Teori komunikasi antar pribadi adalah teori yang menjelaskan bagaimana individu
berkomunikasi dengan individu lain. Teori ini berfokus pada proses komunikasi yang terjadi
antara dua orang atau lebih, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi
tersebut.
b. Kehangatan non verbal: begitu terjadi peningkatan ekspresi non verbal maka
derajat ketidak pastian akan berkurang pada situasi awal interaksi.
Teori komunikasi massa adalah teori yang menjelaskan bagaimana komunikasi massa
bekerja. Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang melibatkan satu sumber
(komunikator) yang menyampaikan pesan kepada khalayak yang besar dan heterogen melalui
media massa.Teori komunikasi massa juga dapat digunakan untuk mengembangkan strategi
komunikasi massa yang efektif.
1. Teori Pengaruh Tradisi
Teori pengaruh tradisi adalah teori yang menjelaskan bagaimana tradisi dapat
mempengaruhi komunikasi. Tradisi adalah kebiasaan atau kepercayaan yang diturunkan
dari generasi ke generasi. Tradisi dapat berupa kebiasaan, ritual, atau simbol-simbol
yang memiliki makna bagi suatu kelompok atau masyarakat.
Aksioma teori komunikasi sosial adalah pernyataan-pernyataan yang diterima
sebagai kebenaran tanpa perlu dibuktikan. Aksioma-aksioma ini mendasari penjelasan
teori komunikasi sosial tentang bagaimana komunikasi sosial bekerja.
Aksioma-aksioma teori komunikasi sosial ini penting untuk dipahami karena
dapat membantu kita untuk memahami bagaimana komunikasi sosial bekerja.
Aksioma-aksioma ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena
komunikasi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
a. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang lain. Kebutuhan ini
disebut sebagai kebutuhan affiliasi. Kebutuhan affiliasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang penting untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional.
Aksioma ini menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang lain. Kebutuhan ini
disebut sebagai kebutuhan affiliasi. Kebutuhan affiliasi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang penting untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional.
Manusia membutuhkan interaksi sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhannya,
seperti:
1) Kebutuhan untuk merasa diterima dan dihargai
2) Kebutuhan untuk berbagi informasi dan pengalaman
3) Kebutuhan untuk mendapatkan dukungan emosional
4) Kebutuhan untuk belajar dan berkembang
b. Komunikasi adalah proses. Komunikasi adalah proses yang berkelanjutan dan
dinamis. Komunikasi tidak terjadi secara instan, tetapi merupakan proses yang
terus berkembang. Komunikasi juga tidak terjadi dalam satu arah, tetapi
merupakan proses yang melibatkan dua atau lebih orang yang saling bertukar
informasi dan makna. Aksioma ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
yang berkelanjutan dan dinamis. Komunikasi tidak terjadi secara instan, tetapi
merupakan proses yang terus berkembang. Komunikasi juga tidak terjadi dalam
satu arah, tetapi merupakan proses yang melibatkan dua atau lebih orang yang
saling bertukar informasi dan makna. Komunikasi adalah proses yang
berkelanjutan karena komunikasi tidak pernah berhenti. Komunikasi selalu terjadi
dalam kehidupan kita, baik secara sadar maupun tidak sadar. Komunikasi juga
merupakan proses yang dinamis karena komunikasi selalu berubah dan
berkembang seiring dengan perubahan kondisi dan situasi.
c. Komunikasi adalah transaksi. Komunikasi melibatkan dua atau lebih orang
yang saling bertukar informasi dan makna. Dalam komunikasi, setiap orang tidak
hanya menjadi pengirim pesan, tetapi juga penerima pesan.
Aksioma ini menyatakan bahwa komunikasi melibatkan dua atau lebih orang
yang saling bertukar informasi dan makna. Dalam komunikasi, setiap orang tidak
hanya menjadi pengirim pesan, tetapi juga penerima pesan.
Komunikasi adalah transaksi karena komunikasi adalah proses yang melibatkan
dua atau lebih orang yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pengirim pesan
tidak hanya menyampaikan informasi kepada penerima pesan, tetapi juga
menerima umpan balik dari penerima pesan. Umpan balik ini dapat berupa
penerimaan, penolakan, atau permintaan klarifikasi.
d. Komunikasi adalah simbolik. Komunikasi menggunakan simbol-simbol untuk
menyampaikan informasi dan makna. Simbol-simbol ini dapat berupa kata-kata,
gambar, gerakan tubuh, atau tanda-tanda lainnya.
Aksioma ini menyatakan bahwa komunikasi menggunakan simbol-simbol untuk
menyampaikan informasi dan makna. Simbol-simbol ini dapat berupa kata-kata,
gambar, gerakan tubuh, atau tanda-tanda lainnya.
Komunikasi adalah proses simbolik karena komunikasi menggunakan simbol-
simbol untuk menyampaikan informasi dan makna. Simbol-simbol ini dapat
berupa kata-kata yang diucapkan atau ditulis, gambar, gerakan tubuh, atau tanda-
tanda lainnya. Simbol-simbol ini memiliki makna yang disepakati oleh orang-
orang yang terlibat dalam komunikasi.
e. Komunikasi adalah kontekstual. Komunikasi terjadi dalam konteks tertentu
yang mempengaruhi bagaimana komunikasi tersebut berlangsung. Konteks ini
dapat berupa waktu, tempat, budaya, atau hubungan antar partisipan komunikasi.
Aksioma ini menyatakan bahwa komunikasi terjadi dalam konteks tertentu yang
mempengaruhi bagaimana komunikasi tersebut berlangsung. Konteks ini dapat
berupa waktu, tempat, budaya, atau hubungan antar partisipan komunikasi.
Komunikasi adalah proses kontekstual karena komunikasi terjadi dalam konteks
tertentu yang mempengaruhi bagaimana komunikasi tersebut berlangsung.
Konteks ini dapat berupa waktu, tempat, budaya, atau hubungan antar partisipan
komunikasi. Misalnya, komunikasi yang terjadi di dalam kelas akan berbeda
dengan komunikasi yang terjadi di luar kelas. Komunikasi yang terjadi di budaya
tertentu akan berbeda dengan komunikasi yang terjadi di budaya lain.
Komunikasi yang terjadi antara teman akan berbeda dengan komunikasi yang
terjadi antara atasan dan bawahan.
a. Tradisi adalah bagian dari budaya. Tradisi adalah kebiasaan atau kepercayaan
yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tradisi dapat berupa kebiasaan, ritual,
atau simbol-simbol yang memiliki makna bagi suatu kelompok atau masyarakat.
d. Asumsi-asumsi teori pengaruh tradisi ini penting untuk dipahami karena dapat
membantu kita untuk memahami bagaimana tradisi dapat mempengaruhi
komunikasi. Asumsi-asumsi ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai fenomena komunikasi yang terjadi dalam konteks budaya yang beragam.
Asumsi ini menyatakan bahwa komunikasi yang terjadi dalam suatu budaya
tertentu akan dipengaruhi oleh tradisi budaya tersebut.
Teori pengharapan nilai (value expectancy theory) adalah salah satu teori
komunikasi massa yang menjelaskan bahwa pemilihan dan penggunaan media oleh
khalayak dipengaruhi oleh harapan dan nilai-nilai yang mereka anut.
Teori ini dikemukakan oleh Joseph R. Dominick dan Daniel J. Wackman pada
tahun 1983. Teori ini merupakan perkembangan dari teori uses and gratifications yang
dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay Blumler, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974.
Aksioma dari teori pengharapan nilai adalah pernyataan yang mendasari teori
tersebut. Aksioma-aksioma ini memberikan gambaran bahwa khalayak bukan objek
pasif yang dikendalikan oleh media. Sebaliknya, khalayak adalah individu yang aktif
dan memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan media sesuai dengan
kebutuhan dan nilai-nilai mereka.
a. Khalayak adalah individu yang aktif dan berorientasi pada tujuan. Khalayak
tidak hanya pasif menerima pesan media, tetapi juga memiliki tujuan dan
motivasi tertentu dalam menggunakan media. Tujuan ini dapat berupa
memperoleh informasi, hiburan, atau bahkan untuk membentuk opini. Asumsi ini
menjelaskan bahwa khalayak bukanlah objek pasif yang dikendalikan oleh media.
Sebaliknya, khalayak adalah individu yang aktif dan memiliki kemampuan untuk
memilih dan menggunakan media sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.
b. Harapan dan nilai-nilai khalayak berperan penting dalam pemilihan dan
penggunaan media. Khalayak akan memilih dan menggunakan media yang
mereka yakini dapat memenuhi harapan dan nilai-nilai mereka. Asumsi ini
menjelaskan bahwa harapan dan nilai-nilai khalayak berperan penting dalam
pemilihan dan penggunaan media. Khalayak akan memilih dan menggunakan
media yang mereka yakini dapat memenuhi harapan dan nilai-nilai mereka.
c. Pengaruh media massa terhadap khalayak bersifat tidak langsung. Pengaruh
media massa terhadap khalayak tidak hanya bergantung pada pesan media itu
sendiri, tetapi juga pada harapan dan nilai-nilai yang dianut oleh khalayak.
Asumsi ini menjelaskan bahwa pengaruh media massa terhadap khalayak bersifat
tidak langsung. Pengaruh media massa terhadap khalayak tidak hanya bergantung
pada pesan media itu sendiri, tetapi juga pada harapan dan nilai-nilai yang dianut
oleh khalayak.
3. Teori Ketergantungan
Teori ini dikemukakan oleh Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach pada tahun
1976. Teori ini merupakan perkembangan dari teori uses and gratifications yang
dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay Blumler, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974.
a. Khalayak adalah individu yang aktif dan memiliki kebutuhan dan motivasi
tertentu dalam menggunakan media. Khalayak tidak hanya pasif menerima
pesan media, tetapi juga memiliki tujuan dan motivasi tertentu dalam
menggunakan media. Tujuan ini dapat berupa memperoleh informasi, hiburan,
atau bahkan untuk membentuk opini.Asumsi ini menjelaskan bahwa khalayak
bukanlah objek pasif yang dikendalikan oleh media. Sebaliknya, khalayak adalah
individu yang aktif dan memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan
media sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.
b. Media massa dapat memenuhi kebutuhan dan motivasi khalayak dengan
menyediakan informasi dan hiburan yang relevan dan dapat dipercaya.
Media massa dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini dengan menyediakan
informasi dan hiburan yang relevan dan dapat dipercaya. Informasi dan hiburan
yang relevan adalah informasi dan hiburan yang sesuai dengan kebutuhan dan
motivasi khalayak. Informasi dan hiburan yang dapat dipercaya adalah informasi
dan hiburan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi ini
menjelaskan bahwa media massa dapat memenuhi kebutuhan dan motivasi
khalayak dengan menyediakan informasi dan hiburan yang relevan dan dapat
dipercaya. Informasi dan hiburan yang relevan adalah informasi dan hiburan yang
sesuai dengan kebutuhan dan motivasi khalayak. Informasi dan hiburan yang
dapat dipercaya adalah informasi dan hiburan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
c. Pengaruh media massa terhadap khalayak bersifat tidak langsung. Pengaruh
media massa terhadap khalayak tidak hanya bergantung pada pesan media itu
sendiri, tetapi juga pada relevansi dan kepercayaan informasi dan hiburan yang
disediakan oleh media massa tersebut. Asumsi ini menjelaskan bahwa pengaruh
media massa terhadap khalayak bersifat tidak langsung. Pengaruh media massa
terhadap khalayak tidak hanya bergantung pada pesan media itu sendiri, tetapi
juga pada relevansi dan kepercayaan informasi dan hiburan yang disediakan oleh
media massa tersebut.
d. Khalayak akan semakin tergantung pada media massa yang menyediakan
informasi dan hiburan yang relevan dan dapat dipercaya. Semakin relevan
dan dapat dipercaya informasi dan hiburan yang disediakan oleh media massa,
semakin besar kemungkinan khalayak untuk menggunakan media massa tersebut.
Khalayak akan menjadi semakin tergantung pada media massa tersebut dalam
memenuhi kebutuhannya. Asumsi ini menjelaskan bahwa khalayak akan semakin
tergantung pada media massa yang menyediakan informasi dan hiburan yang
relevan dan dapat dipercaya. Semakin relevan dan dapat dipercaya informasi dan
hiburan yang disediakan oleh media massa, semakin besar kemungkinan khalayak
untuk menggunakan media massa tersebut. Khalayak akan menjadi semakin
tergantung pada media massa tersebut dalam memenuhi kebutuhannya. Asumsi-
asumsi ini memberikan gambaran bahwa khalayak bukan merupakan objek pasif
yang dikendalikan oleh media massa. Sebaliknya, khalayak adalah individu yang
aktif dan memiliki kemampuan untuk memilih dan menggunakan media sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka.
Teori Komunikasi Tentang Hubungan
1. Teori Dialogis
Menurut teori dialogis, makna tidak ada secara objektif, tetapi diciptakan secara
bersama-sama oleh para partisipan dalam komunikasi. Makna tidak hanya bergantung
pada teks atau pesan yang disampaikan, tetapi juga pada konteks sosial, budaya, dan
pengalaman para partisipan.
a. Makna adalah produk dari interaksi dan negosiasi antara para partisipan
dalam komunikasi. Makna tidak ada secara objektif, tetapi diciptakan secara
bersama-sama oleh para partisipan dalam komunikasi. Makna tidak hanya
bergantung pada teks atau pesan yang disampaikan, tetapi juga pada konteks sosial,
budaya, dan pengalaman para partisipan. Aksioma ini menjelaskan bahwa makna
tidak ada secara objektif, tetapi diciptakan secara bersama-sama oleh para
partisipan dalam komunikasi. Makna tidak hanya bergantung pada teks atau pesan
yang disampaikan, tetapi juga pada konteks sosial, budaya, dan pengalaman para
partisipan. Misalnya, ketika seorang guru mengajar di kelas, makna dari materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru tidak hanya bergantung pada materi
pelajaran itu sendiri, tetapi juga pada konteks sosial dan budaya kelas, serta
pengalaman para siswa.
b. Komunikasi adalah proses yang aktif dan kreatif. Para partisipan tidak hanya
menerima pesan, tetapi juga memproduksi makna. Para partisipan tidak hanya pasif
menerima pesan, tetapi juga aktif menciptakan maknanya sendiri. Aksioma ini
menjelaskan bahwa para partisipan tidak hanya menerima pesan, tetapi juga
memproduksi makna. Para partisipan tidak hanya pasif menerima pesan, tetapi juga
aktif menciptakan maknanya sendiri. Misalnya, ketika seorang siswa membaca
buku, siswa tersebut tidak hanya menerima pesan dari penulis, tetapi juga
memproduksi maknanya sendiri. Makna yang dihasilkan oleh siswa akan
dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan siswa tersebut.
c. Komunikasi adalah proses yang interaktif. Para partisipan saling mempengaruhi
satu sama lain dalam menciptakan makna. Makna tidak dapat diciptakan oleh satu
partisipan saja, tetapi membutuhkan interaksi dengan partisipan lain. Aksioma ini
menjelaskan bahwa para partisipan saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menciptakan makna. Makna tidak dapat diciptakan oleh satu partisipan saja, tetapi
membutuhkan interaksi dengan partisipan lain. Misalnya, dalam percakapan antara
dua orang, kedua orang tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menciptakan makna. Makna yang diciptakan oleh kedua orang tersebut akan
dipengaruhi oleh tanggapan yang diberikan oleh masing-masing orang.
d. Komunikasi adalah proses yang kontekstual. Makna tidak dapat dipisahkan dari
konteks sosial, budaya, dan pengalaman para partisipan. Makna yang diciptakan
oleh para partisipan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman
mereka. Aksioma ini menjelaskan bahwa makna tidak dapat dipisahkan dari
konteks sosial, budaya, dan pengalaman para partisipan. Makna yang diciptakan
oleh para partisipan akan dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman
mereka. Misalnya, ketika seorang pemimpin memberikan pidato, makna dari pidato
tersebut akan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya masyarakat, serta
pengalaman para pendengar pidato tersebut.
a. Makna adalah produk dari interaksi dan negosiasi antara para partisipan
dalam komunikasi. Asumsi ini menjelaskan bahwa makna tidak ada secara
objektif, tetapi diciptakan secara bersama-sama oleh para partisipan dalam
komunikasi. Makna tidak hanya bergantung pada teks atau pesan yang
disampaikan, tetapi juga pada konteks sosial, budaya, dan pengalaman para
partisipan. Asumsi ini menjelaskan bahwa makna tidak ada secara objektif, tetapi
diciptakan secara bersama-sama oleh para partisipan dalam komunikasi. Makna
tidak hanya bergantung pada teks atau pesan yang disampaikan, tetapi juga pada
konteks sosial, budaya, dan pengalaman para partisipan. Asumsi ini didasarkan
pada pandangan bahwa komunikasi adalah proses yang dialogis. Dalam
komunikasi dialogis, para partisipan saling bertukar informasi dan ide. Mereka
saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan makna. Misalnya, ketika
seorang guru mengajar di kelas, makna dari materi pelajaran yang disampaikan
oleh guru tidak hanya bergantung pada materi pelajaran itu sendiri, tetapi juga
pada konteks sosial dan budaya kelas, serta pengalaman para siswa.
b. Komunikasi adalah proses yang aktif dan kreatif. Asumsi ini menjelaskan
bahwa para partisipan tidak hanya menerima pesan, tetapi juga memproduksi
makna. Para partisipan tidak hanya pasif menerima pesan, tetapi juga aktif
menciptakan maknanya sendiri. Asumsi ini menjelaskan bahwa para partisipan
tidak hanya menerima pesan, tetapi juga memproduksi makna. Para partisipan
tidak hanya pasif menerima pesan, tetapi juga aktif menciptakan maknanya
sendiri. Asumsi ini didasarkan pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk
yang aktif dan kreatif. Manusia tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga
aktif menciptakan maknanya sendiri. Misalnya, ketika seorang siswa membaca
buku, siswa tersebut tidak hanya menerima pesan dari penulis, tetapi juga
memproduksi maknanya sendiri. Makna yang dihasilkan oleh siswa akan
dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan siswa tersebut.
c. Komunikasi adalah proses yang interaktif. Asumsi ini menjelaskan bahwa para
partisipan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan makna. Makna
tidak dapat diciptakan oleh satu partisipan saja, tetapi membutuhkan interaksi
dengan partisipan lain. Asumsi ini menjelaskan bahwa para partisipan saling
mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan makna. Makna tidak dapat
diciptakan oleh satu partisipan saja, tetapi membutuhkan interaksi dengan
partisipan lain. Asumsi ini didasarkan pada pandangan bahwa komunikasi adalah
proses yang dialogis. Dalam komunikasi dialogis, para partisipan saling bertukar
informasi dan ide. Mereka saling mempengaruhi satu sama lain dalam
menciptakan makna. Misalnya, dalam percakapan antara dua orang, kedua orang
tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan makna. Makna
yang diciptakan oleh kedua orang tersebut akan dipengaruhi oleh tanggapan yang
diberikan oleh masing-masing orang.
d. Komunikasi adalah proses yang kontekstual. Asumsi ini menjelaskan bahwa
makna tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, budaya, dan pengalaman para
partisipan. Makna yang diciptakan oleh para partisipan akan dipengaruhi oleh
konteks sosial, budaya, dan pengalaman mereka. Asumsi ini menjelaskan bahwa
makna tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, budaya, dan pengalaman para
partisipan. Makna yang diciptakan oleh para partisipan akan dipengaruhi oleh
konteks sosial, budaya, dan pengalaman mereka. Asumsi ini didasarkan pada
pandangan bahwa komunikasi adalah proses yang dipengaruhi oleh konteks.
Makna yang diciptakan oleh para partisipan akan dipengaruhi oleh konteks sosial,
budaya, dan pengalaman mereka. Misalnya, ketika seorang pemimpin
memberikan pidato, makna dari pidato tersebut akan dipengaruhi oleh konteks
sosial dan budaya masyarakat, serta pengalaman para pendengar pidato tersebut.
Asumsi-asumsi ini memberikan gambaran bahwa komunikasi adalah proses yang
dialogis. Para partisipan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menciptakan
makna.
Asumsi teori privasi komunikasi adalah pernyataan yang mendasari teori tersebut.
Asumsi-asumsi ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana teori tersebut
bekerja.
Berikut adalah asumsi-asumsi dari teori privasi komunikasi dan penjelasan singkat dari
masing-masing asumsi:
a. Manusia adalah makhluk yang memiliki privasi. Asumsi ini menjelaskan
bahwa manusia memiliki kebutuhan dan hak untuk mengendalikan informasi
pribadi mereka. Asumsi ini menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan dan
hak untuk mengendalikan informasi pribadi mereka. Manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Namun, manusia juga
membutuhkan ruang pribadi untuk melindungi diri dari gangguan dan penilaian
orang lain.
b. Privasi adalah suatu proses, bukan suatu keadaan. Asumsi ini menjelaskan
bahwa privasi adalah sesuatu yang terus berubah dan berkembang. Individu perlu
mengelola privasi mereka secara aktif, sesuai dengan kebutuhan dan situasi
mereka. Asumsi ini menjelaskan bahwa privasi adalah sesuatu yang terus berubah
dan berkembang. Individu perlu mengelola privasi mereka secara aktif, sesuai
dengan kebutuhan dan situasi mereka. Kebutuhan dan hak individu akan privasi
dapat berubah seiring waktu, tergantung pada faktor-faktor seperti usia,
pengalaman, dan perubahan sosial.
c. Privasi adalah suatu hubungan. Asumsi ini menjelaskan bahwa privasi tidak
hanya bergantung pada individu, tetapi juga pada hubungan individu dengan
orang lain. Asumsi ini menjelaskan bahwa privasi tidak hanya bergantung pada
individu, tetapi juga pada hubungan individu dengan orang lain. Individu perlu
mengelola privasi mereka dengan mempertimbangkan hubungan mereka dengan
orang lain. Misalnya, individu mungkin lebih terbuka dengan teman dekat
daripada dengan orang asing.
d. Privasi adalah suatu konteks. Asumsi ini menjelaskan bahwa privasi tidak
dapat dipisahkan dari konteks sosial, budaya, dan pengalaman individu. Asumsi
ini menjelaskan bahwa privasi tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, budaya,
dan pengalaman individu. Konteks sosial, budaya, dan pengalaman individu dapat
mempengaruhi kebutuhan dan hak mereka akan privasi. Misalnya, individu yang
tinggal di budaya yang menjunjung tinggi privasi akan memiliki kebutuhan akan
privasi yang lebih tinggi daripada individu yang tinggal di budaya yang kurang
menjunjung tinggi privasi. Asumsi-asumsi ini memberikan gambaran bahwa
privasi adalah suatu konsep yang kompleks dan dinamis. Privasi tidak hanya
bergantung pada individu, tetapi juga pada hubungan individu dengan orang lain,
dan konteks sosial, budaya, dan pengalaman individu.
Teori Komunikasi Kelompok
Pada masaYunani Kuno, Kaum Sophist terkenal dengan ajaran berpidatonya yang
mampu menginspirasi banyak pengacara dan politikus dalam berpartisipasi di
pengadilan dan dewan pertimbangan. Namun Plato menyatakan sindiran atas ajaran
Sophist yang tidak teoretis ini. Yang dimaksud dengan tidak teoretis adalah ajaran
oratoris Kaum Sophist yang penuh tipu muslihat. Kita dapat melihat kenyataan itu
sekarang dalam termnegative ‘mererhetoric’ yang dipakai untuk menyebut pidato
pengacara yang tricky, janji-janji politikus, pidato pastur-pastur yang menyentuh
hati ,maupun cara bicara cepat para sales.
Berikut adalah beberapa aksioma teori retorika dan penjelasan singkat dari
masing-masing aksioma:
d. Persuasi adalah proses yang dapat dipelajari dan dilatih. Aksioma ini
menjelaskan bahwa persuasi adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan
dilatih. Aksioma-aksioma ini memberikan gambaran bahwa komunikasi adalah
tindakan yang kompleks dan dinamis. Komunikasi tidak hanya sekadar
menyampaikan informasi, tetapi juga bertujuan untuk mengubah pikiran,
perasaan, atau perilaku orang lain. Aksioma ini menjelaskan bahwa persuasi
adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Ada banyak teknik dan
strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas persuasi. Teknik
dan strategi tersebut dapat dipelajari dan dilatih melalui berbagai cara, seperti
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Misalnya, seorang politikus dapat
mempelajari teknik dan strategi persuasi untuk meningkatkan efektivitas
pidatonya. Asumsi teori terotika adalah pernyataan yang mendasari teori tersebut.
Asumsi-asumsi ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana teori
tersebut bekerja.
Berikut adalah beberapa asumsi teori terotika dan penjelasan singkat dari masing-
masing asumsi:
2. Teori Dramatisme
Teori dramatisme adalah teori sastra yang dikembangkan oleh Aristoteles. Teori
ini berfokus pada elemen-elemen yang membuat sebuah drama menarik dan efektif.
Teori dramatisme didasarkan pada lima aksioma berikut:
b. Drama adalah konflik. Konflik adalah inti dari drama. Tanpa konflik, drama
akan menjadi membosankan dan tidak menarik.
c. Drama adalah tindakan. Drama harus bergerak maju secara terus-menerus.
Tidak ada waktu untuk jeda atau jeda yang tidak perlu.
d. Drama adalah kesatuan. Drama harus memiliki kesatuan plot, karakter, dan
tema. Ketiga elemen ini harus saling terkait dan saling mendukung.
e. Drama adalah klimaks. Drama harus memiliki klimaks, yaitu momen tertinggi
ketegangan dan emosi.
Teori dramatisme telah menjadi dasar bagi banyak drama klasik, termasuk karya-
karya Shakespeare, Sophocles, dan Euripides. Teori ini juga telah mempengaruhi
perkembangan drama modern.
Teori dramatisme adalah teori komunikasi yang dikembangkan oleh Kenneth
Burke. Teori ini berfokus pada analisis tindakan manusia sebagai sebuah drama. Burke
berpendapat bahwa kehidupan manusia dapat dilihat sebagai sebuah pertunjukan yang
melibatkan aktor, panggung, dan penonton.
Teori dramatisme memiliki tiga asumsi dasar dan penjelasan lebih rinci tentang
ketiga asumsi tersebut:
a. Manusia adalah hewan yang menggunakan simbol. Burke percaya bahwa
bahasa dan simbol memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia
menggunakan simbol untuk berkomunikasi, berpikir, dan membentuk identitas
mereka. Burke percaya bahwa bahasa dan simbol memainkan peran penting
dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan simbol untuk berkomunikasi,
berpikir, dan membentuk identitas mereka. Burke berpendapat bahwa bahasa
adalah "alat yang digunakan manusia untuk membangun dunia mereka." Bahasa
memungkinkan manusia untuk berbagi pengalaman dan gagasan mereka dengan
orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia untuk berpikir secara abstrak
dan konseptual. Simbol adalah bagian penting dari bahasa. Simbol adalah objek
atau kata yang mewakili sesuatu yang lain. Misalnya, kata "cinta" adalah simbol
dari perasaan yang kuat dan positif. Burke percaya bahwa simbol memainkan
peran penting dalam membentuk identitas manusia. Kita menggunakan simbol
untuk mengidentifikasi diri kita dengan kelompok-kelompok tertentu. Misalnya,
seseorang yang menggunakan simbol-simbol nasionalisme, seperti bendera dan
lagu kebangsaan, dapat dianggap sebagai orang yang patriotik.
b. Kehidupan adalah drama. Burke berpendapat bahwa kehidupan manusia dapat
dilihat sebagai sebuah pertunjukan yang melibatkan aktor, panggung, dan
penonton. Setiap orang memainkan peran tertentu dalam kehidupan ini, dan setiap
tindakan yang kita lakukan memiliki makna simbolis. Burke berpendapat bahwa
kehidupan manusia dapat dilihat sebagai sebuah pertunjukan yang melibatkan
aktor, panggung, dan penonton. Setiap orang memainkan peran tertentu dalam
kehidupan ini, dan setiap tindakan yang kita lakukan memiliki makna simbolis.
Burke menggunakan analogi drama untuk menjelaskan kehidupan manusia.
Dalam sebuah drama, ada aktor, panggung, dan penonton. Aktor adalah orang-
orang yang memainkan peran dalam drama. Panggung adalah tempat di mana
drama berlangsung. Penonton adalah orang-orang yang menonton drama. Burke
berpendapat bahwa analogi ini dapat diterapkan pada kehidupan manusia. Kita
semua adalah aktor dalam drama kehidupan. Kita masing-masing memainkan
peran tertentu dalam keluarga, pekerjaan, dan komunitas kita. Tindakan yang kita
lakukan memiliki makna simbolis. Misalnya, seseorang yang tersenyum dapat
dianggap sebagai orang yang ramah. Seseorang yang menangis dapat dianggap
sebagai orang yang sedih.
c. Aksi adalah pilihan. Burke percaya bahwa manusia adalah pembuat pilihan. Kita
memiliki kebebasan untuk memilih tindakan kita, dan setiap pilihan yang kita
buat memiliki konsekuensi. Burke percaya bahwa manusia adalah pembuat
pilihan. Kita memiliki kebebasan untuk memilih tindakan kita, dan setiap pilihan
yang kita buat memiliki konsekuensi. Burke berpendapat bahwa setiap tindakan
yang kita lakukan adalah sebuah simbol. Tindakan kita mengungkapkan nilai-
nilai dan keyakinan kita. Burke juga berpendapat bahwa tindakan kita memiliki
konsekuensi. Setiap tindakan yang kita lakukan dapat berdampak pada diri kita
sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita.