Teori Komunikasi
1. Teori Strategi Kesopanan
Menurut Yule, yang mendasari teori tentang strategi kesopanan adalah konsep face”muka”. Konsep tentang
muka penting dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Tulisan ini akan membahasa tentang
konsep muka, tindakan yang mengancam muka (Face Threatening Acts), dan strategi kesopanan berbahasa.
Tindakan yang melanggar muka negatif menurut brown dan levinson (1987) meliputi tindakan yang
terkandung dalam :
Ungkapan mengenai: orders and requests, suggestions, advice, remindings threats, warnings, dares
('perintah dan permintaan, saran, nasihat, peringatan, ancaman, peringatan, tantangan').
Ungkapan mengenai offers, promises ("tawaran, janji").
Ungkapan mengenai compliments, expressions of strong (negative) emotions toward H-e.g hatred,
anger ("pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan terhadap
lawan.tutur').
2. Teori Identifikasi
Burke memulai dengan perbedaan antara tindakan dan gerakan. Tindakan terdiri atas perilaku sukarela dan
bertujuan; gerakan tidak bertujuan dan tidak mengandung makna. Burke memandang individu secara biologis
dan neurologis, dibedakan dengan menggunakan simbol perilaku atau kemampuan untuk bertindak . manusia
menciptakan simbol untuk menamai benda dan situasi.
Pandangan Burke terhadap simbol sangat luas, termasuk sebuah aturan linguistik dan elemen-elemen non-
verbal. Burke menyetujui bahwa bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk tindakan. Bahasa membentuk
perilaku karena kebutuhan sosial membutuhkan orang untuk bekerja sama dengan tindakannya. Identifikasi
dapat berarti ajakan dan penyampaian yang efektif atau menjadi akhir dari komunikasi itu sendiri.
Identifikasi dapat disadari atau tidak disadari, direncanakan atau tidak direncanakan. Menurut Burke, ada tiga
sumber identifikasi yang saling berkaitan, yaitu:
3. Teori Rencana
Charles Berger adalah pencetus teori rencana (theory of planning) sebagai salah satu teori yang cukup
terkenal dalam ilmu komunikasi. Teori rencana menjelaskan proses yang dilaluli seseorang dalam
merencanakan perilaku komunikasi mereka. Studi mengenai rencana komunikasi sebagai salah satu bidang
kognitif manusia ini mendapatkan perhatian besar dari para ahli khususnya para ahli psikologi. Para ahli
sebelumnya tidak terlalu memberikan perhatian pada hubungan antara rencana kognitif manusia dengan
perilakunya, dan Berger berharap dapat menjembatani kekosongan ini dengan berbagai riset dan teorinya.
5. Teori Feminisme
Pada dasarnya teori feminisme ini merupakan teori sebagai upaya atas kritikan terhadap studi laki-laki untuk
mentransformasikan tekanan struktural, dimulai dari pengalaman tekanan sebagai perempuan. Sebagai
sebuah teori yang besar, teori feminis didasarkan pada 4 pertanyaan fundamental, yakni pertanyaan tentang
bagaimana kehidupan (nasib) perempuan, mengapa perempuan berada di situasi sekarang (mengalami
ketimpangan), bagaimana cara mengubah dunia sosial yang penuh ketimpangan tersebut, dan bagaimana
perbedaan perempuan berdasarkan kehidupan, posisi, atau status sosial masing-masing.
6 Jenis Feminisme
Feminisme Kultural
Pada gerakan feminisme kultural, perhatian utama teorinya dipusatkan pada eksplorasi tentang nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat perempuan, yakni tentang bagaimana mereka menyadari bahwa
mereka diposisikan berbeda dengan laki-laki. Teori feminisme kultural percaya bahwa dengan
mengetahui potensi kaum perempuan dalam masyarakat akan meningkatkan sumber kekuatan yang
lebih sehat dibandingkan jika masyarakat tersebut hanya fokus pada budaya androsentris.
Feminisme Liberal
Orang-orang yang menganut teori feminisme liberal percaya bahwa ketidaksetaraan gender dalam
masyarakat terjadi karena adanya pembagian kerja yang tidak adil (seksis) dan kuatnya budaya
patriarki. Oleh karena itu, para kaum feminis liberal sepakat bahwa kesetaraan gender akan mudah
tercapai jika diadakan transformasi pembagian kerja mulai dari keluarga, pendidikan, lingkungan
kerja, media, dan area-area kehidupan yang lain.
Feminisme Radikal
Teori feminisme yang satu ini memang memiliki pandangan yang cukup jauh berbeda dari dua teori
feminisme sebelumnya. Para penganut teori feminisme radikal memiliki fokus kaum perempuan dan
mengabaikan kaum laki-laki. Oleh karena itu, dalam perkembangannya, teori feminisme radikal
menjadi salah satu teori feminisme yang paling ekstrim. Mereka fokus pada perjuangan tentang
separatisme perempuan serta fokus memperjuangkan hak-hak perempuan secara biologis. Yang
membuat feminisme radikal menjadi semakin ekstrim adalah adanya anggapan bahwa kaum pria
sama sekali tidak memberikan kontribusi dalam masyarakat.
Feminisme Anarkis
Sama seperti feminisme radikal, teori feminisme anarkis merupakan salah satu teori feminisme yang
paling ekstrim. Penganut teori ini percaya bahwa pusat permasalahan yang dialami oleh perempuan
saat ini adalah negara dan kaum pria. Oleh karena itu, feminis anarkis bertujuan untuk
menghancurkan negara dan meruntuhkan pemerintahan yang dipimpin oleh kaum laki-laki.
Feminisme Marxis
Teori feminisme marxis percaya bahwa ketidaksetaraan gender terjadi karena adanya tindasan
kapitalisme terhadap perempuan. Oleh karena itu, gerakan feminisme ini bertujuan untuk
meruntuhkan sistem kapitalisme.
Feminisme Sosialis
Teori feminisme yang satu ini merupakan kritis terhadap teori feminisme marxis. Para feminis sosialis
percaya bahwa permasalahan yang dialami perempuan saat ini bukan disebabkan oleh kapitalisme,
karena sebelum kapitalisme ada, posisi perempuan pun sudah berada di bawah laki-laki. Tujuan
utama keberadaan feminisme sosial adalah untuk menghapuskan sistem kepemilikan pria dalam
struktur sosial di masyarakat.
Ferdinand de Saussure sebagai ahli yang mengemukakan teori ini bahwa “setiap tanda linguistik dibentuk
oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant (bunyi) dan komponen signifie
(makna)”. Melalui teori de Saussure tersebut, dapat dipahami bahwa semantik adalah (1) ilmu yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, dan (2) ilmu tentang
makna atau arti.
Jenis Semantik
Semantik Leksikal
merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu Bahasa.
Semantik Gramatikal
merupakan jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna gramatikal dari tataran
morfologi.
Semantik Sintaksikal
merupakan jenis semantik yang sasaran penyelidikannya bertumpu pada hal-hal yang berkaitan
dengan sintaksis,
Semantik Maksud
merupakan jenis semantik yang berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa, seperti
metafora, ironi, litotes, dan sebagainya.
7. Teori Fenomenologi
Fenomenologi bisa diartikan sebagai studi tentang pengalaman hidup seseorang atau metode untuk
mempelajari bagaimana individu secara subjektif merasakan pengalaman dan memberikan makna dari
fenomena tersebut.
Asumsi Dasar
Asumsi pertama
Adalah penolakan terhadap gagasan bahwa para peneliti dapat bersikap objektif. Para ahli
fenomenologi percaya bahwa pengetahuan mengenai esensi hanya dapat dilakukan dengan cara
mengasah berbagai asumsi yang telah ada sebelumnya melalui suatu proses-yang dalam
fenomenologi dikenal dengan istilah epoche.
Asumsi kedua
Bahwa pemahaman yang mendalam terhadap sifat dan arti dari hidup terletak pada analisis praktik
kehidupan yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya.
Asumsi ketiga
Yakni eksplorasi manusia yang bertentangan dengan individu adalah hal sangat penting dalam
fenomenologi. Manusia dipahami melalui berbagai cara yang unik sebagaimana mereka
merefleksikannya melalui keadaan sosial, budaya, dan sejarah kehidupannya.
Asumsi keempat
Yaitu bagaimana manusia dikondisikan dalam sebuah proses penelitian. Para peneliti fenomenologi
tertarik untuk mengumpulkan berbagai pengalaman sadar manusia yang dianggap penting melalui
intepretasi seorang individu dibandingkan dengan pengumpulan data secara tradisional.
Asumsi kelima
Berkaitan dengan proses. Fenomenologi adalah sebuah metodologi yang berorientasi pada penemuan
yang secara spesifik tidak menentukan sebelumnya apa yang akan menjadi temuannya.