b. Penelitian Dikerjakan oleh psikologi klinis dalam berbagai macam bentuk riset investigasi,
mengkaji keefektifan berbagai pendekatan terapi atau konsultasi, penyebab dan akibat dari
disfungsi psikologis.
C. Psikologi Kesehatan
Seperti yang kita lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam pendekatan-
pendekatan memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya minat
terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru muncul. Definisi psikologi kesehatan
mencakup definisi sebagai berikut :
1. Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang
memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari
kesehatan ini.
2. Penekanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi
kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, meso dan makro dan menyembuhkan
penyimpangan kesehatan.
3. Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang
psikologi kesehatan.
D. Pola Perilaku
Penelitian-penelitian yang terbaru banyak dilakukan untuk meneliti factor-faktor kepribadian dan
atau pola-pola perilaku sebagai factor resiko untuk penyakit jantung koroner dan penyakit
kardiovaskuler.
1. Perilaku tipe A Tipe A pertama kali digambarkan secara jelas dan diukur oleh Friedman dan
Rosenman di tahun 1959. aslinya hal ini digambarkan sebagai gaya perilaku dan emosi.
Sekarang beberapa penulis memandang tipe A sebagai cirri sifat kepribadian yang pasti,
sementara yang lain menggambarkan hal ini sebagai pola penggiatan perilaku yang kuat dan
terus menerus yang biasanya merupakan dimulai dari diri sendiri. Tipe A meliputi disposisi
perilaku, perilaku dan rsepon emosional yang khusus. Kebanyakan para penulis setuju dengan
adanya tiga ciri-ciri utama tipe A :
b. Urgensi waktu, berjuang melawan waktu, tidak sabaran, melakukan pekerjaan berbeda-beda
dalam waktu yang sama.
c. Permusuhan, mudah marah, kadang-kadang agresif. Khususnya selama 20 tahun pertama dan
publikasi dan riset, nampaknya tipe A mempunyai hubungan kuat dengan CHD. Laki-laki tipe A
mempunyai resiko
2 kali lipat untuk mengalami CHD. Sebagai tambahan, orang-orang tipe A memiliki gaya coping
terhadap stress yang berbeda dan lebih cenderung untuk menggunakan control terhadap
lingkungan mereka. Bagaimanapun sejak tahun 1980-an hasil-hasil riset menjadi lebih
membingungkan dan banyak peneliti tidak menemukan hubungan yang signifikan antara
perilaku tipe A dan penyakit jantung koroner sama sekali. Walaupun besarnya kesulitan-
kesulitan dalam pengukuran perilaku tipe A, malahan definisi operasional perlu diperkuat dan
penelitian epidemiologis masa depan harus mengusahakan secara prospektif memvalidasi
komponen-komponen tipe A melawan perkembangan CHD. Tipe A juga telah diteliti pada anak-
anak dan remaja. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak-anak tipe A lebih reaktif terhadap
stress daripada anak-anak yang non tipe A. Pada umunya, anak-anak pria lebih memiliki
kemungkinan meniru perilaku tipe A dan orang tua mereka daripada anak-anak perempuan. Hal
ini menunjukkan bahwa tipe A berkembang sebagai interaksi antara keturunan dan gaya
pengasuhan. Selanjutnya Nay & Wagner mengetahui bahwa anak-anak tipe A memiliki harga
diri lebih rendah, lebih eksternal locus of controlnya dan tingkat kecemasan lebih tinggi daripada
teman-teman yang bukan tipe A. Mekanisme coping terhadap stress dan tipe kognisi juga
mungkin berbeda antara subjek tipe A dan tipe B.
3. Kepribadian ketabahan Hardiness Tipe kepribadian atau pola perilaku lain yang sering
dibicarakan akhir-akhir ini adalah ketabahan (hardiness atau hardy personality) sebuah gagasan
konsep dari kobasa. Konseptualisasinya tentang hardiness sebagai tipe kepribadian yang penting
sekali pada perlawanan terhadap stress, didapat dari teori eksistensial kepribadian. Dia mulai
dengan adanya perbedaan-perbedaan interpersonal dalam control pribadi dan mengkombinasikan
variable ini dengan yang lain, agar dapat dihasilkan tipe kepribadian yang lebih komprehensif.
Hardiness memasukkan tiga sifat dasar :
a. Kontrol pribadi
Hardiness dianggap menjaga seseorang tetap sehat walaupun mengalami kejadian-kejadian hidup
yang penuh stress. Meskipun Kobasa sendiri dan ahli lain menekankan bukti penelitian yang kuat
yang mendukung keadaan dan relevansi hardiness, ada juga banyak kritik. Kritikan yang
diberikan pada kepribadian tipe A berlaku pul untuk tipe hardiness; operasionalisasi komponen
tersebut nampak sulit, tidak semua dari komponen membantu prediksi hasil kesehatan (misalnya
tantangan) dan masalah utama tentang perannya penengah dalam kondisi dan perilaku kesehatan
seseorang tidak terjawab dengan tuntas.
3. Lain-lain Optimisme dan perasaan pertalian akhir-akhir ini telah untuk melihat
kemampuannya dalam ramalan penyembuhan pembedaan. Keduanya ditemukan sangat mampu
meramalkan perbaikan dalam aspek-aspek positif dari penyembuhan setelah mengontrol tingkat
pre pembedahan. Perasaan pertalian ditemukan menjadi predictor lebih penting dari pada
optimisme dalam konteks ini. Bagaimanapun kedua factor kepribadian ini tidak memprediksikan
perbaikan dalam penderitaan atau nyeri, dekat dengan factor perasaan pertalian adalah konsep
integrity. Sampai sekarang tipe kepribadian yang lain belum dapat dijelaskan dengan gambling
seperti halnya tipe A dan tipe ketabahan. Jelaskan, ditemukan banyak overlap antara konsep
tersebut dan metode ukuran kurang konsisten. Disamping itu, masih ada kebutuhan untuk
penelitian prospektif yang menyelidiki kualitas interaktif dari factor kepribadian tersebut, dengan
variable kepribadian lainnya dan variable lingkungan. Kami akan memberi satu contoh yang
menggambarkan kompleksitas factor-faktor kepribadian tersebut. Telah dinyatakan bahwa
aspek-aspek hardiness meliputi aspek optimisme. Dalam gilirannya, optimisme telah diteliti dari
perspektif atribusi; beberapa pengarang menyatakan bahwa optimisme dikaitkan dengan gaya
atribusi seseorang. Atribusi-atribusi pada gilirannya, dikaitkan dengan keinginan untuk
mengontrol lingkungan. Dan ini sebenarnya merupakan satu dari konsep dasar hardiness. Jadi,
melangkah dari satu gaya kepribadian ke gaya kepribadian lain, kita tinggal dalam lingkaran
setan. Jelaslah masih perlu banyak penelitian untuk menjelaskan hubungan antara tipe-tipe
kepribadian dengan hasil kesehatan.
F. Terminologi Kesehatan
Kesehatan adalah salah satu konsep yang telah sering digunakan namun sukar dijelaskan artinya.
Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefinisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit.
Meskipun begitu, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa definisi kesehatan apapun harus
mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural. Secara harfiah,
konsep ini adalah suatu idealisasi yang tidak menganggap bahwa tidak tercapainya kesejahteraan
yang sementara merupakan kekuatan yang mendorong perilaku manusia dalam kehidupan yang
normal. Konsep ini kurang memandang kesehatan sebagai suatu proses dan tidak memiliki
kesamaan dengan komponen khusus kesehatan. Meskipun demikian, dengan merubah focus
terhadap aspek positif kesehatan dan memperluas lingkup dimensionalnya, definisi WHO
memberikan pengaruh yang besar. Sebagai contohnya, hal ini mendorong yang lain untuk
menjelaskan definisi tersebut.
G. Penyakit – Kesakitan
Penyakit (disease) dan kesakitan (illness), meskipun sangat berkaitan satu dengan yang lainnya,
namun mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental dan konsepsional tentang periode
sakit. Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki suatu organ, sedang “illness” adalah sesuatu
yang dimiliki seseorang. Kesakitan adalah respon subyektif dari pasien serta rsepon di
sekitarnya, terhadap keadaan tidak sehat. Tidak hanya memasukkan pengalaman tidak sehatnya
saja, tapi juga arti pengalaman tersebut bagi dia. Justru arti inilah menentukan bahwa penyakit
atau gejala yang sama, bisa ditafsirkan secara sangat berbeda oleh dua pasien yang berasal dari
budaya yang berbeda. Hal ini juga akan mempengaruhi perilaku mereka selanjutnya serta jenis
perawatan yang dicari.
H. Perilaku Kesehatan
Definisi tersebut tidak hanya meliputi tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas
tetapi juga kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara tidak langsung.
Sebagai tambahan, definisi komprehensif Gochman merangkum beberapa definisi dan atau
klasifikasi perilaku kesehatan yang lain. Di Indonesia istilah “perilaku kesehatan” sudah lama
dikenal dalam 15 tahun akhir-akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan ini sedang berkembang dengan pesatnya. Khususnya, di bidang antropogi medis dan
kesehatan masyarakat. Haruslah dicatat bahwa istilah perilaku kesehatan dapat menimbulkan
beberapa kesimpangsiuran. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kami hanya berbicara
mengenai perilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitannya dengan kesehatan.
Kenyataannya banyak sekali perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya
seseorang tidak mengetahuinya atau melakukannya dengan alas an yang sama sekali berbeda.
Sebagai contoh, seseorang mungkin melakukan olahraga hanya untuk mengadakan hubungan
social, bukan untuk menjaga kesehatan. Atau gosok gigi karena kebiasaan bukan karena alasan
kesehatan.
I. Status Kesehatan
Status kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena itu, status kesehatan
tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun, menurut Cochman, persepsi seseorang
terhadap status atau persepsi peningkatan, kesembuhan atau perubahan lain pada status kesehatan
adalah perilaku kesehatan
8. Psikometri
Psikometri adalah ilmu tentang teori pengukuran psikologis. Ruang lingkup psikometri adalah
masalah pengembangan teori dan model tes serta pengembangan dasar-dasar evaluasi terhadap
kualitas tes.
Pada tahap apilaksinya, teori psikometri memberikan landasan fundamental dalam perancangan
dan pengembangan tes psikologis sehingga metode-metode konstruksi tes berkembang maju dan
dapat menghasilkan berbagai bentuk tespsikologi yang valid dan reliabel. Evaluasi terhadap
fungsi tes dapat dilakukan dengan cara yang lebih seksama dan efisien sejalan dengan
perkembangan zaman teori psikometri itu sendiri.
B. Pengukuran, Evaluasi, dan Tes
1. Pengukuran
Ilmu pengukuran (meansurement) merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan
membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes
yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Dasar-dasar pengembangan tes tersebut
dibangun di atas model-model matematik yang secara berkesinambungan terus diuji kelayaknnya
oleh ilmu psikometri.
Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau varabel
sepanjang suatu kontinum. Secara garis besar kontinum dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kontinum fisik dan kontinum psikologis. Kontinum fisik adalah suatu kontinum pengukuran
yang menggunakan skala fisik. Pengukuran yang menggunakan skala fisik akan menghasilkan
kontinum-kontinum seperti: kontinum berat, kontinum kecepatan, dan kontinum tinggi dan lain
sebagainya. Sedangkan kontinum psikologis adalah kontinum pengukuran yang menggunakan
skala psikologis.
Secara operasional, pengukuran merupakan suatu prosedur perbandingan antara atribut yang
hendak diukur dengan alat ukurnya. Karakteristik pengukuran adalah:
2. Evaluasi
1. Merupakan pembandingan antara hasil ukur dengan suatu norma atau suatu kriteria
Dari berbagai macam batasan mengenai tes dapatlah ditarik beberapa kesimpulan pengertian,
antara lain:
1. Tes adalah prosedur yang sistematik. Maksudnya (a) item-item dalam tes disusun menurut
cara dan aturan tertentu; (b) prosedur administrasi tes dan pemberian angka (scoring) terhadap
hasilnya harus jelas dan dipesifikasikan secara terperinci; dan (c) setiap orang yang mengambil
tes itu harus mendapat aitem-aitem yang sama dalam kondisi yang sebanding.
2. Tes berisi sampel perilaku. Artinya (a) betapapun panjangnya suatu tes, aitem yang ada di
dalamnya tidak akan dapat mencakup seluruh isi materi yang mungkin ditanyakan, dan (b)
kelayakan suatu tes tergantung pada sejauh mana aitem-aitem dalam tes itu mewakili secara
representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.
3. Tes mengukur perilaku. Artinya aitem-aitem dalam tes menghendaki agar subjek
menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subjek dengan cara menjawab
pertanyaan-pertanyaan atau mengerjakan tugas-tugas yang dihendaki oleh tes.
Sedangkan beberapa hal yang tidak tercakup dalam pengertian tes adalah:
1. Definisi tes tidak memberikan spesifikasi mengenai formatnya. Artinya tes dapat disusun
dalam berbagai bentuk dan tipe sesuai dengan maksud dan tujuan penyusun tes.
2. Definisi tes tidak membatasi macam materi yang dapat dicakupnya. Artinya tes dirancang
untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar, terhadap kemampuan atau abilitas, terhadap
kemampuan khusus atau bakat, intelegensi dan sebagainya.
3. Subjek yang dikenai tes tidak selalu perlu dan tidak selalu pula harus tahu kalu ia sedang
dikenai tes. Lebih lanjut, subjek tidak selalu perlu tahu aspek psikologis apakah yang sedang
diungkap dari dalam dirinya.
1. Prediksi
Konselor profesional yang terlibat dalam layanan testing berkewajiban memberikan informasi
tentang prediksi hasil tes kepada para anak didiknya dan menjelaskan kepadanya fungsi dan
peranan dari tes yang telah dijalaninya. Dari beberapa informasi yang diberikan tersebut,
konselor berkewajiban pula untuk membantu mendapatkan yang lebih jelas kepada anak
didiknya tentang hasil-hasil pengukuran psikologis tersebut dan dapat mengambil keputusan
yang bermakna dan layak serta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Diagnosi
Hasil pengukiuran psikologis dapat dimanfaatkan dalam diagnosis. Fungsi diagnosis yang
dimaksud di sini adalah perumusan masalah yang dihadapi oleh seseorang atau klien dan
perkiraan penyebabnya. Klien dapat dibantu untuk memahami dengan baik pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang dimilikinya sehingga klian memiliki wawasan yang lebih luas dalam
bidang-bidang tertentu yang memungkinkan dapat diraihnya dengan cepat dan tepat. Kemudian
klien dapat mengambil suatu keputusan bidang-bidang mana yang memerlukan perhatian atau
konsentrasi yang sungguh-sungguh.
Penggunaan testing dalam diagnosis dapat memberikan informasi tentang bberbagai pekerjaan
atau jabatan kepada seseorang. Hal-hal lainnya yang dikaitkan dengan aspek-aspek testing pada
diagnosis adalah tes yang dapat memberikan informasi yang mungkin belum dikenal
sebelumnya.
Dalam beberapa hal, inventori minat mungkin dapat mengidentifikasi bidang minat yang belum
dikenal sebelumnya, dan dengan demikian melibatkan klien dalam eksplorasi secara lebih
mendalam pengenalan terhadap minat-minatnya.
3. Monitoring
Tes psikologis dapat berfungsi sebagai alat pemantau. Misalnya, para konselor dan staf sekolah
lainnya dapat mengamati dan memantau sejauh mana kemajuan yang telah dicapai siswa,
sehingga mereka dapat secara langsung mengambil manfaat dari hasil pengukuran psikologis.
Tes prestasi (achievment tes) misalnya, dapat memberikan manfaat karena kemajuan dalam
bidang akademis akan dipantau sepanjang waktu tertentu atau setiap saat dan acap kali tidak
dapat diduga-duga terjadinya perubahan yang dapat dicek kembali oleh konselor.
Pengukuran psikologis lainnya dapat diberikan dengan cara yang sama untuk membantu
konselor dan klien sebagai suatu upaya untuk meningkatkan beberapa macam perubahan dalam
perilaku, sikap, dan keterampilan-keterampilan klien.
1. Fungsi seleksi, yaitu untuk memutuskan individu-individu yang akan dipilih, misalnya tes
masuk suatu lembaga pendidikan atau tes seleksi suatu jenis jabatan tertentu. Berdasarkan hasil-
hasil tes psikologis yang dilakukan, pimpinan lembaga dapat memutuskan calon-calon pelamar
yang dapat diterima dan menolak calon-calon yang lainya.
3. Fungsi deskripsi, yaitu hasil tes psikologis yang telah dilakukan tanpa klasifikasi tertentu,
misalnya melaporkan profil seseorang yang telah di tes dengan tes inventori.
4. Mengevaluasi suatu treatment, yaitu untuk mengetahui suatu tindakan yang telah dilakukan
terhadap seseorang atau sekelompok individu, apakah telah dicapai atau belum. Atau seberapa
hasil yang ditimbulkan oleh suatu tindakan tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang.
Misalnya seorang siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan remedial. Setelah remedial
tersebut lalu diadakan tes untuk mengetahui apakah remedial yang diberikan berhasil atau belum.
5. Menguji suatu hipotesis, yaitu untuk mengetahui apakah hipotesis yang dikemukakan itu betul
atau salah. Misalnya seorang peneliti mengemukakan hipotesis sebagai berikut: makin terang
lampu yang digunakan untuk belajar makin baik prestasi belajar yang akan dicapai. Untuk
menguji betul tidaknya hipotesis yang dikemukakan itu dapat dilakukan suatu eksperimen.
Dari berbagai keterangan di atas, dapat diketahui bahwa fungsi tes psikologis di samping untuk
klasifikasi, deskripsi, evaluasi, menguji hipotesis, juga berfungsi untuk seleksi. Semua fungsi-
fungsi dipergunakan sebagai kerangka acuan dalam pengambilan keputusan karir.
1. Agar klien mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, minat,
kepribadian, sikap dan sebagainya).
2. Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan klian dapat menerima keadaan dirinya
secara lebih objektif.
5. Membantu klien agar dapat menggunkan informasi tentang dirinya sebagai dasar perencanaan
dan pembuatan keputusan masa depan.
Apabila dibandingkan dengan tipe-tipe atau jenis-jenis pengukuran yang lainnya, pengukuran
psikologis memiliki sifat-sifat yang berbeda. Adapun sifat-sifat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Pengukuran psikologis dilakukan secara tyidak langsung berdasarkan perilaku yang tampak,
atau berdasarkan atas respon terhadap stimulus yang diberikan.
3. Pengukuran psikologis tidak mempunyai satuan mutlak. Seseoranmg yang mendapatkan angka
nol tidaklah berarti kosong sama sekali.
4. Hasil pengukuran psikologis tidak mempunyai skala rasio. Kita hanya dapat mengatakan
bahwa si A lebih pandai dari si B. Tetapi tidak dapat mengatakan bahwa si A satu setengah kali
lebih pandai dari si B.
9. Psikologi Kepribadian
Defenisi Kepribadian
Kepribadian berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu prsopon atau persona ang berarti
‘topeng’. Topeng tu mewakili ciri karakter tertentu seerti halnya dalam drama. Konsep awal
dari personaliti adalah tingkah laku yang ditunjukkan kepada lingkungan sosial dan kesan
mengenai diri yang diingkan agar dapat ditangkap oleh orang lain ( Schultz & Schultz, 2005)
Berapa pun jumlah sifat yang ada, pendektan genetic berpendapat bahwa kepribadian
spenuhnya ditentukan oleh bawaan.
2. Faktor Lingkungan
Alfred Adler berpandangan bahwa perbedaan lingkungan rumah akan
memberikan pengaruh kepada perbedaan kepribadian.
Karen Horney percaya bahwa kebudayaa danperiode waktu tertentu memberikan
pengaruh terhadap kepribadian. Horney pun menyoroti perbedaan lingkungan
social diantara laki-laki dan perempuan.
Erich Fromm percaya bahwa pngaruh kekuatan dan kejadian dalam sejarah
memberi pengaruh yang lebih luas dalam membentuk kepribadian sesorang.
3. Factor Belajar
Factor ini memainkan peranan yang sangat penting dalam setiap aspek perilaku.
Semua kekuatan lingkungan dan social yang membentuk kepribadian ditentukan oleh
belajar. Setiap fase dalam kepribadian yang diwariskan dpat dimodifikasi, dikacaukan,
dicegah, ditumbuh suburkan melalui proses belajar.
4. Factor Pengasuhan
Orang tua yang tidak peduli atau suka menghukum akan melumpuhkan kemunculan
sift yang diwariskan. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang autoritatif lebih
kompeten dan matang dibandingkan dengan anak yang diasuh oleh orang tua yang
permisif, kasar, atau tidak peduli. Kombinasi dari pengasuhan yang responsive dan
tuntutan scara konsisten akan berkaitan dengan penyesuaian diri, prestasi sekolah, serta
kematangan psikososial.
5. Factor Perkembangan
Pandangan ini mendasari porsi kecenderungan sifat yang secara umum konstan.
6. Factor Kesadaran
Kita harus dapat mengantisipasi dan mengapresiasi konsekuensi dai tindakan yang
kita lihat dari orang lain. Kita menggambarkan hasil dari penguatan untuk berprilaku
dengan cara yang sama yang dilakukan oleh model. Meskipun mungkin kita tidak
pernah memiliki pengalaman secara personal, namun sejumlah kesepakatan
menunjukan keberadaan kesadaran.
7. Factor Ketidaksadaran
Ketidak sadaran adalah kekuatan besar yang mungkin lebih besar daripada yang
dipikirkan oleh Freud, meskipun penggambaran modern mengenai proses pemikiran
tidak sadardan penggambarannya lebih rasional dibandingkan dengan emosional.
Macam-macam Teori Psikologi Kepribadian
Psikoanalis Klasik ( Sigmud Freud 1856 – 1939)
Psikologi Analisis (Carl G. Jung 1875 – 1961)
Psikologi Individual (Alfred Adler 1870 – 1937)
Behaviorisme (B. F. Skinner 1904 – 1990)
Psikologi forensik adalah penelitian dan teori psikologi yang berkaitan dengan efek-efek
dari faktor kognitif, afektif, dan perilaku terhadap proses hukum. Karena adanya keterkaitan
antara psikologi dan hukum, para psikolog sering diminta bantuannya sebagai saksi ahli dan
konsultan ruang sidang. Aspek penting dari psikologi forensik adalah kemampuannya untuk
mengetes dipengadilan, reformulasi penemuan psikologi ke dalam bahasa legal dalam
pengadilan, dan menyediakan informasi kepada personel legal sehingga dapat dimengerti.
Dalam praktik psikologi forensik dibutuhkan spesialisasi dalam tiga bidang ilmu, yaitu:
Psikolog forensik mengkaji masalah psikologis dan pertanyaan yang timbul dalam proses
hukum. Masalah hukum ini dapat dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
1. Sipil
berkaitan dengan litigasi sipil, misalnya gugatan pribadi antara duapihak, kompensasi
pekerja, komitmen sipil, penentuan hak asuh anak.
2. Pidana/Kriminal
berkaitan dengan kriminalitas dan kenakalan, misalnyakewarasan pada saat pelanggaran,
kompetensi untuk diadili, pelepasantuntutan remaja dalam pengadilan dewasa.
Psikolog forensik dapat bekerja di penjara, pusat rehabilitasi, departemen kepolisian, gedung
pengadilan, firma hukum, instansi pemerintah atau praktik swasta. Berikut adalah contoh-contoh
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang psikolog forensik:
Evaluasi merupakan tanggung jawab utama bagi psikolog forensik yang berlatarbelakang
psikologi klinis. Misalnya, neuropsikolog memeriksa apakah ada kerusakan pada hemisfer kanan
otak pelaku kriminal, yang sangat berpengaruh pada judgement dan kontrol impuls. Tujuannya
adalah agar para neuropsikolog dapat bersaksi sebagai expert witness berdasarkan hasil
pemeriksaan mereka (Dywan, Kaplan & Pirozzolo, 1991).
Penilaian atau evaluasi karakteristik non-neuropsikologis juga merupakan tugas dari psikolog
forensik. Sangatlah penting untuk diketahui sampai tingkat apakah seorang pelaku kriminal dapat
digolongkan “psikopatik”, karena akan berdampak pada pemvonisan; apakah terdakwa
dinyatakan tidak kompeten untuk diadili atau menerima keringanan hukuman karena kegilaan
sementara.
11. Psikologi Rekayasa
Ahli psikologi rekayasa (sering dinamakan perekayasa faktor manusia) mencoba memperbaiki
hubungan antara orang dan mesin, mereka membantu merancang mesin untuk meminimalkan
kesalahan manusia. Di dalam sistem komputer, rancangan person machine interface. Titik
dimana orang berinterkasi dengan mesin adalah sangat penting.
Kinerja seseorang dalam mengerjakan tugasnya sangat ditentukan oleh lingkungan fisiknya.
Salah satunya adalah fasilitas kerja yang digunakan. Tidak jarang sebagian karyawan merasa
mudah lelah dan memiliki resiko kecelakaan. Pada gilirannya kinerja karyawan akan rendah.
Untuk itu jenis pekerjaan dibuat sedemikian rupa utamanya untuk memungkinkan perusahaan
mencapai tujuan perusahaan sekaligus tujuan karyawan. Bagaimana kaitannya dengan rekayasa
industri? Rekayasa industri merupakan upaya agar setiap pelaksanaan pekerjaan itu
menyenangkan karyawan dan tentunya efektif dan efisien. Bentuknya bisa berupa rekayasa di
bidang manajemen produksi, manajemen teknologi, manajemen distribusi, manajemen
informasi, dan manajemen sumberdaya manusia. Perusahaan akan merugi jika keterkaitan
rekayasa industri untuk perbaikan efisiensi dan penyederhanaan metode kerja menyebabkan
perkembangan unsur manusia terabaikan.
Semakin tingginya tuntutan pelanggan dan konsumen terhadap mutu dan pelayanan produk pasar
yang prima maka rekayasa industri menjadi hal pokok. Namun perbaikan-perbaikan yang
dilakukan dalam rekayasa ini jangan sampai menimbulkan efek psikologis kerja karyawan;
misalnya terjadi efek kejiwaan yang negatif seperti kelelahan fisik dan mental. Sebagai contoh,
seharusnya pengulangan tugas-tugas sederhana mengandung prinsip-prinsip rekayasa industri
yang wajar. Tetapi di sisi lain pengulangan tugas tersebut tidak memberi manfaat psikologis
bagi karyawan. Jadi, rancangan pekerjaan harus mampu memenuhi kebutuhan manusia dalam
bentuk kepuasan kerja. Disinilah pentingnya pendekatan hubungan rekayasa industri dengan
rekayasa manusia.
Rekayasa manusia menitik beratkan pada bagaimana mengakomodasi kemampuan manusia dan
kelemahan para karyawan melaksanakan pekerjaannya. Faktor-faktor lingkungan kerja, mesin,
perlengkapan, dan proses pekerjaan seharusnya diselaraskan dengan karakteristik manusia. Atau
bagaimana perlu dicari teknik untuk menemukan alat atau mesin yang tepat yang bisa digunakan
karyawan. Dengan demikian karyawan dapat bekerja dengan aman atau tidak merasa bising fisik
dan bising psikologis. Seperti halnya pada rekayasa faktor-faktor industri, misalnya ergonomik,
dan psikologis teknik, maka rekayasa manusia berupaya untuk meminimumkan efek dari
kekurangpedulian, pengabaian, dan kekeliruan karyawan terhadap pekerjaan. Efek yang tidak
baik ini jika tidak diperhatikan dapat menyebabkan kerusakan produk dan peralatan dan atau
bahkan melukai dan mengancam jiwa karyawan.
Rekayasa manusia dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan bahwa perlengkapan dan
proses yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan merupakan suatu sistem. Sistem ini
terdiri dari atas beberapa sub-sistem yang berinterelasi satu sama lainnya. Dengan kata lain ada
proses kerjasama antarkaryawan secara interaktif dan sinergik dalam mencapai tujuan
perusahaan. Para karyawan yang melaksanakan, melayani, atau memantau proses produksi dan
distribusi berada dalam sistem yang kompak. Oleh karena itu, kita menyebutnya sebagai suatu
sistem “manusia- mesin”
Psikologi industri organisasi adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam suatu
konteks organisasi, baik organisasi industri maupun organisasi nirlaba serta pengaruh timbal
balik antara individu dan organisasi tempatnya berkarya. Psikologi organisasi mempelajari
bagaimana suatu organisasi mempengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.
Fokus utama psikologi industri organisasi adalah perilaku manusia pada seting kerja (work
setting).
Obyek yang dipelajari psikologi industri organisasi yakni perilaku manusia sebagai tenaga kerja
& sebagai konsumen (konsumen dalam sistem) dalam interaksinya dengan organisasinya
(sistemnya / merupakan bagian dari sistem dalam interaksinya dengan organisasinya).
Tujuan psikologi industri organisasi yaitu untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam kajian dan
rekomendasinya, psikologi industri organisasi harus menempatkan harkat kemanusiaan sebagai
ukuran tertinggi, bukan kesejahteraan individu atau kemajuan organisasi semata-mata.
Aliran ini timbul di Rusia yang di pelopori olen Juan Petrovich Pavlov.
Kelompok 1
Neneng Komariah
Agung Hardianto Ika Yulisa
Ajeng Septiana Ishma Shabur Annisa Nurhikmah
Ayuningtyas Pramatasari Lia Mulidiawati Raden Sayyid Fadil
Citra Ayudya Nirmala Kartika Iasyah Revisha Avenia
Dian Ratnasari Marchel Stevan A Rizki
Fairy Syawala Meira Handayani Rosnida Amalia
Fina Restiarini N Sarah Ummu Lathufah
1 PA 10
Universitas Gunadarma
2014
Depok
Daftar Pustaka
http://dianhusadanuruleka.blogspot.com/p/macam-macam-kepribadian-abnormal.html
http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.2
http://dhaniramadhani.blogdetik.com/2010/09/30/makalah-2/
http://muhammadhakimazhari.blogspot.com/2013/05/konsep-dasar-psikologi-
perkembangan.html
Sukadji,Soetarlinah.2000.psikologi pendidikan dan psikologi sekolah .depok : L.P.S.P3.
fakultas psikologi universitas indonesia .
http://ratihtriprasetyowati.blogspot.com/2011/10/aliran-psikologi-tingkah-laku-dan.html
http://hardymath.blogspot.com/2013/01/psikologi-tingkah-laku-behaviourism.html
Daftar Pustaka
Azwar, Syaifuddin. 1999. Dasar-Dasar Psikometri. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
_______________. 2002. Tes Prestasi (Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar). Penerbit Pustaka Belajar. Yogyakarta
Sukardi, Dewa Ketut. 1990. Analisis Tes Psikologi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Ghalia
Indonesia
http://ronawajah.wordpress.com/2009/01/10/rekayasa-industri-dan-rekayasa-manusia/
https://bowopsychologycenter.wordpress.com/category/psikologi-umum/
https://artipsikologi.wordpress.com/tag/definisi-psikologi-industri-organisasi/
Heru, AM Basuki.2014. Psikologi Umum. Depok