Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Pearson (1983) manusia adalah makhluk sosial. Artinya


kita tidak mungkin menjalin hubungan dengan diri sendiri, kita selalu
menjalin hubungan dengan orang lain. Mencoba untuk mengenali dan
memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi, serta berusaha
mempertahankan interaksi tersebut.
Dengan komunikasi kita membentuk saling pengertian
menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan
pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita
juga menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan
kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran. Dengan
komunikasi ini pula, kemudian kita membangun hubungan interpersonal
(antarpribadi) dengan orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal
yang baik. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar
menyampaikan isi pesan; kita juga menentukan kadar hubungan
interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan
bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya sehingga makin efektif
komunikasi itu berlangsung.
Hubungan interpersonal (antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri
atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan
menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin
hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai
dengan interpersonal attraction.
B. Rumusan Masalah

Makalah ini akan memaparkan hal-hal yang akan mampu menjawab


pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Hubungan Interpersonal?
2. Apa sajakah faktor yang terkandung dalam Hubungan Interpersonal?
3. Apa sajakah macam-macam teori Hubungan Interpersonal?
4. Bagaimana tahapan dalam Hubungan Interpersonal?
5. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan
Interpersonal?
6. Bagaimana jenis dalam Hubungan Interpersonal?

C. Tujuan Makalah

Penulis memiliki beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini,


yaitu :
1. Menjelaskan pengertian Hubungan Interpersonal
2. Menguraikan faktor yang terkandung dalam hubungan interpersonal
3. Menjabarkan teori tentang Hubungan Interpersonal
4. Menjelaskan tahapan dalam Hubungan Interpersonal
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi ketertarikan
Interpersonal
6. Menjelaskan jenis dalam Hubungan Internasional

D. Manfaat Makalah

Manfaat dari karya tulis ini (Makalah) adalah memberikan


pengetahuan yang lebih kepada para pembaca agar dapat memahami hal-hal
yang menyangkut hubungan interpersonal secara lebih mendalam.
Hubungan Interpersonal sebagai bagian utama dari kehidupan perlu
dipahami sehingga kita mampu menentukan sikap/langkah yang tepat dalam
menghadapi setiap situasi dan kondisi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Interpersonal (Linda Hj.Agus dan Luskywati)

Hubungan interpersonal adalah hubungan antara dua orang atau


lebih, mulai dari tingkat hubungan yang sekilas sampai abadi. Asosiasi ini
mungkin didasarkan pada cinta dan suka, interaksi bisnis biasa, atau
beberapa jenis dari komitmen sosial lain. Hubungan interpersonal
berlangsung dalam berbagai macam konteks, seperti keluarga, teman,
pernikahan, rekan, kerja, klub, lingkungan tetangga, dan tempat ibadah.
Hubungan tersebut mungkin diatur oleh undang-undang, adat, atau
kesepakatan bersama, dan merupakan dasar dari kelompok-kelompok sosial
dan masyarakat secara keseluruhan. Walaupun manusia pada dasarnya
makhluk sosial, hubungan interpersonal tidak selalu sehat. Contoh
hubungan yang tidak sehat termasuk hubungan yang kasar dan otoriter.
Suatu hubungan biasanya dilihat sebagai hubungan antara dua
individu, seperti hubungan romantis atau intim, atau hubungan orangtua-
anak. Individu dapat juga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok
orang, seperti hubungan antara seorang ulama dan jemaahnya, paman dan
keluarga, atau walikota dan kota. Akhirnya, kelompok atau bahkan negara-
negara mungkin memiliki hubungan satu sama lain, meskipun domain ini
jauh lebih luas daripada yang tercakup dalam topik hubungan interpersonal.
Kebanyakan orang dalam menelaah hubungan berfokus pada hubungan
intim. Namun hubungan intim, hanya sebagian kecil dari topik hubungan
interpersonal. Hubungan interpersonal juga dapat mencakup persahabatan.
Hubungan ini biasanya melibatkan beberapa tingkat saling
ketergantungan. Orang-orang dalam suatu hubungan cenderung
mempengaruhi satu sama lain, berbagi pikiran dan perasaan mereka, dan
terlibat dalam kegiatan bersama. Karena saling ketergantungan ini, hal yang
paling membawa perubahan atau dampak pada satu anggota dalam suatu
hubungan pada tingkat tertentu akan berdampak pada anggota lain. Studi
tentang hubungan interpersonal melibatkan beberapa cabang ilmu-ilmu
sosial, termasuk disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi, dan antropologi.
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan,
(baik verbal maupun nonverbal) secara timbal-balik terjadi dan hal ini
dinamakan komunikasi interpersonal. Ketika hubungan interpersonal
interpersonal tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang aturan
berkomunikasi antara para partisipan yang terlibat.

B. Faktor-Faktor dalam Hubungan Interpersonal (M. Rizki Muhammad Ali

dan Mahriyani)

1. Jumlah individu yang terlibat yaitu hubungan diad dan hubungan triad.
Hubungan diad adalah hubungan antara dua individu. William
Wimot mengemukakan ciri-ciri hubungan interpersonal, antara lain
adanya tujuan khusus, adanya fungsi yang berbeda, memiliki pola
komunikasi yang khas. Hubungan triad adalah hubungan interpersonal
antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan diad, hubungan ini
lebih kompleks, tingkat keintiman rendah dan keputusan yang diambil
berdasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad,
keputusan diambil melalui negosiasi).
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, adalah hubungan tugas (task
relationship) dan hubungan sosial (social relationship).
Hubungan tugas (task relationship) merupakan sebuah hubungan
yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat
dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien
dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Sedangkan hubungan sosial (social
relationship) merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan
untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara
personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat
dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.
3. Berdasarkan jangka waktu: hubungan jangka pendek dan hubungan
jangka panjang.
Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya
berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling
menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang
berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan
semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa
emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan
karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita
untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman/keintiman: hubungan biasa dan
hubungan akrab/intim.
Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak
dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau
intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim
suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan
diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait
dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka
panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan
karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka
waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan
terbebas dari hal-hal yang ritual.

C. Teori Hubungan Interpersonal (Marlina dan Marta Marice)

Ada 4 model hubungan interpersonal yaitu meliputi :


1. Model pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan interpersonal diidentikkan dengan suatu transaksi
dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan
menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta
hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya). Menurut Thibault dan Kelley,
dua tokoh utama dalam teori ini menyatakan bahwa ganjaran, biaya,
laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam
teori ini. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar)
yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang. Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
a. Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh
seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu
ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara
waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh: Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu
pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan
sosial lebih berharga daripada uang.
b. Biaya
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu
hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan,
dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu
dan orang yang terlibat.
Contoh: Bila seorang anak yang miskin berteman dengan
sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering
diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut
mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek
oleh teman-temannya.
c. Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila
seorang individu merasa dalam sebuah hubungan tidak
memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut
akan mencari hubungan yang lain.
Contoh: Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan
membantunya, sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut
tidak putus. Bila bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar
daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang diterima, maka kita
rugi atau tidak mendapat laba.
d. Tingkat perbandingan
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang
dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada
waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman masa
lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh: Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria
yang berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat
berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur
ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya yang
dulu.
2. Model peranan (role model)
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara.
Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat
masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak
sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang
berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah
desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu
ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
a. Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang
berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Contoh: Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang
bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
b. Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu
untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya.
Desakan sosial dapat berwujud sanksi sosial dan dikenakan bila
individu menyimpang dari perannya.
Contoh: Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya akan
mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan
dari tugasnya untuk mengajar.
c. Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan
tertentu, kadang dsebut juga kompetensi sosial. Sering dibedakan
antara keterampilan kognitif dengan keterampilan tindakan.
Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu untuk
mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.
Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan
melaksanakan peranan sesuai dengan harapan.
Contoh: Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai
pendidik yang bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya.
Untuk itu seorang guru harus berusaha memberikan ilmunya
semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat
mewujudkan harapan tersebut.
d. Konflik peranan
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup
mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif.
Contoh: Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah,
harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di
sekolah.
3. Model permainan (games people play model)
Model ini berasal dari psikiater Eric Berne yang kemudian
dikenal sebagai analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa
dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam
permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a. Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi
dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap
sebagi orang tua).
b. Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional, sesuai dengan situasi, dan biasanya
berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan
pengambilan keputusan secara sadar)
c. Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan
pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian
tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah
satu dari kepribadian tersebut juga. Sebagai contoh seorang suami yang
sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian
istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang
tua). Namun, bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang
suami untuk pergi ke dokter maka inilah kepribadian orang dewasa
(kepribadian anak dibalas dengan orang dewasa).
4. Model Interaksional (interacsional model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagi suatu
sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan.
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-
sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik
individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan.
Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode
komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran,
peranan dan permainan.
D. Tahapan dalam Hubungan Interpersonal (Mega hartono dan Megawati
Amalia Rahman)
1. Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996) dalam bukunya 'Human
Communication' menuliskan analisis Knapp (1984) mengenai siklus
hubungan interpersonal yang terdiri dari 10 tahapan, 5 tahap pertama
merupakan tahap menuju kebersamaan (coming together) dan 5 tahap
berikutnya menuju perpisahan (coming apart). Knapp menganggap
hubungan manusia bersifat sekuensial, suatu tahap mengikuti tahap
selanjutnya dengan sedikit kesempatan untuk melompat-lompat.
Namun harus diingat bahwa perpindahan tahap itu dapat maju atau
mundur. Banyak hubungan berhenti pada suatu tahap tertentu (misalnya
tahap penjajagan, penggiatan, atau pengikatan), dan tidak berlangsung
lebih jauh lagi. Siklus hubungan menurut Knapp adalah:
5 tahap pertama merupakan tahap menuju kebersamaan (coming
together)
a. Tahap Memulai (Initiating) merupakan usaha-usaha yang sangat
awal yang kita lakukan dalam percakapan dengan seseorang yang
baru kita kenal. Tujuannya adalah untuk mengadakan kontak dan
menyatakan minat. Biasanya komunikasi dilakukan dengan hati-
hati dan konvensional.
Contoh:
"Hai, apa kabar?"
"Baik, bagaimana dengan Anda?"
b. Tahap Penjajagan (Experimenting) adalah fase di mana kita
mencoba topik-topik percakapan untuk mengenal satu sama lain.
Biasanya kita banyak mengajukan pertanyaan dan berbasa-basi.
Tujuan komunkasi di sini adalah untuk mengetahui kesamaan dan
perbedaan di antara kedua belah pihak dengan cara-cara yang
aman. Hubungan akan lebih menyenangkan jika dalam tahap ini
berhasil dibangun kepentingan-kepentingan yang sama. Suka atau
tidak suka, kebanyakan hubungan kita mungkin tidak berlangsung
lebih jauh dari tahap ini.
Contoh:
"Oh, jadi Anda senang main ski... Saya juga."
"Benarkah? Bagus. Di mana Anda biasanya main ski?"
c. Penggiatan (Intesifying) menandai awal keintiman, berbagi
informasi pribadi, dan awal informalitas yang lebih besar.
Perubahan terjadi dalam perilaku komunkasi verbal maupun
nonverbal. Secara verbal, derajat keterbukaan dalam membuka diri
lebih besar, misalnya: "Kedua orang tuaku bercerai..." atau "Aku
jatuh hati padamu...", dsb. Perubahan komunikasi nonverbal
menjadi lebih intim terlihat dari kedekatan fisik, tangan yang
berpegangan, kontak mata yang lebih sering , dsb.
Contoh:
"Aku...aku kira aku jatuh cinta padamu."
"Aku... aku juga."
d. Pengintegrasian (integrating) terjadi bila dua orang mulai
menganggap diri mereka sebagai pasangan. Keduanya secara aktif
memupuk semua minat, sikap dan kualitas yang tampaknya
membuat mereka unik sebagai pasangan. Mereka mungkin juga
melakukan hal itu dengan cara simbolik misal bertukar cincin,
menyebut suatu lagu sebagai 'lagu kita', dst.
Contoh percakapan:
"Aku merasa menjadi bagian dari dirimu...""Yah, kita seperti sudah
bersatu. Apa yang terjadi padamu terjadi juga padaku.
e. Pengikatan (Bounding) adalah tahap yang lebih formal atau
ritualistik, bisa berbentuk pertunangan atau perkawinan, namun
"berhubungan tetap" juga merupakan suatu bentuk pengikatan.
Pasangan tsb sepakat menerima seperangkat aturan atau norma
yang mengatur hubungan mereka, dan mereka kini lebih sulit untuk
berpisah.
Contoh percakapan:
"Aku ingin selalu bersamamu.
"Mari kita menikah saja."
Hubungan manusia mungkin stabil dalam tahap-tahap
perkembangan sebelum pengikatan, namun hubungan yang mencapai
fase paling akrab pun bisa juga merosot lagi. Hanya saja pada fase
paling akrab, perpisahan tidak terjadi begitu saja, melainkan berproses,
yang ditandai dengan semakin berkurangnya kontak dan keintiman.
Lima tahap berikutnya menuju perpisahan (coming apart)
menggambarkan kemerosotan yang dapat terjadi dalam hubungan yang
telah mencapai tahap pengikatan.
a. Pembedaan (Differentiating) terjadi bila dua orang menetapkan
bahwa mungkin hubungan mereka terlalu membatasi. Sekarang
mereka mulai memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan
daripada kesamaan-kesamaan. Mereka ingin mengerjakan urusan
mereka sendiri-sendiri, dan mulai menekankan individualitas. Fase
ini ditandai dengan makin seringnya terjadi perselisihan di antara
mereka.
Contoh:
"Aku tidak suka menghadiri keramaian-keramaian besar."
"Kadang-kadang aku tidak memahamimu. Ini satu perbedaan di
antara kita."
b. Pembatasan (Circumscribing) adalah suatu tahap yang
menunjukkan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan
keintiman komunikasi mereka. Topik-topik tertentu yang
cenderung menimbulkan suasana panas berusaha dihindari. Sikap
mereka menjadi lebih formal seolah-olah mereka tidak mengenal
satu sama lain secara baik.
Contoh:
"Apakah tidak apa-apa kalau aku berjalan-jalan sekarang?"
"Aku tak peduli. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan."
c. Stagnasi (Stagnating) menunjukkan kemerosotan hubungan yang
semakin jauh sehingga mereka mencoba untuk bertahan dengan
alasan-alasan keagamaan atau keuangan, atau demi kebaikan anak-
anak, atau faktor lain yang tidak berhubungan dengan daya tarik
terhadap pasangannya. Komunikasi verbal dan nonverbal semakin
menyerupai komunikasi antara orang-orang asing. Hubungan itu
sendiri tak pernah dibicarakan lagi.
Contoh:
"Apa yang akan kita bicarakan?"
"OK. Aku tahu apa yang akan kau katakan, dan kau tahu apa yang
akan kukatakan."
d. Penghindaran (Avoiding) adalah suatu taktik untuk
meminimalkan penderitaan atas pengalaman hubungan yang
merosot sama sekali. Perceraian fisik sering terjadi, atau paling
tidak walau pun mereka masih tinggal bersama/berdekatan mereka
mampu menjaga kontak yang minimum.
Contoh:
"Aku sangat sibuk, aku tidak tahu kapan aku bisa bertemu
denganmu."
"Bila aku tak bisa menerimamu saat kau mencoba menghubungiku,
harap maklum."
e. Pemutusan (Terminating) adalah tahap final dalam suatu
hubungan. Menurut Knapp, pemutusan hubungan bisa terjadi
setelah suatu percakapan singkat maupun setelah tumbuhnya
keintiman sepanjang hidup. Umumnya, semakin lama dan semakin
penting hubungan itu, semakin menyakitkan perpisahan yang
terjadi.
Contoh:
"Aku akan pergi...kau tak perlu mencoba menghubungiku lagi."
"Jangan khawatir...tidak akan pernah."
2. Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998), penulis buku 'Psikologi
Komunikasi', hubungan interpersonal berlangsung melewati 3 tahap,
yaitu: pembentukan hubungan, peneguhan hubungan, dan pemutusan
hubungan.
a. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini sering disebut sebagai tahap
perkenalan. Perkenalan adalah proses komunikasi di mana
individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan (kadang-
kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi
kepribadiannya kepada bakal sahabatnya, dengan menggunakan
cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-macam tahap
perkembangan persahabatan. Initial contact phase (fase kontak
awal) ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk "menangkap"
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap, dan nilai pihak yang lain.
Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Bila mereka merasa berbeda, mereka akan
berusaha menyembunyikan dirinya, dan hubungan interpersonal
mungkin diakhiri. Pada tahap 'saling menyelidik' ini, informasi
yang dicari dan disampaikan umumnya berkisar mengenai data
demografis, seperti: usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan
keluarga, dan sebagainya.
Dengan data demografis, orang berusaha membentuk kesan
tentang diri orang lain. Katakanlah, Anda lahir di Tapanuli dari
keluarga Batak Karo. Saya segera menangkap identitas, sikap, dan
nilai-nilai yang Anda anut. Dari informasi itu, saya bisa menduga
Anda beragama Kristen. Informasi lebih lanjut tentang pendidikan
dan pekerjaan Anda akan mempengaruhi penilaian saya terhadap
diri Anda.
Menurut Charles R. Burger (1973), informasi pada tahap
perkenalan dapat dikelompokkan menjadi 7 kategori, yaitu: (1)
informasi demografis; (2) sikap dan pendapat: tentang orang atau
obyek; (3) rencana yang akan datang; (4) kepribadian, misalnya:
"Bagaimana Anda menghadapi kenaikan harga sekarang ini?"; (5)
perilaku pada masa lalu, misalnya: "Mengapa Anda sekolah di
SMP Katholik?"; (6) orang lain, misalnya:"Apakah Anda kenal
dengan Suvlika?"; (7) hobi dan minat.
Informasi-informasi itu tidak selalu kita peroleh melalui
komunikasi verbal. Kita juga membentuk kesan dari petunjuk
proksemik, kinesik, paralinguistik, dan artifaktual. Cara Anda
mempertahankan jarak, gerak tangan, lirikan mata Anda, intonasi
suara, dan pakaian yang Anda kenakan akan membentuk kesan
pertama. Kesan pertama ini amat menentukan apakah hubungan
interpersonal harus diakhiri atau diperteguh. Menurut William
Brooks dan Phlip Emmert, kesan pertama sangat menentukan,
karena itu hal-hal yang pertama kelihatan (hal-hal yang
menentukan kesan pertama) menjadi sangat penting. Para ahli
psikologi sosial menemukan bahwa penampilan fisik, apa yang
diucapkan pertama, apa yang dilakukan pertama mejadi penentu
yang penting terhadap pembentukan citra pertama seseorang.
b. Peneguhan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu
berubah. Ada 4 faktor penting yang diperlukan untuk memelihara
keseimbangan dan memperteguh hubungan interpersonal, yaitu:
keakraban, kontrol, respon yang tepat, dan nada emosional yang
tepat.
1) Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih
sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua
belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
Jika dua orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda,
akan terjadi ketidak-serasian dan kejanggalan. Jika A
menggunakan teknik sosial seperti berdiri lebih dekat, melihat
lebih sering, dan tersenyum lebih banyak daripada B, maka B
akan merasa A bersifat agresif dan terlalu akrab, sedangkan A
akan merasa B bersikap acuh tak acuh dan sombong.
2) Kontrol. Ini adalah kesepakatan tentang siapa yang akan
mengontrol siapa dan bilamana. Jika dua orang mempunyai
pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan,
siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapakah yang
menentukan, siapakah yang dominan. Konflik terjadi
umumnya bila masing-masing pihak ingin berkuasa, atau tidak
ada yang mau mengalah.
3) Ketepatan respons. Artinya respons A harus diikuti oleh
respons B yang sesuai. Dalam percakapan misalnya,
pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan
tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Bayangkan
apa jadinya jika pertanyaan dibalas dengan pertanyaan, atau
lelucon dibalas dengan nasehat. Respons ini bukan saja
berkenaan dengan pesan-pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan
nonverbal. Jika pembicaraan saya yang serius dijawab dengan
main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak
percaya, hubungan interpersonal akan mengalami keretakan.
Ini berarti Anda memberikan respons yang tidak tepat.
Dalam konteks ini respon terbagi ke dalam dua
kelompok: konfirmasi dan diskonfirmasi. Respon yang
termasuk konfirmasi dan diskonfirmasi dijelaskan di bawah ini:
Konfirmasi
a) Pengakuan Langsung (direct acknowledgement):
menerima pernyataan dan merespon dengan segera;
misalnya “Saya setuju. Anda benar”
b) Perasaan Positif (positive feeling): mengungkapkan
perasaan yang positif terhadap apa yang telah dikatakan
c) Respon meminta keterangan (clarifying response):
meminta untuk menerangkan isi pesan; misalnya
“ceritakan lebih banyak tentang itu”.
d) Respon setuju (agreeing response): memperteguh apa
yang telah dikatakan
e) Respon suportif (supportive response): mengungkapkan
pengertian dan dukungan terhadap apa yang dinyatakan.
Diskonfirmasi
a) Respon sekilas (tangential response): memberikan respon
terhadap pernyataan, tetapi dengan segera mengalihkan
pembicaraan
b) Respon Impersonal (impersonal response): memberikan
komentar dengan menggunakan kata ganti orang ketiga;
misalnya “orang memang sering marah diperlakukan
seperti itu”
c) Respon kosong (impervious response): tidak
menghiraukan sama sekali; tidak memberikan sambutan
verbal maupun nonverbal.
d) Respon yang tidak relevan (irrelevan response): seperti
respon sekilas, berusaha mengalihkan pembicaraan tanpa
menghubungkan sama sekali dengan pembicaraan.
e) Respon interupsi (interrupting response): memotong
pembicaraan sebelum selesai, dan mengambil alih
pembicaraan.
f) Respon rancu (incoherent response): berbicara dengan
kalimat yang kacau, rancu, atau tidak lengkap.
g) Respon kontradiktif (incongruous response):
menyampaikan pesan verbal yang bertentangan dengan
pesan nonverbal.
4) Keserasian suasana emosional ketika berlangsungnya
komunikasi adalah faktor berikutnya yang diperlukan dalam
memelihara hubungan interpersonal. Walaupun mungkin saja
terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang
berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil, besar
kemungkinan salah satu pihak mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi. Bila saya turut sedih ketika Anda
mengungkapkan penderitaan Anda, saya menyamakan suasana
emosional saya dengan suasana emosional Anda. Anda akan
menganggap saya "dingin" bila saya menanggapi penderitaan
Anda dengan perasaan yang netral.
c. Pemutusan Hubungan Interpersonal
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa jika empat faktor
di atas tidak ada, hubungan interpersonal akan diakhiri,
sesungguhnya penelitian tentang pemutusan hubungan masih
jarang sekali dilakukan. Namun demikian, kita dapat mengambil
analisis R.D. Nye (1973) dalam bukunya "Conflict among
Humans". Nye menyebutkan 5 sumber konflik, yaitu:
1) Kompetisi. Salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu
dengan mengorbankan orang lain, misalnya menunjukkan
kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang
lain.
2) Dominasi. Salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak
lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar.
3) Kegagalan. Masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
ketika tujuan bersama tidak tercapai.
4) Provokasi. Salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu
yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
5) Perbedaan nilai. Kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai
yang mereka anut.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal
(Meytianty.B dan Mifta alhusna janna)
Menurut Baron & Byrne (2006) interpersonal attraction adalah
penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, di mana penilaian tersebut
dapat diekspresikan melalui suatu “dimensi,” dari strong liking sampai
dengan strong dislike. Jadi, ketika kita berkenalan dengan orang lain,
sebenarnya kita melakukan penilaian terhadap orang tersebut. Apakah
orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman atau sebaliknya, hingga
mungkin kita memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali.
Konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.
Dimensi yang dimaksud memuat lima tingkat interaksi, yaitu strong liking,
mild liking, neutral, mild dislike, dan strong dislike.
Tabel Dimensi
Tingkat
Kategori Evaluasi Contoh Interaksi
Interaksi
Menghabiskan waktu
Strong liking Teman (Friend) bersama, merencanakan
pertemuan.
Teman dekat (close Menikmati interaksi ketika
Mild liking
acquaintance) bertemu.
Teman biasa (superficial Saling mengenal satu sama
Neutral
acquaintance) lain dan saling menyapa.
Pengganggu (annoying Memilih untuk menghindari
Mild dislike
acquaintance) interaksi.
Tidak diinginkan Menghindari kontak secara
Strong Dislike
(Undesirable) aktif.
Ketika kita menilai orang yang baru kita kenal dengan kategori
evaluasi teman kita (friend), tentu kita akan merasa senang untuk
menghabiskan waktu dengan kegiatan bersama, bahkan mungkin
merencanakan untuk dapat bertemu di lain waktu. Namun sebaliknya, ketika
kategori evaluasinya adalah pengganggu (annoying), saat ada pertemuan
dalam suatu ruangan yang sama, barangkali kita lebih memilih untuk
menghindari interaksi dengan orang tersebut dengan melakukan kegiatan
lain, misalnya pergi dari ruangan tersebut, pura-pura tidak melihat, ataupun
mencari orang yang lebih cocok untuk diajak berbicara.
Dalam melakukan hubungan interpersonal, ada tiga faktor yang
mempengaruhi penilaian atau ketertarikan interpersonal (interpersonal
attraction), yaitu faktor internal, eksternal, dan interaksi.
1. Faktor Internal
Faktor internal (dari dalam diri kita) meliputi dua hal, yaitu
kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation) dan pengaruh
perasaan.
a. Kebutuhan untuk berinteraksi (need for affiliation)
Kadang kita ingin berinteraksi dengan orang lain, namun kadang
kita memilih untuk seorang diri. Menurut McClelland, kebutuhan
berinteraksi adalah suatu keadaan di mana seseorang berusaha
untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dalam
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmati aktivitas
bersama keluarga atau teman, menunjukkan perilaku saling bekerja
sama, saling mendukung, dan konformitas. Seseorang yang
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berusaha mencapai
kepuasan terhadap kebutuhan ini, agar disukai, diterima oleh orang
lain, serta mereka cenderung untuk memilih bekerja bersama orang
yang mementingkan keharmonisan dan kekompakan kelompok.
b. Pengaruh Perasaan
Sebuah penemuan (dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan
bahwa orang asing akan lebih menyukai jika kita mengucapkan
kalimat positif, umpamanya “Kamu memiliki anjing yang bagus”
dibandingkan kalimat negatif “Dimanakah kamu menemukan
anjing yang buruk itu?”. Contoh ungkapan kalimat positif dan
negatif tersebut menunjukkan bahwa jika kita membuat orang lain
senang ketika kita berjumpa dengannya, maka interaksi akan lebih
mudah terjalin. Sebaliknya, ketika kita berjumpa dengan seseorang
namun kita membuat perasaannya negatif (kesal atau marah), maka
orang tersebut juga akan lebih sulit untuk berinteraksi dengan kita.
Contoh lain, penelitian dari Byrne (1975), dan Fraley & Aron
(dalam Baron & Byrne, 2006) menunjukkan bahwa dalam berbagai
situasi sosial, humor digunakan secara umum untuk mencairkan
suasana dan memfasilitasi interaksi pertemanan. Humor yang
menghasilkan tawa dapat membuat kita lebih mudah berinteraksi,
sekalipun dengan orang yang belum dikenal.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi dimulainya suatu hubungan
interpersonal adalah faktor kedekatan (proximity) dan daya tarik fisik.
a. Faktor Kedekatan (proximity)
Orang Jawa bilang, “witing tresno jalaran soko nglibet eh kulino”
yang maknanya, “ketika kita sering bertemu dengan orang di
sekitar kita, maka kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan
memungkinkan kita untuk menjadi lebih dekat, dan akhirnya saling
jatuh cinta.” Menurut Miller & Perlman (2009), kita cenderung
menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan
dengan orang yang wajahnya tidak kita kenal.
b. Daya Tarik Fisik
Penelitian mengenai daya tarik fisik (Dion & Dion, 1991; Hatfield
& Sprecher, 1986; dalam Baron & Byrne, 2008) menunjukkan
bahwa sebagian besar orang percaya bahwa pria dan wanita “yang
menarik” menampilkan ketenangan, mudah bergaul, mandiri,
dominan, gembira, seksi, mudah beradaptasi, sukses, lebih
maskulin (untuk pria) dan lebih feminin (untuk wanita). Dalam
hubungan interpersonal, orang cenderung memilih berinteraksi
dengan orang yang menarik dibandingkan dengan orang yang tidak
atau kurang menarik, karena orang yang menarik memiliki
karakteristik lebih positif. Pengalaman menunjukkan bahwa tidak
semua orang yang memiliki daya tarik fisik memiliki kepribadian
seperti yang kita perkirakan. Jadi, “don’t judge a book by its
cover”.
3. Faktor Interaksi
Ada dua hal yang menjadi pertimbangan pada faktor interaksi,
yakni persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity) dan reciprocal
liking.
a. Persamaan-perbedaan (similarity-dissimilarity)
Menyenangkan tentu saja, ketika kita mengetahui bahwa orang
yang ada di hadapan kita ternyata memiliki kegemaran yang sama.
Miller & Perlman (2009) mengemukakan bahwa sangat
menyenangkan ketika kita menemukan orang yang mirip dengan
kita dan saling berbagi asal-usul, minat, dan penga-laman yang
sama. Semakin banyak persamaan, semakin mereka saling
menyukai. Penelitian Gaunt (2006) membuktikan bahwa pasangan
suami istri yang memiliki kepribadian yang hampir sama akan
memiliki pernikahan yang lebih bahagia daripada pasangan suami
istri yang memiliki kepribadian yang berbeda. Lain halnya dengan
penelitian Jones (dalam Pines, 1999), bahwa ternyata perbedaan
lebih menyenangkan daripada persamaan. Jones menjelaskan
bahwa kita merasa senang saat menemukan adanya hal yang mirip
dengan orang yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan
saat kita mengetahui bahwa pandangannya berbeda dengan yang
kita miliki. Hal ini terjadi, ketika menyukai seseorang yang
memiliki opini berbeda dengan kita, kita mengasumsikan bahwa
orang tersebut menyukai kita apa adanya, dan bukan karena opini
kita. Keuntungan yang dapat diperoleh dari ber-interaksi dengan
orang yang memiliki sikap berbeda adalah kita lebih dapat belajar
hal-hal yang baru dan bernilai darinya (Kruglanski & Mayseless,
1987, dalam Pines, 1999).
b. Reciprocal Liking
Faktor lain yang juga mempengaruhi ketertarikan kita kepada
orang lain adalah bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara
umum, kita menyukai orang lain yang juga menyukai kita, dan
tidak menyukai orang lain yang juga tidak menyukai kita. Dengan
kata lain, kita memberikan kembali (reciprocate) perasaan yang
diberikan orang lain kepada kita (Dwyer, 2000). Dwyer
menambahkan bahwa pada dasarnya, ketika kita disukai orang lain,
hal tersebut dapat meningkatkan self-esteem (harga diri), membuat
kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive
reinforcement.

F. Jenis Hubungan Interpersonal (Monalisa Ananda Putri dan Nanda

Pratiwi)

1. Cinta
Menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat
mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun
yang menyakitkan.
Dalam teorinya, Robert Sternberg (1986, 1988) mengemukakan
bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat atau nafsu (passion),
keintiman (intimacy), dan komitmen/keputusan
(commitment/decision).
a. Hasrat atau nafsu (passion)
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan, serta perasaan
(keterbangkitan) yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik
seksual.
b. Keintiman (intimacy)
Dimensi ini menekankan pada kedekatan perasaan antara dua
orang, dan kekuatan yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah
hubungan akan mencapai keintiman emosional jika kedua pihak
saling mengerti, terbuka, dan saling mendukung, serta bisa
berbicara apa pun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu
untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka
tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
c. Komitmen atau Keputusan (commitment or decision)
Terkait dengan dimensi ini, seseorang berkeputusan untuk tetap
bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen
dapat bermakna mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk
menjaga supaya hubungan tetap langgeng, melindungi hubungan
tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila hubungan tersebut
dalam keadaan kritis.
2. Pernikahan
Menurut Duvall % Miller (1985), pernikahan adalah hubungan
pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk
melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan anak, dan
membangun pembagian peran diantara sesama pasangan.
Penelitian Latifah (2005) tentang, “Fungsi dan dampak Persa-
habatan Lawan Jenis terhadap Kepuasan Pernikahan Dewasa Muda dan
Dewasa Madya,” menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan didukung
atau ditentukan oleh faktor-faktor adanya komunikasi dan ekspresi
perasaan yang terbuka, saling percaya, tidak adanya dominasi
pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan sosial,
tempat tinggal, penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragama,
dan hubungan dengan mertua/ipar.
3. Perselingkuhan
Menurut Vaughan (2003), perselingkuhan adalah keterlibatan
seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan primernya.
Penelitian:
Mengapa orang melakukan perselingkuhan?
Menurut Hawari (2004) terdapat banyak alasan yang dapat
dikemukakan oleh para suami, yang menjadi alasan bagi mereka untuk
berselingkuh, utamanya seputar kurangnya perhatian istri. Apalagi jika
istri terlalu sibuk bekerja, aktif dalam berbagai kegiatan diluar rumah,
ditambah lagi dengan tugas istri dalam mengurus rumah tangga dan
anak, sehingga waktu dan perhatian untuk mengurus suami menjadi
berkurang. Data yang diperoleh Hawari (2002) menyebutkan bahwa
perselingkuhan yang terjadi di Jakarta, 90% dilakukan oleh para suami,
dan 10% dilakukan oleh istri.
Hawari (2002) juga mengemukakan bahwa suami mulai
berselingkuh ketika usianya diperkirakan 40 tahun.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Cinthyadevi (2007)
menunjukkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan oleh para suami
merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi istri.
Berikut sejumlah alasan orang melakukan perselingkuhan, yaitu:
a. Variasi seksual
b. Untuk kesenangan
c. Companionship dengan wanita lain
d. Kepuasan akan tantangan
e. Merasa tertarik wanita yang lebih muda
f. Memanfaatkan kesempatan yang ada
g. Keinginan untuk melanggar sesuatu yang dilarang
h. Kebosanan akan pernikahan
i. Istri tidak lagi menarik secara fisik (tidak lagi memiliki daya tarik
seksual)
j. Ingin menyakiti istri
k. Istri menjadi gemuk
l. Istri terlalu fokus pada anak
m. Untuk mendapatkan pengalaman romantic
Sedangkan menurut Then (1998), alasan yang sering digunakan
untuk melakukan perselingkuhan adalah sebagai pelarian karena
pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapat-kan cinta. Selain
itu, perbedaan kelas sosial, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan
alasan untuk melakukan perselingkuhan.
Satidarma (2001) menambahkan bahwa ketidaksiapan dalam
menerima perbedaan dan keunikan masing-masing merupakan salah
satu faktor seseorang melakukan perselingkuhan.
Perselingkuhan merupakan hubungan antara seseorang yang
sudah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan suami/istri
yang sah. Hubungan tersebut dapat terbatas pada hubungan emosional
yang sangat dekat atau juga melibatkan hubungan seksual. Terdapat 3
komponen dari perselingkuhan emosional, yaitu keintiman emosional,
kerahasiaan, dan sexual chemistry. Jadi walaupun hubungan yang
terjalin tidak diwarnai oleh hubungan seks, namun tetap
membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan ini dapat
menjadi lebih penting daripada perkawinan itu sendiri.
Perselingkuhan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk.
Penggolongannya didasarkan derajat keterlibatan emosional dari
pasangan yang berselingkuh. Beberapa bentuk perselingkuhan adalah
sebagai berikut:
a. Serial Affair
Tipe perselingkuhan ini paling sedikit melibatkan keintiman
emosional tetapi terjadi berkali-kali. Hubungan yang terbentuk
dapat berupa perselingkuhan semalam atau sejumlah affair yang
berlangsung cukup lama. Dalam serial affair tidak terdapat
keterlibatan emosional, hubungan yang dijalin hanya untuk
memperolah kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti dari
perselingkuhan ini adalah untuk seks dan kegairahan.
Walaupun tidak melibatkan keterlibatan emosional yang
mendalam antara pasangan dan kekasih-kekasihnya, namun tidak
berarti perselingkuhan ini tidak membahayakan. Tidak adanya
komitmen dengan pasangan-pasangan selingkuh menunjukkan
juga tidak adanya komitmen terhadap perkawinan. Hubungan
dengan pasangan yang berganti-ganti juga berbahaya karena resiko
penularan penyakit menular seksual.
b. Flings
Mirip dengan serial affair, flings juga ditandai oleh
minimnya keterlibatan emosional. Hubungan yang terjadi dapat
berupa perselingkuhan satu malam atau hubungan yang terjadi
selama beberapa bulan, tetapi hanya terjadi satu kali saja.
Dibandingkan dengan tipe perselingkuhan yang lain, flings
termasuk yang paling tidak serius dampaknya.
c. Romantic Love Affair
Perselingkuhan tipe ini melibatkan hubungan emosional
yang mendalam. Hubungan yang terjalin menjadi amat penting
dalam keseluruhan kehidupan pasangan. Seringkali pasangan
berpikir untuk melepaskan perkawinan dan menikahi kekasihnya.
Bila perceraian tidak memungkinkan, perselingkuhan tersebut
dapat berlangsung jangka panjang.
d. Long Term Affair
Perselingkuhan jangka panjang merupakan hubungan yang
menyangkut keterlibatan emosional paling mendalam. Hubungan
dapat berlangsung bertahun-tahun dan bahkan sepanjang
kehidupan perkawinan.
Cukup banyak pasangan yang merasa memiliki hubungan
lebih baik dengan pasangan selingkuhnya daripada dengan suami
atau istri. Karena perselingkuhan sudah berlangsung lama, tidak
jarang hubungan ini juga diketahui oleh istri dan bahkan pihak
keluarga. Pada sejumlah pasangan tertentu, seolah ada perjanjian
tidak tertulis bahwa perselingkuhan boleh terus berjalan asalkan
suami tetap memberikan kehidupan yang layak bagi istri dan anak-
anak.
Berdasarkan review terhadap beberapa penelitian tentang
perselingkuhan pada pria dan wanita, pria umumnya melakukan
perselingkuhan yang disertai hubungan seks (sexual infidelity),
sementara kebanyakan wanita berselingkuh untuk memperoleh
kedekatan emosional (emotional infidelity).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Hubungan interpersonal adalah hubungan antara dua orang atau lebih,


mulai dari tingkat hubungan yang sekilas sampai abadi. Hubungan
interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal
maupun nonverbal) secara timbal-balik terjadi dan ketika hubungan
interpersonal interpersonal tumbuh, terjadi pula kesepakatan tentang
aturan berkomunikasi antara para partisipan yang terlibat.
2. Faktor-faktor dalam hubungan interpersonal terdiri dari jumlah
individu yang terlibat, tujuan yang ingin dicapai, jangka waktu, serta
tingkat kedalaman/keintiman.
3. Model hubungan interpersonal meliputi: Model pertukaran sosial
(social exchange model), Model peranan (role model), Model
permainan (games people play model), Model Interaksional
(interacsional model)
4. Menurut Knapp, tahapan dalam hubungan interpersonal terdiri dari
Tahap Memulai (Initiating), Tahap Penjajagan (Experimenting),
Penggiatan (Intesifying), Pengintegrasian (integrating), Pengikatan
(Bounding). Sedangkan Jalaluddin Rakhmat hubungan interpersonal
berlangsung melewati 3 tahap, yaitu: pembentukan hubungan,
peneguhan hubungan, dan pemutusan hubungan.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketertarikan Interpersonal
(interpersonal attraction), yaitu faktor intern, faktor ekstern, dan faktor
interaksi.
6. Jenis Hubungan Interpersonal, Terdapat tipe-tipe hubungan
interpersonal yaitu: tipe cinta, Pernikahan, dan perselingkuhan
B. Saran

Dalam Proses penyusunan makalah ini, penyusun menyadari


pentingnya komunikasi antar pribadi dan banyaknya hal yang memengaruhi
keefektifitasnya. Saran yang dapat penyusun berikan adalah untuk selalu
mengingat bahwa komunikasi antar pribadi merupakan proses dinamis yang
terus berubah, setiap interaksi akan menghasilkan efek yang akan merubah
perilaku individu, artinya kita akan selalu tumbuh dan berkembang. Dengan
memperhatikan berbagai hal dan terus belajar, kita akan dapat
meningkatkan kompetensi interpersonal kita sehingga dapat menjalin dan
mempertahankan hubungan yang efektif dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Desmita, M.Si. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:


PT.Remaja Rosda Karya

Clara R. Pujdojogyanti. 1993. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan

Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja


Karya

Sarwono, W. Sarlito., dan Meinarno, A. Eko. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta:


Salemba Humanika.
Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai