PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat Makalah
dan Mahriyani)
1. Jumlah individu yang terlibat yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
Hubungan diad adalah hubungan antara dua individu. William
Wimot mengemukakan ciri-ciri hubungan interpersonal, antara lain
adanya tujuan khusus, adanya fungsi yang berbeda, memiliki pola
komunikasi yang khas. Hubungan triad adalah hubungan interpersonal
antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan diad, hubungan ini
lebih kompleks, tingkat keintiman rendah dan keputusan yang diambil
berdasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad,
keputusan diambil melalui negosiasi).
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, adalah hubungan tugas (task
relationship) dan hubungan sosial (social relationship).
Hubungan tugas (task relationship) merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat
dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien
dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial (social
relationship) merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan
untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara
personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat
dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan jangka waktu: hubungan jangka pendek dan hubungan
jangka panjang.
Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya
berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling
menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang
berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan
semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa
emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan
karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita
untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman/keintiman: hubungan biasa dan
hubungan akrab/intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak
dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau
intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim
suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan
diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait
dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka
panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan
karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka
waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan
terbebas dari hal-hal yang ritual.
Pratiwi)
1. Cinta
Menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat
mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun
yang menyakitkan.
Dalam teorinya, Robert Sternberg (1986, 1988) mengemukakan
bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat atau nafsu (passion),
keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan
(commitment/decision).
a. Hasrat atau nafsu (passion)
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan, serta perasaan
(keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik
seksual.
b. Keintiman (intimacy)
Dimensi ini menekankan pada kedekatan perasaan antara dua
orang, dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah
hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua pihak
saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa
berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu
untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka
tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
c. Komitmen atau Keputusan (commitment or decision)
Terkait dengan dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap
bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen
dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk
menjaga supaya hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan
tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan tersebut
dalam keadaan kritis.
2. Pernikahan
Menurut Duvall % Miller (1985), pernikahan adalah hubungan
pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk
melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan
membangun pembagian peran diantara sesama pasangan.
Penelitian Latifah (2005) tentang, “Fungsi dan dampak Persa-
habatan Lawan Jenis terhadap Kepuasan Pernikahan Dewasa Muda dan
Dewasa Madya,” menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan didukung
atau ditentukan oleh faktor-faktor adanya komunikasi dan ekspresi
perasaan yang terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi
pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial,
tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama,
dan hubungan dengan mertua/ipar.
3. Perselingkuhan
Menurut Vaughan (2003), perselingkuhan adalah keterlibatan
seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya.
Penelitian:
Mengapa orang melakukan perselingkuhan?
Menurut Hawari (2004) terdapat banyak alasan yang dapat
dikemukakan oleh para suami, yang menjadi alasan bagi mereka untuk
berselingkuh, utamanya seputar kurangnya perhatian istri. Apalagi jika
istri terlalu sibuk bekerja, aktif dalam berbagai kegiatan diluar rumah,
ditambah lagi dengan tugas istri dalam mengurus rumah tangga dan
anak, sehingga waktu dan perhatian untuk mengurus suami menjadi
berkurang. Data yang diperoleh Hawari (2002) menyebutkan bahwa
perselingkuhan yang terjadi di Jakarta, 90% dilakukan oleh para suami,
dan 10% dilakukan oleh istri.
Hawari (2002) juga mengemukakan bahwa suami mulai
berselingkuh ketika usianya diperkirakan 40 tahun.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Cinthyadevi (2007)
menunjukkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh para suami
merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi istri.
Berikut sejumlah alasan orang melakukan perselingkuhan, yaitu:
a. Variasi seksual
b. Untuk kesenangan
c. Companionship dengan wanita lain
d. Kepuasan akan tantangan
e. Merasa tertarik wanita yang lebih muda
f. Memanfaatkan kesempatan yang ada
g. Keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang
h. Kebosanan akan pernikahan
i. Istri tidak lagi menarik secara fisik (tidak lagi memiliki daya tarik
seksual)
j. Ingin menyakiti istri
k. Istri menjadi gemuk
l. Istri terlalu fokus pada anak
m. Untuk mendapatkan pengalaman romantic
Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan
untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena
pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapat-kan cinta. Selain
itu, perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan
alasan untuk melakukan perselingkuhan.
Satidarma (2001) menambahkan bahwa ketidaksiapan dalam
menerima perbedaan dan keunikan masing-masing merupakan salah
satu faktor seseorang melakukan perselingkuhan.
Perselingkuhan merupakan hubungan antara seseorang yang
sudah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan suami/istri
yang sah. Hubungan tersebut dapat terbatas pada hubungan emosional
yang sangat dekat atau juga melibatkan hubungan seksual. Terdapat 3
komponen dari perselingkuhan emosional, yaitu keintiman emosional,
kerahasiaan, dan sexual chemistry. Jadi walaupun hubungan yang
terjalin tidak diwarnai oleh hubungan seks, namun tetap
membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan ini dapat
menjadi lebih penting daripada perkawinan itu sendiri.
Perselingkuhan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk.
Penggolongannya didasarkan derajat keterlibatan emosional dari
pasangan yang berselingkuh. Beberapa bentuk perselingkuhan adalah
sebagai berikut:
a. Serial Affair
Tipe perselingkuhan ini paling sedikit melibatkan keintiman
emosional tetapi terjadi berkali-kali. Hubungan yang terbentuk
dapat berupa perselingkuhan semalam atau sejumlah affair yang
berlangsung cukup lama. Dalam serial affair tidak terdapat
keterlibatan emosional, hubungan yang dijalin hanya untuk
memperolah kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti dari
perselingkuhan ini adalah untuk seks dan kegairahan.
Walaupun tidak melibatkan keterlibatan emosional yang
mendalam antara pasangan dan kekasih-kekasihnya, namun tidak
berarti perselingkuhan ini tidak membahayakan. Tidak adanya
komitmen dengan pasangan-pasangan selingkuh menunjukkan
juga tidak adanya komitmen terhadap perkawinan. Hubungan
dengan pasangan yang berganti-ganti juga berbahaya karena resiko
penularan penyakit menular seksual.
b. Flings
Mirip dengan serial affair, flings juga ditandai oleh
minimnya keterlibatan emosional. Hubungan yang terjadi dapat
berupa perselingkuhan satu malam atau hubungan yang terjadi
selama beberapa bulan, tetapi hanya terjadi satu kali saja.
Dibandingkan dengan tipe perselingkuhan yang lain, flings
termasuk yang paling tidak serius dampaknya.
c. Romantic Love Affair
Perselingkuhan tipe ini melibatkan hubungan emosional
yang mendalam. Hubungan yang terjalin menjadi amat penting
dalam keseluruhan kehidupan pasangan. Seringkali pasangan
berpikir untuk melepaskan perkawinan dan menikahi kekasihnya.
Bila perceraian tidak memungkinkan, perselingkuhan tersebut
dapat berlangsung jangka panjang.
d. Long Term Affair
Perselingkuhan jangka panjang merupakan hubungan yang
menyangkut keterlibatan emosional paling mendalam. Hubungan
dapat berlangsung bertahun-tahun dan bahkan sepanjang
kehidupan perkawinan.
Cukup banyak pasangan yang merasa memiliki hubungan
lebih baik dengan pasangan selingkuhnya daripada dengan suami
atau istri. Karena perselingkuhan sudah berlangsung lama, tidak
jarang hubungan ini juga diketahui oleh istri dan bahkan pihak
keluarga. Pada sejumlah pasangan tertentu, seolah ada perjanjian
tidak tertulis bahwa perselingkuhan boleh terus berjalan asalkan
suami tetap memberikan kehidupan yang layak bagi istri dan anak-
anak.
Berdasarkan review terhadap beberapa penelitian tentang
perselingkuhan pada pria dan wanita, pria umumnya melakukan
perselingkuhan yang disertai hubungan seks (sexual infidelity),
sementara kebanyakan wanita berselingkuh untuk memperoleh
kedekatan emosional (emotional infidelity).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan