Anda di halaman 1dari 6

ERFINY YURIKE

SYMBOLIC INTERACTION THEORY

Teori ini merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses
komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki
iindividu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Blumer menyatakan 3 asumsi utama
interaksionisme simbolik yang berhubungan dengan makna, bahasa, dan berpikir. Hal tersebut
mengarah pada kesimpulan tentang penciptaan diri seseorang dan sosialisasi ke komunitas yang
lebih luas.

Makna sebagai konstruksi realitas sosial

Blumer memulai dengan asumsi bahwa manusia bertindak terhadap orang-orang atau hal-hal
berdasarkan makna yang mereka berikan kepada orang-orang atau hal-hal itu. Fakta tidak berbicara
sendiri, melainkan dari interpretasi kita. Dan sekalinya orang-orang mendefinisikan suatu situasi
nyata, maka konsekuensinya hal tersebut akan menjadi nyata.

Menurut mead sendiri, membuat makna tidak bisa dilakukan oleh seorang individu. Interpretasi
merupakan hasil dari pemikiran Bersama.

Bahasa sebagai sumber makna

Asumsi kedua Blumer adalah bahwa makna, muncul dari interaksi sosial antara seseorang ke orang
lain. Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan di berbagai hal. Kita dapat menunjuk suatu objek
tertentu, mengidentifikasi tindakan, dan merujuk ke suatu ide yang abstrak.

Mead percaya bahwa penanaman simbol adalah dasar bagi manusia. Interaksi simbolik bukan bararti
hanya ekspresi cerdas, melainkan juga cara kita belajar untuk menafsirkan dunia. Maka dari itu
dibutuhkan kemampuan berbahasa untuk memaknai suatu objek.

Pikiran sebagai proses pengambilan peran orang laisn

Asumsi ketiga adalah bahwa individu menginterpretasikan symbol dimofidikasi oleh proses
pemikirannya sendiri. Interaksi simbolik menggambarkan pemikiran sebagai percakapan batin, mead
menyebut hal ini sebagai minding. Karena itu Mead yakin bahwa pikiran adalah percakapan mental
antara yang kita lihat terhadap orang lain.
Diri adalah refleksi dari cermin

Konsep Diri tebentuk atas dua unsur yang saling berhubungan yaitu “I” dan “Me”. “I” adalah
subjektifitas diri yang berasal dari dalam diri sendiri secara spontan. Sedangkan “Me” dibentuk
berdasarkan objek yang terlihat dari cermin yang merupakan reaksi dari orang sekitar.

Efek sosialisasi dari harapan orang lain

Jika dalam hidup kita jika hanya berinteraksi dengan keluarga kita maka yang akan mempengaruhi
kita secara signifikan adalah orang-orang tersebut. Tapi setelah kita melakukan sosialisasi dengan
masyarakat yang lebih luas maka akan terdapat gabungan symbol interaksi dalam pemikiran kita.
Kita perlu mencari tahu apa yang masyarakat lain lakukan, apa maksud dari tindakan mereka, dan
apa yang mereka harapkan dari kita.

CONTOH INTERAKSI SIMBOLIK YANG DITERAPKAN

Sejak Mead percaya bahwa sebuah teori berharga dan berguna, ia menciptakan 6 aplikasi terpisah
dari interaksionime simbolik :

 Menciptakan realitas
 Pemelitian Bermakna
 Umum lainnya
 Penamaan
 Profesi memenuhi diri
 Manipulasi simbolik

COGNITIVE DISSONANCE THEORY


Merupakan sebuah teori yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang
akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang
untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:

1. Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap , dan perilakunya.
Asumsi ini menekankan pada sifat dasar manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan
konsistensi. Teori ini menyatakan bahwa orang tidak akan menikmati inkonsistensi pikiran
dan keyakinan mereka. Sebaliknya, mereka mencari konsistensi.
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis.
Asumsi ini berbicara mengenai jenis konsistensi yang penting bagi orang. CTD merujuk pada
fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya
untuk menimbulkan disonansi kognitif.
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-
tindakan dengan dampak yang dapat diukur.
Ketika iraní mengalami inkonsistensi psikologis, disonansi tercipta menimbulkan perasaan
tidak sukan. Jadi orang tidak senang berada dalam keadaan disonansi. Festinger mengatakan
bahwa disonansi merupakan keadaan pendorong yang memiliki properti rangsangan.
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsistensi dan usaha untuk
mengurangi disonansi.
Akhirnya teori ini menjelaskan bahwa rangsangan yang diciptakan oleh disonansi akan
memotivasi orang untuk menghindari situasi yang menciptakan inkonsitensi dan berusaha
mencari situasi yang mengembalikan konsistensi. Jadi teori ini dibingkai oleh sifat dimana
manusia mencari konsistensi psikologis sebagai hasil dari rangsangan yang disebabkan oleh
kondisi ketidaksenangan terhadap kognisi yang tidak konsisten.

Mengatasi Disonansi
Banyak cara untuk meningkatkan konsistensi didasarkan pada kognisi, dan teori ini
mengemukakan beberapa metode yang mungkin digunakan untuk mengurangi disonansi,
antara lain :
1. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.
2. Menambah keyakinan yang konsonan.
3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu.

GENDERLECT STYLES

Genderlect theory atau biasa dikenal dengan genderlect style adalah salah satu teori gender yang
melihat perbedaan antara laki laki dan perempuan berdasarkan perbedaan budaya. Deborah Tannen
adalah pencetus teori ini. Genderlect style pada intinya menyatakan bahwa “percakapan antara laki-
laki dan perempuan merupakan sebuah komunikasi antar budaya”. Artinya, jeda (dalam percakapan)
yang salah ditempatkan akan menghasilkan intonasi yang salah dan selanjutnya membuat sebuah
percakapan menjadi tidak beraturan atau kacau. Tannen mengatakan bahwa kesalahan penempatan
jeda yang berujung pada ketidakberaturan ini banyak terjadi disetiap waktu antara laki laki dan
perempuan. Efeknya adalah pada hal yang lebih membahayakan. Perempuan maupun laki-laki tidak
menyadari bahwa mereka bertemu dan berasal dari kebudayaan yang berbeda.

Tannen menambahkan, ketika dia membandingkan gaya berbicara laki laki dan perempuan, ia
menemukan sebuah wacana bahwa laki laki dan perempuan adalah spesis yang berbeda. Sebagai
contoh, dua orang perempuan dapat duduk dengan sangat nyaman berhadap-hadapan dan saling
peduli dalam sebuah percakapan. Tetapi ketika laki-laki diminta untuk berbicara tentang sesuatu
yang serius, mereka berpindah dari topik ke topik dan justru bercerita tentang permainan dan
kompetisi. Tannen menyatakan bahwa beralih dari dunia laki-laki ke dunia perempuan itu seperti
beralih dari satu planet ke planet yang lain.

UNCERTAINTY REDUCTION THEORY

Teori Pengurangan Ketidakpastian adalah sebuah teori yang di kemukakan oleh Charles Berger dan
Richard Calabrese. Teori ini membahas tentang sebuah proses komunikasi pada dua individu yang
sebelumnya saling tidak kenal, menjadi kenal sehingga dapat mengurangi ketidak pastian dalam
komunikasi, dan kemudian memutuskan untuk melanjutkan komunikasi atau tidak. Dikatakan juga
bahwa teori ini berhubungan dengan cara-cara kita mengumpulkan informasi tentang orang lain.
Teori ini berhubungan dengan cara-cara individu memantau lingkungan sosial mereka dan menjadi
tahu lebih banyak tentang diri mereka sendiri dan orang lain.

Teori ini menyatakan bahwa ada dua tipe dari ketidakpastian dalam perjumpaan pertama
yaitu: Cognitive danbehavioral.

 Cognitive uncertainty merupakan tingkatan ketidakpastian yang diasosiasikan dengan


keyakinan dan sikap.

 Behavioral uncertainty, dilain pihak berkenaan dengan luasnya perilaku yang dapat
diprediksikan dalam situasi yang diberikan.

Teori ini dibingkai oleh 7 asumsi yaitu:

1. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.


2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara
kognitif.
3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi
ketidakpastian mereka atau meningkatkan predikbilitas.
4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui
tahapan-tahapan.
5. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiiring berjalannya
waktu.
7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum.

USES AND GRATIFICATION THEORY

Teori use and gratification milk blumer dan Katz ini mengatakan bahwa penggunaan media
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain
penggunaan media tersebut adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Artinya teori use and
gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan untuk memuaskan kebutuhannya.

Sementara itu, Katz, Gurevitch dan haan mengatakan bahwa kebutuhan manusia dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, afiliasi kelompok, dan ciri-ciri kepribadian sehingga terciptalah kebutuhan manusia
yang berkaitan dengan media meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kepribadian secara
integratif, kebutuhan sosial secara integratif dan kebutuhan pelepasan ketegangan.

Kebutuhan Khalayak adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan kognitif yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi mengenai
pemahaman dan lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan dengan hasrat untuk memahami dan
menguasai lingkungan dan memuaskan rasa keingintahuan kita.
b. Kebutuhan afektif yaitu berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estis
menyenangkan emosidional. Kebutuhan ini mengacu pada kegiatan atau segala sesuatu yang
berkaitan dari segi prilaku yang menyenangkan.
c. Kebutuhan pribadi secara integratif yaitu kebutuhan ini berkaitan dengan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual yang diperoleh dari hasrat dan harga diri.
d. Kebutuhan sosial secara integratif yaitu berkaitan dengan peneguhan kontak bersama
keluarga, teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat berealisasi bekaitan.
e. Kebutuhan pelepasan ketegangan yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan upaya
menghindarkan tekanan, tegangan dan hasrat akan keanekaragaman.

Menurut Katz dan Gurevitch beberapa asumsi mendasar dari uses and gratifications adalah sebagai


berikut:
1. Khalayak dianggap aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas apa pun yang Cmedia
siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program.
2. Dalam proses komunikasi massa, Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan
program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan
kebutuhannya.
3. Media massa harus besaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya.
Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas.
4. Tujuan media masa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak artinya, orang yang
dianggap mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu
5. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah. Semisal,
tidaklah relevan untuk menyatakan program-program infotainment itu sampah, bila ternyata
ditonton oleh sekian juta penonton.

Anda mungkin juga menyukai