Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN HUBUNGAN ANTARPRIBADI

Makalah Mata Kuliah Komunikasi Antarpribadi


Dosen Pengampu: Dr. Suhaimi, M.Si

Disusun Oleh:

Muhammad Rafi Sihabudin 11180510000224


Nabila Oktaviani 11180510000230
Kho Fifah Nur Aprilia 11180510000236

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2019 / 2020


A. Pendahuluan

Pengembangan hubungan dalam komunikasi antar pribadi sangat erat hubungannya


dengan sosial penetrasi, yang dimana pembangunan hubungan tersebut harus melampaui
proses maju mundur dimana ketegangan antara public dan privat selalu dikelola seperti
yang diberitakan oleh detikcom mengenai perceraian hubungan antara Gading dan Gissele
secara resmi yang diupload pada hari rabu, 23 Januari 2019. Keputusan untuk bercerai ini
merupakan keputusan antara kedua belah pihak, ibu satu anak ini pun berjanji akan tetap
menjaga komunikasi dengan gading yang kini sudah menjadi mantan suaminya. Ujar
Gissele.
Dalam kasus tersebut bahwa teori yang dikemukakan oleh Irwin Altman dan
Dalmas Taylor terbukti dengan segala tahap tahapan dalam pengembangan penetrasi sosial
mulai dari tahap orientasi sampai Depenetrasi, walaupun tidak semua orang sepakat
dengan teori ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan hubungan antarpribadi?
2. Siapa pencetus Social Penetration Theory dan jelaskan?
3. Apa saja faktor-faktor yang menumbuhkan pengembangan hubungan antarpribadi?
4. Apa urgensi pengembangan hubungan antarpribadi?
5. Apa saja hambatan pengembangan hubungan antarpribadi?

1
C. Pembahasan

1. Definisi Pengembangan Hubungan Antarpribadi

Hubungan antar pribadi merupakan hal yang hidup dan dinamis. Hubungan ini
selalu berkembang (DeVitto, 2011: 250). Untuk mengetahui bagaimana suatu
hubungan antarpribadi berkembang atau sebaliknya menjadi rusak dapat dilakukan
dengan mempelajari sebuah teori komunikasi yang disebut teori penetrasi sosial (Social
Penetration Theory) seperti juga dalam teori aus dalam komunikasi interpersonal. 1

2. Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

Social Penetration Theory merupakan sebuah teori yang menggambarkan suatu


pola pengembangan hubungan, yaitu sebuah proses yang Altman dan Taylor
identifikasi sebagai penetrasi sosial.

Kita semua memiliki jenis relasi tertentu dengan seseorang. Orang menjadi orang
asing, kenalan, atau kawan, tergantung pada kebutuhan dan situasi. Mengapa beberapa
relasi maju dengan cepat, sedangkan relasi lainnya bergerak lambat. Pernyataan ini
memotivasi Irwin Altman dan Dalmas Taylor untuk mengemukakan teori penetrasi
sosial (SPT) di awal 1970-an. Sejak itu, teori ini diadaptasi oleh banyak teoritisi dalam
studi komunikasi dan dan berperan penting dalam memahami perkembangan relasi.
SPT telah mengalami cukup banyak perkembangan selama bertahun tahun. Pada
awalnya, ia menggaris bawahi perkembangan, pemeliharaan dan deteriorasi relasi
sosial secara linier. Belakangan ini teori direvisi untuk merefleksi proses yang lebih
siklis yang menggambarkan penetrasi sebagai proses maju mundur dimana ketegangan
antara public dan privat selalu perlu dikelola. Entri ini mengulas tahap dasar

1
Tri Wibowo BS, Ensiklopedia Teori Komunikasi Jilid 2, Jakarta: Kencana, 2016.

2
perkembangan relasi dan elaborasi serta kritik terhadap teori. Teori ini
mengidentifikasi sederet tahap perkembangan relasi2 :

a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini orang mulai dari pembicaraan singkat, sederhana, dan ringan.
b. Tahap eksploratoris-afektif
Individu kini mulai membuka diri, mengekspresikan sikap personal tentang topik-
topik umum seperti pemerintahan dan pendidikan. Ini merupakan tahapan
pertemanan biasa dan banyak relasi yang tidak melampaui tahap ini
c. Tahap afektif
Pada tahap ini, orang mulai berbicara soal-soal privat dan personal. Kritik dan
argument mungkin muncul, mungkin ada sentuhan dan pelukan pada tahap ini.
d. Tahap stabil
Relasi kini mencapai level dimana hal hal pribadi dibagikan, dan orang dpat
memprediksi reaksi emosional dari orang lain.
e. Depenetrasi
Ketika relasi mulai pecah dan mudarat melebihi manfaat, akan ada penarikan diri
hingga menghentikan pertemanan.

Altman dan Taylor membandingkan orang dengan lapisan bawang. Menurut


mereka setiap opini, keyakinan, prasangka, dan perasaan itu berlapis lapis di dalam
diri individu. Saat orang saling mengenal, lapisan lapisan tersbut dikupas untuk
menunjukan inti seseorang. Lapisan lapisan ini memiliki kedalaman dan keluasan.
Keluasan merrupakan variasi topic yang yang dimasukan kedalam kehidupan individu.
Kedalam ialah jumlah informasi yang ada untuk setiap topic. Pada lapisan terluar
tampak level informasi yang paling kentara seperti pakaian dan ucapan. Makin
kedalam terdapat detail privat tentang kehidupan, perasaan, dan pemikiran orang. Saat
relasi berkembang, para partner berbagi makin banyak aspek diri, memberi keluasan
dan kedalaman, melalui pertukaran informasi, perasaan, dan aktivitas. Jadi, relasi

2
Tri Wibowo BS, Ensiklopedia Teori Komunikasi Jilid 2, Jakarta: Kencana, 2016.

3
dipertahankan apabila relasi itu bermanfaat dan dihentikan jika relasi tersebut tidak
bermanfaat.

SPT menyatakan bahwa manusia, bahkan tanpa berpikir tentang itu, akan
mempertimbangkan relasi dan interaksi dengan orang lain pada skala manfaat dan
kerugiannya. Jika interaksi memuaskan, maka orang atau relasinya dianggap bagus.
Namun jika interaksinya ridak memuaskan, maka relasinya akan dievaluasi dengan
membandingkan kerugian dengan manfaatnya.

3. Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Pengembangan Hubungan Antarpribadi

Kedekatan interpersonal merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana


individu-individu yang terlibat bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke
komunikasi yang lebih intim.
Keintiman di sini, menurut Altman & Taylor, lebih dari sekedar keintiman secara
fisik; dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional, hingga pada
batasan di mana kita melakukan aktivitas bersama. Artinya, perilaku verbal (berupa
katakata yang digunakan), perilaku nonverbal (dalam bentuk postur tubuh, ekspresi
wajah, dan sebagainya), serta perilaku yang berorientasi pada lingkungan (seperti ruang
antara komuni-kator, objek fisik yang ada di dalam lingkungan, dan sebagainya)
termasuk ke dalam proses penetrasi sosial.
Untuk menumbuhkan hubungan komunikasi antar pribadi yang lebih intim terdapat
beberapa faktor yang mempengarui, yaitu 3 :
1. Percaya (trust)

Percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang lain untuk


mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun hal-hal yang ingin dicapainya
dikelilingi oleh berbagai resiko serta dalam kondisi dan situasi yang tidak pasti.
Apabila seseorang menaruh kepercayaan kepada orang lain, ia akan menghadapi
resiko. Resiko itu dapat berupa kerugiaan atau kegagalan. Faktor yang menaruh
kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya
bergantung kepada orang lain.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap percaya adalah sebagai berikut :

3
Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta : Unnes Press, 2005 hlm. 43-44

4
a. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang yang dianggap memiliki
kemampuan, keterampilan atau pengalaman dalam bidang tertentu.

b. Hubungan kekuasaan, yakni percaya apabila orang-orang mempunyai kekuasaan


terhadap orang lain.

c. Sifat dan kualitas komunikasi, yakni apabila komunikasi bersifat terbuka, maka
tumbuh rasa percaya yang besar

Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau
mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu :
1. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan
berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap melihat orang lain sebagai
manusia, sebagai individu yang patut dihargai.

2. Empati adalah memahami orang lain secara emosional ketika orang lain megalami
kondisi yang tidak diharapkan, meskipun seseorang itu tidak memiliki hubungan
tertentu.

3. Kejujuran adalah sifat terbuka dengan apa yang sedang dialami dan dirasakan
sebagai bentuk ungkapan bahwa sesuatu terjadi sesuai dengan fakta yang ada.

2. Sikap Supportif

Sikap suportif adalah sikap saling memberikan dorongan dalam berbagai situasi
dan kondisi. Sikap ini dapat dibangun dengan beberapa faktor yakni :
a. Evaluasi dan Deskripsi, evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain, memuji
atau mengancam. Deskripsi artinya penyampaian pesan dan persepsi antara atau
tampa menilai.

b. Control dan Orientasi Masalah, perilaku kontrol adalah usaha untuk mengubah
orang lain, mengendalikan perilaku, mengubah sikap, pendapat dan tindakan
seseorang.

c. Strategi dan spontanitas.

d. Netralitas dan Empati. Netralitas berarti sikap inpersonal memperlakukan orang


lain tidak sebagai persona, melainkan sebagi objek.

e. Superioritas dan Persamaan.

f. Kepastian dan Profesionalisme.

5
3. Sikap terbuka

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi


interpersonal yang efektif. Adapaun kriteri orang yang bersifat terbuka dapat dilihat
sebagai berikut :
a. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan logika.

b. Berorientasi pada isi

c. Mencari informasi dari berbagai sumber.

d. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayannya.

4. Urgensi Pengembangan Hubungan Komunikasi Antar Pribadi

Diutarakan oleh William Schutz (1958) dengan Postulat Schutz-nya yang


berbunyi bahwa setiap manusia memiliki tiga kebutuhan antarpribadi yang disebut
dengan inklusif kontrol dan afeksi. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa manusia
dalam hidupnya membutuhkan manusia lain (manusia sebagai makhluk sosial).
Konsep antarpribadi menjelaskan tentang adanya suatu hubungan yang terjadi
antara manusia. Sedangkan konsep kebutuhan menjelaskan tentang suatu keadaan
atau kondisi dari individu, apabila tidak dihadirkan atau ditampilkan akan
menghasilkan suatu akibat yang tidak menyenangkan bagi individu. Ada tiga
macam kebutuhan antarpribadi, yaitu kebutuhan antarpribadi untuk inklusi,
kebutuhan antarpribadi untuk kontrol, dan kebutuhan antarpribadi untuk afeksi. 4
a. Kebutuhan antarpribadi untuk inklusi

Yaitu kebutuhan untuk mengadakan dan mempertahankan komunikasi


antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain, sehubungan dengan interaksi
dan asosiasi. Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk
mencapai kepuasan individu. Misalnya keinginan untuk asosiasi, bergabung
dengan sesama manusia, berkelompok.
Ada beberapa tipe dari inklusi, yaitu:
1. Tipe sosial; seseorang yang mendapatkan pemuasan kebutuhan antarpribadi
secara ideal.

2. Tipe undersosial; tipe yang dimiliki oleh seseorang yang mengalami


kekurangan dalam derajat pemuasan kebutuhan antarpribadinya.

4
Sugiyo, Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta : Unnes Press, 2005 hlm. 71-73

6
Karakteristiknya adalah selalu menghindar dari situasi antar kesempatan
berkelompok atau bergabung dengan orang lain. Ia kurang suka berhubungan
atau bersama dengan orang lain.

3. Tipe oversosial; seseorang mengalami derajat pemuasan kebutuhan


antarpribadinya cenderung berlebihan dalam hal inklusi. Ia cenderung
ekstravert. Ia selalu ingin menghubungi orang lain dan berharap orang lain
juga menghubunginya.

b. Kebutuhan antarpribadi untuk kontrol

Adalah kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi


yang memuaskan dengan orang lain berhubungan dengan kontrol dan
kekuasaan. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau tidaknya
seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan.
Tingkah laku kontrol yang positif, yaitu: mempengaruhi, mendominasi,
memimpin, mengatur. Sedangkan tingkah laku kontrol yang negatif, yaitu:
memberontak, mengikut, menurut.
Ada beberapa tipe kontrol, yaitu:
1. Tipe kontrol yang kekurangan (abdicrat); seseorang memiliki kecenderungan
untuk bersikap merendahkan diri dalam tingkah laku antarpribadinya.
Seseorang cenderung untuk selalu mengambil posisi sebagai bawahan
(terlepas dari tanggungjawab untuk membuat keputusan).

2. Tipe kontrol yang berlebihan (authocrat); seseorang menunjukkan


kecenderungan untuk bersikap dominan terhadap orang lain dalam tingkah
laku antarpribadinya. Karakteristiknya adalah seseorang selalu mencoba
untuk mendominasi orang lain dan berkeras hati untuk mendudukkan dirinya
dalam suatu hirarki yang tinggi.

3. Tipe kontrol yang ideal (democrat); seseorang akan mengalami pemuasan


secara ideal dari kebutuhan antarpribadi kontrolnya. Ia mampu memberi
perintah maupun diperintah oleh orang lain. Ia mampu bertanggung jawab
dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain.

4. Tipe kontrol yang patologis; seseorang yang tidak mampu atau tidak dapat
menerima kontrol dalam bentuk apapun dari orang lain.

c. Kebutuhan antarpribadi untuk afeksi

Yaitu kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi


antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain sehubungan dengan cinta dan

7
kasih sayang. Afeksi selalu menunjukkan hubungan antara dua orang atau dua
pihak.
Tingkah laku afeksi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai
kebutuhan antarpribadi akan afeksi. Tingkah laku afeksi menunjukkan akan
adanya hubungan yang intim antara dua orang dan saling melibatkan diri secara
emosional. Afeksi hanya akan terjadi dalam hubungan antara dua orang (diadic
– Frits Heider, 1958)). Tingkah laku afeksi yang positif: cinta, intim/akrab,
persahabatan, saling menyukai. Tingkah laku afeksi yang negatif: kebencian,
dingin/tidak akrab, tidak menyukai, mengambil jarak emosional.
Ada beberapa tipe afeksi, yaitu:
1. Tipe afeksi yang ideal (personal); seseorang yang mendapat kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan antarpribadi untuk afeksinya.

2. Tipe afeksi yang kekurangan (underpersonal); seseorang dengan tipe ini


memiliki kecenderungan untuk selalu menghindari setiap keterikatan yang
sifatnya intim dan mempertahankan hubungan dengan orang lain secara
dangkal dan berjarak.

3. Tipe afeksi yang berlebihan (overpersonal); seseorang yang cenderung


berhubungan erat dengan orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya.

4. Tipe afeksi yang patologis; seseorang yaang mengaalami kesukaran dan


hambatan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi afeksinya, besar
kemungkinan akan jatuh dalam keadaan neorosis.

5. Faktor Penghambat Pengembangan Hubungan Antarpribadi

Tidaklah mudah untuk melakukan pengembangan hubungan antarpribadi


secara efektif. Karena dalam membangun hubungan antarpribadi sering trdapat
hambatan-hambatan yang mengganggu jalannya hubungan tersebut. Hambatan-
hambatan dalam pengembangan hubungan antarpribadi diantaranya sbb 5:

a. Pengaruh Status
Perbedaan status sering kali menjadi hambatan ketika seseorang ingin
menjalin hubungan dengan seseorang lainnya. Misalnya antara karyawan
dengan bos, pembantu dengan majikannya, dan lain sebagainya. Orang dengan
status yang lebih rendah umumnya tunduk dan patuh kepada orang dengan

5
Suhartin Citroboto, Hambatan Dalam Berkomunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1982.

8
status yang lebih tinggi. Hal ini mengakibatkan orang-orang dengan status yang
lebih rendah takut atau kesulitan untuk berkomunikasi dan mengemukakan
pendapatnya karena khawatir ia akan mendapatkan respon yang negatif dari
orang yang memiliki status lebih tinggi.
b. Perbedaan Cara Pandang
Setiap orang terkadang memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat
masalah. Adanya perbedaan cara pandang, akan menghasilkan kesimpulan
yang berbeda. Semisal ketika orang dengan sudut pandang yang sempit
mendiskusikan suatu masalah dengan orang yang memiliki sudut pandang yang
lebih luas. Tentunya hal ini sulit menjadikan keduanya memiliki hubungan
antarpribadi.

c. Perbedaan Kebudayaan
Adanya perbedaan budaya juga dapat menjadi penghambat dalam
pengembangan hubungan antarpribadi. Tentunya dengan budaya yang berbeda
sulit untuk menjalin hubungan antarpribadi.

d. Penggunaan Bahasa yang Berbeda


Peranan bahasa sangat peting bagi pengembangan hubungan antarpribadi
karena bahasa merupakan satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi. Oleh
karena itu, dalam berkomunikasi, kita harus menggunakan bahasa yang
dipahami oleh lawan bicara.
e. Perbedaan Generasi
Perbedaan generasi yang dimaksud disini adalah perbedaan usia yang
terlampau jauh. Akibatnya istilah-istilah yang digunakan bisa jadi berbeda
antara generasi yang lebih tua dengan yang lebih muda. Tentunya perbedaan
generasi membuat sulitnya terjalin hubungan antarpribadi.
f. Faktor Kepribadian
Terkadang ada kepribadian yang kita miliki yang dapat menghambat
terjalinnya hubungan antarpribadi. Misalnya untuk orang yang introvert,
mereka pasti sulit untuk mengungkapkan gagasan karena minder, malu dan
sebagainya jika dibandingkan dengan orang yang berkepribadian ekstrovert.
Orang introvert juga kesulitan memulai komunikasi lebih dulu, akhirnya
komunikasi tidak terjalin yang mengakibatkan sulitnya menjalin hubungan
antarpribadi.

9
D. Kesimpulan

Dari penjelasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa, Hubungan antar pribadi
merupakan hal yang hidup dan dinamis. Untuk mengetahui bagaimana suatu hubungan
antarpribadi berkembang atau sebaliknya menjadi rusak dapat dilakukan dengan
mempelajari sebuah teori komunikasi yang disebut teori penetrasi sosial. Social
Penetration Theory merupakan sebuah teori yang menggambarkan suatu pola
pengembangan hubungan, yaitu sebuah proses yang Altman dan Taylor identifikasi
sebagai penetrasi sosial. Teori Penetrasi Sosial mengidentifikasi sederet tahap
perkembangan relasi yaitu: Tahap Orientasi, Tahap Eksploratoris-afektif, Tahap Afektif,
Tahap Stabil, dan Tahap Depenetrasi. Untuk menumbuhkan pengembangan hubungan
antarpribadi diperlukan beberapa faktor yaitu: Sikap Percaya, Suportif dan terbuka.
Urgensi pentingnya pengembangan hubungan antarpribadi mencakup tiga macam
kebutuhan pribadi diantaranya: kebutuhan antarpribadi untuk inklusi, kebutuhan
antarpribadi untuk kontrol, dan kebutuhan antarpribadi untuk afeksi. Sedangkan hambatan-
hambatan pengembangan hubungan antarpribadi yaitu: Pengaruh Status, Perbedaan Cara
Pandang, Perbedaan Kebudayaan, Penggunaan Bahasa yang Berbeda, Perbedaan Generasi,
dan Faktor Kepribadian.

10
DAFTAR PUSTAKA

BS, T. W. (2016). Ensiklopedia Teori Komunikasi Jilid II. Jakarta: Kencana.


Cibroto, S. (1982). Hambatan Dalam Berkomunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Unnes Press.

11

Anda mungkin juga menyukai