Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang

berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan.

Farmasi pada dasarnya merupakan system pengetahaun (ilmu, teknologi

dan social budaya) yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa

kesehatan dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas,

menghasilkan dan mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti

dan dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada

manusia dan hewan. Untuk menumbuhkan kompetensi dalam system

pengetahuan seperti diuraikan di atas, farmasi menyaring dan menyerap

pengetahuan yang relevan dari ilmu biologi, kimia, fisika, matematika,

perilaku dan teknologi; pengetahuan ini dikaji, diuji, diorganisir,

ditransformasi dan diterapkan. Sebagian besar kompetensi farmasi ini

diterjemahkan menjadi produk yang dikelola dan di distribusikan secara

professional bagi yang membutuhkannya.

Pengertian obat secara umum, obat adalah semua bahan tunggal/

campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam

maupun luar guna mencegah, meringankan ataupun menyembuhkan

penyakit.

Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan

untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi,

1
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

untuk memperelok badan atau bagian badan manusia.

Amlodiphine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium


yang memiliki indikasi luas dalam tata laksana pernyakit kardiovaskular
seperti hipertensi, angina, pectoris, aritmia jantung, gagal jantung,
kongenstif, hipertensif pulmonal, dan hipertensi dalam kehamilan.
Dalam studi NHANES (The National Healt and Nutrition
Examination Survei) tahun 2011, antara tahun 2001-2010 sekitar 20%
pasien hipertensi di Amerika Serikat mendapat terapi penghambat kanal
kalsium dan amlodipine merupakan penghambat kanal kalsium yang
paling sering di resepkan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari amlodipine?

2. Apakah sajakah nama dagang dari amlodipine?

3. Bagaimana farmakologi amlodipine?

4. Bagaimana formulasi amlodipine?

5. Bagaimana indikasi dan dosis amlodipine?

6. Apa saja kontraindikasi dan peringatan dari amlodipine?

7. Bagaimana penggunaan amlodipine pada kehamilan?

8. Bagaimana interaksi dan efek samping amlodipine?

9. Bagaimana pedoman kilinisnya?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari amlodipine.

2. Untuk mengetahui nama dagang dari amlodipine.

3. Untuk mengetahui farmakologi amlodipine.

4. Untuk mengatahui formulasi amlodipine.

5. Untuk mengetahui indikasi dan dosis amlodipine.

6. Untuk mengetahui kontraindikasi dan peringatan dari amlodipine.

7. Untuk menegatahui penggunaan amlodipine pada kehamilan.

8. Untuk mengetahui interaksi dan efek samping amlodipine.

9. Untuk mengetahui pedoman kilinis amlodipine.

D. Manfaatpenulisan

1. Dapat mengetahui pengertiandari amlodipine.

2. Dapat mengetahui nama dagang dari amlodipine.

3. Dapat mengetahui farmakologi amlodipine.

4. Dapat mengatahui formulasi amlodipine.

5. Dapat mengetahui indikasi dan dosis amlodipine.

6. Dapat mengetahui kontraindikasi dan peringatan dari amlodipine.

7. Dapat menegatahui penggunaan amlodipine pada kehamilan.

8. Dapat mengetahui interaksi dan efek samping amlodipine.

9. Dapat mengetahui pedoman kilinis amlodipine.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Amlodiphine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium


yang memiliki indikasi luas dalam tata laksana pernyakit kardiovaskular
seperti hipertensi, angina, pectoris, aritmia jantung, gagal jantung,
kongenstif, hipertensif pulmonal, dan hipertensi dalam kehamilan.
Dalam studi NHANES (The National Healt and Nutrition
Examination Survei) tahun 2011, antara tahun 2001-2010 sekitar 20%
pasien hipertensi di Amerika Serikat mendapat terapi penghambat kanal
kalsium dan amlodipine merupakan penghambat kanal kalsium yang
paling sering di resepkan.
Amlodipine adalah salah satu obat yang termasuk kedalam
golongan penghambat kanal kalsium (Calcium Channel Blocker) dan
tersedia dalam bentuk tablet. Amlodipine digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi (hipertensi), angina stabil, angina tidak stabil, dan
penyakit jantung koroner.
Nama kimia : C2OH25CIN2O5
Tabel 1. Deskripsi Singkat Amlodipine
Perihal Deskripsi
Kelas Obat kardiovaskular
Sub-kelas Antihiperhitensi, calcium channel blocker.
Akses Resep
Wanita hamil Kategori FDA dan TGA:C
Wanita menyusui Amlodipine ditemukan dalam ASI sehingga
penggunaannya sebaiknya dihentikan saat
menyusui
Anak-anak Dapat digunakan pada anak-anak usia diatas 6
tahun

4
Infant Manfaat dan keamanan belum diketahui pada anak
dibawah 6 tahun
FDA Approved

B. Nama Dagang
Norvask (Pfizer Inc.); A-B Vask; Actapin; Amcor; Amdixal; Amiten;
Amivask; Amlocor; Amlogal; Amlogrix; Amloten; Belvas; Caduet;
Calsivas; Cardicap; Cardisan; Cardivask; Comdipin; Coveram; Cydipin;
Dilavask; Divask; Dovask; Ertensi; Ethivask; Exforge; Finevask; Fulopin;
Gensia; Gracivask; Gravask; Hevavask; Hi-vask; Intervask; Lodipas;
Lopiten; Lovask; Lovic; Lupin; Molesco; Normetec; Normoten;
Omesivask; Opivask; Pehavask; Provask; Samcovask; Sandovask;
Selescardio; Simvask; Stamlo; Stamotens; Tensiblat; Tensicom;
Tensivask; Theravask; Twynsta; Vasgard; Vaskhima; Vaskuten;
Zenicardo; Zevask

C. Farmakologi
Amlodipine memiliki farmakologi berupa aspek farmakodinamik sebagai
vasodilator pada arteri koroner dan sistemik, serta aspek famakokinetik
berupa absorpsi, metabolisme, dan ekskresi.
1. Farmakodinamik
Amlodipine merupakan golongan penghambat kanl kalsium
generasi kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja
dengan mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada 2
segmen S6 yang berdekatan dengan segmen S5, diantaranya dari kanal
kalsium bermuatan di sel otot polos jantung. Ikatan tersebut
menyebabkan kanal kalsium termodifikasi kedalam kondisi inaktif
tanpa mampu berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga
kanal kalsium di sel otot menjadi inmmpermeabel terhadap masuknya
ion kalisum.

5
Hambatan terhadap influks ion kalisum ekstra seluler tersebut
menyebabkan terjadinya vasodilatasi, penurunan kontraksilitas
miokard, dan penurunan tahanan perifer.
Amlodipine memiliki afinitas lebih tinggi pada kanal kalsium yang
terdepolarisasi. Sel otot polos vaskuler memiliki potensial membran
yang lebih terdepolarisasi dibandingkan sel otot jantung sehingga efek
fisiologis amlodidpin lebih nyata di jaringan vaskuler dibandingkan di
jaringan jantung.
2. Farmakokinetik
Aspek farmakokinetik amlodipine mencakup aspek absorpsi
distribusi, distribusi, metabolisme, dan eksresi obat.
a. Absorpsi
Amlodipine cepat diserap menyusul konsumsi oral dengan
bioavailabilitas hingga mencapai 64%. Konsentrasi amlodipine
dalam plasma mencapai puncaknya 6-12 jam setelah di konsumsi
setelah melalui metabolisme hati.
Kadar plasma semakin meningkat dengan penggunaan amlodipine
jangka panjang sehubungan dengan masa paruh eliminasi yang
panjang ( 35-48 jam) dan efek saturasi metabolisme hepatik.
Kadar plasma ini akan stabil setelah pemberian amlodipin secara
rutin selama 7-8 hari.
b. Distribusi
Mengingat volume distribusinya yang besar (21,4 +/- 4,4 liter per
kg), amlodipine terdistribusi masif kekompartemen jaringan. 93-
98% amlodipine dalam plasma terikat dengan protein.
c. Metabolisme
Amlodipine dimetabolisme dalam hati menjadi bentuk metabolit
inaktifnya. Metabolit amlodipine tidak memiliki aktivitas
antagonis kalsium dan hanya sedikit bentuk obat asli yang di
ekskresikan melalui urine.

6
d. Ekskresi
Sebagian besar metabolit amlodipin (62% dosis yang di konsumsi)
di ekskresi melalui urine dan sisanya melalui feses. Terkait
besarnya proporsi metabolit yang di ekskresikan melalui urine,
pada pasien usia lanjut, bersihan amlodipine dapat mengalami
penurunan sehingga di perlukan penyesuaian dosis.

D. Formulasi
Formulasi amlodipine tersedia dalam bentuk sediaan larutan oral
dan tablet.
Bentuk Sediaan :
Amlodipine tersedia dalam bentuk larutan oral dan tablet. Di
indonesia, baru sediaan tablet saja yang telah mendapat izin edar. Sediaan
tablet terdiri atas tablet 5 mg dan 10 mg.

E. Indikasi dan Dosis


Secara internasional, indikasi penggunaan amlodipine adalah untuk
terapi hipertensi dan profilaksis angina dengan dosis awal 5 mg sekali dan
dpat ditingkatkan sampai 10 mg per hari.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa amlodipine
memiliki efek yang sama dibandingkan dengan diuretik dan penghambat
enzim konfersi angiotenzim (ACE-I) dalam menurunkan kejadian koroner
fatal maupun non fatal. Amlodipine juga saat dikombinasikan dengan
periondopril memberikan luaran kardiovaskular yang lebih baik
dibandingkan kombinasi diuretik dan penghambat reseptor beta.
Amlodipine saat dikombinasikan dengan benzepril juga ,menujukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan hidroklorotizazit-benzepril dalam
menurunkan kematian akibat penyakit kardiovaskular, serta angka
kejadian infark miokard non fatal dan stroke.

7
1. Angina dan mencegah kejadian kardiovaskular
Amlodipine juga terbukti mengurangin angin asaat beraktifitas
dengan efek anti angina yang bertahan hingga 24 jam. Walau
demikian, belum ada bukti kuat manfaat amlodipine dalam mencegah
kejadian kardiovaskular pada pasien dengan riwayat penyakit jantung
koroner. Dosis penggunaan amlodipine untuk pencegahan angina adalh
dosis awal 5 mg sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari
sampai dosis maksimal 10 mg per hari.
2. Hipertensi
Dosis penggunaan amlodipine untuk hipetensi adalah dosis awal 5 mg
sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari sampai dosis
maksimal 10 mg per hari.

Penyesuaian Dosis
Pada pasien yang mendapat obat antihipertensi golongan lain,
orang lanjut usia, maupun pasien gangguan fungsi hati, disarankan untuk
melakukan penyesuaian dosis dengan menurunkan dosis awal menjadi 2,5
mg sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari sesuai respon
pasien.

F. Kontraindikasi dan Dosis


1. Kontraindikasi
Amlodipin dikontraindikasikan pada pasien yang sensitif
terhadap dihidropiridin.
2. Resiko Khusus
a. Penggunaan pada pasien dengan kegagalan fungsi hatiWaktu
paruh eliminasi amlodipin lebih panjang pada pasien dengan
kegagalan fungsi hati dan rekomendasi dosis pada pasien ini
belum ditetapkan. Sebaiknya perlu diberikan perhatian khusus
penggunaan amlodipin pada penderita dengan kegagalan fungsi
hati

8
b. Penggunaan pada wanita hamil dan menyusuiKeamanan
penggunaan amlodipin pada wanita hamil dan menyusui belum
dibuktikan. Amlodipin tidak menunjukan toksisitas pada
penelitian reproduktif pada hewan uji selain memperpanjang
parturisi (proses melahirkan) pada tikus percobaan yang diberi
amlodipin 50 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada
manusia.
c. Berdasarkan hal itu, penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
hanya direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih
aman dan bila penyakitnya itu sendiri membawa resiko yang lebih
besar terhadap ibu dan anak.

3. Overdosis amlodipine
a. Gejala
Terjadinya pelebaran pembuluh darah yang berlebihan dan
menyebabkan takikardia. Tubuh mengalami hipotensi secara
sistemik, sehingga dapat menyebabkan syok hingga kematian.
b. Penanganan
1) Monitoring fungsi vital pernapasan dan detak jantung.
Pemberian obat-obat dengan efek penyempitan pembuluh
darah (vasokontriktor). Perhatikan kontraindikasinya dengan
pasien sebelum diberikan.
2) Pemberian injeksi kalsium glukonas secara intravena di rumah
sakit. Proses irigasi lambung (gastric lavage) dengan
menggunakan sonde.
3) Dialisis darah tidak berpengaruh secara signifikan dalam
tindakan terhadap overdosis amlodipine.

9
G. Penggunaan Pada Kehamilan
Penggunaan amlodipine pada kehamilan dikategorikan FDA
sebagai kategori C. Pada ibu menyusui, penggunaannya sebaiknya
dihentikan karena dikeluarkan melalui ASI.

Pengunaan pada kehamilan :


Kategori C : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan
melebihi besarnya resiko terhadap janin.

H. Inetaraksi Obat dan Efek Samping


1. Interaksi Obat
a. Meningkatkan efek amlodipine
Aminofilin, fluvoksamin, mirtazapin, meksiletin, ropinirol,
teofilin, triflouroperazin, eritromisin, klaritromisin, verapamil,
diltiazem, antifungi golongan azol, diklofenak, doksisiklin,
imatinib, isoniazid, nefodazon, nikardipin, propofol, inhibitor
enzim protease, kuinidin, dan eritromisin.
b. Menurunkan efek amlodipine
Rifampisin, aminoglutetimida, karbamazepin, nafsilin,
nevirapin, fenobarbital, dan fenitoin.
c. Interaksi dengan makanan
Konsumsi dengan makanan tidak berpengaruh. Tidak
direkomendasikan mengonsumsi amlodipine bersamaan dengan
grapefruit karena dapat meningkatkan kadar amlodipin dalam
darah.
d. Takrolimus
Dapat terjadi peningkatan toksisitas takrolimus, untuk itu
diperlukan penyesuaian dosis takrolimus dan pengawasan kadar
takrolimus di dalam darah.

10
e. Siklosporin
Terjadi peningkatan kadar siklosporin pada pasien yang
baru menerima transplantasi ginjal. Sehingga perlu dilakukan
penurunan dosis siklosporin.
f. Simvastatin
Kombinasi terapi simvastatin dan amlodipine menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar simvastatin dalam darah. Pada
keadaan yang serius dapat menyebabkan rhabdomyolisis, atau
dikenal juga dengan kerusakan jaringan otot.
2. Efek Samping
a. Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema;
syncope; takikardi, bradikardi, dan aritmia.
b. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan.
c. Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria.
d. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak
nafsu makan.
e. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek,
dyspnea, dan wheezing.
f. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi.
g. Pada penelitian klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup
penderita hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi
adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.

I. Pedoman Klinis
Pedoman klinis pada obat amlodipine yakni :
1. Titrasi dosis obat amlodipine harus menunggu setidaknya 7 hari sampai
kadar plasma darah stabil.
2. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidal memerlukan penyesuaian
dosis. Sebaliknya, dosis perlu diturunkan pada pasien lanjut usia atau
yang memiliki gangguan fungsi hati.

11
3. Amlodipine tidak boleh diberikan pada kondisi kardiovaskular seperti
stenosis aorta berat, kardiomiopati, atau gagal jantung.
4. Dokter perlu berhati-hati pada interaksi obat amlodipine.

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Amlodiphine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium
yang memiliki indikasi luas dalam tata laksana pernyakit kardiovaskular
seperti hipertensi, angina, pectoris, aritmia jantung, gagal jantung,
kongenstif, hipertensif pulmonal, dan hipertensi dalam kehamilan.
Amlodipine memiliki farmakologi berupa aspek farmakodinamik sebagai
vasodilator pada arteri koroner dan sistemik, serta aspek famakokinetik
berupa absorpsi, metabolisme, dan ekskresi.

B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yakni, dengan adanya
makalah ini, kami harap para pembaca mampu menambah ilmu tentang
obat amlodiphine. Serta kami penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th edition,


The McGraw-Hill Company, USA

Katzung, G. dan Bertram, M., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, 10th
edition, The McGraw-Hill Company, USA

Tatro, David S., Pharm D, 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, 80-82, Wolters
Kluwer Health, Inc., USA

Ananchenko G, Novakovic J, lewis J. Amlodipine Besylate.vol.37.1st ed.Elsevier


Inc.; 2012.doi:10.1016/B978-0-12-397220-0.00002-7

14

Anda mungkin juga menyukai