Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

PERSPEKTIF DAN TEORI KOMUNIKASI


Dosen Pengampu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D

Disusun Oleh:
Shella Pradipta Maharani
S231608029

PASCA SARJANA ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
Theories of Human Communication Chapter 8
KELOMPOK

Fakta menggambarkan sebuah aspek komunikasi kelompok yakni, segala


yang anda katakan dalam sebuah kelompok membantu dalam membangun
kelompok apa adanya dan membentuk pekerjaan yang dilakukan kelompok.
Disana terdapat topik tujuan sebagai gagasan untuk membangun metateori
yang di antaranya yaitu 1) Pesan, peran, dan kepribadian; 2)
Lingkungan/sistem/konteks; 3) Interaksi; 4) Keanekaragaman; 5) Struktur
kelompok; 6) Tugas kelompok.
Penelitian dan teori kontemporer dalam komunikasi kelompok berasal dari
sumber yang beragam pada awal abad ke-20. Salah satunya Mary Parker Follet
dalam pemikiran integratif. Tulisan Follet dalam tahun 1924 bahwa pemecahan
masalah kelompok, organisasi dan komunikasi adalah sebuah tiga langkah proses
kreatif dari : 1) Pengumpulan informasi dari para ahli; 2) Menguji informasi dalam
pengalaman sehari-hari; 3) Mengembangkan solusi integratif yang sesuai dengan
keragaman minat daripada bersaing.
TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS
Teori ini mengarah pada sejenis pesan yang manusia ungkapkan dalam
kelompok dan bagaimana semua ini memengaruhi peran kelompok dan
kepribadian.
Interaction-Process Analysis
Robert Bales menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah
fondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik
dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan untuk menjelaskan jenis pesan
yang manusia tukar dalam kelompok, dari yang semua membentuk peran dan
kepribadian aggota kelompok, dan oleh karena itu, cara mereka memengaruhi
semua karakter secara umum pada sebuah kelompok.
Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau
gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) mendramatisasi (suka
bercerita/berbicara); atau (3) menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat
menunjukan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan (1) penolakan; (2)
memperlihatkan ketegangan; atau (3) menjadi tidak ramah. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap individu dapat (1) menanyakan informasi; (2) menanyakan
opini; (3) meminta saran; (4) memberi saran; (5) memberi opini; dan (6) memberi
informasi.
Sekarang, kita menyadari bahwa fokus Bales pada perilaku individu
membatasi kemampuan teori dalam berkecimpung dalam sistem yang lebih besar,
sedangkan pemikiran terkini dalam bidang komunikasi bahwa isu-isu yang sangat
luas ini harus dipahami dari intinya.
TRADISI SIBERNETIKA
Tradisi ini mengingatkan kita bahwa kelompok adalah bagian dari sistem
yang lebih besar dalam kekuatan interaksi.
Bona Fide Group Theory
Kelompok terpercaya (bona fide theory) adalah sebuah peristiwa alamiah
kelompok. Linda Putnam dan Cynthia Stohl memulai arah pemikirannya yang
disebut kelompok terpercaya sebagai sebuah respons terhadap kritik ini.
Kelompok terpercaya memiliki dua karakteristik: batasan yang dapat
ditembus dan mereka saling tergantung dengan lingkungan. Batasan kelompok
dapat ditembus berarti bahwa apa yang didefinisikan sebagai “di dalam” kelompok
atau “di luar” kelompok terkadang tidak jelas, selalu tidak tetap dan sering berubah.
Dari prespektif terpercaya, kelompok selalu saling tergantung dengan
lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan mempengaruhinya, dan kelompok
sebagai gantinya, memengaruhi konteks yang relevan tempat kelompok itu bekerja.
Lingkungan adalah sistem interaksi kelompok.
Input-Process-Output Model
Kelompok sering dipandang seperti sistem sibernatika dimana informasi
dan pengaruh datang kepada kelompok (input), kelompok mengolah informasi ini
dan hasilnya berputar kembali untuk mempengaruhi orang lain (output). Bersama
dengan itu, model ini dikenal sebagai model input proses output.
Ide dasar dari masukan, proses, dan hasil dalam kelompok yang
berpengaruh pada bagaimana kita melihat mereka, dan kebanyakan peneliti selama
bertahun-tahun telah mengikuti model ini. Peneliti melihat pada faktor yang
memengaruhi kelompok (input), apa yang terjadi di dalam kelompok (proses), dan
hasil (output).
Rintangan antarpersonal meliputi keharusan menjelaskan gagasan kepada
orang lain, menyikapi masalah, mengatur perbedaan, dan seterusnya. Ketika
pekerjaan tugas dan antarpersonal disatukan dengan efektif, sebuah penerapan
pengaruh terjadi dimana solusi kelompok atau produk unggul dari pekerjaan
perorangan diantara anggota kelompok yang terbaik.
Usaha berpikir dari sebuah kelompok sebagai semacam energi. Beberapa
energi ini masuk ke dalam tugas pemecahan rintangan, dan sebagian besar lagi
berhubungan dengan rintangan antarpersonal. Raymond Cattle menggunakan
istilah synergy untuk usaha kelompok ini. Jumlah energi yang dipakai dalam isu
antar personal disebut intrinsic synergy, dan sisa energi yang ada untuk tugas
disebut effective synergy. Jika sinergi efektif tinggi, tugas akan dapat dituntaskan
dengan efektif; jika tidak, penyelesaiannya akan buruk.
Pengalaman dalam dua kelompok ini menunjukkan kepentingan sinergi
antarpersonal atau sinergi intrinsik (intrinsic synergy) dan menghasilkan hubungan
atau sinergi efektif (effective synergy).
Fisher`s Interaction Analysis
Sebuah interaksi adalah tindakan dari seseorang yang diikuti dengan
tindakan yang lainnya. Di sini, unit analisis tidak pada pesan seseorang, seperti
memberi saran, tetapi bagian dari tindakan yang berkesinambungan, seperti
memberi saran dan meresponsnya. Walaupun potensi kegunaan dengan
menganalisis dimensi hubungan dalam sebuah kelompok diskusi, Fisher
berkonsentrasi pada dimensi isi. Karena hampir semua ulasan dalam tugas
kelompok dihubungkan dengan satu cara atau usulan lain demi sebuah keputusan
beserta tindakan atau hasil dimana semua orang dapat menyetujui, Fisher
menggolongkan pernyataan yang berhubungan dengan bagaimana respon mereka
terhadap usulan keputusan.
Dalam teori pengambilan keputusan ini, Fisher mengutip empat fase melalui
tugas kelompok yang cenderung mengolah: orientasi, konflik, kemunculan, dan
penguatan. Dalam mengamati penyebaran interaksi melalui fase ini, Fisher
memerhatikan jalannya perubahan interaksi sebagai sebuah keputusan kelompok
yang telah diformulasikan dan dikuatkan.
Effective Intercultural Work Group Theory
John Oetzel menggunakan model input proses output dalam membentuk
variable-variable penting yang mempengaruhi fungsi kelompok. Tertarik dalam
perbedaan sebagaimana dengan keefektifan kelompok, Oetzel menciptakan sebuah
model yang secara budaya membedakan kelompok, menghadapi input tertentu,
menciptakan hasil melalui komunikasi yang kembali mempengaruhi keadaan ketika
kelompok sedang bekerja. Ini adalah lingkaran sibernetika sempurna: input proses
menghasilkan keadaan.
Perbedaan budaya yang paling penting dibagi dalam tiga kelompok Wilayah
perbedaan pertama adalah individualisme kolektivisme. Banyak budaya cenderung
berorientasi individualistis. Anggota budaya individualistis cenderung berpikir
sendiri-sendiri dan mengutamakan tujuan mereka sendiri daripada tujuan
kelompok. Kehendak diri atau bagaimana anggota memikirkan mereka sendiri. Ada
dua tipe dasar-bebas dan saling ketergantungan. Urusan rupa, atau perasaan dalam
bagaimana anggota mengatur kesan pribadi. Rupa diri adalah kesan seseorang, rupa
lain melibatkan kesan orang lain, dan rupa bersama mencakup hubungan antara diri
dan orang lain.
Dengan menggunakan model input proses, Oetzel memperlihatkan bahwa
kualitas komunikasi memengaruhi kedua tugas dan hubungan keefektifan. Karena
kelompok adalah bagian dari sistem yang lebih besar-mereka mengambil masukan
dari ssstem dan menimbulkan hasil-tradisi sibernetika telah menjadi hal yang
penting dalam memahami hubungan ini. Salah satunya adalah bahwa tindakan
kelompok lebih dari sejumlah tindakan individu, yaitu hasil dari interaksi. Ide
utama kedua adalah bahwa output dari kelompok selalu memberikan timbal balik
yang memengaruhi kinerja kelompok.
TRADISI SOSIOKULTURAL
Akhirnya, kita menyimpulkannya dengan teori pemikiran kelompok yang
berfokus secara spesifik pada struktur kelompok dan tugas kelompok. Kedua topik
ini berkaitan sangat erat, seperti teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini.
Secara spesfik ada tiga teori pada bagian ini.
Structuration Theory
Anthony Giddens dan pengikutnya menyebutkan bahwa tindakan manusia
adalah sebuah proses produksi dan reproduksi dalam berbagai macam sistem sosial.
Dengan kata lain, ketika kita berkomunikasi satu sama lain, kita menciptakan
struktur yang memberi jarak dari lembaga lembaga sosial budaya yang lebih besar
dengan hubungan individu yang lebih kecil.
Gidden percaya bahwa penyusunan selalu melibatkan tiga dimensi utama:
(1) sebuah penafsiran atau pemahaman; (2) sebuah rasa moralitas atau tindakan
yang layak; dan (3) rasa berkuasa dalam bertindak. Aturan yang kita gunakan
sebagai petunjuk bagi tindakan anda, dengan kata lain, memberi tahu kita
bagaimana sesuatu sebaiknya dipahami (interpretasi), apa yang sebaiknya
dilakukan (moralitas), dan bagaimana menuntaskannya (kekuatan). Pada
gilirannya, tindakan kita memperkuat semua struktur interpretasi, moralitas, dan
kekuatan.
Teori ini mengajarkan bahwa pengambilan keputusan kelompok adalah
sebuah proses dimana anggota kelompok berusaha untuk mencapai penyatuan, atau
kesepakatan, pada kesepatan akhir , dan, dengan demikian, menyusun sistem sosial
mereka. Proses penyusunan ini terjadi dalam tiga kemungkinan yang dikutip oleh
Gidden-interpretasi, moralitas, dan kekuatan.
Pertama, karakteristik tujuan tugas (objective characteristics task), yang
melengkapi standar tugas, seperti tingkatan yang masalah muncul sebelum solusi
dibuat, kejelasan masalah, kebutuhan seseorang ahli, keluasan akibat dari masalah,
sifat dan jumlah nilai implisit dalam masalah, apakah solusinya tindakan satu
langkah atau akan memiliki implikasi yang lebih luas.
Kedua, Karakteristik tugas klompok (group task characteristics). Mereka
menyertakan pengalaman kelompok sebelumnya terhadap permasalahan, perluasan
yang membutuhkan sebuah solusi inovatif seperti halnya berlawanan dengan
pengadopsian serangkaian tindakan standar, dan keputusan dalam keadaan
mendesak.
Ketiga, Karakteristik struktur kelompok (group structural characteristics),
meliputi kepaduan, distribusi kekuatan, sejarah konflik, dan ukuran kelompok. Jika
kelompok anda memiliki banyak anggota, memberi petugas kekuatan yang paling
besar, dan memiliki sejarah konflik, salah satu proses akan berguna, namun jika
kelompok itu kecil, padu dan berbagi kekuatan, mungkin akan menggunakan cara
lain.
Functional Theory
Teori funsional dalam komunikasi kelompok memandang proses sebagai
sebuah instrumen dimana kelompok membuat keputusan, menekankan hubungan
antara kualitas komunikasi dan hasil dari kelompok. Komunikasi melakukan
sejumlah hal atau fungsi dengan banyak cara untuk menentukan hasil kelompok.
Ini adalah sarana untuk berbagi informasi, cara anggota kelompok menyelidiki dan
mengidentifikasi kerusakan dalam pemikiran, dan sebuah cara persuasi.
Proses pemecahan masalah menurut John Dewey memiliki enam langkah:
(1) mengungkapkan kesulitan; (2) menjelaskan permasalahan; (3) menganalisis
masalah (4) menyarankan solusi; (5) membandingkan alternatif dan menguji
mereka dengan tujuan dan kriteria yang berlawanan; (6) mengamalkan solusi yang
terbaik. Teori dari tradisi fungsional menyebut cara berkomunikasi yang
mempengaruhi tiap-tiap elemen ini.
Groupthink Theory
Irving Janis dan koleganya mengembangkan hipotesis pemikiran kelompok
(groupthink hypothesis) dari sebuah pengujian efektivitas proses pengambilan
keputusan secara mendetail. Menekankan pemikiran kritis, Janin menunjukan
bagaimana kondisi tertentu dapat membawa kepuasan bagi kelompok, tetapi
dengan hasil yang tidak efektif.
Pemikiran kelompok adalah sebuah hasil langsung terhadap kepaduan
kelompok yang telah dibahas beberapa bagian oleh Kurt Lewin pada yahun 1930-
an dan semenjak dilihat sebuah variable penting dalam keefektifan kelompok.
Kepaduan (cohesiveness) adalah tingkatan minat ganda di antara anggota
kelompok. Kepaduan adalah sebuah hasil dari tingkatan yang semua anggota
merasa bahwa tujuan mereka dapat tercapai dalam golongan.
TRADISI KRITIK
Feminist Critique of Small Group Theory
Bales membuat pembeda dasar antara tugas dan usaha emosi social. Pemikir
feminis mempertanyakan dasar pembagian kerja kelompok dalam persamaan tugas
dengan pria dan wanita dengan emosi, menyarankan pembagian ini dapat menjadi
hasil dari sistem kode Bales. Sama halnya para pemikir ini mempertanyakan
temuan yang menyarankan bahwa tugas kelompok laki-laki di luar tugas
perempuan. Mereka menyarankan bahwa definisi dan tugas yang digunakan dalam
membuat pembedaan kritis jika dibutuhkan adanya tugas sosial, contohnya
kelompok wanita di luar pekerjaan laki-laki.
Feminis juga mempertanyakan penelitian yang menyarankan bahwa wanita
lebih menunjukan sisi seksual dalam kelompok dari pada pria. Pemikir kritis
feminis meminta para peneliti menguji asumsi yang mereka buat tentang seks dan
gender dalam kelompok kecil dan tidak membuat keputusan berdasarkan dugaan
atau pandangan tradisional tentang seks dan gender. Agaknya, mereka
menyarankan bahwa seks dan gender merumitkan pemahaman kita dalam
bagaimana fungsi kelompok dan setiap usaha harus dapat memahami semua
dimensi campur tangan dan berfungsi dalam kelompok.
A First Look at Communication Theory chapter 18
PERSPEKTIF FUNGSIONAL
TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
(Randy Hirokawa & Dennis Gouran)

Perspektif fungsional adalah sebuah pendekatan perspektif yang


menjelaskan dan memprediksikan kinerja kelompok tugas ketika empat fungsi
komunikasi dipenuhi. Perspektif fungsional yang dijelaskan pada bab ini
mengilustrasikan kebijaksanaan interaksi bersama.
EMPAT FUNGSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF
Hirokawa dan Gouran menganalogikan kelompok-kelompok kecil sebagai
sistem biologi yang memiliki fungsi tersendiri. Agar suatu sistem dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, diperlukan suatu jalur atau cara. Hirokawa dan
Gouran melihat proses decision making dalam suatu kelompok perlu memenuhi
empat syarat untuk mengahasilkan solusi atau keputusan high-quality. Mereka
menyebutnya sebagai requisite functions (fungsi-fungsi yang diperlukan) dalam
proses decision making, yang terdiri atas:
1. Analysis of the Problem
Hirokawa menyatakan bahwa contoh yang paling jelas dari analisis
kesalahan adalah kegagalan untuk mengenali potensi ancaman ketika hal itu benar-
benar ada. Setelah orang mengetahui suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, mereka
harus menjelaskan tentang sifat, tingkatan, dan mungkin penyebab masalah yang
dihadapi oleh kelompok. Analisis masalah adalah menentukan sifat, tingkatan, dan
penyebab masalah yang dihadapi oleh kelompok.
2. Goal Setting
Hirokawa dan Gouran menganggap pembahasan tentang sasaran dan tujuan
sebagai fungsi syarat kedua dalam pengambilan keputusan. Sebuah kelompok perlu
menetapkan kriteria untuk menilai penyelesaian. Penetapan tujuan adalah
menetapkan kriteria guna menilai solusi yang diusulkan. Karena para anggota
kelompok harus memahami dengan jelas apa yang sedang mereka coba capai.
3. Identification of Alternatives
Hirokawa dan Gouran menekankan pentingnya menyusun solusi-solusi
alternatif yang bisa dipilih anggota kelompok. Menurut mereka, jika tidak ada
anggota yang menawarkan solusi alternatif yang mungkin digunakan, maka solusi
yang ditawarkan relatif sedikit, dan kemungkinan menemukan jawaban yang tepat
dan dapat diterima, juga rendah.
4. Evaluation of Positive and Negative Characteristics
Setelah suatu kelompok mengenali solusi-solusi alternatif, para peserta
harus berhati-hati untuk menguji kebaikan relatif dari masing-masing pilihan
dibandingkan dengan kriteria yang mereka yakini penting. Perbandingan poin demi
poin ini tidak terjadi secara otomatis. Hirokawa dan Gouran memperingatkan
bahwa kelompok-kelompok akan menjadi lemah dan seringkali memerlukan salah
seorang anggota untuk mengingatkan orang lain agar mempertimbangkan ciri-ciri
positif dan negatif dari masing-masing alternatif. Evaluasi tentang ciri-ciri positif
dan negatif adalah menguji kebaikan relatif dari masing-masing pilihan terhadap
kriteria yang dipilih; yang mempertimbangkan untung ruginya.
MEMPRIORITASKAN EMPAT FUNGSI
Hirokawa dan Gouran menyatakan bahwa keempat fungsi semuanya perlu
disempurnakan untuk memaksimalisasi peluang keputusan yang berkualitas, tetapi
bahwa tidak ada satu fungsi tunggal yang lebih sentral daripada yang lain. Tidak
ada satu agenda kelompok yang melakukan pekerjaan secara lebih baik. Selama
kelompok itu bertujuan untuk menghadapi keempat fungsi semuanya, maka rute
yang diambil oleh para anggotanya tidak tampak menimbulkan banyak perbedaan.
Akan tetapi, Hirokawa menambahkan bahwa kelompok-kelompok yang berhasil
memecahkan permasalahan yang sulit seringkali membuat jalan pengambilan
keputusan yang biasa.
Salah satu kesalahan yang disebutkan adalah asumsi Hirokawa dan Gouran
bahwa masing-masing fungsi syarat sama-sama penting. Penelitian ini
menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konsekuensi dari solusi alternatif selama
ini merupakan yang paling penting untuk memperoleh sebuah keputusan yang
berkualitas. Hirokawa juga menyebutkan teori fungsional ketika ia ingin
membedakan penelitiannya dari pemikiran kelompok Janis, kategori interaksi Bales
atau penelitian lain yang membawa perspektif fungsional kearah komunikasi
kelompok.
PERAN KOMUNIKASI DALAM MEMENUHI FUNGSI
Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa diskusi antar para anggota memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas keputusan kelompok. Interaksi verbal
memungkinkan bagi para anggota untuk (1) mendistribusikan dan mengumpulkan
informasi, (2) menangkap dan memperbaiki kesalahan, dan (3) saling
mempengaruhi satu sama lain. Hampir sama dengan konsep kegaduhan (bunyi)
saluran Shannon dan Weaver yang menyebabkan hilangnya informasi, peneliti
kelompok Ivan Steiner menyatakan bahwa:
Meskipun tidak mengubah pandangan tradisionalnya, Hirokawa percaya
bahwa komunikasi memainkan peran yang lebih aktif dalam menciptakan
keputusan yang lebih berkualitas. Seperti halnya konstruksionis sosial, ia
menganggap diskusi kelompok sebagai alat yang digunakan oleh anggota kelompok
untuk menciptakan realita sosial dimana keuputusan dibuat. Diskusi mengerahkan
dampaknya senciri terhadap produk akhir kelompok.
Sesuai dengan keyakinan ini, Hirokawa dan Gouran menguraikan tiga jenis
komunikasi dalam kelompok pengambilan keputusan yaitu:
1. Promotif – interaksi yang menggerakkan kelompok disepanjang jalur tujuan
dengan menarik perhatian kepada salah satu dari empat fungsi pengambilan
keputusan.
2. Mengganggu – interaksi yang mengalihkan, memperlambat atau menghalangi
kemampuan anghota kelompok untuk mencapai Keempat fungsi tugas.
3. Kounteraktif – interaksi yang digunakan oleh para anggota untuk membuat
kelompok kembali ke lintasan.
Hirokawa dan Gouran mengungkapkan bahwa sebagian besar komentar dari
para anggota kelompok mengganggu bukan meningkatkan perkembangan kearah
tujuan. Maka dari itu, mereka menyimpulkan bahwa “pengambilan keputusan
kelompok yang efektif mungkin paling baik dipahami sebagai konsekuensi dari
pengaruh kounteraktif. Dengan kata lain, seseorang harus mengatakan sesuatu yang
akan membuat kelompok kembali ke lintasan.
Hirokawa telah melakukan upaya yang berulang-ulang untuk
mengembangkan sistem pengkodean percakapan yang mengklasifikasikan fungsi
pernyataan-pernyataan tertentu. Sistem Pengkodean Interaksi yang Berorientasi
Kepada Fungsi (FOICS) Hirokawa menuntut para peneliti agar mengelompokkan
setiap ujaran fungsional yang merupakan “sebuah pernyataan yang tak terganggu
dari salah seorang anggota yang tampaknya menjalankan sebuah fungsi yang telah
ditetapkan dalam proses interaksi. FOICS (Sistem Pengkodean Interaksi yang
Berorientasi Kepada Fungsi) adalah suatu alat untuk mencatat dan mengklasifikasi
fungsi ujaran selama diskusi suatu kelompok.
SARAN BIJAKSANA UNTUK MEREKA YANG TAHU MEREKA BENAR
Kita juga dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk
mempromosikan pemikiran yang jernih dalam suatu kelompok. Pragmatisme
Dewey didasarkan pada asumsi yang berharap bahwa keputusan praktis dapat
dikendalikan lebih cerdas melalui proses penyelidikan rasional. Dia menganjurkan
proses enam-langkah berpikir reflektif yang sejajar seperti pendekatan dokter untuk
mengobati pasien. Berpikir reflektif adalah berpikir yang menguntungkan
pertimbangan rasional tentang firasat naluri atau tekanan dari pihak luar. (1). Kenali
gejala penyakit; (2). Mendiagnosis penyebab penyakitnya; (3). Menetapkan kriteria
untuk kesembuhan; (4). Pertimbangkan solusi yang mungkin; (5). Pengujian untuk
menentukan solusi yang akan bekerja; (6). Melaksanakan atau menentukan solusi
terbaik.
REFLEKSI ETIS: ETIKA WACANA HABERMAS
Jurgen Habermas menunjukkan sebuah proses kelompok rasional yang
melaluinya orang dapat menentukan yang benar dari yang salah, suatu jenis
keputusan yang berbeda dibandingkan dengan penelitian Hirokawa dan Gouran.
Pendekatan etis Habermas mencari diskusi menurut fakta tentang apa yang kita
lakukan dalam situasi tertentu dan mengapa kita memutuskan untuk melakukannya.
Bersikap etis berarti bertanggungjawab.
Habermas berasumsi bahwa orang-orang didalam suatu budaya atau
komunitas tertentu mungkin sangat setuju dengan kebaikan yang ingin mereka
capai dan dari waktu mereka membangun kebijaksanaan praktis tentang bagaimana
cara untuk mencapainya.
Etika Wacana adalah pandangan Jurgen Habermas tentang situasi
pembicaran ideal dimana partisipan yang beraneka ragam dapat secara rasional
mencapai sebuah kesepakatan tentang standard etika yang universal. Etika wacan
Habermas merancang sebuah uji diskursif untuk validitas prnyataan moral ia yakin
bahwa validitas dari suatu kesepakatan etis hanya dapat dicari apabila ketiga syarat
berikut ini dipenuhi:
1. Syarat akses (requirement for access) Semua yang orang dipengaruhi oleh
norma etis yang sedang diperdebatkan dapat memperhatikan dan didengarkan
tanpa memandang status mereka.
2. Syarat argument (requirement for argument) Semua partisipan diharapkan akan
mengubah pandangan mereka dalam semengat timbal balik yang sungguh-
sungguh dan saling memahami.
3. Syarat pembenaran (requirement for justification). Setiap orang memiliki
komitmen terhadap standard universalisasi.
KRITIKAN: APAKAH RASIONALITAS DINILAI TERLALU TINGGI?
Dalam kritik mereka tentang perspektif fungsional, Cynthia Stohl dan
Michael Holmes menjelaskan mengapa hal itu sangat diperhatikan. Mengkritik
pernyataan Hirokawa dan Gouran mengenai perspektif fungsional dengan
pernyataan bahwa premis dasar perspektif dalam sebuah komunikasi menyajikan
fungsi tugas dan dalam pemenuhan fungsi-fungsi harus dikaitkan dengan
keputusan kelompok afektif, intuitif menarik dan masuk akal . juga memenuhi
standar teori obyektif dalam hal menjelaskan secara sederhana. Akibatnya banyak
sarjana komunikasi mendukung teori ini sebagai model untuk diskusi kelompok dan
pengambilan keputusan. Focus hirokawa adalah pada pembicaraan ekslusif yang
rasional namun para peneiti mendapatkan hasil yang beragam dengan alasan
mereka menguji teori Hirokawa. Dalam teori itu hal yang penting untuk diingat
adalah metode FOICS dalam sebuah percakapan terdapat proses pengkodean yang
mengabaikan tentang hubungan di dalam atau diluar sebuah kelompok.
A First Look at Communication Theory chapter 19
TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK
(Ernest Bormann)

Kemunculan Teori Konvergensi Simbolik (Symbolic Convegence Theory)


diilhami Robet Bales mengenai komunikasi yang berlangsung dalam kelompok-
kelompok kecil. Namun dalam proses tersebut Bales menemukan kenyataan lain
yang juga menarik minatnya yakni adanya kecenderungaan anggota-anggota
kelompok menjadi dramatis dan kemudian berbagi cerita ketika kelompok
mengalami ketegangan. Bales menyebut fenomena ini sebagai Fantasy theme.
Ernest Bormann kemudian meminjam gagasan tersebut untuk direplikasikan
kedalam tindakan retoris masyarakat dalam skala yang lebih luas dari sekadar
proses komunikasi dalam kelompok kecil.
Mendramatisir Pesan: Interpretasi Kreatif Ada Dan Kemudian
Sebuah pesan mendramatisir adalah salah satu yang berisi bahasa
imajinatif seperti pun atau permainan kata lain, makna ganda, angka berbicara
(misalnya, metafora, simile, personifikasi), analogi, anekdot, alegori, dongeng,
cerita, atau ekspresi kreatif lainnya ide ide. Apapun bentuknya, pesan
mendramatisir menggambarkan peristiwa yang terjadi di tempat lain dan / atau di
waktu lain selain di sini dan sekarang.
Mengapa perbedaan ini sangat penting untuk Bormann dan SCT
pendukung?. Karena pesan mendramatisir yang interpretatif. Mereka tidak respon
spontan dengan pengalaman saat ini. Mereka membantu speaker, dan kadang-
kadang para pendengar, masuk akal keluar dari situasi yang membingungkan atau
membawa beberapa kejelasan masa depan yang pasti. Apakah anggota kelompok
lainnya terhubung dengan citra mereka, pesan mendramatisir adalah interpretasi
kreatif dari sana-dan-kemudian.
Reaksi Fantasy Chain: ledakan Simbolis Terduga
Secara harfiah diartikan sebagai rantai Fantasi. Maksudnya ketika pesan
yang didramatisasi berhasil mendapat tanggapan dari partisipan komunikasi dan
akhirnya meningkatkan intensitas dan kegairahan partisipan dalam berbagi fantasi
yang bekembang maka terjadilah rantai fantasi. Ketika rantai fantasi tecipta tempo
percakapan menjadi meningkat, antusiasme partisipan muncul, dan terjadi
peningkatan rasa empati dan umpanbalik diantara partisipan komunikasi.
peneliti konvergensi simbolik telah memiliki sedikit keberhasilan
memprediksi kapan fantasi akan memicu dan memicu reaksi berantai. Mereka telah
menemukan ada kesempatan yang lebih baik dari fantasi chaining keluar ketika
kelompok frustrasi atau ketika mereka terjebak dalam upaya untuk memecahkan
masalah pelik. Juga, anggota dengan keterampilan retoris tampaknya memiliki
kesempatan yang lebih baik memberikan percikan, tapi tidak ada jaminan bahwa
kata-kata mereka akan memicu orang lain. Dan bahkan ketika gambar-pembuat
terampil tidak memicu rantai fantasi, ia memiliki sedikit kontrol atas mana
pembicaraan akan pergi. Fantasi rantai tampaknya memiliki kehidupan mereka
sendiri. Tetapi sekali rantai fantasi menangkap kebakaran, teori konvergensi
simbolik memprediksi bahwa kelompok akan berkumpul di sekitar tema fantasi.
Fantasy Tema ; Isi, Motif, Isyarat, Jenis
Definisi teknis Bormann untuk fantasi adalah "interpretasi bersama kreatif
dan imajinatif peristiwa yang memenuhi kebutuhan psikologis atau retorika
kelompok ini". Pikiran tema fantasi sebagai isi dari mendramatisir pesan yang
berhasil memicu rantai fantasi. Dengan demikian, itu unit dasar teori tentang
analisis. Karena tema fantasi refl dll dan menciptakan budaya kelompok, semua
peneliti SCT berusaha untuk mengidentifikasi tema fantasi atau tema yang berbagi
anggota kelompok. Ketika melihat, tema fantasi secara konsisten memerintahkan
dan selalu interpretif, dan mereka pasti menempatkan miring kelompok pada hal-
hal. Artinya, tema fantasi bertindak sebagai sarana retorika untuk bergoyang ragu-
ragu atau penentang.
Bormann dan simbolik pendukung teori konvergensi telah menemukan
bahwa banyak tema fantasi yang diindeks oleh isyarat simbolis. Sebuah isyarat
simbolis adalah "yang telah disepakati pemicu yang memicu para anggota
kelompok untuk menanggapi seperti yang mereka lakukan ketika mereka pertama
kali bersama fantasi." Ini bisa menjadi sebuah kata kode, isyarat nonverbal, frase,
slogan, lelucon, stiker, atau cara steno mendirikan kembali kekuatan penuh fantasi
bersama.
Bormann menemukan itu bermanfaat untuk memiliki label untuk
mengklasifikasikan fenomena ini ketika itu terjadi. Dia menggunakan jenis fantasi
istilah untuk menggambarkan ini jalur simbolik usang. jenis fantasi yang "abstraksi
yang lebih besar menggabungkan beberapa tema fantasi beton" dan mereka ada
"ketika berbagi makna diambil untuk diberikan."
Konvergensi Simbolik; Kesadaran Grup dan Kekompakan

Anda mungkin juga menyukai