Anda di halaman 1dari 6

THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION

Authors Stephen W. Little John and Karen A. Foss


Chapter 9 “THE ORGANIZATION”

A FIRST LOOK AT COMMUNIKATION THEORY


Authors Em. Griffin (8th)
Chapter 20 “CULTURAL APPROACH TO ORGANIZAT IONS”
Clifford Geertz & Michael Pacanowsky
Chapter 21 “CRITICAL THEORY OF COMMUNICATION IN ORGANIZATION”
Stanley Deetz

Mata Kuliah Perspektif dan Teori Komunikasi


DosenPengampu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D

DisusunOleh:
Rizca Haqqu
S231608028

PASCA SARJANA ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
The Organization
Komunikasi sangat berperan penting dalam sebuah organisasi. Cara untuk mencapai
sebuah kerja sama adalah dengan organisasi, dimana orang-orang tertentu saling
mempengaruhi, mengarahkan, mengelola dan mengontrol sistem tersebut. Littejohn dan Foss
membagi teori organisasi ini menjadi tiga teori/topik pembahasan diantaranya (1)
Struktur,bentuk,dan fungsi organisasi. (2) Manajemen Pengawasan dan Kekuasaan. (3)
Budaya Organisasi. kemudian Littejohn dan Foss menempatkannya kedalam lima tradisi
diantaranya tradisi sosiopsikologis, sibernetika, retorika, sosiokultural dan kritis. Berikut ini
adalah penjabaran ketiga teori organisasi menurut Littlejohn dan Foss:

1. Struktur,bentuk,dan fungsi organisasi


a. Sudut pandang Tradisi Sosiopsikologis

Karakteristik Pola komunikasi, atribut kelompok, serta individu merupakan fokus sebuah
organisasi dilihat dari sudut pandang teori sosiopsikologis. Tradisi ini memuat Teori
Birokrasi Weber . Cara terbaik untuk mengorganisasi otoritas yang legal rasional, menurut
Weber, adalah dengan hirarki. Setiap lapisan manajemen memiliki otoritas resmi. Terdapat
tiga aspek dalam teori ini. Aspek pertama tentang birokrasi adalah otoritas. Aspek kedua
spesialisasi. Dan aspek ketiga adalah aturan.

b. Sudut pandang Tradisi Sibernetika

Teori tentang berorganisasi dari Karl Weick ini menyebutkan komunikasi sebagai sebuah
dasar bagi pengorganisasian manusia dan memberikan sebuah dasar pemikiran untuk
memahami bagaimana manusia berorganisasi. Meneruskan Weick, James Taylor dan
koleganya merumuskan Actor –Network Theory dan, Co Orientation Theory (Teori Co
Orientasi). Taylor menciptakan gambaran tentang bagaimana organisasi tersusun dalam
percakapan.
Selanjutnya adalah Teori Jaringan. Teori ini memandang bahwa jaringan merupakan
susunan sosial yang diciptakan melalui komunikasi antar individu dan kelompok. Saat
manusia berkomunikasi, tercipta mata rantai. Mata rantai itu merupakan jalur berkomunikasi
dalam organisasi. Gagasan struktural dalam teori ini adalah connectedness (keterkaitan).
Setiap orang punya hubungan khusus dengan orang lain (personal networks/jaringan pribadi).
Karena manusia juga berkomunikasi dengan anggota lain dalm organisasi, terciptalah
jaringan kelompok (group networks). Organisasi terhubung dengan organisasi lain
membentuk kelompok lebih besar dalam jaringan organisasi (organization networks).

c. Sudut pandang Tradisi Sosiokultural

Strukturisasi terus terjadi dalam semua sistem sosial. Marshal Scott Poole dan Robert
McPhee menerapkan gagasan komunikasi dalam tiga metafora tempat atau pusat struktur
isasi diantaranya (1) di mana manusia mengambil keputusan dan pilihan yang membatasi apa
yang dapat terjadi dalam organisasi (conception). (2) mencakup kodifikasi formal dan
pemberitahuan keputusan dan pilihan, disebut tempat implementasi (implementation). (3)
strukturisasi terjadi ketika anggota organisasi bertindak sesuai keputusan organisasi yang
merupakan tepat penerimaan (reception).

2. Manajemen Pengawasan dan Kekuasaan


a. Sudut Pandang Tradisi Retorica

Phillip Tompkins, George Cheney dan kolega mereka mengembangkan pendekatan


baru yang disebut (Teori Kendali Organisasi) diantaranya kendali sederhana (simple
control), kendali teknis (technical control), birokrasi, kendali konsertif (concertive control).
Organisasi harus memiliki sebuah cara untuk menarik individu kedalam sebuah identifikasi
umum dengan organisasi, perbedaan identitas dan pertentangan yang dapat ditangani jika
keseluruhan identifikasi dengan organisasi sebagai sebuah kesatuan.

b. Sudut Pandang Tradisi Kritis

Dennis Mumby dalam komunikasi organisasi menanamkan Wacana Kecurigaan (Discourse


of Suspicion), yakni sikap mempertanyakan dan pengujian atas susunan dalam ideologi,
kekuasaan, dan kendali dalam organisasi. Pengujian kritis oleh Mumby dikenal sebagai
konsep hegemoni. Hegemoni disini yang dimaksudadalah rencana yang dikembangkan, di
mana kekuasaan ditetapkan dalam organisasi dengan dominasi salah satu ideologi terhadap
yang lain.
Sementara itu Stanley Deetz berpendapat organisasi kontemporer memberi
keistimewaan pada minat manajerial di atas minat atas identitas, komunitas dan demokrasi.
Wacana normal tentang organisasi, menurut Deetz cenderung menjadi salah satu dominasi,
sehingga menanamkan empat dimensiyaitu; Naturalisasi, Netralisasi, Legitimasi, dan
Sosialisasi.
Selaras dengan Littlejohn dan Foss. E.M Grofin dalam tradisi retorika banyak
mengapikasikannya kedalam contoh sebuah perusahaan dimana teori Stanley Deetz
dijabarkan sebagai cara untuk memastikan kesehatan keuangan perusahaan disaat
representasi kepentingan orang-orang meningkat. Ia memulainya teori ini karena melihat
keadaan yang menunjukkan bahwa perusahaan telah menjadi institusi ekonomi dan politik
disaat bersamaan. Kemudian ia menggunakan kemajuan teori komunikasi dalam pembuatan
keputusan. Selanjutnya baru menguraikan bagaimana perusahaan dapat menjadi tempat kerja
yang lebih produktif dan demokratis melalui perbaikan komunkasi. Pada teori ini Deetz
bermaksud untuk mengkritik asumsi yang menganggap
“what’sgoodforGeneralMotorsisgoodforthecountry”. Selain itu dengan teori ini ia juga ingin
menguji praktik komunikasi yang merusak representatif dalam pembuatan keputusan,
sehingga mengurangi kualitas, inovasi dan keadilan dalam kebijakan perusahaan.
1. Corporate colonization of everyday life. Deetz melihat perusahaan multinasional
sebagai kekuatan dominan dalam masyarakat karena mampu mempengaruhi
kehidupan para individual. Deetz mengatakan bahwa perusahaan ini mampu
“controlandcolonize” kehidupan modern dengan cara yang tidak pernah terfikirkan
oleh pemerintah
2. Information versus communication. Menurut Deetz, selama publik masih
menganggap bahwa komunikasi adalah proses penyebaran informasi, maka secara
tidak langsung mereka menghidupkan dominasi perusahaan di setiap aspek
kehidupan.
3. Strategy: overt managerial moves to extend control. Disini Deetz menegaskan
bahwa bukan manager secara individu yang menyebabkan kontrol pada perusahaan,
melainkan yang disebut dengan managerialism. Ini adalah sebuah ideologi yang
beranggapan bahwa mereka memiliki kontrol atas segalanya, sehingga kontrol yang
dilakukan bisa melebihi kinerja perusahaan.
4. Participation: stakeholder democracy in action. Salah satu tujuan dari teori ini
adalah menyatakan kemungkinan negosiasi pada kekuasaan. Deetz menyebutnya
dengan stakeholderdemocracy.

Pembahasan selanjutnya, Joan Acker berpendapat organisasi dibentuk oleh gender.


Organisasi adalah formasi sosial gender. Gambaran teori ini ada pada kajian yang dilakukan
Angela Trethewey, Karen Ashcraft dan rekan serta Robin Clair. Angela Trethewey, melihat
persoalan ketidakseimbangan keberadaan wanita dalam organisasi terutama dari segi
pelayanan. Hal itu terlihat dari sisi feminitas seperti emosi, seksualitas, kehamilan, atau
mentruasi. Karen Ashcraft, memperluas ketidakseimbangan selain gender dengan adanya
perbedaan ras dalam organisasi. Selanjutnya Robin Clair memperluas ketertarikan dalm
kompleksitas kehidupan organisasional dan jalur-jalur ras, gender dan kategori identitas lain
yang berperan secara strategis dalam merespons berbagai makna.

3. Budaya Organisasi
a. Sudut Pandang Sosiokultural

Teori-teori ini tentang budaya organisasi menekankan pada cara manusia membentul
realitas organisasi. John Van Maanen dan Stephen Barley menggarisbawahi empat bidang
budaya organisasi (1) Konteks ekologis (ecological context). (2) Interaksi diferensial
(differential interaction). (3) Pemahaman kolektif (collective understanding). (4) Domain
individu (individual domain).
Sementara itu Michael Pachanowsky dan Nick o’Donnel Trujilo menggarisbawahi
empat karakteristik penampilan komunikasi organisasi, yaitu; (1) Interaksional, di mana
penampilan adalah tindakan sosial, bukan diri sendiri. (2) Penampilan bersifat kontekstual.
(3) Penampilan adalah peristiwa. (4) Penampilan yang diciptakan sendiri. Pachanowsky dan
O’Donnel Trujilo juga membahas beberapa ritual dalam teori ini diantaranya ritual pribadi,
ritual tugas, ritual sosial,dan ritual organisasi.
Sedangkan Griffin dalam bukunya menjelaskan teori Clifford Greetz
mengibaratkan bahwa setiap orang adalah binatang yang bergantung pada jaring yang
diputarnya sendiri. Jaring digambarkan sebagai budaya yang hanya bisa dijelajahi oleh
orang lain apabila ia sudah memahami interpretasi yang menyatukan jaring tersebut. Dalam
hal ini, Greetz melihat budaya sebagai makna, pemahaman, dan pengertian yang dibagi
bersama. Michael Pacanowsky berasumsi bahwa jika budaya adalah jaring-jaring makna
yang diputar oleh orang-orang, maka orang-orang tersebut seharusnya tidak hanya
memperhatikan struktur dari jaring tersebut melainkan juga harus memperhatikan proses
pembuatannya yaitu komunikasi. Empat teori budaya organisasi menurut Clifford Greetz
& Michael Pacanowsky adalah
1. Culture as a metaphor of organizational life. Menurut Pacanowsky budaya
bukanlah sekedar potongan puzzel melainkan budaya adalah puzzelnya dan budaya
bukan sesuatu yang dimiliki organisasi melainkan organisasi itu sendiri.
2. What culture is; what culture is not. Greetz mengakui bahwa konsep budaya
sebagai system of shared meanings sulit untuk ditangkap. Menurut Greetz budaya
tidak menyeluruh dan tidak terbagi, bahkan close societies memiliki cabang-cabang
kebudayaan dan persaingan kebudayaan. Sedangkan bagi Pacanowsky budaya
organisasi adalah ketika para anggota membentuk dan mengungkapkan budaya
mereka untuk diri sendiri dan orang lain. Anggota dalam organisasi tidak hanyak
bekerja tetapi juga bergosip, bercanda, terlibat dalam suasana romantis, berbincang
tentang olahraga, dan merencanakan piknik sehingga membentuk suatu budaya
dalam organisasi tersebut. Karena sifat budaya yang sulit dipahami, Greetz
menyebut studi ini sebagai soft sience atau interpretive untuk mencari sebuah makna
bukan ilmu eksperimen.
3. Thick description-what ethographers do. Sebagai seorang ethnographer, Greetz
dan Pacanowsky mencoba untuk memperdalam gambarannya mengenai budaya
dengan menjadi salah satu anggota dari suatu organisasi. Greetz menyebut etnografi
sebagai thick description. Thick description adalah menelusuri setiap helai jaring
budaya dan melacak perkembangan makna yang berawal dari kebingungan seperti
orang baru ditempat asing. Pacanowsky memperhatikan keseluruhan budaya dalam
organisasi, mulai dari keseriusan dalam menggunakan bahasa, menginterpretasikan
simbolik dalam penyampaian cerita, hingga ritual nonverbal yang mereka lakukan
4. Can manager be an agent of cultural change. Menurut Greetz shared
interpretation bukan dirancang secara sengaja oleh pemimpin melainkan muncul
secara alami dari seluruh anggota.

Anda mungkin juga menyukai