PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan dampak obat yang seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada
penyakit.
1
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaatpenulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
4
Infant Manfaat dan keamanan belum diketahui pada anak
dibawah 6 tahun
FDA Approved
B. Nama Dagang
Norvask (Pfizer Inc.); A-B Vask; Actapin; Amcor; Amdixal; Amiten;
Amivask; Amlocor; Amlogal; Amlogrix; Amloten; Belvas; Caduet;
Calsivas; Cardicap; Cardisan; Cardivask; Comdipin; Coveram; Cydipin;
Dilavask; Divask; Dovask; Ertensi; Ethivask; Exforge; Finevask; Fulopin;
Gensia; Gracivask; Gravask; Hevavask; Hi-vask; Intervask; Lodipas;
Lopiten; Lovask; Lovic; Lupin; Molesco; Normetec; Normoten;
Omesivask; Opivask; Pehavask; Provask; Samcovask; Sandovask;
Selescardio; Simvask; Stamlo; Stamotens; Tensiblat; Tensicom;
Tensivask; Theravask; Twynsta; Vasgard; Vaskhima; Vaskuten;
Zenicardo; Zevask
C. Farmakologi
Amlodipine memiliki farmakologi berupa aspek farmakodinamik sebagai
vasodilator pada arteri koroner dan sistemik, serta aspek famakokinetik
berupa absorpsi, metabolisme, dan ekskresi.
1. Farmakodinamik
Amlodipine merupakan golongan penghambat kanl kalsium
generasi kedua dari kelas 1,4 dihidropiridin (DHP). DHP bekerja
dengan mengikat situs yang dibentuk dari residu asam amino pada 2
segmen S6 yang berdekatan dengan segmen S5, diantaranya dari kanal
kalsium bermuatan di sel otot polos jantung. Ikatan tersebut
menyebabkan kanal kalsium termodifikasi kedalam kondisi inaktif
tanpa mampu berkonduksi (nonconducting inactive state) sehingga
kanal kalsium di sel otot menjadi inmmpermeabel terhadap masuknya
ion kalisum.
5
Hambatan terhadap influks ion kalisum ekstra seluler tersebut
menyebabkan terjadinya vasodilatasi, penurunan kontraksilitas
miokard, dan penurunan tahanan perifer.
Amlodipine memiliki afinitas lebih tinggi pada kanal kalsium yang
terdepolarisasi. Sel otot polos vaskuler memiliki potensial membran
yang lebih terdepolarisasi dibandingkan sel otot jantung sehingga efek
fisiologis amlodidpin lebih nyata di jaringan vaskuler dibandingkan di
jaringan jantung.
2. Farmakokinetik
Aspek farmakokinetik amlodipine mencakup aspek absorpsi
distribusi, distribusi, metabolisme, dan eksresi obat.
a. Absorpsi
Amlodipine cepat diserap menyusul konsumsi oral dengan
bioavailabilitas hingga mencapai 64%. Konsentrasi amlodipine
dalam plasma mencapai puncaknya 6-12 jam setelah di konsumsi
setelah melalui metabolisme hati.
Kadar plasma semakin meningkat dengan penggunaan amlodipine
jangka panjang sehubungan dengan masa paruh eliminasi yang
panjang ( 35-48 jam) dan efek saturasi metabolisme hepatik.
Kadar plasma ini akan stabil setelah pemberian amlodipin secara
rutin selama 7-8 hari.
b. Distribusi
Mengingat volume distribusinya yang besar (21,4 +/- 4,4 liter per
kg), amlodipine terdistribusi masif kekompartemen jaringan. 93-
98% amlodipine dalam plasma terikat dengan protein.
c. Metabolisme
Amlodipine dimetabolisme dalam hati menjadi bentuk metabolit
inaktifnya. Metabolit amlodipine tidak memiliki aktivitas
antagonis kalsium dan hanya sedikit bentuk obat asli yang di
ekskresikan melalui urine.
6
d. Ekskresi
Sebagian besar metabolit amlodipin (62% dosis yang di konsumsi)
di ekskresi melalui urine dan sisanya melalui feses. Terkait
besarnya proporsi metabolit yang di ekskresikan melalui urine,
pada pasien usia lanjut, bersihan amlodipine dapat mengalami
penurunan sehingga di perlukan penyesuaian dosis.
D. Formulasi
Formulasi amlodipine tersedia dalam bentuk sediaan larutan oral
dan tablet.
Bentuk Sediaan :
Amlodipine tersedia dalam bentuk larutan oral dan tablet. Di
indonesia, baru sediaan tablet saja yang telah mendapat izin edar. Sediaan
tablet terdiri atas tablet 5 mg dan 10 mg.
7
1. Angina dan mencegah kejadian kardiovaskular
Amlodipine juga terbukti mengurangin angin asaat beraktifitas
dengan efek anti angina yang bertahan hingga 24 jam. Walau
demikian, belum ada bukti kuat manfaat amlodipine dalam mencegah
kejadian kardiovaskular pada pasien dengan riwayat penyakit jantung
koroner. Dosis penggunaan amlodipine untuk pencegahan angina adalh
dosis awal 5 mg sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari
sampai dosis maksimal 10 mg per hari.
2. Hipertensi
Dosis penggunaan amlodipine untuk hipetensi adalah dosis awal 5 mg
sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari sampai dosis
maksimal 10 mg per hari.
Penyesuaian Dosis
Pada pasien yang mendapat obat antihipertensi golongan lain,
orang lanjut usia, maupun pasien gangguan fungsi hati, disarankan untuk
melakukan penyesuaian dosis dengan menurunkan dosis awal menjadi 2,5
mg sekali sehari, ditingkatkan 2,5 mg setiap 7-14 hari sesuai respon
pasien.
8
b. Penggunaan pada wanita hamil dan menyusuiKeamanan
penggunaan amlodipin pada wanita hamil dan menyusui belum
dibuktikan. Amlodipin tidak menunjukan toksisitas pada
penelitian reproduktif pada hewan uji selain memperpanjang
parturisi (proses melahirkan) pada tikus percobaan yang diberi
amlodipin 50 kali dosis maksimum yang direkomendasikan pada
manusia.
c. Berdasarkan hal itu, penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
hanya direkomendasikan bila tidak ada alternatif lain yang lebih
aman dan bila penyakitnya itu sendiri membawa resiko yang lebih
besar terhadap ibu dan anak.
3. Overdosis amlodipine
a. Gejala
Terjadinya pelebaran pembuluh darah yang berlebihan dan
menyebabkan takikardia. Tubuh mengalami hipotensi secara
sistemik, sehingga dapat menyebabkan syok hingga kematian.
b. Penanganan
1) Monitoring fungsi vital pernapasan dan detak jantung.
Pemberian obat-obat dengan efek penyempitan pembuluh
darah (vasokontriktor). Perhatikan kontraindikasinya dengan
pasien sebelum diberikan.
2) Pemberian injeksi kalsium glukonas secara intravena di rumah
sakit. Proses irigasi lambung (gastric lavage) dengan
menggunakan sonde.
3) Dialisis darah tidak berpengaruh secara signifikan dalam
tindakan terhadap overdosis amlodipine.
9
G. Penggunaan Pada Kehamilan
Penggunaan amlodipine pada kehamilan dikategorikan FDA
sebagai kategori C. Pada ibu menyusui, penggunaannya sebaiknya
dihentikan karena dikeluarkan melalui ASI.
10
e. Siklosporin
Terjadi peningkatan kadar siklosporin pada pasien yang
baru menerima transplantasi ginjal. Sehingga perlu dilakukan
penurunan dosis siklosporin.
f. Simvastatin
Kombinasi terapi simvastatin dan amlodipine menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar simvastatin dalam darah. Pada
keadaan yang serius dapat menyebabkan rhabdomyolisis, atau
dikenal juga dengan kerusakan jaringan otot.
2. Efek Samping
a. Efek samping pada kardiovaskular: Palpitasi; peripheral edema;
syncope; takikardi, bradikardi, dan aritmia.
b. Pada SSP: sakit kepala, pusing, dan kelelahan.
c. Pada kulit: dermatitis, rash, pruritus, dan urtikaria.
d. Efek pada Saluran pencernaan: mual, nyeri perut, kram, dan tidak
nafsu makan.
e. Efek pada saluran pernafasan: nafas menjadi pendek-pendek,
dyspnea, dan wheezing.
f. Efek samping lain: Flushing, nyeri otot, dan nyeri atau inflamasi.
g. Pada penelitian klinis dengan kontrol plasebo yang mencakup
penderita hipertensi dan angina, efek samping yang umum terjadi
adalah sakit kepala, edema, lelah, flushing, dan pusing.
I. Pedoman Klinis
Pedoman klinis pada obat amlodipine yakni :
1. Titrasi dosis obat amlodipine harus menunggu setidaknya 7 hari sampai
kadar plasma darah stabil.
2. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidal memerlukan penyesuaian
dosis. Sebaliknya, dosis perlu diturunkan pada pasien lanjut usia atau
yang memiliki gangguan fungsi hati.
11
3. Amlodipine tidak boleh diberikan pada kondisi kardiovaskular seperti
stenosis aorta berat, kardiomiopati, atau gagal jantung.
4. Dokter perlu berhati-hati pada interaksi obat amlodipine.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amlodiphine merupakan obat golongan penghambat kanal kalsium
yang memiliki indikasi luas dalam tata laksana pernyakit kardiovaskular
seperti hipertensi, angina, pectoris, aritmia jantung, gagal jantung,
kongenstif, hipertensif pulmonal, dan hipertensi dalam kehamilan.
Amlodipine memiliki farmakologi berupa aspek farmakodinamik sebagai
vasodilator pada arteri koroner dan sistemik, serta aspek famakokinetik
berupa absorpsi, metabolisme, dan ekskresi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yakni, dengan adanya
makalah ini, kami harap para pembaca mampu menambah ilmu tentang
obat amlodiphine. Serta kami penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah kami kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, G. dan Bertram, M., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, 10th
edition, The McGraw-Hill Company, USA
Tatro, David S., Pharm D, 2004, A to Z Drug Facts, 5th edition, 80-82, Wolters
Kluwer Health, Inc., USA
14