Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yoga Permana

Nim : 5116059
Kelas : Public Relation / R2
Dosen : DR. Fal. Harmonis, M.Si

RANGKUMAN TUGAS KOMUNIKASI ORGANISASI

Signifikansi KOR

Dalam bukunya yang terkenal dengan judul “The functions of the Executive”, Chester Barnard (dalam
Devito, 1996) mengamati “Dalam suatu teori organisasi yang mendalam, komunikasi akanmenjadi pusat
pembahasan, karena struktur, keluasan dan lingkup organisasi hampir seluruhnya ditentukan oleh
berbagai teknik komunikasi”.
Dengan bahasa yang lebih lugas dan tegas dapat dinyatakan bahwa komunikasi organisasi penting untuk
dipahami karena proses penyampai ataupun pertukaran pesan dalam organisasi atau disebut dengan istilah
komunikasi organisasi (Komor atau Kor) merupakan “Lifeblood” atau urat nadi (darah kehidupan) dari
sebuah organisasi. “Lifeblood of an organization”.

Fokus Kajian KOR

Pada proses penyampaian (send) ataupun pertukaran (exchange) pesan antara orang-orang yang berada
dalam suatu jaringan, sistem, baik yang bersifat formal maupun nonformal guna untuk mencapai tujuan
bersama (organisasi).

Definisi KOR

Devito (1996) berpendapat bahwa komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam kelompok formal maupun informal organisasi.
Pace and Faules menyatakan bahwa komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan
penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.

Pemahaman organisasi berdasarkan perspektif komunikasi


Dalam konteks studi ini yang dimaksudkan adalah perspektif ataupun pendekatan yang digunakan
ataupun terdapat dalam komunikasi organisasi dalam (guna) memahami organisasi. Sasa Djuarsa Sendjaja
dkk (1994) mengklasifikasikannya kepada 4 pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan struktur dan fungsi organisasi
2. Hubungan manusiawi (Human Relations).
3. Komunikasi sebagai proses pengorganisasian, dan
4. Pendekatan organisasi sebagai kultur.

Pengertian Komunikasi

Beragam pendapat yang dikemukakan oleh scholar atau sarjana tentang yang dimaksudkan dengan
komunikasi (lebih kurang 126 buah, Frank EX. Dance dalam Sendjaja, 1998: 7). Namun jika ditarik
benang hijau maka dapat dirangkum dalam sebuah kalimat “Proses penyampaian ataupun pertukaran
pesan dengan sebuah maksud ataupun tidak (maksud) sesuatu”.

Karakteristik Komunikasi
1.Proses
2.Disengaja dan mempunyai tujuan
3.Menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari partisipan komunikasi.
4.Bersifat simbolik
5.Bersifat transaksional.
6.Menembus ruang dan waktu.

Prinsip Dasar Proses Komunikasi


Harus ada:

1.Sumber/Pengirim atau yang melakukan pertukaran pesan.


2.Pesan yang dikirimkan ataupun dipertukarkan.
3.Media sebagai alat penyampaian atau penghubungan pesan dari satu pihak kepada yang lain.
4.Penerima atau yang melakukan penyampaian atau pertukaran pesan kembali.

Tingkatan Proses Komunikasi

6. Komunikasi dengan
Masyarakat luas
5. Komunikasi Organisasi
4. Komunikasi Kelompok
3. Komunikasi dlm Kelompok
2. Komunikasi Antar Pribadi
1. Komunikasi Intra Pribadi

Pengertian Model

Littlejohn (1983: 12) mengatakan bahwa “In a board sense the term model can apply to any symbolic
representation of a thing process, or idea”. Artinya, dalam pengertian luas, pengertian model menunjuk
pada setiap refresentasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide.

Fungsi Model

Menurut Deutch, 1966, seperti yang dikutip oleh Sendjaja dkk (PIK, UT, 1998, hal. 54).
“Model dalam konteks ilmu pengetahuan social, mempunyai empat (4) fungsi. Pertama, fungsi
mengorganisasikan. Artinya, model membantu kita mengorganisasikan sesuatu hal dengan cara
mengurut-urutkan serta mengaitkan satu bagian/system dengan bagian/system lainnya, sehingga kita
memperoleh gambaran yang menyeluruh, tidak sepotong-sepotong.
Kedua, model membantu menjelaskan. Meskipun model pada dasarnya tidak berisikan penjelasan, namun
model membantu kita dalam menjelaskan tentang suatu hal melalui penyajian informasi yang sederhana.
Tanpa model, informasi tentang suatu hal akan tampak rumit atau tidak jelas (ada pepatah yang
mengatakan begini; Hadits berdalil atau harus ada dalilnya, kata bermisal atau harus ada contohnya, pen.).
Ketiga, fungsi “heuristik”. Artinya, melalui model, kita akan dapat mengetahui sesuatu hal secara
keseluruhan. Karena, model membantu kita dengan memberikan gambaran tentang komponen-komponen
pokok dari sebuah proses atau system.
Keempat, fungsi prediksi. Melalui model, kita dapat memperkirakan tentang hasil atau akibat yang akan
dapat dicapai. Oleh karena itu, dalam dunia ilmiah model ini sangat penting, karena dapat dipergunakan
sebagai dasar bagi para peneliti dalam merumuskan hipotesis, yakni pernyataan-pernyataan yang
berisikan penjelasan mengenai kemungkinan adanya hubungan sebab-akibat antara satu factor dengan
factor/factor-faktor lainnya”.
Model Dasar

Denis McQuail dan Sven Windahl (1981) dalam bukunya menginventaris dan menjelaskan 28 buah
model komunikasi. Kedua puluh delapan model komunikasi ini, menurut McQuail dan Windahl dapat
diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, iaitu:
1.Disebut dengan istilah model-model dasar komunikasi.
2.Berkenaan dengan model pengaruh personal, penyebaran dan dampak komunikasi massa terhadap
perorangan.
3.Model tentang efek komunikasi massa terhadap kebudayaan dan masyarakat.
4.Model yang memusatkan perhatian pada khalayak, dan
5.Model komunikasi tentang system, produksi, dan alur media massa.

Pengertian Organisasi

Beragam pendapat yang dikemukakan oleh para sarjana (scholar), namun pada prinsipnya kesemua
pendapat tersebut tidak jauh berbeda, iaitu pada organisasi harus ada:
1.Adanya sistem kerjasama
2.Adanya sekelompok orang yang bekerja sama, dan
3.Adanya proses pembagian kerja
(The Liang Lie, dalam bukunya yang berjudul Administrasi Perkantoran Modern, Terj.)
Untuk itu, pada organisasi harus terdapat pembagian kerja, sebab pekerjaan baru dapat dijalankan dengan
baik jika pada organisasi bersangkutan terdapat pembagian kerja, mengingat tidak semua orang dapat
melakukan setiap pekerjaan. Dan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik jika dilakukan secara
profesional dan ini hanya akan terjadi jika setiap pekerja dikelompokkan ke dalam berbagai-bagai bidang
pekerjaan sesuai dengan kompetensi atau kepakaran dan keahliannya.

Pendekatan Organisasi

Goldhaber (1990) berpendapat terdapat tiga pendekatan ataupun alairan utama teori organisasi, yaitu:
1.Pendekatan ataupun teori klasik
2.Pendekatan ataupun aliran Human Relations (HR).
3.Pendekatan ataupun aliran sistem social

- Pendekatan klasik
Goldhaber (1990) berpendapat bahwa pendekatan pendekatan (teori) organisasi klasik mengajukan
pertanyaan seputar:
1.Pembagian kerja (bagaimana pembagian pekerjaan);
2.Pembagian tenaga kerja (bagaimana tenaga kerja dibagi).

- Pendekatan Human Relations (HR)


Berkenaan dengan pendekatan Human Relations menurut Goldhaber (1990), pertanyaan yang diajukan
berkisar diseputar:
1.Peran apa yang dilakukan setiap orang dalam organisasi;
2.Status hubungan apa yang dihasilkan dari berbagai peran.

- Pendekatan Sistem Sosial


Sedangkan yang berkenaan dengan pendekatan sistem, menurut Goldhaber (1990) yang menekankan
(fokus) pada hubungan bagian-bagian organisasi secara keseluruhan. Pertanyaan yang umumnya,
lazimnya diajukan adalah yang berkenaan dengan seputar.
-Pendekatan Kultur
Devito (1996) mengatakan bahwa pendekatan atau perspektif kultural memandang organisasi dan para
pekerjanya memiliki seperangkat nilai dan tujuan yang sama. Seperti halnya warganegara di dalam
sebuah negara, para pekerja berkontribusi untuk pertumbuhan dan kemakmuran organisasi.

Teori-teori organisasi
Pace and Faules (1994) membagi teori organisasi kepada:
1.Teori struktural klasik.
2.Teori tradisional dan
3.Teori mutakhir.

- Teori Struktural Klasik


Karya Blau dan Scott (dalam Pace and Faules, 1994) merupakan landasan bagi teori struktural klasik
tentang organisasi. Keduanya membedakan antara struktur umum organisasi sosial dan struktur lebih
spesifik yang disebutnya dengan istilah organisasi formal.

-Teori Tradisional
Pace and Faules (1994) berpendapat bahwa teori tradisional merupakan teori transisi dari teori klasik
tentang organisasi dan manajemen kepada teori sistem dan perilaku yang lebih mutakhir.

-Teori Mutakhir
Teori ini memberikan perhatian penting pada aspek adaptasi terhadap lingkungan atau dinamika ‘dunia
luar’. Teori ini beranggapan bahwa human relation saja tidak cukup, tapi organisasi juga harus bersifat
adaptif. Organisasi tidak bisa eksis jika tidak memperhatikan perkembangan lingkungan di mana
organisasi itu tumbuh.

Fungsi Komunikasi dalam Organsasi


Sendjaja dkk (1994) berpendapat bahwa dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi komersial maupun
sosial (termasuk politik, Pen.) tindak komunikasi (communication act) dalam organisasi atau lembaga
melibatkan empat (4) fungsi sebagai berikut:
1.Fungsi Informasi
2.Fungsi Regulasi
3.Fungsi Persuasi dan
4.Fungsi Integrasi

-Fungsi Informasi
Menurut Sendjaja dkk (1994), organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi
(information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

-Fungsi Regulasi
Berkenaan dengan fungsi regulasi, Sendjaja dkk (1994) menyatakan bahwa fungsi regulatif berkaitan
dengan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Dalam konteks fungsi regulatif tersebut, menurut
Sendjaja dkk (1994) lebih lanjut, terdapat 2 hal yang berpengaruh terhadap keberfungsiannya:
1.Atasan atau individu yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan
untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
2.Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya,
bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan yang tidak untuk
dilaksanakan.
-Fungsi Persuasi
Sendjaja dkk (1994) mengatakan bahwa dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan
tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu kebanyakan pimpinan lebih
suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Karena pekerjaan yang dilakukan
dengan sukarela akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dari atasan jika dibandingkan dengan
sering memperlihatkan kekuasaan ataupun kewenangan.

-Fungsi Integrasi
Sendjaja dkk (1994) berpendapat bahwa setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan para karyawannya untuk melaksankan tugas ataupun pekerjaan dengan baik.
Terdapat dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan tugas ataupun pekerjaan tersebut:
1.Saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter, bulettin dsbnya)
dan laporan kemajuan organisasi.
2.Saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat, pertandingan
olahraga dsbnya.

Komunikasi Organisasi dan Motivasi


1.Pengantar
2.Konsep Motivasi
3.Perbedaan pemahaman internal organisasi tentang motivasi; management – pegawai
4.Teori motivasi
5.Teori defisiensi motivasi
6.Teori ekspektasi (harapan) dan motivasi dan
7.Teori persepsi tentang motivasi.

Konsep Motivasi
Pace and Faules (1994) mengatakan bahwa motivasi berada pada diri seseorang. Tidak seorangpun yang
mampu memotivasi orang lain. Seseorang memotivasi dirinya sendiri. Dengan demikian bermakna bahwa
apakah seseorang terdorong atau tidak untuk melakukan sesuatu, hal tersebut tergantung pada dirinya
sendiri. Untuk itu, tidaklah mengherankan jika ada orang yang rajin, malas ataupun terdorong untuk tidak
dan melakukan sesuatu yang baik dan tidak baik dalam segala konteksnya. Secara khusus dalam konteks
berorganisasi, baik organisasi politik, bisnis maupun sosial budaya.

Perbedaan Pemahaman Internal Organisasi tentang Motivasi


Menurut Pace and Faules (1994) meskipun banyak yang telah ditulis tentang motivasi, namun manajer
sering mendasarkan keputusan mereka mengenai motivasi pegawai pada informasi yang keliru tentang
apa yang sebenarnya memotivasi pegawai. Manajer sering tidak mengetahui tentang apa yang diinginkan
pegawai dari pekerjaan mereka.

Teori Motivasi
Pace and Faules (1994) mengatakan bahwa istilah “motivasi” merujuk kepada kondisi dasar yang
mendorong tindakan. Hubungan antara motivasi dan tindakan dapat dipahami melalui gambar berikut.

Teori Defisiensi Motivasi


Pace and Faules (1994) berpendapat bahwa sebagian dari teori-teori yang paling lazim tentang motivasi
merujuk kepada kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku manusia. Istilah kebutuhan kata Pace
and Faules (1994) selanjutnya juga digunakan untuk merujuk kepada kekurangan sesuatu. Jadi kebutuhan
adalah sesuatu yang kurang dan harus dipenuhi. Dalam konteks ini Pace and Faules (1994) membahas
tiga teori dengan penjelasan masing-masing berkenaan dengan (tentang) bagaimana kebutuhan berfungsi
untuk memotivasi manusia, yaitu:
1.Teori Hierarki
2.Teori ERG dan
3.Teori Kesehatan-Motivator
Pengertian 3 teori tersebut:

-Teori Hierarki
Abraham Maslow (dalam Pace and Faules, 1994) mengemukakan bahwa kebutuhan kita terdiri dari lima
kategori, yaitu:
1.Fisiologis;
2.Keselamatan atau keamanan;
3.Rasa memiliki (Belongingness) atau sosial;
4.Penghargaan dan
5.Aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut, menurut Maslow, berkembang dalam satu urutan hierarkis, dengan
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling kuat (prepotent) hingga terpuaskan.

-Teori ERG
Menurut Pace and Faules (1994) jika Maslow mengemukakan lima kebutuhan manusia, maka lain halnya
dengan Alderfer yang hanya mengemukan tiga kategori kebutuhan, yaitu:
1.Existence (E) atau Eksistensi ataupun Keberadaan (K);
2.Relatedness (R) atau Keterkaitan (K) dan
3.Growth (G) atau Pertumbuhan (P).

-Teori Kesehatan-Motivator
Pace and Faules (1994) dengan mengutip pendapat Herzberg yang mencoba menentukan faktor-faktor
apa yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat kegiatan yang
memuaskan kebutuhan manusia:
1.Kebutuhahan yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan
2.Yang tidak berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator; meliputi:
1.Prestasi,
2.Penghargaan;
3.Tanggungjawab;
4.Kemajuan atau promosi;
5.Pekerjaan itu sendiri dan
6.Potensi bagi pertumbuhan pribadi
Sedangkan yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut faktor-faktor pemeliharaan (maintenance) atau
kesehatan (hygiene), meliputi:
1.Gaji;
2.Pengawasan;
3.Keamanan kerja;
4.Kondisi kerja;
5.Administrasi;
6.Kebijakan organisasi

Teori Ekspektasi dan Motivasi


Pace and Faules (1994) dengan merujuk kepada pendapat Vroom yang mengembangkan sebuah teori
motivasi berdasarkan jenis –jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan. Bukan
berdasarkan kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok:
Setiap individu percaya bahwa bila ia berperilaku dengan cara tertentu, maka ia akan memperoleh hal
tertentu pula. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy).
2.Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence).
3.Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi tentang seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut
harapan usaha (effort expectancy).

Teori persepsi tentang motivasi


Pace and Faules (1994) mengajukan pertanyaan, mengapa sebagian orang merasakan vitalitas dan
sebagian lainya tidak dalam bekerja? Jawabannya kata Pace and Faules (1994) melalui penelitian dan
pengalaman hidup dalam organisasi menunjukkan bahwa vitalitas kerja didasarkan atas empat asumsi
utama, yaitu:
1.Seberapa jauh “harapan” pegawai dipenuhi oleh organisasi?
2.Apa yang dipikirkan pegawai tentang “peluang” mereka dalam organisasi?
3.Bagaimana pendapat pegawai tentang seberapa banyak “pemenuhan” yang diperoleh dari pekerjaan
dalam organisasi dan
4.Bagaimana persepsi pegawai tentang “kinerja” mereka dalam organisasi?

Anda mungkin juga menyukai