pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan
(penentuan, seleksi, atau penyimpanan).
Demikianlah pembahasan tentang konsep-konsep dasar dari teori Weick, yaitu:
lingkungan; ketidakjelasan; penentuan; seleksi; penyimpanan; masalah pemilihan; siklus
perilaku; dan aturan-aturan berkumpul, yang semuanya memberi kontribusi pada
pengurangan ketidakjelasan.
2. Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak
tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu.
Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi,
peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi.
Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup
(way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang
membedakannya dari budaya-budaya lainnya.
Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan
sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu
organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya.
Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka
pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku
tugas resmi dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling
membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.
Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual,
simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi
seperangkat pemahaman.
3. Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap
bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek
lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusankeputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan,
atau manajerialisme.
Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi.
Bila suatu bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada
bagaian lainnya dan mungkin juga pada seluruh sistem organisasi.
Hubungan Karena organisasi merupakan sistem kehidupan sosial, maka untuk
berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan manusia. Oleh karena itu hubungan
manusia dalam organisasi yang menfokuskan kepada tingkahlaku komunikasi dari orang
yang terlibat dalam satu hubungan perlu dipelajari.
Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan
faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam
suatu sistem. Lingkungan ini dapat dibedakan :
Lingkungan internal (karyawan, golongan fungsional dari organisasi,q komponen
organisasi lainnya seperti tujuan, produk/jasa dsb)
Lingkungan eksternal ( pelanggan, kompetitor, teknologi, dsb)q
Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi yang
diharapkan. Untuk mengurangi ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar
pesan di antara anggota, penelitian, pengembangan organisasi dan menghadapi tugastugas yang kompleks dengan integritas yang tinggi.
Pendekatan komunikasi organisasi
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga
pendekatan, yaitu :
Pendekatan Makro Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur
global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi
melakukan aktivitas tertentu seperti :
Memproses informasi dan lingkunganq
Mengadakan identifikasiq
Melakukan intergrasi dengan organisasi lainq
Menentukan tujuan organisasiq
Pendekatan Mikro Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit
dan sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah
komunikasi antara anggota kelompok seperti :
Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihanq
Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompokq
Komunikasi untuk menjaga iklim organisasiq
Komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaanq
Komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasiq
yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi,
dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi hal. 50, komunikasi dapat digolongkan
ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan
informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan
demikian dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor
kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan
informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak
dan elektronik
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dan Kepuasan Kerja dalam Organisasi
Abstract:
Communication is one of the important factors in an organization, creating effective or
ineffective problems. When the relationship between executives and staffs are not in
harmony, interpersonal communication may not work effectively, the coordination in the
organization will be in trouble, and consequently there will be no satisfactory
performance. Goldhabers finding showed that the quality of relationship between
executive and the staffs contributes to the satisfaction in work.
Key words:
hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan
bawahan. (Muhammad, 2001: 172). Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, kejujuran,
dukungan keamanan, kepuasan, keterlibatan, tingginya harapan merupakan gambaran
iklim perusahaan yang ideal. Tujuan utama dari komunikasi dengan karyawan adalah
mengidentifikasi, menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan
antara pimpinan dengan karyawan.
Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihakpihak yang terlibat di dalamnya, yaitu
pimpinan dan karyawan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi
interpersonal yang efektif yang meliputi: a. keterbukaan (openness), b. empati (empathy),
c. kepositifan (positiveness), d. dukungan (supportiveness), dan e. kesetaraan (equality).
Selain itu komunikasi efektif antara pimpanan dan karyawan juga harus dibangun
berdasarkan hubungan interpersonal yang efektif. Menurut Roger, hubungan
interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak memenuhi kondisi
sebagai berikut : (a) bertemu satu sama lain secara personal, (b) empati secara tepat
terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara
berarti, (c) menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan, (d) menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguhsungguh,
bersikap menerima dan empati satu sama lain, (e) merasa bahwa saling menjaga
keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecenderungan gangguan arti,
(f) memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat persamaan aman
terhadap yang lain.
Perlu dipahami oleh perusahaan bahwa hubungan antara sesama karyawan di sebuah
organisasi lebih berfokus pada aspekaspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan hubungan industrial (industrial relations). Hubungan industri
lebih menekankan pada besar kecilnya upah dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja.
Akan tetapi, di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, mengingant hubungan
industri juga sangat dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi di kalangan karyawan
maupun antara karyawan dengan pihak manajemen.
Seperti disebutkan di atas bahwa komunikasi merupakan faktor penting bagi organisasi,
karena tanpa adanya komunikasi kegiatan organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
Reon Ladlow dan Ferguson Parton (1992,1996) berasumsi bahwa melalui komunikasi
diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara
orangorang yang terlibat dalam kegiatan tersebut
Ukuran manajemen komunikasi interpersonal yang efektif tergantung pada informasi
yang disampaikan serta kualitas hubungan yang dibangun. Keberhasilan dalam
mencapai ketepatan penyampaian informasi ditentukan oleh sifat, mutu informasi yang
disampaikan di mana hal ini selanjutnya juga ditentukan oleh pengertian, keterangan,
pengaruh sikap, hubungan yang makin baik serta tindakan. (Tubbs dan Moss, 1994).
Komunikasi karyawan yang efektif akan memberikan kontribusi terhadap produktivitas
kerja karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya dan tujuan perusahaan. Selain itu
sejumlah keuntungankeuntungan penting dapat dicapai di mana karyawan akan
berpengetahuan luas. Banyaknya informasi akan dapat memuaskan karyawan. Karyawan
akan menjadi lebih baik dan produktif di mana mereka memberikan waktu lebih banyak
untuk pekerjaan mereka dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik untuk perusahaan.
Bila saluran komunikasi terbuka maka keinginankeinginan perusahaan akan lebih
mudah diketahui.
II. Kerangka Teori
Komunikasi merupakan bagian penting dalam organisasi. Organisasi terdiri atas sejumlah
orang dan melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan
koordinasi; koordinasi mensyaratkan adanya komunikasi. Komunikasi tak terhindarkan
dan merupakan pusat proses kegiatan. Komunikasi yang dimaksud adala komunikasi
interpersonal.
2.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Joseph De Vito, dapat diartikan is the
communication that takes place between two person who have an established
relationships; (De Vito, 2004: 4). Sementara menurut Verdeber (1986) mengemukakan
bahwa komunikasi interpersonal merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna
yang terkandung dalam gagasangagasan dan perasaan (Alo Liliweri, 1994: 9).
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara
dua orang atau di antara sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.
(Sendjaya; 1994: 115). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
proses pengiriman pesan antara dua orang atau lebih, dengan efek dan feedback langsung.
maupun non verbal. Selain itu, kompetensi juga berkaitan dengan kemampuan individu
untuk menumbuhkan kondisi adanya keterbukaan, empati, kepositifan, dukungan dan
kesamaan.
Encoding dan Decoding: Mengacu pada tindakan memproduksi pesan. Dalam
komunikasi interpersonal, fungsi encoding dan decoding terjadi pada kedua belah pihak
yang berkomunikasi. Komunikasi bersifat dialogis.
Bidang pengalaman (field of experience). Asumsinya, komunikasi akan berhasil apa bila
pesan yang disampaikan oleh sumber cocok dengan kerangka acuan, yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh
penerima. Bidang pengalaman merupakan faktor penting dalam komunikasi. Jika bidang
pengalaman sumber sama dengan pengalaman receiver, komunikasi akan berlangsung
efektif.
Feedback (umpan balik), umpan balik memainkan peranan penting dalam komunikasi
sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi. Umpan balik dapat
bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Feedback adalah informasi yang dikirimkan
balik ke sumbernya (Clement dan Frandsen, 1976). Keefektifan komunikasi interpersonal
sangat tergantung pada kemampuan masingmasing memahami secara individual.
Pimpinan harus mengerti benar caracara berkomunikasi karyawan dan sebaliknya
karyawan harus mengerti benar bagaimana kebiasaan pimpinan dalam berkomunikasi.
Dengan demikian, kemungkinan salah interpretasi terhadap feedback yang dimainkan
pihak lain dapat diminimalkan.
Pesan dan saluran. Pesan dapat berupa verbal maupun nonverbal, disengaja (intentional)
atau tak disengaja (unintentional). Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi lisan yang
menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara (communicative
stimuli) yang disadari, masuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja; yaitu usaha
usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Sedangkan pesan verbal tak disengaja adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud
mengatakan hal tersebut. Pesan nonverbal meliputi semua pesan yang disampaikan tanpa
katakata (Tubbs, Moss, 2000:10). Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.
Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran. Dua, tiga atau empat
saluran yang berbeda biasanya digunakan secara simultan.
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Noise
dikatakan ada dalam sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan
berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan dapat berupa ganggusn fisik atau
interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan. Gangguan psikologis dapat
diartikan interferensi kognitif atau mmental, dan termasuk prasangka, bisa pada sumber
penerima yang mengakibatkan gangguan dalam memproses dan menerima informasi.
Gangguan semantik terjadi bilamana sumber dan penerima memberi arti yang berlainan.
Gangguan bisa terjadi dalam berbagai situasi komunikasi, termasuk komunikasi yang
terjadi antara pimpinan dan karyawan dalam sebuah organisasi. Tetapi gangguan yang
paling mungkin dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda atau kesalahpahaman
adalah gangguan psikologis yang disebabkan adanya prasangka.
2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal yang efektif adalah penting bagi anggota organisasi. Pimpinan
dan karyawan diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling
pengertian (mutual understanding). Pimpinan harus dapat memfasilitasi komunikasi
interpersonal yang efektif. Komunikasi Interpersonal yang efektif adalah adanya
kesepakatan informasi serta kualitas hubungan yang dibangun. Dalam lingkup organisasi
diperlukan komunikasi interpersonal yang efektif antara pimpinan dan karyawan. Kedua
belah pihak perlu membangun hubungan yang lebih baik, karena ketepatan penyampaian
informasi ditentukan oleh pengertian, pengaruh sikap, hubungan yang makin baik serta
tindakan.
Mengacu pada konsep De Vito tentang Komunikasi Interpersonal yang efktif dari sudut
pandang humanistik. Dalam pandangan ini untuk menghasilkan komunikasi yang efektif
diperlukan adanya keterbukaan, sikap empati, sikap mendukung, sikap positif serta
kesetaraan dari pihakpihak yang berkomunikasi.
Efektivitas komunikasi interpersonal dalam pandangan humanistik menurut De Vito,
mengandung unsurunsur sebagai berikut.
2.3.1 Keterbukaan
Sikap terbuka (openmindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif. Pimpinan organisasi seyogyanya dapat
memfasilitasi kondisi munculnya keterbukaan. Kondisi keterbukaan dapat diwujudkan
bila pimpinan maupun karyawan dapat berinteraksi secara jujur terhadap stimulus yang
datang. Terjadi komunikasi secara tatap muka antara pimpinan dan karyawan.
Komunikasi tatap muka penting karena pimpinan dapat mengetahui tanggapan dari
karyawan secara langsung. Komunikasi tatap muka penting untuk mengubah sikap,
pendapat dan perilaku seseorang. Pimpinan perlu bersikap tanggap terhadap apa yang
disampaikan karyawan agar komunikasi dapat berhasil. Perlu diciptakan suasana dialogis.
Keterbukaan mengisyaratkan pimpinan bersedia menerima kritikkritik dan saran yang
disampaikan karyawan. Dengan sikap bersdia menerima kritik dan saran, berarti
pimpinan dapat mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan oleh individu, dalam hal
ini karyawan. Pimpinan juga bersdia menyebarkan informasi baru yang menyangkut
kegiatan kegiatan organisasi.
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan
semua riwayat hidupnya. Harus ada kesediaan membuka diri- mengungkapkan informasi
yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan
yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.
2.3.2 Empati
Komunikasi interpersonal yang efektif perlu didukung oleh sikap empati dari pihak
pihak yang berkomunikasi. Dalam komunikasi antara pimpinan dan karyawan perlu
ditumbuhkan sikap empati. Kondisi empati dapat terwujud bila pimpinan bersedia
memberikan perhatian kepada karyawan dan dapat mengetahui apa yang sedang dialami
karyawan berkaitan dengan pekerjaannya. Pimpinan dapat mengenal karyawan, baik
keinginan, kemampuan dan pengalamannya sehingga pimpinan dapat mengetahui apa
yang dirasakan oleh karyawan tersebut. Selain itu, pimpinan dapat menghindari evaluasi,
kritik atau menilai karyawan menurut pandangan dan pendapatnya sendiri serta dapat
menyelesaikan konflikkonflik secara damai.
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami
orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui kaca mata
orang lain. Berempati adalah merasakan sesuatu sesuatu seperti orang yang
mengalaminya. (De Vito, 1997: 260). Empati dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita (Freud, 1921). Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lai, perasaan dan sikap mereka serta
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Empati yang akurat melibatkan
kepekaan baik kepekaan terhadap perasaan yang ada maupun fasilitas verbal untuk
mengkomunikasikan pengertian ini.
2.3. 3 Sikap Mendukung ( Supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung
(supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap
defensif. Sikap ini muncul bila individu tidak dapat menerima, tidak jujur dan tidak
empatik. Sikap defensif mengakibatkan komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif,
karena orang yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang
ditanggapinya dalam situasi komunikasi daripada memahami komunikasi. Komunikasi
defensif dapat terjadi karena faktorfaktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri
yang rendah) atau faktorfaktor situasional yang berupa perilaku komunikasi orang lain.
Dalam komunikasi interpersonal antara pimpinan dan karyawan, sikap mendukung
berperan dalam menumbuhkan motivasi dan kegairahan kerja karyawan. Sikap
mendukung dapat terwujud dalam organisasi, bila pimpinan bersedia menghargai ideide
atau pendapat karyawan dan memberikan perhatian yang sungguhsungguh ketika
berkomunikasi dengan karyawan. Sikap mendukung dapat diperlihatkan bersikap
deskriptif bukan evaluatif.
2.3.4 Sikap Positif
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek komunikasi interpersonal. Pertama,
komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan tersebut
kepada orang lain dan merefleksikannya. Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi sangat penting untuk interaksi yang efektif.
Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah strokong (dorongan). Dorongan
merupakan istilah yang berasal dari kosakata umum yang dipandang penting dalam
analisis transaksional dan interaksi antara manusia. Dorongan positif dapat berbentuk
pujian atau penghargaan. Dorongan positif akan mendukung citra pribadi dan membuat
merasa lebih baik.
Sikap positif dalam menunjang komunikasi interpersonal yang efektif antara pimnpinan
dan karyawan dapat terwujud bila pimpinan dapat berpandangan positif terhadap dirinya
sendiri. Pimpinan dapat menunjukkan perasaan senang ketika berkomunikasi dengan
karyawan dan dapat memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan karyawan.
2.3.5 Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan adalah suatu keinginan yang secara eksplisit diungkapkan untuk bekerja sama
memecahkan masalah tertentu. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara di mana adanya pengakuan secara diamdiam bahwa kedua belah
samasama bernilai, berharga. Masingmasing memiliki sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan juga menyiratkan adanya sikap memperlakukan orang lain
secara demokratis dan horizontal. Dengan adanya persamaan pihakpihak yang terlibat
dalam komunikasi, maka mereka dapat saling menghargai dan menghormati perbedaan
pandangan.
Kesetaraan dapat terwujud bila didukung oleh adanya kerja sama antara pimpinan dan
karyawan dalam memecahkan persoalanpersoalan yang terjadi dalam pekerjaan mereka.
Pimpinan bersedia meminta tanggapan atau saran dari karyawan dan menyedari bahwa
mereka samasama berharga dan bernilai.
2.4 Komunikasi Karyawan
Komunikasi karyawan merupakan langkah yang menentukan bagi kesuksesan organisasi.
Pimpinan yang baik didukung oleh bawahan dan ditentukan oleh orangorang yang
bekerja dibawahnya serta ditentukan oleh keahlian dalam menciptakan suasana kerja
yang dibutuhkan oleh karyawan. Koordinasi dan mediasi untuk melakukan semua itu
adalah komunikasi
Keterbukaan dan kejujuran harus dibangun oleh manajemen puncak dan harus diterima
oleh setiap karyawan. Komunikasi dari manajemen ke karyawan maupun antar sesama
karyawan harus jujur dan dibangun berdasar kepercayaan serta digunakan untuk
membangun semangat kerja, produktivitas dan kemajuan perusahaan. Kebijakan
keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan karyawan
lainnya. (b) komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan karyawan siap
menerima informasi dan seberapa baik karyawan menerima apa yang dikatakan kepada
mereka. (c) komunikasi ke atas memungkinkan dan mendorong penyempaian keluhan
sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
(d) komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan
memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan
menyumbang gagasan serta saran saran mengenai organisasi. (e) komunikasi ke atas
mengijinkan penyelia untuk menentukan apakah karyawan memahami apa yang
diharapkan. (f) komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah pekerjaan
mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan organisasi
tersebut.
Menurut Dr. John White dalam bukunya How to Understand and Manage Public
Relations, program komunikasi karyawan meliputi dua hal, yaitu: (1) research among
internal group to establish the need for communication and approaches to be taken and to
monitor the effectiveness of communication (2) specific communication techniques, that
aim at producing desired effects in the pursuit of identified objectives.
Definisi di atas dapat diartikan bahwa program komunikasi internal meliputi riset
mengenai kelompokkelompok internal untuk menetapkan kebutuhan bagi komunikasi
dalam organisasi dan menentukan pendekatan yang akan diambil untuk memonitor
keefektifan komunikasi. Teknik komunikasi yang spesifik mengarah pada efek dihasilkan
yang memberikan pengaruh tentang pencapaian tujuan yang diidentifikasikan.
Komunikasi interpersonal antarpimpinan dan karyawan yang sukses adalah adanya suatu
program yang jujur, terbuka, komunikasi dua arah yang dilakukan secara teratur. Program
komunikasi karyawan harus dibentuk secara hati- hati dan lebih bersifat timbal balik agar
karyawan dapat merasa sebagai mitra perusahaan, sehingga karyawan tidak hanya
menuntut agar perusahaan memenuhi keinginankeinginan mereka. Karyawan juga
diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar. Komunikasi
karyawan tidak hanya menjadi tanggung jawab karyawan tetapi juga manajemen puncak .
2.5 Kepuasan Kerja
Bila karyawan tidak merasa senang dengan situasi kerjanya biasanya mereka mengatakan
bahwa tidak puas dengan pekerjaannya. Ada dua hal yang mungkin menyebabkan orang
tidak puas dengan pekerjaannya. Pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan
informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Kedua, apabila hubungan
sesama teman sekerja kurang baik. Ketidak puasan kerja berhubungan dengan
komunikasi (Muhammad;2001: 79). Sumber kepuasan kerja adalah bila karyawan
memasuki oganisasi, ia membawa seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan
pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja
Komponenkomponen yang dapat menunjukkan kepuasan kerja dan dapat diteliti dengan
mengadakan wawancara terhadap karyawan (Cunningham; 1997;463 464) adalah
sebagai berikut; (1) perhatian atasan terhadap bawahan; (2) semangat, kerjasama dan
loyalitas terhadap pekerjaan; (3) saling percaya dan komunikasi antara pimpinan dan
karyawan; (4) desentralisasi dalam pengambilan keputusan; (5) kelancaran komunikasi
vertical dan horizontaldalam organisasi ; (6) usaha setiap individu maupun keseluruhan
organisasi untuk mencapai tujuan yang direncanakan; (7) system imbalan yang
merangsang pimpinan untuk mengusahakan terciptanya elompok kerja yang efektif ,
performansi dan pengembangan karyawan; (8) organisasi dan bagian bagiannya bekerja
sama secara baik dan konflik yang terjadi selalu diselesaika dengan acuan kepentingan
organisasi. Jadi, kepentingan terhadap kepuasan kerja dapat dilihat dari kesesuaian antara
harapan dan keinginan dengan kenyataan yang didapat dilingkungan kerja.
Pendapat Goldhaber (1993) dalam Cheryl Hamilton, Communicating for Results,
mengemukakan bahwa informasi yang berkaitan dengan masalahmasalah seperti
(bagaimana melakukan pekerjaan, gaji, keuntungan yang didapat) dibutuhkan untuk
mencegah adanya ketidak puasan, tetapi hal tersebut tidak akan menciptakan kepuasan.
Informasi mengenai organisasi, seperti kebijakan, perencanaan, pembuatan keputusan, dll
dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan pekerjaan. Selain itu, hubungan dengan atasan
merupakan faktor penting terpenuhinya tingkat kepuasan kerja. Pimpinan organisasi
memiliki tangung jawab dalam memberikan kontribusi untuk membangkitkan iklim
komunikasi yang baik dalam organisasi dan hal ini secara tidak langsung ikut membantu
karywan dalam mencapai kepuasan kerja.
III. Kesimpulan
Pimpinan di dalam organisasi harus dapat memfasilitasi tumbuhnya suasana keterbukaan
dalam komunikasi dengan karyawan, dapat berempati, memiliki sikap yang dapat
memberikan dukungan kepada karyawan, dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri
maupun karyawan serta mampu menciptakan suasana setara, dalam arti ada pengakuan
bahwa kedua belah pihak dalam hal ini pimpinan dan karyawan samasama bernilai dan
berharga.
Komunikasi karyawan yang efektif akan menghasilkan kepuasan dan produktivitas
karyawan, perbaikan pencapaian hasil karya dan tujuan perusahaan. Tidak hanya itu,
hubungan antar karyawan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau
suasana perusahaan yang positif turut memberi andil dalam menciptakan iklim
komunikasi efektif. Rasa percaya, keyakinan, keterbukaan, dukungan keamanan,
kepuasan, keterlibatan dan tingginya harapan merupakan cermin iklim komunikasi
organisasi yang ideal. Jika organisasi/ perusahaan memiliki dan melakukan komitmen
untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan karyawan maka sejumlah keuntungan
keuntungan penting dapat dicapai. Karyawan akan memiliki pengetahuan yang luas dan
banyaknya informasi akan memuaskan karyawan. Selain itu, karyawan akan menjadi
lebih baik dan produktif di mana mereka akan memberi waktu lebih banyak untuk
pekerjaan mereka dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik untuk perusahaan,
sehingga apa yang diharapkan oleh perusahaan dapat terwujud.