Anda di halaman 1dari 7

Eksperimen 02/EXP/2021

ASOSIASI

Nama Experimenter : Anrika P.P

Nomor Mahasiswa : 19711012

Nama Subjek : Dinda Genuine Alexander

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 22 tahun

Pendidikan : SMA

No. Eksperimen :2

Tanggal Eksperimen : Rabu, 26 Juni 2021

Waktu Eksperimen : 09.00 – 10.30 WITA

Tempat Eksperimen : Ruang Kelas Prodi Psikologi UAJM

I. PROBLEM

Tanggapan-tanggapan dari pikiran kita terlihat datang dan pergi, banyak dan
sedikitnya berhubungan dengan kebiasaan. Apa bentuk hubungannya dan factor-
faktor apa saja yang berperan.

II. DASAR TEORI

Asosiasi merupakan suatu pemikiran yang mengemukakan bahwa pengetahuan

berasal dari penghubungan atau dengan kata lain asosiasi merupakan beberapa

kumpulan ide sederhana yang kemudian membentuk suatu ide yang kompleks.

Pada pandangan psikologi saat ini dikenal dengan pembelajaran yang awalnya

diberi nama sebagai proses dari ide-ide sederhana yang kemudian membentuk

ide-ide yang kompleks. Reduksi atau analisis pada kehidupan mental menjadi

ide-ide, unsur-unsur yang lebih sederhana serta asosiasi (penggabungan), yang

akan membentuk ide-ide yang kompleks. Maka asosiasi memiliki mekanisme-


mekanisme yang dapat diuraikan, dipisah-pisahkan ke dalam bagian-bagian

komponennya lalu disatukan kembali untuk membentuk mekanisme-mekanisme

yang lebih kompleks, yang sama seperti ide-ide manusia. Menurut locke, pikiran

seolah-olah individu berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang berlaku pada

semesta alamiah, dimana terdapat partikel dasar atau atom-atom dunia mental

merupakan ide-ide sederhana. Unsur-unsur pikiran tersebut tidak dapat dipisah-

pisahkan lagi menjadi unsur yang elbih sederhana, akan tetapi dapat

digabungkan atau diasosiasikan untuk menghasilkan suatu struktur yang lebih

kompleks. Maka, dapat disimpulkan teori asosiasi merupakan langkah penting

untuk upaya menuju posisi yang menganggap pikiran dalam hal ini tubuh sebagai

sebuah mesin.

Thorndike menjelaskan pendekatan eksperimentalnya untuk studi asosiasi

sebagai koneksionisme. Thorndike menuliskan untuk menganalisis pikiran

manusia maka dapat ditemukan koneksi dalam berbagai tingkat kekuatan

antara : (a) situasi, unsur-unsur situasi, dan persenyawaan situasi, (b)respon,

kesiapan merespon, fasilitas, kendala, dan arah respon. Barkeley

mengaplikasikan prinsip asosiasi untuk menjelaskan bagaimana individu dapat

mengetahui tentang objek-objek yang ada dalam dunia nyata. Berkeley

menambahkan bahwa dengan menggabungkan beberapa ide sederhana yang

diterima melalui indera maka dapat membentuk ide-ide yang kompleks. Ide-ide

yang telah diterima oleh masing-masing indera sangat berbeda dan tidak sama

antara satu dengan yang lain tetapi karena sudah terlalu sering ditangkap

bergabung bersama oleh indera maka ide-ide tersebut dikatakan sebagai satu

benda yang sama (Berkeley 1709/1957a).

Asosiasi di golongkan ke dalam dua jenis, yaitu (a) asosiasi bebas, satu ide

yang menimbulkan ide mengenai hal lain yang tanpa ada batasnya, misalnya

seperti ide tentang makanan yang dapat merangsang munculnya beberapa ide

(resoran, dapur, nasi, atau apa saja yang berhubungan dengan makanan).
(b)Asosiasi terkontrol yaitu satu ide tertentu yang dapat menimbulkan suatu ide

yang lain akan tetapi memiliki batas, misalnya seperti ide membeli mobil yang

selanjutya dapat merangsang ide-ide lain (harga, pajak, pemeliharaannya,

mereknya dan modelnya). Asosiasi terkontrol memiliki batas-batas tertentu yang

tidak dapat merangsang ide-ide lain diluar dari itu seperti peraturan lalu lintas,

polisi lalu lintas dan sebagainya. Asosiasi bebas merupakan teknik yang

digunakan Freud sebagai metode perawatan juga mengembangkan teknik

asosiasi bebas. Dalam asosiasi bebas, pasien berbaring disebuah sofe serta

didorong untuk berbicara secara terbuka dan spontan, kemudian pasien

memberikan ekspresi lengkap tentang semua pikiran yang ada dalam benaknya

meskipun hal tersebut bersifat memalukan, sepele atau bodoh. Freud melakukan

hal ini dengan tujuan system psikoanalisisnya yang membawa memori-memori

atau pikiran-pikiran yang tertekan ke dalam kesadaran yang sadar dan

diasumsikan sebagai sumber perilaku abnorman dari pasien. Melalui teknik

asosiasi bebas, Freud menemukan bahwa memori pada pasiennya dapat

kembali ke masa saat kecil serta banya pengalamann terpendam yang diingat

oleh pasien yang memiliki kaitan dengan masalah seksual .

Aliran asosianisme ini berkembang dari aliran empirisme, yang menilai bahwa

sumber pengetahuan berasa dari ide dan sensasi. Para ahli menekankan prinsip

asosiasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Dapat dikatakan

bahwa isi dari mind adalah pengalaman yang didapat melalui proses asosiasi

terhadap rangsangan dari luar, sementara pemikiran dari asosiasi berkaitan

dengan proses belajar dan memori.fokus pada aliran asosianisme adalah

penerapan terhadap hukum-hukum asosiasi (law of contiguity,law of similarity,

dan law of intensity). Law of contiguity menekankan bahwa informasi yang

muncul secara bersamaan serta saling menyambung kemudian diasosiasikan

menjadi satu pengetahuan. Law of similarity, menekankan pada informasi yang


sama selalu dikaitkan. Law of intensity, menekankan pada kombinasi elemen

yaitu pembentukan pengetahuan.

Lup, Trub, & Rosenthal (2015) telah melakukan penelitian tentang

penggunaan Instagram, yang hasilnya mengatakan bahwa penggunaa Instagram

yang berlebih memiliki asosiasi negative untuk individu yang mengikuti lebih

banyak individu yang tidak dikenal, sedangkan asosiasi positif untuk individu

yang lebih sedikit mengikuti individu lain yang tidak dikenal dengan perbandingan

social dan gejala depresi.

III. HIPOTESIS

A. Individu

Ada perbedaan kemampuan subjek dalam melakukan asosiasi antara

discreate free association dengan controlled association.

B. Kelompok

Ada perbdaan kemampuan kelompok dalam melakukan asosiasi antara

discreate free association dengan controlled association.

IV. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian : Eksperimental

Desain : The One Shot Case Study

V. PROSEDUR

A. Material

1. Daftar kata-kata sebagai stimulus word

2. Stopwatch

B. Prosedur Pelaksanaan

1. Subjek dan eksperimenter duduk diruang kosong

2. Eksperimenter mencatat respon, duduk dibelakang subjek supaya tidak

mengganggu
3. Instruksi : “katakanlah asosiasi yang segera Saudara ingat setelah saya

mengatakan suatu perkataan. Saudara tidak boleh memikirkan jawaban

yang akan saudara berikan melainkan apa yang benar-benar seketika itu

timbul dalam asosiasi saudara saat itu”.

4. Pada Discreate free association, sibjek harus mengatakan satu kata.

Pada Controlled association, subjek harus memberi jawaban yang sesuai

dengan instruksi, misalnya : lawannya, persamaannya, dan sebagainya.

VI. PENCATATAN HASIL

A. Individu

Golongan Kesimpulan

A B
Hasil 18 18
Keterangan : A = Discreate Free Association B = Controlled

Association

B. Kelompok

No. Subjek A B Kesimpulan


1
2
3
4
5
Jumlah
Keterangan : A= Discreate Free Association B = Controlled Association

VII. PENGELOLA HASIL

A. Individu

Golongan Kesimpulan

A B
Hasil 18 18
Keterangan : A= Discreate Free Association B = Controlled Association

B. Kelompok

Statistik A B
N
SD

Cara Penyelesaian :

VIII. KESIMPULAN

A. Individu

B. Kelompok

IX. PEMBAHASAN

A. Individu

B. Kelompok

X. KESAN-KESAN SELAMA ESKPERIMEN

A. Kondisi Fisik

B. Kondisi Psikologis

XI. KEGUNAAN SEHARI-HARI


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai