SEDIAAN SOLIDA
pusing
VI. Metode Analisis :
Uji 1 yang dilakukan adalah KLT. Pada fase gerak diberi campuran metal isobutyl keton,
air, asam asetat glacial dikocok kemudian dibiarkan sampai terpisah. Bagian yang digunakan
adalah lapisan atas. Pada Larutan kesesuaian dan larutan baku Amlodipine dimasukkan
kedalam wadah yang sesuai kemudian dilarutkan dalam methanol dengan kadar yang
berbeda. Kemudian larutan baku dimasukkan labu ukur dan diencerkan dengan etanol
sampai batas tanda. Kemudian masing-masing prosedur ditotolkan secara terpisah pada
lempeng kromatografi silika gel. Kemudian lempeng dimasukkan kedalam bejana
kromatografi yang berisi fase gerak, lalu dibiarkan merambat. Setelah itu angkat lempeng
sampai tanda batas rambat lalu dipanaskan dibawah cahaya UV
Uji 2 dilakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi. Pada fase gerak, dilakukan
seperti yang dilakukan pada penetapan kadar. Pada larutan kesesuaian sistem zat dilarutkan
dalam hidrogen peroksida kemudian dipanaskan pada suhu 70 derajat selama 45 menit. Pada
larutan baku, amlodipin besilat di larutkan dan diencerkan dengan fase gerak hingga kadar
kurang dari 3 mikrogram / ml. Kemudian larutan ditimbang dan dimasukkan kedalam
kedalam labu ukur dan diencerkan dengan fase gerak sampai batas tanda. Kemudian larutan
baku dan larutan uji disuntikkan secara terpisah ke dalam kromatograf. Kromatografi
dilakukan sebanyak 3x waktu retensi amlodipin besilat kemudian kromatogram direkam dan
diukur respons puncak.
Metode analisis Spektroskopi UV dan Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dapat
digunakan untuk uji analisis pada amlodipin bestilat karena uji ini memiliki kepekaan
analisis yang tinggi. Metode Spektrofotometri UV merupakan pengukuran suatu interaksi
antara radiasi elektromagnetik dan molekul dari suatu zat kimia. Metode spektrofotometri
UV digunakan pada penetapan kadar amlodipin karena dapat digunakan untuk analisis suatu
zat dalam jumlah kecil. Metode KCKT merupakan salah satu metode berdasarkan pada
teknik kromatografi dimana fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya dapat berbentuk
padat maupun cair.
VII. Daftar Pustaka :
- Anggrawati. (2018). Farmaka Farmaka. 16, 213–221.
- DepKes, R. (2014). Farmakope Indonesia vol 1 (5Th Ed). In Jakarta.
- IAI. (2015). Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50 tahun 2016. Jakarta.
- Niazi, S. (2009). Pharmaceutical Manufacturing Formulations. In Handbook of Pharmaceutical
Manufacturing Formulations, Second Edition (Vol. 1). https://doi.org/10.1201/b14437-93