UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 Theories of Human Communication Chapter 8 KELOMPOK
Fakta menggambarkan sebuah aspek komunikasi kelompok yakni, segala
yang anda katakan dalam sebuah kelompok membantu dalam membangun kelompok apa adanya dan membentuk pekerjaan yang dilakukan kelompok. Disana terdapat topik tujuan sebagai gagasan untuk membangun metateori yang di antaranya yaitu 1) Pesan, peran, dan kepribadian; 2) Lingkungan/sistem/konteks; 3) Interaksi; 4) Keanekaragaman; 5) Struktur kelompok; 6) Tugas kelompok. Penelitian dan teori kontemporer dalam komunikasi kelompok berasal dari sumber yang beragam pada awal abad ke-20. Salah satunya Mary Parker Follet dalam pemikiran integratif. Tulisan Follet dalam tahun 1924 bahwa pemecahan masalah kelompok, organisasi dan komunikasi adalah sebuah tiga langkah proses kreatif dari : 1) Pengumpulan informasi dari para ahli; 2) Menguji informasi dalam pengalaman sehari-hari; 3) Mengembangkan solusi integratif yang sesuai dengan keragaman minat daripada bersaing. TRADISI SOSIOPSIKOLOGIS Teori ini mengarah pada sejenis pesan yang manusia ungkapkan dalam kelompok dan bagaimana semua ini memengaruhi peran kelompok dan kepribadian. Interaction-Process Analysis Robert Bales menggunakan penelitian bertahun-tahunnya sebagai sebuah fondasi, Bales menciptakan sebuah teori terpadu dan dikembangkan dengan baik dari komunikasi kelompok kecil yang bertujuan untuk menjelaskan jenis pesan yang manusia tukar dalam kelompok, dari yang semua membentuk peran dan kepribadian aggota kelompok, dan oleh karena itu, cara mereka memengaruhi semua karakter secara umum pada sebuah kelompok. Dalam kelompok, setiap individu dapat memperlihatkan sikap positif atau gabungan dengan (1) menjadi ramah; (2) mendramatisasi (suka bercerita/berbicara); atau (3) menyetujui. Sebaliknya, mereka juga dapat menunjukan sikap negatif atau sikap campur aduk dengan (1) penolakan; (2) memperlihatkan ketegangan; atau (3) menjadi tidak ramah. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap individu dapat (1) menanyakan informasi; (2) menanyakan opini; (3) meminta saran; (4) memberi saran; (5) memberi opini; dan (6) memberi informasi. Sekarang, kita menyadari bahwa fokus Bales pada perilaku individu membatasi kemampuan teori dalam berkecimpung dalam sistem yang lebih besar, sedangkan pemikiran terkini dalam bidang komunikasi bahwa isu-isu yang sangat luas ini harus dipahami dari intinya. TRADISI SIBERNETIKA Tradisi ini mengingatkan kita bahwa kelompok adalah bagian dari sistem yang lebih besar dalam kekuatan interaksi. Bona Fide Group Theory Kelompok terpercaya (bona fide theory) adalah sebuah peristiwa alamiah kelompok. Linda Putnam dan Cynthia Stohl memulai arah pemikirannya yang disebut kelompok terpercaya sebagai sebuah respons terhadap kritik ini. Kelompok terpercaya memiliki dua karakteristik: batasan yang dapat ditembus dan mereka saling tergantung dengan lingkungan. Batasan kelompok dapat ditembus berarti bahwa apa yang didefinisikan sebagai “di dalam” kelompok atau “di luar” kelompok terkadang tidak jelas, selalu tidak tetap dan sering berubah. Dari prespektif terpercaya, kelompok selalu saling tergantung dengan lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan mempengaruhinya, dan kelompok sebagai gantinya, memengaruhi konteks yang relevan tempat kelompok itu bekerja. Lingkungan adalah sistem interaksi kelompok. Input-Process-Output Model Kelompok sering dipandang seperti sistem sibernatika dimana informasi dan pengaruh datang kepada kelompok (input), kelompok mengolah informasi ini dan hasilnya berputar kembali untuk mempengaruhi orang lain (output). Bersama dengan itu, model ini dikenal sebagai model input proses output. Ide dasar dari masukan, proses, dan hasil dalam kelompok yang berpengaruh pada bagaimana kita melihat mereka, dan kebanyakan peneliti selama bertahun-tahun telah mengikuti model ini. Peneliti melihat pada faktor yang memengaruhi kelompok (input), apa yang terjadi di dalam kelompok (proses), dan hasil (output). Rintangan antarpersonal meliputi keharusan menjelaskan gagasan kepada orang lain, menyikapi masalah, mengatur perbedaan, dan seterusnya. Ketika pekerjaan tugas dan antarpersonal disatukan dengan efektif, sebuah penerapan pengaruh terjadi dimana solusi kelompok atau produk unggul dari pekerjaan perorangan diantara anggota kelompok yang terbaik. Usaha berpikir dari sebuah kelompok sebagai semacam energi. Beberapa energi ini masuk ke dalam tugas pemecahan rintangan, dan sebagian besar lagi berhubungan dengan rintangan antarpersonal. Raymond Cattle menggunakan istilah synergy untuk usaha kelompok ini. Jumlah energi yang dipakai dalam isu antar personal disebut intrinsic synergy, dan sisa energi yang ada untuk tugas disebut effective synergy. Jika sinergi efektif tinggi, tugas akan dapat dituntaskan dengan efektif; jika tidak, penyelesaiannya akan buruk. Pengalaman dalam dua kelompok ini menunjukkan kepentingan sinergi antarpersonal atau sinergi intrinsik (intrinsic synergy) dan menghasilkan hubungan atau sinergi efektif (effective synergy). Fisher`s Interaction Analysis Sebuah interaksi adalah tindakan dari seseorang yang diikuti dengan tindakan yang lainnya. Di sini, unit analisis tidak pada pesan seseorang, seperti memberi saran, tetapi bagian dari tindakan yang berkesinambungan, seperti memberi saran dan meresponsnya. Walaupun potensi kegunaan dengan menganalisis dimensi hubungan dalam sebuah kelompok diskusi, Fisher berkonsentrasi pada dimensi isi. Karena hampir semua ulasan dalam tugas kelompok dihubungkan dengan satu cara atau usulan lain demi sebuah keputusan beserta tindakan atau hasil dimana semua orang dapat menyetujui, Fisher menggolongkan pernyataan yang berhubungan dengan bagaimana respon mereka terhadap usulan keputusan. Dalam teori pengambilan keputusan ini, Fisher mengutip empat fase melalui tugas kelompok yang cenderung mengolah: orientasi, konflik, kemunculan, dan penguatan. Dalam mengamati penyebaran interaksi melalui fase ini, Fisher memerhatikan jalannya perubahan interaksi sebagai sebuah keputusan kelompok yang telah diformulasikan dan dikuatkan. Effective Intercultural Work Group Theory John Oetzel menggunakan model input proses output dalam membentuk variable-variable penting yang mempengaruhi fungsi kelompok. Tertarik dalam perbedaan sebagaimana dengan keefektifan kelompok, Oetzel menciptakan sebuah model yang secara budaya membedakan kelompok, menghadapi input tertentu, menciptakan hasil melalui komunikasi yang kembali mempengaruhi keadaan ketika kelompok sedang bekerja. Ini adalah lingkaran sibernetika sempurna: input proses menghasilkan keadaan. Perbedaan budaya yang paling penting dibagi dalam tiga kelompok Wilayah perbedaan pertama adalah individualisme kolektivisme. Banyak budaya cenderung berorientasi individualistis. Anggota budaya individualistis cenderung berpikir sendiri-sendiri dan mengutamakan tujuan mereka sendiri daripada tujuan kelompok. Kehendak diri atau bagaimana anggota memikirkan mereka sendiri. Ada dua tipe dasar-bebas dan saling ketergantungan. Urusan rupa, atau perasaan dalam bagaimana anggota mengatur kesan pribadi. Rupa diri adalah kesan seseorang, rupa lain melibatkan kesan orang lain, dan rupa bersama mencakup hubungan antara diri dan orang lain. Dengan menggunakan model input proses, Oetzel memperlihatkan bahwa kualitas komunikasi memengaruhi kedua tugas dan hubungan keefektifan. Karena kelompok adalah bagian dari sistem yang lebih besar-mereka mengambil masukan dari ssstem dan menimbulkan hasil-tradisi sibernetika telah menjadi hal yang penting dalam memahami hubungan ini. Salah satunya adalah bahwa tindakan kelompok lebih dari sejumlah tindakan individu, yaitu hasil dari interaksi. Ide utama kedua adalah bahwa output dari kelompok selalu memberikan timbal balik yang memengaruhi kinerja kelompok. TRADISI SOSIOKULTURAL Akhirnya, kita menyimpulkannya dengan teori pemikiran kelompok yang berfokus secara spesifik pada struktur kelompok dan tugas kelompok. Kedua topik ini berkaitan sangat erat, seperti teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini. Secara spesfik ada tiga teori pada bagian ini. Structuration Theory Anthony Giddens dan pengikutnya menyebutkan bahwa tindakan manusia adalah sebuah proses produksi dan reproduksi dalam berbagai macam sistem sosial. Dengan kata lain, ketika kita berkomunikasi satu sama lain, kita menciptakan struktur yang memberi jarak dari lembaga lembaga sosial budaya yang lebih besar dengan hubungan individu yang lebih kecil. Gidden percaya bahwa penyusunan selalu melibatkan tiga dimensi utama: (1) sebuah penafsiran atau pemahaman; (2) sebuah rasa moralitas atau tindakan yang layak; dan (3) rasa berkuasa dalam bertindak. Aturan yang kita gunakan sebagai petunjuk bagi tindakan anda, dengan kata lain, memberi tahu kita bagaimana sesuatu sebaiknya dipahami (interpretasi), apa yang sebaiknya dilakukan (moralitas), dan bagaimana menuntaskannya (kekuatan). Pada gilirannya, tindakan kita memperkuat semua struktur interpretasi, moralitas, dan kekuatan. Teori ini mengajarkan bahwa pengambilan keputusan kelompok adalah sebuah proses dimana anggota kelompok berusaha untuk mencapai penyatuan, atau kesepakatan, pada kesepatan akhir , dan, dengan demikian, menyusun sistem sosial mereka. Proses penyusunan ini terjadi dalam tiga kemungkinan yang dikutip oleh Gidden-interpretasi, moralitas, dan kekuatan. Pertama, karakteristik tujuan tugas (objective characteristics task), yang melengkapi standar tugas, seperti tingkatan yang masalah muncul sebelum solusi dibuat, kejelasan masalah, kebutuhan seseorang ahli, keluasan akibat dari masalah, sifat dan jumlah nilai implisit dalam masalah, apakah solusinya tindakan satu langkah atau akan memiliki implikasi yang lebih luas. Kedua, Karakteristik tugas klompok (group task characteristics). Mereka menyertakan pengalaman kelompok sebelumnya terhadap permasalahan, perluasan yang membutuhkan sebuah solusi inovatif seperti halnya berlawanan dengan pengadopsian serangkaian tindakan standar, dan keputusan dalam keadaan mendesak. Ketiga, Karakteristik struktur kelompok (group structural characteristics), meliputi kepaduan, distribusi kekuatan, sejarah konflik, dan ukuran kelompok. Jika kelompok anda memiliki banyak anggota, memberi petugas kekuatan yang paling besar, dan memiliki sejarah konflik, salah satu proses akan berguna, namun jika kelompok itu kecil, padu dan berbagi kekuatan, mungkin akan menggunakan cara lain. Functional Theory Teori funsional dalam komunikasi kelompok memandang proses sebagai sebuah instrumen dimana kelompok membuat keputusan, menekankan hubungan antara kualitas komunikasi dan hasil dari kelompok. Komunikasi melakukan sejumlah hal atau fungsi dengan banyak cara untuk menentukan hasil kelompok. Ini adalah sarana untuk berbagi informasi, cara anggota kelompok menyelidiki dan mengidentifikasi kerusakan dalam pemikiran, dan sebuah cara persuasi. Proses pemecahan masalah menurut John Dewey memiliki enam langkah: (1) mengungkapkan kesulitan; (2) menjelaskan permasalahan; (3) menganalisis masalah (4) menyarankan solusi; (5) membandingkan alternatif dan menguji mereka dengan tujuan dan kriteria yang berlawanan; (6) mengamalkan solusi yang terbaik. Teori dari tradisi fungsional menyebut cara berkomunikasi yang mempengaruhi tiap-tiap elemen ini. Groupthink Theory Irving Janis dan koleganya mengembangkan hipotesis pemikiran kelompok (groupthink hypothesis) dari sebuah pengujian efektivitas proses pengambilan keputusan secara mendetail. Menekankan pemikiran kritis, Janin menunjukan bagaimana kondisi tertentu dapat membawa kepuasan bagi kelompok, tetapi dengan hasil yang tidak efektif. Pemikiran kelompok adalah sebuah hasil langsung terhadap kepaduan kelompok yang telah dibahas beberapa bagian oleh Kurt Lewin pada yahun 1930- an dan semenjak dilihat sebuah variable penting dalam keefektifan kelompok. Kepaduan (cohesiveness) adalah tingkatan minat ganda di antara anggota kelompok. Kepaduan adalah sebuah hasil dari tingkatan yang semua anggota merasa bahwa tujuan mereka dapat tercapai dalam golongan. TRADISI KRITIK Feminist Critique of Small Group Theory Bales membuat pembeda dasar antara tugas dan usaha emosi social. Pemikir feminis mempertanyakan dasar pembagian kerja kelompok dalam persamaan tugas dengan pria dan wanita dengan emosi, menyarankan pembagian ini dapat menjadi hasil dari sistem kode Bales. Sama halnya para pemikir ini mempertanyakan temuan yang menyarankan bahwa tugas kelompok laki-laki di luar tugas perempuan. Mereka menyarankan bahwa definisi dan tugas yang digunakan dalam membuat pembedaan kritis jika dibutuhkan adanya tugas sosial, contohnya kelompok wanita di luar pekerjaan laki-laki. Feminis juga mempertanyakan penelitian yang menyarankan bahwa wanita lebih menunjukan sisi seksual dalam kelompok dari pada pria. Pemikir kritis feminis meminta para peneliti menguji asumsi yang mereka buat tentang seks dan gender dalam kelompok kecil dan tidak membuat keputusan berdasarkan dugaan atau pandangan tradisional tentang seks dan gender. Agaknya, mereka menyarankan bahwa seks dan gender merumitkan pemahaman kita dalam bagaimana fungsi kelompok dan setiap usaha harus dapat memahami semua dimensi campur tangan dan berfungsi dalam kelompok. A First Look at Communication Theory chapter 18 PERSPEKTIF FUNGSIONAL TENTANG PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK (Randy Hirokawa & Dennis Gouran)
Perspektif fungsional adalah sebuah pendekatan perspektif yang
menjelaskan dan memprediksikan kinerja kelompok tugas ketika empat fungsi komunikasi dipenuhi. Perspektif fungsional yang dijelaskan pada bab ini mengilustrasikan kebijaksanaan interaksi bersama. EMPAT FUNGSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG EFEKTIF Hirokawa dan Gouran menganalogikan kelompok-kelompok kecil sebagai sistem biologi yang memiliki fungsi tersendiri. Agar suatu sistem dapat menjalankan fungsinya dengan baik, diperlukan suatu jalur atau cara. Hirokawa dan Gouran melihat proses decision making dalam suatu kelompok perlu memenuhi empat syarat untuk mengahasilkan solusi atau keputusan high-quality. Mereka menyebutnya sebagai requisite functions (fungsi-fungsi yang diperlukan) dalam proses decision making, yang terdiri atas: 1. Analysis of the Problem Hirokawa menyatakan bahwa contoh yang paling jelas dari analisis kesalahan adalah kegagalan untuk mengenali potensi ancaman ketika hal itu benar- benar ada. Setelah orang mengetahui suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, mereka harus menjelaskan tentang sifat, tingkatan, dan mungkin penyebab masalah yang dihadapi oleh kelompok. Analisis masalah adalah menentukan sifat, tingkatan, dan penyebab masalah yang dihadapi oleh kelompok. 2. Goal Setting Hirokawa dan Gouran menganggap pembahasan tentang sasaran dan tujuan sebagai fungsi syarat kedua dalam pengambilan keputusan. Sebuah kelompok perlu menetapkan kriteria untuk menilai penyelesaian. Penetapan tujuan adalah menetapkan kriteria guna menilai solusi yang diusulkan. Karena para anggota kelompok harus memahami dengan jelas apa yang sedang mereka coba capai. 3. Identification of Alternatives Hirokawa dan Gouran menekankan pentingnya menyusun solusi-solusi alternatif yang bisa dipilih anggota kelompok. Menurut mereka, jika tidak ada anggota yang menawarkan solusi alternatif yang mungkin digunakan, maka solusi yang ditawarkan relatif sedikit, dan kemungkinan menemukan jawaban yang tepat dan dapat diterima, juga rendah. 4. Evaluation of Positive and Negative Characteristics Setelah suatu kelompok mengenali solusi-solusi alternatif, para peserta harus berhati-hati untuk menguji kebaikan relatif dari masing-masing pilihan dibandingkan dengan kriteria yang mereka yakini penting. Perbandingan poin demi poin ini tidak terjadi secara otomatis. Hirokawa dan Gouran memperingatkan bahwa kelompok-kelompok akan menjadi lemah dan seringkali memerlukan salah seorang anggota untuk mengingatkan orang lain agar mempertimbangkan ciri-ciri positif dan negatif dari masing-masing alternatif. Evaluasi tentang ciri-ciri positif dan negatif adalah menguji kebaikan relatif dari masing-masing pilihan terhadap kriteria yang dipilih; yang mempertimbangkan untung ruginya. MEMPRIORITASKAN EMPAT FUNGSI Hirokawa dan Gouran menyatakan bahwa keempat fungsi semuanya perlu disempurnakan untuk memaksimalisasi peluang keputusan yang berkualitas, tetapi bahwa tidak ada satu fungsi tunggal yang lebih sentral daripada yang lain. Tidak ada satu agenda kelompok yang melakukan pekerjaan secara lebih baik. Selama kelompok itu bertujuan untuk menghadapi keempat fungsi semuanya, maka rute yang diambil oleh para anggotanya tidak tampak menimbulkan banyak perbedaan. Akan tetapi, Hirokawa menambahkan bahwa kelompok-kelompok yang berhasil memecahkan permasalahan yang sulit seringkali membuat jalan pengambilan keputusan yang biasa. Salah satu kesalahan yang disebutkan adalah asumsi Hirokawa dan Gouran bahwa masing-masing fungsi syarat sama-sama penting. Penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konsekuensi dari solusi alternatif selama ini merupakan yang paling penting untuk memperoleh sebuah keputusan yang berkualitas. Hirokawa juga menyebutkan teori fungsional ketika ia ingin membedakan penelitiannya dari pemikiran kelompok Janis, kategori interaksi Bales atau penelitian lain yang membawa perspektif fungsional kearah komunikasi kelompok. PERAN KOMUNIKASI DALAM MEMENUHI FUNGSI Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa diskusi antar para anggota memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas keputusan kelompok. Interaksi verbal memungkinkan bagi para anggota untuk (1) mendistribusikan dan mengumpulkan informasi, (2) menangkap dan memperbaiki kesalahan, dan (3) saling mempengaruhi satu sama lain. Hampir sama dengan konsep kegaduhan (bunyi) saluran Shannon dan Weaver yang menyebabkan hilangnya informasi, peneliti kelompok Ivan Steiner menyatakan bahwa: Meskipun tidak mengubah pandangan tradisionalnya, Hirokawa percaya bahwa komunikasi memainkan peran yang lebih aktif dalam menciptakan keputusan yang lebih berkualitas. Seperti halnya konstruksionis sosial, ia menganggap diskusi kelompok sebagai alat yang digunakan oleh anggota kelompok untuk menciptakan realita sosial dimana keuputusan dibuat. Diskusi mengerahkan dampaknya senciri terhadap produk akhir kelompok. Sesuai dengan keyakinan ini, Hirokawa dan Gouran menguraikan tiga jenis komunikasi dalam kelompok pengambilan keputusan yaitu: 1. Promotif – interaksi yang menggerakkan kelompok disepanjang jalur tujuan dengan menarik perhatian kepada salah satu dari empat fungsi pengambilan keputusan. 2. Mengganggu – interaksi yang mengalihkan, memperlambat atau menghalangi kemampuan anghota kelompok untuk mencapai Keempat fungsi tugas. 3. Kounteraktif – interaksi yang digunakan oleh para anggota untuk membuat kelompok kembali ke lintasan. Hirokawa dan Gouran mengungkapkan bahwa sebagian besar komentar dari para anggota kelompok mengganggu bukan meningkatkan perkembangan kearah tujuan. Maka dari itu, mereka menyimpulkan bahwa “pengambilan keputusan kelompok yang efektif mungkin paling baik dipahami sebagai konsekuensi dari pengaruh kounteraktif. Dengan kata lain, seseorang harus mengatakan sesuatu yang akan membuat kelompok kembali ke lintasan. Hirokawa telah melakukan upaya yang berulang-ulang untuk mengembangkan sistem pengkodean percakapan yang mengklasifikasikan fungsi pernyataan-pernyataan tertentu. Sistem Pengkodean Interaksi yang Berorientasi Kepada Fungsi (FOICS) Hirokawa menuntut para peneliti agar mengelompokkan setiap ujaran fungsional yang merupakan “sebuah pernyataan yang tak terganggu dari salah seorang anggota yang tampaknya menjalankan sebuah fungsi yang telah ditetapkan dalam proses interaksi. FOICS (Sistem Pengkodean Interaksi yang Berorientasi Kepada Fungsi) adalah suatu alat untuk mencatat dan mengklasifikasi fungsi ujaran selama diskusi suatu kelompok. SARAN BIJAKSANA UNTUK MEREKA YANG TAHU MEREKA BENAR Kita juga dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk mempromosikan pemikiran yang jernih dalam suatu kelompok. Pragmatisme Dewey didasarkan pada asumsi yang berharap bahwa keputusan praktis dapat dikendalikan lebih cerdas melalui proses penyelidikan rasional. Dia menganjurkan proses enam-langkah berpikir reflektif yang sejajar seperti pendekatan dokter untuk mengobati pasien. Berpikir reflektif adalah berpikir yang menguntungkan pertimbangan rasional tentang firasat naluri atau tekanan dari pihak luar. (1). Kenali gejala penyakit; (2). Mendiagnosis penyebab penyakitnya; (3). Menetapkan kriteria untuk kesembuhan; (4). Pertimbangkan solusi yang mungkin; (5). Pengujian untuk menentukan solusi yang akan bekerja; (6). Melaksanakan atau menentukan solusi terbaik. REFLEKSI ETIS: ETIKA WACANA HABERMAS Jurgen Habermas menunjukkan sebuah proses kelompok rasional yang melaluinya orang dapat menentukan yang benar dari yang salah, suatu jenis keputusan yang berbeda dibandingkan dengan penelitian Hirokawa dan Gouran. Pendekatan etis Habermas mencari diskusi menurut fakta tentang apa yang kita lakukan dalam situasi tertentu dan mengapa kita memutuskan untuk melakukannya. Bersikap etis berarti bertanggungjawab. Habermas berasumsi bahwa orang-orang didalam suatu budaya atau komunitas tertentu mungkin sangat setuju dengan kebaikan yang ingin mereka capai dan dari waktu mereka membangun kebijaksanaan praktis tentang bagaimana cara untuk mencapainya. Etika Wacana adalah pandangan Jurgen Habermas tentang situasi pembicaran ideal dimana partisipan yang beraneka ragam dapat secara rasional mencapai sebuah kesepakatan tentang standard etika yang universal. Etika wacan Habermas merancang sebuah uji diskursif untuk validitas prnyataan moral ia yakin bahwa validitas dari suatu kesepakatan etis hanya dapat dicari apabila ketiga syarat berikut ini dipenuhi: 1. Syarat akses (requirement for access) Semua yang orang dipengaruhi oleh norma etis yang sedang diperdebatkan dapat memperhatikan dan didengarkan tanpa memandang status mereka. 2. Syarat argument (requirement for argument) Semua partisipan diharapkan akan mengubah pandangan mereka dalam semengat timbal balik yang sungguh- sungguh dan saling memahami. 3. Syarat pembenaran (requirement for justification). Setiap orang memiliki komitmen terhadap standard universalisasi. KRITIKAN: APAKAH RASIONALITAS DINILAI TERLALU TINGGI? Dalam kritik mereka tentang perspektif fungsional, Cynthia Stohl dan Michael Holmes menjelaskan mengapa hal itu sangat diperhatikan. Mengkritik pernyataan Hirokawa dan Gouran mengenai perspektif fungsional dengan pernyataan bahwa premis dasar perspektif dalam sebuah komunikasi menyajikan fungsi tugas dan dalam pemenuhan fungsi-fungsi harus dikaitkan dengan keputusan kelompok afektif, intuitif menarik dan masuk akal . juga memenuhi standar teori obyektif dalam hal menjelaskan secara sederhana. Akibatnya banyak sarjana komunikasi mendukung teori ini sebagai model untuk diskusi kelompok dan pengambilan keputusan. Focus hirokawa adalah pada pembicaraan ekslusif yang rasional namun para peneiti mendapatkan hasil yang beragam dengan alasan mereka menguji teori Hirokawa. Dalam teori itu hal yang penting untuk diingat adalah metode FOICS dalam sebuah percakapan terdapat proses pengkodean yang mengabaikan tentang hubungan di dalam atau diluar sebuah kelompok. A First Look at Communication Theory chapter 19 TEORI KONVERGENSI SIMBOLIK (Ernest Bormann)
Kemunculan Teori Konvergensi Simbolik (Symbolic Convegence Theory)
diilhami Robet Bales mengenai komunikasi yang berlangsung dalam kelompok- kelompok kecil. Namun dalam proses tersebut Bales menemukan kenyataan lain yang juga menarik minatnya yakni adanya kecenderungaan anggota-anggota kelompok menjadi dramatis dan kemudian berbagi cerita ketika kelompok mengalami ketegangan. Bales menyebut fenomena ini sebagai Fantasy theme. Ernest Bormann kemudian meminjam gagasan tersebut untuk direplikasikan kedalam tindakan retoris masyarakat dalam skala yang lebih luas dari sekadar proses komunikasi dalam kelompok kecil. Mendramatisir Pesan: Interpretasi Kreatif Ada Dan Kemudian Sebuah pesan mendramatisir adalah salah satu yang berisi bahasa imajinatif seperti pun atau permainan kata lain, makna ganda, angka berbicara (misalnya, metafora, simile, personifikasi), analogi, anekdot, alegori, dongeng, cerita, atau ekspresi kreatif lainnya ide ide. Apapun bentuknya, pesan mendramatisir menggambarkan peristiwa yang terjadi di tempat lain dan / atau di waktu lain selain di sini dan sekarang. Mengapa perbedaan ini sangat penting untuk Bormann dan SCT pendukung?. Karena pesan mendramatisir yang interpretatif. Mereka tidak respon spontan dengan pengalaman saat ini. Mereka membantu speaker, dan kadang- kadang para pendengar, masuk akal keluar dari situasi yang membingungkan atau membawa beberapa kejelasan masa depan yang pasti. Apakah anggota kelompok lainnya terhubung dengan citra mereka, pesan mendramatisir adalah interpretasi kreatif dari sana-dan-kemudian. Reaksi Fantasy Chain: ledakan Simbolis Terduga Secara harfiah diartikan sebagai rantai Fantasi. Maksudnya ketika pesan yang didramatisasi berhasil mendapat tanggapan dari partisipan komunikasi dan akhirnya meningkatkan intensitas dan kegairahan partisipan dalam berbagi fantasi yang bekembang maka terjadilah rantai fantasi. Ketika rantai fantasi tecipta tempo percakapan menjadi meningkat, antusiasme partisipan muncul, dan terjadi peningkatan rasa empati dan umpanbalik diantara partisipan komunikasi. peneliti konvergensi simbolik telah memiliki sedikit keberhasilan memprediksi kapan fantasi akan memicu dan memicu reaksi berantai. Mereka telah menemukan ada kesempatan yang lebih baik dari fantasi chaining keluar ketika kelompok frustrasi atau ketika mereka terjebak dalam upaya untuk memecahkan masalah pelik. Juga, anggota dengan keterampilan retoris tampaknya memiliki kesempatan yang lebih baik memberikan percikan, tapi tidak ada jaminan bahwa kata-kata mereka akan memicu orang lain. Dan bahkan ketika gambar-pembuat terampil tidak memicu rantai fantasi, ia memiliki sedikit kontrol atas mana pembicaraan akan pergi. Fantasi rantai tampaknya memiliki kehidupan mereka sendiri. Tetapi sekali rantai fantasi menangkap kebakaran, teori konvergensi simbolik memprediksi bahwa kelompok akan berkumpul di sekitar tema fantasi. Fantasy Tema ; Isi, Motif, Isyarat, Jenis Definisi teknis Bormann untuk fantasi adalah "interpretasi bersama kreatif dan imajinatif peristiwa yang memenuhi kebutuhan psikologis atau retorika kelompok ini". Pikiran tema fantasi sebagai isi dari mendramatisir pesan yang berhasil memicu rantai fantasi. Dengan demikian, itu unit dasar teori tentang analisis. Karena tema fantasi refl dll dan menciptakan budaya kelompok, semua peneliti SCT berusaha untuk mengidentifikasi tema fantasi atau tema yang berbagi anggota kelompok. Ketika melihat, tema fantasi secara konsisten memerintahkan dan selalu interpretif, dan mereka pasti menempatkan miring kelompok pada hal- hal. Artinya, tema fantasi bertindak sebagai sarana retorika untuk bergoyang ragu- ragu atau penentang. Bormann dan simbolik pendukung teori konvergensi telah menemukan bahwa banyak tema fantasi yang diindeks oleh isyarat simbolis. Sebuah isyarat simbolis adalah "yang telah disepakati pemicu yang memicu para anggota kelompok untuk menanggapi seperti yang mereka lakukan ketika mereka pertama kali bersama fantasi." Ini bisa menjadi sebuah kata kode, isyarat nonverbal, frase, slogan, lelucon, stiker, atau cara steno mendirikan kembali kekuatan penuh fantasi bersama. Bormann menemukan itu bermanfaat untuk memiliki label untuk mengklasifikasikan fenomena ini ketika itu terjadi. Dia menggunakan jenis fantasi istilah untuk menggambarkan ini jalur simbolik usang. jenis fantasi yang "abstraksi yang lebih besar menggabungkan beberapa tema fantasi beton" dan mereka ada "ketika berbagi makna diambil untuk diberikan." Konvergensi Simbolik; Kesadaran Grup dan Kekompakan
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita