Anda di halaman 1dari 16

Tugas Mata Kuliah Psikopatologi

Dosen Pengampu : Rahmat Permadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

PAPER
TES OBJEKTIF

Oleh:

Kelompok BKK

Nur Zakilah Amalia (1871040008)


Muhammad Idul Fauzi M (1871040019)
Nur Siti Maghfira Maulani Nurdin (1871041040)
Musfirah Azis (1871041050)
Muhammad Ismul Azham R (1871041083)
Natasya Istiqamah (1871042101)
Muhammad Iqbal Firmansyah Kahar (1871042119)

Kelas E

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
Tes Objektif

A. Pengertian Tes Objektif


Tes Objektif adalah tes yang mengandung pertanyaan atau pernyataan
yang pilihan jawabannya telah disediakan (Astiti, 2007). Tes objektif adalah
salah satu jenis tes yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat di
jawab oleh testee dengan memilih salah satu jawaban di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-masing item
atau dengan cara menisikan jawaban berupa kata-kata atau symbol-simbol
tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing
butir item yang bersangkutan (Putra dkk, 2017). Tes objektif dikenal juga
dengan tes pilihan ganda, tes ya-tidak, tes benar-salah, tes jawaban benar, dan
tes jawaban pendek dan tes menjodohkan (Astiti, 2017).
Tes objektif yang juga disebut inventori, mengukur sejumlah keyakinan,
perasaan, atau perilaku yang disadari individu (Wade & Travis, 2008). Tes
objektif adalah tes yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang
terstandar dengan pilihan jawaban atau respon yang telah disediakan sehingga
jawaban testee hanya ada dua kemungkinan nilainya yaitu jawabannya benar
atau jawabannya salah.

B. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif


Kelebihan dari tes objektif adalalah sebagai berikut (Dewi & Permatasari
(2019).
1. Penyelenggaraannya mudah dan praktis karena bisa digunakan secara
klasikal.
2. Pemberian nilainya jelas karena bersifat objektif.
Adapun kekurangan tes objektif adalah sebagai berikut.
1. Pilihan jawaban sudah tersedia sehingga membatasi perilaku yang dapat
diungkapdan banyak terjadi faking dan malingering.
2. Kemampuan kognitif testee (misal kemampuan membaca dan berbahasa)
mempengaruhi pemahaman testee terhadap pernyataan/pertanyaan pada
alat ukur sehingga juga mempengaruhi respon dan hasil akhir tes objektif.

C. Tes Objektif dalam Asesmen Psikologi


Tes objektif dalam asesmen psikologi berupa tes kepribadian yang
berbentuk non-proyektif dimana seseorang diminta untuk menyelesaikan
suatu kuesioner berbentuk inventori/ self-report. Adapun alat tes objektif
dalam asesmen psikologi (tes kepribadian non-proyektif) adalah sebagai
berikut.
1. Minnesota Multiphasic Personality Inventories (MMPI)
MMPI dihasilkan tahun 1930-an oleh Starke R. Hathaway, seorang
psikolog klinis dan J. Charnley McKinley seorang neuropsikiater, yang
awalnya diterbitkan sebagai rangkaian artikel pada tahun 1940-an untuk
berfungsi sebagai alat bantu dalam proses diagnosis psikiatris (Anastasi &
Urbina, 2007). Setelah itu efektivitasnya dalam mendeteksi psikopatologi
dan membuat diferensi antara kategori-kategori nosologis yang lebih kasar
membuatnya digunakan untuk maksud-maksud yang semakin luas,
melapaui tujuan awalnya (Dewi & Permatasari, 2019). MMPI disebut
multhipasic karena dirancang untuk mendeteksi sejumlah masalah
psikologi (Davison dkk, 2010).
Dalam tahun-tahun belakangan ini, MMPI telah direvis dan disusun
ulang menjadi dua versi berbeda yaitu:
a. MMPI-2
MMPI-2 terdiri dari 567 butir pertanyaan afirmasi yang ditanggapi
oleh peserta tes ‘benar’ atau ‘salah’. Pada 370 butir soal pertama, yang
pada dasarnya sama dengan butir-butir soal dalam MMPI kecuali dalam
hal perubahan editorial dan pengaturan kembali dan 197 butir soal
tersisa (107 diantaranya baru) diperlukan untuk menskor seluruh
komplemen yang terdiri dari 04 validitas baru, yang direvisi dan yang
dipertahankan, serta skla dan subskal suplementer yang membangun
inventori secara lengkap.
Aspek-aspek yang diukur dalam tes ini adalah sebagai berikut
1) Skala Klinis
Davison dkk (2010) mengemukakan skala klinis danri
interpretasi klinis tipikal dari item yang mirip dengan item-item di
MMPI-2
NO Skala Sampel Item Interpretasi
Orang ini sangat sensitif
Aku jarang
dan perhatian tentang
menyadari
Hs sensasi tubuh sebagai
1 perasaan gil
(Hipokondriasis) tanda dari kemungkinan
dalam tubuhku
penyakit fisik
(Salah)

Orang ini tidak


Hidup biasanya bersemangat,
2 D (Depresi) terasa bermakna pesimistik, sedih, self-
bagiku (Salah) deprecating, merasa
tidak adekuat
Orang ini memiliki
Ototku sering keluhan somatis yang
kejang tanpa tidak disebabkan
3 Hy (Histeria)
alasan yang jelas masalah fisik, juga
(Benar) tampak menuntut dan
histrionik
Orang ini menunjukkan
Aku tidak peduli
sedikit perhatian pada
Pd (Penyimpanan apa yang orang
4 adat-istiadat social,
Psikopatis) piker tentangku
tidak bertanggung
(Benar)
jawab, memiliki yang
superfisial
Orang ini menunjukkan
karakteristik gender
yang tidak tradisional,
Aku suka misalnya pria dengan
Mf mengurus skor yang tinggi
5 (Maskulinitas- tanaman dan cenderung artistic dan
feminitas) bunga (Benar, sensitive, peremouan
Perempuan) dengan skor tinggi
cenderung
pembangkang dan
asertif
Orang ini cenderung
Jika tidak takut salah dalam
tertangkap, menginterpretasi motif
kebanyakan orang orang lain, curiga dan
6 Pa (Paranoid)
akan berbohong cemburu, penuh
dan curang dendam, selalu
(Benar) memikirkan hal yang
sedih
Aku merasa tidak
Orang ini sangat cemas,
mampu
penuh dengan keraguan
sebagaimana
7 Pt (Psikasthenia) akan diri, moralistic,
kebanyakan orang
dan umumnya obsesif
yang kukenal
komplusif
(Benar)
Aku kadang Orang ini memiliki
Sc membaui sesuatu pengalaman sensori
8
(Schizophrenia) yang tidak yang aneh, secara social
dirasakan orang menarik diri
lain (Benar)
Kadang aku
memiliki
dorongan yang Orang ini memiliki
kuat untuk aspirasi yang sangat
9 Ma (Mania) melakukan ambisius dan dapat
sesuatu yang hiperaktif, tidak sabar
orang lain akan dan mudah tersinggung
merasa ngeri
(Benar)
Daripada
mengabiskan
Orang ini sangat rendah
Si (Introversi waktu sendiri, aku
10 hati dan pemalu, lebih
Sosial) lebih suka
suka aktivitas soliter
bersama orang
lain (Salah)
2) Skala Validitas
Dewi dan Permatasari (2019) mengemukakan empat skala
validitas yang diukur pada tes ini ialah sebagai berikut.
a) Skor yang tidak diisi (?)
Bisa terjadi karena subjek memiliki kesukaran dalam
membaca, kurang teliti atau bingung, menghindari jawaban atau
kurang kooperatif, bimbang atau tidak mampu mengambil
keputusan, serta tidak paham dengan maksud aitem. Apabila tidak
mengisi lebih dari 10 aitem maka dapat mempengaruhi skala lain.
Bila tidak diisi sebanyak 30 aitem, maka hasilnya dapat
dinyatakan tidak valid.
b) Skor Kebohongan (L)
Terdiri dari 15 butir. Pada skala ini dapat diketahui usaha
seseorang untuk menampakkan diri dengan lebih baik dari
keadaannya yang sebenarnya. Bila kekurangan-kekurangan kecil
ini pun tidak jujur atau tidak mengakui, maka skornya akan
tinggi.
c) Skala Keliru Isi (F)
Terdiri dari 64 butir. Skala ini digunakan untuk melihat sikap
subjek terhadap tes, jawaban menyimpang atau tidak. Apabila
tinggi, merupakan indicator psikopatologi. Tes kurang dapat
dipercaya, tidak mengerti butir-butir pertanyaan, jiwa kacau,
malingering, sikap menentang dengan tes. Apabila rendah,
merupakan indicator penyesuaian social.
d) Skala Koreksi (K)
Terdiri dari 30 aitem, mirip skala L, tetapi lebih sendsitif
terhadap distorsi tes, terdiri atas:
(1) T = bersikap defensive, tidak mau mengakui kelemahannya.
(2) S = memiliki ego yang baik, kemampuan beradaptasi bagus.
(3) R = terlalu terbuka dan kritis dengan dirinya sendiri, kurang
puas dengan keadaannya.
b. MMPI-Adolescent
MMPI-A adalah bentuk baru MMPI yang dikembangkan secara
spesifik untuk digunakan pada remaja. Mancakup 13 skala dasar, tatapi
menampung para peserta lebih muda melalui pengurangan panjang
keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal (Dewi dan
Permatasari, 2019).
2. California Psychological Inventory (CPI)
Kaplan dan Saccuzzo (Dewi & Permatasari, 2019) mengemukakan
bahwa CPI merupakan tes kepribadian terstruktur yang dikembangkan
berdasarkan prinsip yang sama dengan MMPI. CPI dikembangkan secara
khusus untuk digunakan pada orang dewasa. CPI yang terdiri dari 434 soal
yang harus dijawab ‘benar’ atau ‘salah’ dan menghasilkan skor pada 20
skala. Tiga adalah skala-skala validitas yang dirancang untuik melakukan
penafsiran atas sikap mengikuti tes, yaitu kesejahteraan [well-being (Wb)],
kesan baik [good impression (Gi)], dan komunalitas {communality (Cm)].
Tujuh belas skala lainnya menyediakan skor dalam dimensi kepribadian
seperti dominasi, sosiabilitas, penerimaan-diri, tanggung jwab, sosialisasi,
kendali diri, prestasi-via-kesesuaian, prestasi-via-kemerdekaan, empati,
dan kemerdekaan.
3. Personality Inventory For Children (PIC)
Dewi dan Permatasari (2019) mengemukakan bahwa PIC dirancang
untuk anak-anak dan remaja yang berusia antara 3-16 tahun. PIC yang
awal terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam 3 skala
validitas yang meliputi skal kebohongan, skala realistis, dan skal sikap
defensive. Sebuah skala penyaringan umum yaitu penyesuaian, digunakan
untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi psikologis.
Dan 12 skala klinis yang dirancang untuk menaksir perkembangan
kognitif anak dan pencapaian akademisnya, berbagai tipe masalah
emosional dan interpersonal yang jelas (misalnya depresi, kecemasan,
panarikan diri dan hiperaktif), serta iklim psikologis keluarga.
Dalam versi yang direvisi dari PIC (PIC-R) butir soal telah dikurang
menjadi 420 butir, brosur administrasi mengelompokkannya ke dalam 3
bagian yaitu bagian I (butir 1-131) menghasilkan skor-skor pada skala
kebohongan dan empat skal factor baru dab berbasis luas. Bagian II (butir
soal 132-280) menambahkan pada bagain I versi lebih pendek dari skala
regular lainnya serta daftar parsial butir-butir kritis. Bagian III (butir soal
281-420) menambahkan sisa butir soal yang diperlukan untukkeseluruhan
skala asli, empat skor factor luas dan satu rangkaian butir soal kritis
lengkap (Dewi & Permatasari, 2019).
4. Personality Inventory for Youth (PIY)
Dewi dan Permatasari (2019) mengemukakan bahwa PIY
dikembangkan sebagai laporan diri yang sejajar denan PIC-R, yang
menyediakan landasan bagi penaksiran lebih komprehensif dengan
menggunkana profil dari orang tua dan anak secara bersama-sama. PIY
menggunakan 280 butir soal pertama PIC-R, versi akhir dari PIY terdiri
dari 270 butir soal yang terdiri dari sembilan skala klinis yang tumpang
tindih, 24 subskala yang tidak tumpang-tindih.
5. Woodworth character questionnares
Dewi dan Permatasari (2019) menegumkakan bahwa alat tes yang
dikembangkan oleh woodworth berupa self-report inventory yang dikenal
dengan Personality questionaitr. Tujuannya untuk mengidentifikasi
gangguan serius yang mampu menghambat kinerja seseorang terutama
kinerja militer atau untuk mengetahui adanya indikasi gejala neurotik pada
testee. Bentuk tes berupa buku soal, lembar jawaban, lembar skoring, dan
kunci. Woodworth terdiri atas 75 item dan dapat disajikan secara
individual maupun secara klasikal. Subjek diminta untuk menjawab ‘ya’
atau ‘tidak’, sesuai dengan keadaan dirinya. Ada beberapa aspek yang
diukur yaitu :
a. Pschastenia (Psikastenia) : suatu istilah yang merupakan satu tipe
neurosa yang dicirikan dengan tanda-tanda reaksi kecemasan, obsesi,
dan ide fixed (ide-ide kaku, mati)
b. Obsession (Obsesi) : Suatu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak
rasional, yang biasanya di barengi satu kompulsi untuk melakukan
suatu perubahan.
c. Schizoid: suatu hal yang menyinggung tentang schizophrenia, dimana
menyinggung masalah tingkah laku yang mirip dengan tingkah laku
orang schizofrenis.
d. Paranoid : suatu hal yang mengacu pada kecurigaan yang tidak rasional
e. Depression : suatu kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan
kesedihan yang sangat dalam, perasaan tidak berarti dan bersalah,
menarik diri dari orang lain, dan tidak dapat tidur, serta kehilangan
minat dalam aktivitas yang biasa dilakukan.
f.Hypochondria (Hipokondria) : suatu perhatian yang penuh kerisauan
yang dibesar-besarkan atau dilebih-lebihkan pada kesehatan pribadi.
g. Impulsif (Impulsive) : mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam suatu
perbuatan tanpa refleksi (tanpa berpikir) secukupnya, atau yang tidak
dapat ditahan-tahan serta tidak dapat ditekan.
h. Epilepsi (Epilepsy) : suatu gangguan dari satu kelompok penyakit
syaraf, yang ditandai baik oleh ledakan-ledakan kekejangan sawan
fokal maupun kekenangan umum.
i. Ketidakstabilan (Instability) : kecenderungan yang mengarah kepada
tingkah laku yang berlebihan, atau mengarah pada perbuatan yang
terjadi sangat cepat.
j. Anti sosial : ketakutan menetap dan tidak rasional yang umumnya
berkaitan dengan keberadaan orang lain.
6. Kuisioner Enam Belas Faktor Kepribadian (16PF)
Tes ini dikembangkan oelh Cattel berdasarkan sebuah prosedur
statistik analisis faktor. Dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan terdiri
dari 185 butir soal. Tes kepribadian 16 PF menghasilkan skor dengan ciri-
ciri keberanian, sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas emosional, dan
kesadaran peratutan.
Ada 16 faktor primer yang ingin dilihat pada 16 PF yaitu Warmth (A),
Reasoning (B), Emotional Stability (C), Dominance (D) , Liveliness (F),
Rule-Consciousness (G), Social Boldness (H), sensitivity (I), Vigilance
(L), Abstractedness (M), Privateness (N), Apprehension (O), Oppeness to
Change (Q1), Self-Reliance (Q2), Perfectionism (Q3), dan Tension (Q4).
(Permana, 2017).
Tujuan Cattel menyusun 16 PF ini adalah untuk menghasilakn
penelitian yang cermat berdasar aspek kepribadian normal. Walaupun 16
PF hanya mengukur kepribadian normal (bukan psikopatologi), tes
tersebut juga sering digunakan dalam bidang konseling dan klinis karena
kemampuannya dalam memberikan gambaran utuh dan mendalam pada
seseorang, termasuk kelebihan dan kelemahannya (Permana, 2017).
7. Million Clinical Multiaxial Inventory (MCMI)
Tes ini dilandaskan pada pandangan biopsikososial atas fungsi
kepribadian dan psikopatologi Million, dengan maksud utama adalah
membantu proses diagnosis diferensial. MCMI-III memuat 175 pernyataan
deskripsi diri ringkas yang harus di jawab “benar” atau “salah” oleh
reponden (Dewi & Permatasari, 2019).
Profil skornya meliputi 24 skala klinis, yang masing-masing
didasarkan pada 12 hingga 24 butir soal tumpang tindih yang kerap
muncul dalam tiga skala berbeda. Skala-skala klinis dikelompokkan ke
dalam empat kategori utama yakni Pola Kepribadian Klinis (schizoid,
menghindar, depresif, tergantung, historionis, narsisistik, antisosial,
agresif, komplusif, pasif-agresif, dan menentang diri), Patologi
Kepribadian Parah (schizotypal, garis batas, dan paranoid), Sindroma
Klinis (kecemasan, bentuk somayic, bipolar, manic, dysthymia,
ketergantungan alcohol, ketergantungan obat, dan gangguan stress
pascatraymatis), dan Sindroma Parah (gangguan pikiran, depresi berat, dan
gangguan delusi) (Anastasi & Urbina, 2007).
Belakangan ini, Million telah mengembangkan dua instrumen baru
yang memperpanjang pendekatannya pada penaksiran atas kepribadian dan
psikopatologi salah satunya adalah Million Adolescent Clinical Inventory
(MACI) yang dimaksudkan menjadi alat pilihan untuk digunakaan dalam
penaksiran anak remaja antara 13 dan 19 tahun dalam lingkungan klinis.
selanjutnya, Million Index of Personality Styles (MIPS) dimaksudkan
sebagai alat ukur kepribadian bagi orang dewasa normal yang mencari
bantuan untuk pekerjaan, keluarga, atau masalah sosial orang dalam
berbagai lingkungan konseling (Anastasi & Urbina, 2007).
8. Edward Personal Preference Schedule (EPPS)
Dewi dan Permatasari (2019) mengemukakan bahwa EPPS adalah
salah satu jenis tes inventori yang dirancang untuk menaksir kebutuhan-
kebutuhan yang nyata, dimana berfungsi sebagai suatu alat untuk tujuan
konseling dan penelitian. EPPS merupakan suatu tes yang memuat pilihan,
objektif, nonproyektif, dan inventori personal.
a. Tes EPPS terdiri dari 225 item, yang masing-masing item terdiri dari 2
pertanyaan (A dan B), subjek memilih satu diantara dua pertanyaan
tersebut yang sesuai dengan dirinya untuk masing-masing item, dan
bukan memilih yang dianggap umum atau wajar oleh masyarakat.
Jumlah item tersebut berasal dari masing-masing variabel dibuat
sebanyak 9 pertanyaan yang kemudian dipasang-pasangkan dari
variabel yang satu dengan pernyataan dari variabel yang lain, sehingga
diperoleh 210 pasang pernyataan, dimana butir soal masing-masing
skala dari 15 skala itu dipasang-pasangkan dengan butir soal dari 14
skala lainnya.
b. Aspek yang diukur
Sukarti (Dewi & Permatasari, 2019) menyatakan bahwa EPPS
mengukur 15 variabel kepribadian, diantaranya:
1) Achievement (ach). Kebutuhan untuk berprestasi, dimana
seseorang akan menyelesaikan sesuatu dengan baik dan berhasil,
diakui keahliannya, menyelesaikan sesuatu yang memiliki arti atau
makna yang sangat penting, akan mampu melakukan sesuatu lebih
baik dari orang lain.
2) Deference (def). Kebutuhan untuk menaati perintah dan peraturan,
dimana seseorang dapat menerima saran-saran dari orang lain,
mengikuti petunjuk-petunjuk dan mengerjakan sesuai yang
diharapkan.
3) Order (ord). Kebutuhan untuk bisa bekerja secara teratur, dimana
seseorang dapat mencatat dan mengatur pekerjaan dengan rapi,
dan membuat rencana sebelum memulai suatu tugas yang sulit.
4) Exhibition (exh). Kebutuhan untuk menonjolkan diri, dimana
seseorang mengatakan sesuatu dengan lucu, logis, nalar, dan dapat
pula menceritakan cerita-cerita dan lelucon-lelucon yang lucu.
5) Autonomy (aut). Kebutuhan untuk bisa berdiri sendiri, dimana
seseorang dapat datang dan pergi dengan sendirinya sebagaimana
yang diharapkan.
6) Affiliation (aff). Kebutuhan untuk bersekutu dengan orang lain
(berafiliasi), dimana seseorang setia dan patuh terhadap teman dan
berpartisipasi aktif dalam kelompok kekeluargaan.
7) Intraception (int). Kebutuhan untuk campur tangan terhadap
urusan orang lain, dimana seseorang menganalisis motif dan
perasaan orang lain, mengamati orang lain, dan memahami
bagaimana masalah yang dirasakan orang lain.
8) Succorance (suc). Kebutuhan untuk mendapatkan bantuan orang
lain, dimana seseorang dapat memberikan bantuan kepada orang
lain dalam keadaan susah.
9) Dominance (dom). Kebutuhan untuk bisa menguasai orang lain,
dimana seseorang memperdebatkan sudut pandang orang lain.
10) Abasement (aba). Kebutuhan untuk bisa mengalah, dimana
seseorang merasa bersalah apabila telah melakukan suatu
kesalahan.
11) Nurturance (nur). Kebutuhan untuk bisa menyenangkan orang
lain, dimana seseorang membantu teman-teman subyek apabila
sedang kesusahan, dan membantu orang yang kurang beruntung.
12) Change (chg). Kebutuhan untuk mengadakan perubahan, dimana
seseorang melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.
13) Endurance (end). Kebutuhan agar tahan mengatasi rintangan,
dimana seseorang mengerjakan suatu pekerjaan hingga selesai.
14) Heterosexuality (het). Kebutuhan akan hubungan dengan orang
lain, dimana seseorang bergaul dengan orang-orang dari jenis
kelamin yang berbeda.
15) Aggression (agg). Kebutuhan untuk menyerang orang lain, dimana
seseorang dapat menyerang sudut pandang yang bertentangan.
9. Kostick
Kostick dirancang sebagai alat untuk mengungkap kepribadian
individu. Bentuk yang tersedia berupa sebuah buku soal, lembar jawaban,
dan diagram yang digunakan untuk keperluan interpretasi tester.
Kostick terdiri dari 90 item, dimana masing-masing itemnya terdiri
atas dua pernyataan (A dan B). Tugas subjek adalah memilih salah satu
dari kedua pernyataan tersebut yang sesuai dengan keadaan dirinya, dan
bukan yang dianggap umum oleh masyarakat. Apabila subjek memilih
pernyataan A, maka subjek diminta untuk melingkari tanda panah yang
ada diatas nomor item pada lembar jawaban. Sedangkan, apabila subjek
memilih pernyataan B, maka subjek diminta untuk melingkari tanda panah
yang ada di bawah nomor item pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
Kostick merupakan laporan inventory kepribadian (self report
inventory), terdiri atas 90 pasang pernyataan pendek berhubungan dalam
situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek kepribaadian yang
dikelompokkan dalam 7 bidang yaitu, kepemimpinan (leadership), arah
kerja (work direction), aktivitas kerja (activity), relasi sosial (social
nature), gaya bekerja (work style), sifat temperamen (temperament), dan
posisi atasan-bawahan (followership). Kostick mengukur role dan need
individu dalam kaitannya dalam situasi kerja.
Landasan teori Papi kostick not a full personality mengukur role dan
need semata-mata dalam kaitannya dengan situasi kerja, sempadan
kepribadian dalam situasi kerja mengacu pada dimensi temperamen dari
Thurstone (1953), pikiran Edwards (1959) dan Schulz (1960) berakar pada
konsep Murray (1938). Dasar pemikiran untuk desain dan formulasi
Kosttick sebagai suatu asesmen yang mengukur kecenderungan
(need/kebutuhan) dan persepsi (role/peran) adalah didasarkan pada teori
needs-press Murray. Papi mengeksplor dimensi kepribadian yang luas.
Dimensi-dimensi ini dipisahkan ke dalam skala role dan need.
Aspek-aspek yang diungkap dalam KOSTICK yang disusun sebagai
dua aspek terpisah yaitu pengukuran kebutuhan/needs dan pengukuran
persepsi/role, yaitu persepsi keadaan individu ditempat kerja. KOSTICK
untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang masing-masing
mewakili needs dan role. Berikut aspek-aspek tersebut:
a. Work Direction
1) Needs to finish task (N)
2) Hard intens worked (G)
3) Need to achieve (A)
b. Leadership
1) Leadership role (L)
2) Need to control others (P)
3) Ease in decision making (I)
c. Activity
1) Pace (T)
2) Vigorous type (V)
d. Social nature
1) Need for closeness and affection (O)
2) Need to belong to groups (B)
3) Social extension (S)
4) Need to be noticed (X)
e. Work style
1) Organized type (C)
2) Interest in working with derails (D)
3) Theoretical type (R)
f. Temperament
1) Need for change (Z)
2) Emotinonal tesistant (E)
3) Need to be forceful (K)
g. Followership
1) Need to support autrority (F)
2) Need for rules and supervision (W)
DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne & Susana Urbina. 2007. Tes Psikologi. Jakarta: PT Indeks,

Astiti, Kadek Ayu. 2017. Evaluasi Pembelajaran. Andi. Yogyakarta.

Dewi, Eva M.P. & Nirwana Permatasari. 2019. Pengantar Psikodiagnostik.


Makassar: UPT Unhas Press.

Permana, M. Zein. 2017. Panduan Praktis Personality Assessmet.Jakarta : Raih


Asa Sukses.

Putra, Eko P. dkk. 2017. Tes Objektif dan Pengembangan Tes Objektif. Makalah.
Universitas Sriwijaya.

Wade, Carole & Carol Travis. 2008. Psikologi Jilid 1, Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai