Anda di halaman 1dari 9

Tugas

Metode Penelitian Komunikasi II (Kualitatif)

Oleh
Nama – Nama Anggota Kelompok 1 :
1. Edguard T. E. Rodja (
2. Fifi Elimanafe (1903050110)
3. Helvy A. Toto (
4. Hubert A. Y. Sulelino
5. Taroci S. Loasana (1903050131)
6. Isabella C Alomau (
7. Adhychaesh Adhepudra Koroh (1903050125)

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Nusa Cendana
Tahun 2022
Teori KAB dalam Metode Penelitian Komunikasi (Kualitatif ) :

1. Teori Komunikasi Interpersonal


Teori ini diperkenalkan oleh Richard E. Petty dan J. Cacioppo. Mereka memberikan
sebuah gagasan bahwa sikap sangat penting karena sikap membimbing berbagai
keputusan dan perilaku lainnya. Sikap dapat dihasilkan dari sejumlah hal dan persuasi
adalah sumber utamanya.Asumsi dasar komunikasi antarpribadi adalah bahwa setiap
orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek
atau perilaku komunikasinya, yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan
memberikan reaksinya.
Asumsi dasar dari teori ini adalah suatu individu terdorong untuk berhubungan
dengan orang lain karena didasari oleh beberapa hal, yaitu :
 Kebutuhan antarpribadi untuk Inklusi
Yaitu kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi antarpribadi
yang memuaskan dengan orang lain, sehubungan dengan interaksi dan asosiasi.
Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kepuasan
individu. Misalnya keinginan untuk asosiasi, bergabung dengan sesama manusia, dll.

2. Teori Interaksi Simbolik


Teori interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia
membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada
pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki iindividu berdasarkan interaksi
dengan individu lain. Awalnya teori ini merupakan bagian dari suatu gerakan
pemikiran ilmu sosiologi yang dibangun oleh George Herbert Mead. Namun, dalam
perkembangannya, teori interaksi simbolik menjadi bagian dari ilmu komunikasi,
sejak awal abad ke-19. Asumsi teori interaksi simbolik Sebagaimana dikutip dari
buku Introducing Communication Theory: Analysis and Application (2007) karya
Richard West dan Lynn H. Turner, berikut tujuh asumsi teori interaksi simbolik:
 Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain
kepada mereka.
 Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
 Makna dimodifikasi lewat proses interpretatif.
 Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
 Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
 Orang serta kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial.
 Struktur sosial dihasilkan lewat interaksi sosial.

3. AUM Theory
Teori Anxiety / Uncertainty Management (AUM) diperkenalkan oleh William B.
Gudykunst untuk mendefinisikan bagaimana manusia berkomunikasi secara efektif
berdasarkan keseimbangan kecemasan dan ketidakpastian mereka dalam situasi
sosial. Gudykunst percaya bahwa agar komunikasi antarbudaya sukses, pengurangan
kecemasan atau ketidakpastian harus terjadi. Ia berasumsi bahwa satu orang dalam
pertemuan antarbudaya adalah orang asing. Gudykunst berasumsi bahwa setidaknya
satu orang dalam perjumpaan antarbudaya adalah orang asing. Dia berpendapat
bahwa orang asing mengalami kecemasan dan ketidakpastian; mereka tidak merasa
aman dan mereka tidak yakin bagaimana harus bersikap. Gudykunst mencatat bahwa
orang asing dan anggota dalam kelompok mengalami beberapa tingkat kecemasan dan
ketidakpastian dalam situasi interpersonal baru, tetapi ketika pertemuan itu terjadi
antara orang-orang dari budaya yang berbeda, orang asing terlalu memandang
berlebihan tentang perbedaan budaya.

4. Teori Pengurangan Ketidakpastian


Uncertainty reduction theory atau teori pengurangan ketidakpastian, terkadang juga
disebut initial interaction theory. Teori ini diciptakan oleh Charles Berger dan Richard
Calabrese pada tahun 1975. Tujuan mereka dalam mengkonstruksikan teori ini adalah
untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi
ketidakpastian antara orang asing yang terikat dalam percakapan mereka bersama.
Uji Setiap teori mempunyai asumsi yamg merefleksikan pandangan dari sang
penemu. Uncertainty Reduction Theory (URT) juga tanpa pengecualian. Teori ini
meliputi 7 asumsi:
 Seseorang mengalami ketidakpastian dalam hubungan interpersonal
Asumsi ini menjelaskan, dalam suatu hubungan interpersonal orang akan merasakan
ketidakpastian. Karena perbedaan harapan ada untuk memunculkan interpersonal, itu
alasan untuk mengakhiri ketidakpastian atau setiap kegelisahan bertemu dengan orang
lain.
 Ketidakpastian adalah suatu keengganan, yang bisa membangkitkan stress
Asumsi ini mengusulkan bahwa ketidakpastian adalah sebuah tingkatan keengganan.
Dengan kata lain, ini membawa sejumlah besar energi emosi dan energi psikologi
untuk ketidakpastian. Orang-orang yang baru bekerja kadang-kadang mengalami
stress seperti ini.
 Ketika orang asing bertemu, yang mereka perhatikan pertama kali adalah mengenai
pengurangan ketidakpastian atau menambah kemampuan memprediksikan
Asumsi ini menggarisbawahi bahwa uncertainty reduction theory berpendapat bahwa
ketika orang asing bertemu, ada 2 hal yang penting, yaitu: pengurangan
ketidakpastian & penambahan prediksi.
 Komunikasi interpersonal adalah proses perkembangan yang terjadi melalui beberapa
tahapan
Asumsi ini mengusulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses keterlibatan
tingkat perkembangan. Menurut Berger dan Calabrese kebanyakan orang memulai
interaksi dari tahapan awal (entry phase), yang diartikan sebagai tingkat permulaan
dari interaksi antara orang-orang yang tidak saling mengenal.

5. Teori Budaya Pendamping


Teori Budaya Pendamping (co- cultural theory) berasal dari serangkaian kajian
terhadap bagaimana anggota kelompok terwakilkan (Co Culture, minoritas) seperti
komunitas gay, lesbian, biseksual, transgender, wanita atau para difabel
berkomunikasi dengan anggota budaya dominan atau mayoritas ( Littlejohn, 2012:
264).Teori budaya pendamping didasari dengan 5 asumsi:
 Sebuah hierarki ada dalam masyarakat yang mengistimewakan kelompok tertentu.
 Anggota dominan dalam basis dari berbagai tingkatan keistimewaan.
 Sistem komunikasi dominan berfungsi untuk menjaga anggota kelompok budaya
pendamping dari luar inti kekuasaan.
 Sementara masih ada keragaman yang patut dipertimbangkan dalam budaya
pendamping.
 Anggota kelompok budaya pendamping secara strategis berkomunikasi untuk
mengatasi sistem dimana yang mereka temukan sendiri.
Teori Culture Shock
Teori culture shock pertama kali dipelopori oleh Oberg pada tahun 1960. Oberg
menyatakan culture shock merupakan kecemasan yang timbul akibat hilangnya
simbol hubungan sosial yang familiar (dalam Frandawati, 2009). Menurut Ward
(2001) proses aktif dalam menghadapi perubahan saat berada di lingkungan yang
tidak familiar merupakan bentuk culture shock.

6. Teori Akomodasi Budaya


Teori Akomodasi Komunikasi banyak didasari dari prinsip Teori Identitas Sosial.
Ketika anggota dari kelompok yang berbeda sedang bersama, mereka akan
membandingkan dari mereka. Jika perbandingannya positif, maka akan muncul
identitas sosial yang positif pula. Giles memperluas pemikiran ini dengan mengatakan
bahwa hal yang sama juga terjadi pada gaya bicara (aksen, nada, kecepatan, pola
interupsi) seseorang.
Teori ini dikemukakan oleh Howard Giles dan koleganya, berkaitan dengan
penyesuaian interpersonal dalam interaksi komunikasi. Hal ini didasarkan pada
observasi bahwa komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu sama
lain.Teori akomodasi komunikasi berawal pada tahun 1973, ketika Giles pertama kali
memperkenalkan pemikiran mengenai model ”mobilitas aksen” Yang didasarkan pada
berbagai aksen yang dapat didengar dalam situaisi wawancara. ASUMSI DASAR
Dengan mengingat bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadaan personal,
situasonal dan budaya, maka teori ini terdapat beberapa asumsi berikut ini :
 Persamaan dan perbedaan berbicara dan berperilaku terdapat di dalam semua
percakapan
 Pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang bervariasi akan menentukan sejauh
mana orang mengakomodasikan orang lain.
 Semakin mirip perilaku dan keyakinan kita, semakin membuat kita tertarik untuk
mengakomodasikan orang lain tersebut.

7. Teori Etnosintrisme
Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan
kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan
masyarakat dan kebudayaan lain. Unsur kebudayaan menjadi suatu hal yang
seringkali diunggulkan oleh seseorang atau kelompok dengan menonjolkan sikap
etnosentrisme. Beberapa unsur kebudayaan tersebut antara lain seperti bahasa,
perilaku, kebiasaan, hingga agama.Secara lebih spesifik, etnosentrisme merupakan
suatu pandangan atau persepsi yang dimiliki oleh seorang individu atau kelompok
mengenai penilaian kebudayaan lain.Individu atau kelompok tersebut menganggap
bahwa kebudayaan miliknya diyakini lebih unggul dan baik daripada budaya lainnya.
Prinsip yang satu ini lebih merujuk pada rasa bangga seorang individu atau pun
kelompok secara berlebihan.

8. Teori Negosiasi Wajah


Teori negosiasi muka/teori negosiasi wajah (face negotiation theory) adalah satu dari
sedikit yang secara eksplisit mengakui bahwa orang dari budaya yang berbeda
memiliki bermacam pemikiran mengenai “muka” orang lain. Pemikiran ini
menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara yang berbeda. Karena muka
merupakan perpanjangan dari konsep diri seseorang, muka telah menjadi fokus dari
banyak penelitian di dalam beberapa bidang ilmu.
Asumsi Teori Negosiasi Muka : Identitas diri penting di dalam interaksi interpersonal,
dan individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam budaya
yang berbeda. Asumsi ini menekankan pada identitas diri ( self-identity), atau ciri
pribadi atau atribut karakter seseorang. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif
seseorang, pemikiran, ide, memori, dan rencana (West & Turner, 2006 ). Identitas diri
orang tidak bersifat stagnan, melainkan dinegosiasikian dalam interaksi dengan orang
lain. Melekat dengan asumsi pertama ini adalah keyakinan bahwa para individu di
dalam sebuah budaya memiliki beberapa citra diri yang berbeda dan bahwa meraka
menegosiasikan citra ini secara terus menerus. Ting-Toomey (1993 ) menyatakan
bahwa rasa akan diri seseorang merupaka hal yang sadar atau tidak sadar. Maksudnya,
dalam banyak budaya yang berbeda, orang-orang membawa citra yang mereka
presentasikan kepada orang lain secara kebiasaan atau strategis. Ting-Toomey
percaya bahwa bagaimana kita memersepsikan rasa akan diri kita dan bagaimana kita
ingin orang lain untuk memersepsikan kita merupakan hal yang sangat penting dalam
pengalaman komunikasi kita.

9. Teori Penilaian Sosial


Teori ini dikemukakan oleh Sherif dan Hovland (1961)mencoba menggabungkan
sudut pandangan psikologi, sosiologi dan antropologi.mereka mengatakan bahwa dalil
yan mendasar dari teorinyaini adalah oan yang membentuk situasi yang penting buat
dirinya. Jadi ia tidak ditentukan oleh factor intern (sikap, situasi dan motif) maupun
ekstern (obyek, orang-orang dan lingkungan fisik). Interaksi dan factor intern dan
ekstern inilah yang menjadi kerangka acuan dari setiap perilaku. Pasokan-[sokan
inilah yang dianalisis oleh Sherif dalam teorinya dan dicari sejah mana pengaruhnya
terhadap penilaian social dilakukan oleh individu•
 Pertama, pesan yang berada dalam “wilayah penerimaan” akan dapat mendorong
perubahan sikap.
 Kedua, jika anda menilai suatu argumen atau pesan masuk dalam wilayah penolakan,
maka perubahan sikap akan berkurang atau bahkan tidak ada.
 Ketiga, jika berbagai argumen yang anda terima berada pada wilayan penerimaan dan
wilayah di mana anda berpandangan netral, maka kemungkinan perubahaan sikap
anda akan terjadi.
 Keempat, semakin besar keterlibatan ego Anda dalam suatu isu, semakin luas wilayah
penolakan, semakin kecil wilayah netral, maka semakin kecil perubahan sikap.

10. Teori Atribusi


Teori yang membahas upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain
dan kita. Proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan
melihat perilakunya.
 Atribusi kausalitas, Faktor eksternal (situasional) dan internal (personal). Menurut
Harold Kelley, kausalitas eksternal dan internal memperhatikan:
a. Konsensus, apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap
b. Konsistensi, apakah penanggap bertindak sama pada pada situasi yang lain
c. Kekhasan, apakah orang tersebut bertindak yang sama pada situasi yang lain
atau hanya pada situasi ini saja
Bila ketiga hal tersebut tinggi, maka orang tersebut melakukan kausalitas eksternal.
 Atribusi kejujuran, Robert A. Baron dan Donn Byrne memperhatikan
a. Sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang populer di
masyarakat. Semakin besar jarak antara pendapat orang tersebut dengan
pendapat umum, makin percaya kita bahwa orang tersebut jujur.
b. Sejauh mana orang itu mendapat keuntungan dari pernyataannya. Kita kurang
percaya kejujuran yang menguntungkan pembicaranya.

11. Teori Identitas Budaya


Identitas Budaya memiliki pengertian suatu karakter khusus yang melekat dalam
suatu kebudayaan sehingga bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan
kebudayaan yang lain. Dalam Lintas Budaya, setiap orang seharusnya memahami
masing-masing budaya yang ada di sekitarnya sehingga dapat beradaptasi ketika
berada di kebudayaan yang berbeda. Identitas budaya memiliki beberapa pendekatan
dalam pengertiannya yaitu adalah :
 Kesempurnaan rasa dalam seni dan kemanusiaan. Pola yang terintegrasi dari
pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku, yang bergantung pada kemampuan
atau kapasitasnya dalam pemikiran secara simbolik dan pembelajaran secara sosial.
 Seperangkat sikap, nilai – nilai, sasaran dan tindakan yang diyakini bersama, yang
kemudian menjadi ciri, sifat atau karakter dari sebuah organisasi atau kelompok.
Adapun faktor-faktor pembentuk Identitas budaya adalah kurang lebih sebagai berikut
:
 Kepercayaan. Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa
adanya kepercayaan yang di anut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya
yang melekat pada suatu kebudayaan. Rasa aman. Perasaan aman atau positif bagi
penganut suatu kebudayaan menjadi faktor terbentuknya identitas budaya, karena
tanpa adanya rasa aman dari pelaku kegiatan budaya maka tidak akan dilakukan
secara terus menerus sesuatu yang dianggapnya negatif dan tidak aman. Pola perilaku.
Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana pola
perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut.

12. Teori Akulturasi


Teori mengenai akulturasi yang digunakan merupakan teori dari John W. Berry
karena dalam penelusurannya mengenai akulturasi, Berry menekankan pada sisi
psikologis individu di dalam aspek budaya yaitu mengenai sikap dan perilaku
individu. Gagasan utama teori John W. Berry adalah tentang akulturasi.i. Asumsi
pertama adalah kelompok yang tidak dominan dan anggota-anggotanya memiliki
kebebasan untuk memilih cara berakulturasi. Integrasi terjadi jika ada pilihan bebas
atau bisa juga terjadi jika kelompok yang dominan memiliki keterbukaan dan
orientasi inklusif pada keragaman budaya sedemikian rupa sehingga kelompok yang
tidak dominan dapat berperan. yang kedua adalah kelompok yang tidak dominan
melakukan adopsi nilai-nilai dasar yang ada pada kelompok sosial yang lebih besar,
dan pada waktu yang bersamaan kelompok yang dominan melakukan adaptasi atas
institusi internalnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan semua anggota
kelompoknyayang sekarang hidup dalam situasi masyarakat yang plural.

13. Teori Komunikasi Klasik


Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari karya Claude Shannon dan Warren
Weaver (1949, Weaver. 1949 b), Mathematical Theory of Communication.Teori
Komunikasi Klasik adalah proses penyampaian pesan dari komunikan kepada
komunikator melaluisebuah media yang masih sangat sederhana, dimana proses
penyampaian pesannya dilakukan secara langsung dan feedbacknya dapat diterima
secara langsung.

14. Teori Fenomenalogi


Fenomenologi mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai pengalaman diri dan
orang lain dalam sebuah dialog. Fenomenologi memandang masalah komunikasi,
sebagaimana semiotika, berkembang dalam kesenjangan antara berbagai sudut
pandang subjektif bahwa seseorang tidak dapat secara langsung mengalami kesadaran
lainnya dan potensi memahami intersubjektif adalah terbatas.Istilah fenomenologi
dalam bahasa Yunani disebut dengan phainomenon yang berarti “apa yang tampak”
dan logos yang berarti studi. Sedangkan, istilah fenomenologi dalam bahasa Latin
disebut dengan phenomenologia yang dikenalkan oleh Christoph Friedrich Oetinger
(1736).Kemudian, Johann Heinrich Lambert mengenalkan istilah fenomenologi dalam
bahasa Jerman dengan nama phanomenologia. Pada abad ke-18, fenomenologi
dimaksudkan sebagai teori dasar penampakan untuk mengkaji secara empiris
mengenai pengetahuan penampakan sensori. (Baca juga: Internet sebagai Media
Komunikasi)
Asumsi Dasar : Menurut Mark P. Orbe melalui Encyclopedia of Communication
Theory (2009 : 751-752), fenomenologi memiliki 5 (lima) asumsi dasar, yaitu :
 Asumsi pertama adalah penolakan terhadap gagasan bahwa para peneliti dapat
bersikap objektif.
 Asumsi kedua adalah bahwa pemahaman yang mendalam terhadap sifat dan arti dari
hidup terletak pada analisis praktik kehidupan yang dilakukan oleh manusia dalam
kesehariannya.
 Asumsi ketiga adalah eksplorasi manusia yang bertentangan dengan individu adalah
hal sangat penting dalam fenomenologi.
 Asumsi keempat adalah bagaimana manusia dikondisikan dalam sebuah proses
penelitian.
 Asumsi kelima berkaitan dengan proses. Fenomenologi adalah sebuah metodologi
yang berorientasi pada penemuan yang secara spesifik tidak menentukan sebelumnya
apa yang akan menjadi temuannya.

15. Teori Dialektika relasional


Teori Dialektika Relasional merupakan salah satu teori komunikasi yang berada pada
level komunikasi antar pribadi dan secara garis besar membahas mengenai
pengembangan hubungan. Teori ini dikembangkan oleh Leslie Baxter dan Barbara
Montgomery.

16. Teori Adaptasi Interaksi


Teori adaptasi interaksi oleh Burgoon digunakan untuk menjelaskan proses yang
terjadi dengan lebih mendetail sekaligus untuk mengindikasikan emosi yang terlibat.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk memahami permasalahan yang
terjadi secara menyeluruh dan lebih mendalam.

17. Industri budaya


Pertama kali diperkenalkan oleh Theodor Adorno dan Max Horkhaimer, dalam
tulusannya yang berjudul The CurturalIndustry (1944), Adorno menjelaskan bahwa
produksi budaya ditandai oleh beberapa karakteristik, yaitu standarisasi, massifikasi
dan komodifikasi. Dengan menggunakan konsep industri budaya, Adorno sebenarnya
ingin menekankan bahwa budaya yang diproduksi secara massif dan standard
bukanlah berasal dari eskpresi kultural rakyat kebanyakan, tetapi produk dari industri
semata.

18. Teori Kekuasaan Foucault


Michel Foucault, salah seorang filsuf pelopor strukturalisme juga berbicara tentang
kekuasaan. Konsep Kekusasan Foucault dipengaruhi oleh Nietzsche.
Foucault menilai bahwa filsafat politik tradisional selalu berorientasi pada soal
legitimasi. Kekuasaan adalah sesuatu yang dilegitimasikan secara metafisis kepada
negara yang memungkinkan negara dapat mewajibkan semua orang untuk
mematuhinya. Namun menurut Foucault, kekuasaan adalah satu dimensi dari relasi.
Di mana ada relasi, di sana ada kekuasaan.Menurut Foucault, ada dua pendapat
penting saat pengetahuan bertemu dengan pikiran-pikiran tentang kemanusiaan.
Pertama, dengan pengetahuannya sendiri manusia merupakan mahluk yang dibatasi
oleh lingkungan sekitarnya. Kedua, rasionalitas dan kebenaran selalu berubah
sepanjang sejarah.

19. Teori feminis


Teori Feminis adalah sistem gagasan umum dengan cakupan luas tentang kehidupan
sosial dan pengalaman manusia yang berkembang dari perspektif yang berpusat pada
perempuan. Para feminis mengakui bahwa gerakan feminisme merupakan gerakan
yang berakar pada kesadaran kaum perempuan. Feminisme lahir awal abad ke 20,
yang dipelopori oleh Virginia Woolf dalam bukunya yang berjudul A Room of One's
Own (1929). Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti
perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak), sebagai kelas sosial. Asumsi yang pertama yakni feminism mempercayai
tentang adanya human nature yang merupakan suatu konstruksi yang ada dalam
lingkungan sosial. Asumsi yang kedua yakni perspektif feminisme mempercayai dan
memandang bahwa tidak ada perbedaan yang jelas antara fakta dan nilai.

20. Teori Semiotika


Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisis semiotik modern telah di -
warnai dengan dua nama yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama
Ferdinand de de Saussure (1857 - 1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama
Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Menurut Ferdinand De Saussure, tanda terdiri
dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep
dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. Dalam berkomunikasi, seseorang
menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan
menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir
serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object
untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan
menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika
orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut
merupakan tanda kesialan (signified).

Anda mungkin juga menyukai