PENUNTUM PRAKTIKUM
PRINSIP :
Konsentrasi glukosa dapat ditentukan dengan cara spektrofotometri visible setelah
dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase menjadi Asam Glukonat dan H2O2. Sebagai
pereaksi yang memberikan warna merah adalah Chinonimine yang dihasilkan dari 4-
Aminoantipyrine dan Phenol oleh H2O2 yang dikatalisir oleh enzim Peroksidase. Sehingga
dapat diukur pada λ 500 nm dan kadarnya dihitung dengan menggunakan rumus
pendekatan.
GOD
Glukosa + O2 Asam Glukonat + H2O2
2H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol Chinonimine + 4H2O
GOD
BAHAN :
1. Serum atau EDTA Plasma (hindarkan hemolysis darah)
2. Standar Glukosa : 100 mg/dl (5,55 mmol/l)
3. Buffer Phosphat, pH 7,5 : 250 mmol/l
4. Phenol : 5 mmol/l
5. 4-Amino antipyrine : 0,5 mmol/l
6. Glukosa Oxidase : > 10 KU/l
7. Peroxidse : > 1 KU/l
CARA KERJA :
Disediakan 3 tabung reaksi yang diisi dengan larutan seperti dalam tabel berikut ini :
BLANKO STANDARD PLASMA
Plasma - - 10 µl
Larutan Standard - 10 µl -
Larutan Reagensia 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Larutan dicampur dengan baik (vortex) diinkubasikan selama 20 menit pada 20-25 oc atau 10
menit pada 37oC, kemudian dalam tempo 60 menit Extinctienya dibaca dengan
membandingkannya dengan Blanko pada panjang gelombang 500 nm.
PERHITUNGAN :
Metabolisme atau biotransformasi obat merupakan urutan dari disposisi atau kinetik obat.
Setelah pemberian obat peroral, obat pertama sekali mengalami proses disintegrasi dan
disolusi. Begitu obat larut dalam cairan pencernaan, biotransformasi dapat segera terjadi
misalnya proses oksidasi glutation.
Adanya metabolisme obat yang berbeda antar individu sebagai akibat faktor genetik, usia,
jenis kelamin, fungsi hati, circadian rhythm, suhu tubuh, status gizi dan lingkungan serta
adanya pemaparan bersamaan dengan sediaan pemacu dan penghambat metabolisme
obat, maka akan terjadi perbedaan efek obat yang ditimbulkan.
Bukti adanya metabolisme obat.
Sebagai akibat adanya metabolisme atau biotransformasi dari suatu senyawa kimia di dalam
tubuh seseorang, terbentuk senyawa-senyawa kimia lain dengan struktur yang berbeda.
Hal ini dapat diketahui dengan reaksi kimia yang dilakukan dari specimen excreta (tinja, air
seni, ludah, udara nafas) dan jaringan tubuh di mana metabolisme obat berlangsung.
Kadang kala senyawa kimia tersebut perlu di label dengan bahan radio isotop (C14, H3).
Pada praktikum ini, adanya metabolisme obat didemonstrasikan dari pemeriksaan salisilat
dan metabolitnya yang diekskresikan melalui urine dengan reaksi kimia kualitatif. Akibat
reaksi Natrium salisilat (putih bening) dan ferri chlorida (kuning) maka terbentuk larutan
berwarna lembayung.
PRINSIP :
Protein dan peptida dengan ion Cuprum dalam suasana alkalis akan membentuk
kompleks yang berwarna ungu/violet. Reaksinya disebut eaksi Biuret yang cukup cukup
sderhana dan hasilnya sesuai persis dengan methode Kjeldahl.
BAHAN :
1. Serum/zat yang akan diperiksa
2. Larutan Standard protein (6g/100 ml)
3. Reagensia Biuret
CARA KERJA :
Disediakan 3 tabung reaksi dan diberi tanda untuk masing-masing tabung dengan B untuk
larutan Blanko, S untuk larutan Standard dan U untuk larutan yang akan diperiksa. Kedalam
tabung S dimasukan 0,1 ml larutan Standard protein, sedangkan kedalam tabung U
dipipetkan sebanyak 0,1 ml cairan serum ataupun zat yang akan diperiksa. Tabung B,
dibiarkan kosong dahulu.
Selanjutnya, kedalam ketiga tabung tersebut (S, U dan B) ditambahkan masing-masing
sebanyak 5 ml Reagensia Biuret, dicampur dengan baik dan dibiarkan pada temperatur
kamar selama 30 menit.
Extenctie dari protein dalam larutan dibaca terhadap kedua tabung (S dan U) pada alat
Spektrophotometer/Colorimeter dengan panjang gelombang 545 mm dan dengan mengatur
titik Nol dari alat tersebut dengan menggunakan larutan Blanko (tabung B)
PERHITUNGAN :
Eu
Cu = X Cs
Es
Keterangan : Cu : Konsentrasi zat yang diperiksa
Eu : Extinctie dari zat yang diperiksa
Es : Extictie dari larutan Standard
Cs : Konsentrasi dari larutan Standard
BAHAN :
1. Suspensi Urease :3,5 KU/l Urease (sebelum dipakai dikocok dahulu)
2. larutan Ureum standard : 40 mg% atau setara dengan 6,66 mmol/l
3. Reagensia Phenol : 150 mmol/l phenol dan 0,47 mmol/l Na-Nitroprusid
4. Larutan Hypochlorit : 13 mmol/l NaOCl dan 130 mmol/l NaOH
Semua reagensia harus tertutup rapat dan disimpan pada 2-8oC (dalam kulkas)
Setelah diisi dengan skema diatas, ketiga tabung tersebut dibiarkan selama 30 menit pada
temperatur kamar atau 15 menit pada temperatur 37 oC ditempat gelap. Setelah itu, kepada
semua tabung ditambahkan 5 ml reagensia Phenol (3) dan 5 ml reagensia Hypoclorit (4).
Larutan dicampur hingga homogen (vortex) dan dibiarkan selama 30 menit pada temperatur
kamar, atau 15 menit pada temperatur 37oC. Extintie ureum ditentukan dengan
menggunakan Spektrofotometer dengan filter yang sesuai (540-640 nm).
PERHITUNGAN :
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap cara
pemberian obat yang dilakukan.
Jangan lupa menjelaskan pengertian:
sub optimal
optimal
over dosis
DOSIS OBAT
Dosis Obat :
Jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dlam satuan berat, isi atau unit.
Kecuali bila dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis ialah jumlah obat yang
memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.
Macam-macam Dosis :
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat. Untuk
mendapatkan efek yang diinginkan pemberian obat tersebut harus tepat, aman dan rasional.
Kriteria sebagai berikut : tepat indikaasi, tepat penderita (pasien), tepat obat dan BSO, tepat
dosis dan perhitungan dosis, tepat cara pemberian, interval waktu dan lamanya pemberian,
waspada terhadap efek samping obat.
1. Dosis minimal : dosis yang paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik.
2. Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek toksis.
3. Dosis permulaan : dosis yang diberikan pada permulaan menggunakan obat untuk
mencapai kadar tertentu dalam darah, misalnya pemberian antibiotika.
4. Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi. Hanya
untuk penyakit tertentu, misalnya asthma, alergi, jantung dll.
5. Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal yang paling baik.
6. Dosis toksik : penggunaan obat melebihi dosis maksimal.
7. Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian.
8. Dosis Letal 50 : artinya dosis yang membunuh 50% dari binatang percobaan.
9. Interval waktu : masa / waktu yang diperlukan antara pemberian suatu dosis dengan
dosis berikutnya disebut juga dosage interval.
10. Regemen dose : pengaturan dosis serta jarak antar dosis untuk terapi dengan obat,
memberikan efek secara klinik, mempertahankan konsentrasi terapeutik obat dalam
tubuh.
11. Dosis ganda : pemberian dosis tunggal, disebut juga Multiple dose administration, yang
mengakibatkan akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC tercapai.
Ada beberapa golongan obat, dimana dosis untuk anak tidak dapat diperhitungkan dari dosis
orang dewasa (dengan mempergunakan salah satu rumus yang diatas) antara lain :
1. Antibiotika dan preparat sulfa atau khemoterapeutika lainnya, ada dosis tersendiri untuk
anak-anak.
2. Anak-anak sensitif sekali :
a. Terhadap morfin dan obat bius lainnya.
b. Terhadap laxant yang kuat atau bahan yang berswifat laxant.
Dosis obat ini harus lebih rendah daripada kalau dihitung dengan salah satu
rumus di atas
3. Sebaliknya anak-anak lebih tahan terhadap obat tidur, seperti :
a. Phenobarbital dan barbiturat lainnya.
b. Diazepam dan derivatnya.
c. Chloralhidrat
d. Belladonna, atropin dan derivatnya.
Dosis obat ini dapat lebih tinggi daripada kalau dihitung dengan salah
satu rumus di atas.
Untuk terapi dibuku maupun di brosur atau (leaflet) obat sering
dilampirkan daftar obat-obatan bayi dan anak-anak, seperti :
- Farmakope Indonesia
- Martindale
- Obat-obat penting
- Brosur disetiap obat yang dipasarkan menyangkut untuk anak-anak.
Dosis Maximalis :
Dosis bahan obat yang diperhitungkan dari dosis maksimal orang dewasa
dengan menggunakan rumus Young :
n / 1 + 12 x dosis maksimal (n = umur anak dalam tahun)
untuk obat yang pemakainya setiap jam dan seterusnya, dapat dihitung interval
waktunya sebagai berikut, dengan rumus :
n / 16 + 1 (n = umur dalam tahun) untuk mendapatkan interval waktu
pemakaian.
Angka 16 dianggap waktu bangun (24 jam – 8 jam = 16 jam).
Kombinasi obat
Tujuan kombinasi pemberian obat :
Mengurangi dosis obat, mengatasi infeksi sekunder, resistensi dan untuk mengoptimalkan
terapi.
Dosis orang tua / lanjut usia
Orang tua dosis obatnya dianjurkan sbb :
Umur 65 – 74 tahun : dosis lazim - 10%
Umur 75 – 84 tahun : dosis lazim - 20%
Umur diatas 85 tahun : dosis lazim - 30%
Tujuan :
- Membuktikan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi
- Penentuan banyaknya kalori yang setara dengan 1 joule.
Teori :
Kalau sebuah kawat tahanan dilalui arus listrik sebesar 1 ampere ; yang diakibatkan
oleh beda potensial antara kedua ujungnya sebesar V.i.t. joule. Kalau usaha ini seluruhnya
terubah dalam usaha panas maka panas yang terjadi ialah ; Q = A.V. i. t. kalori. A adalah
banyaknya kalori yang setara dengan 1 joule. Banyaknya panas yang terjadi dapat diukur
dengan mempergunakan sebuah kalorimeter.
Calorimetry is the measurement of heat given off by a subject. the term direct
calorimetry is used for the direct measurement of heat loss from the subject by
radiation, convection, conduction, and evaporation. Indirect calorimetry measures
respiratory gas exchange to infer the amount of heat production. Heat production is
calculated from oxygen (O2) consumption and carbon dioxide (CO2) production and
converted to energy expenditure based on an empirical equation.
Direct Calorimetry
Direct calorimetry has been used on animals and in humans for energy and
thermal regulation studies since the beginning of the century. Many direct calorimeters
have been built and they are usually classified under one of four principles of operation :
gradient layer calorimeter, air-flow calorimeter,water flow calorimeter, and compensating
heater calorimeter, the gradient layer calorimeter is usually used for studies in temperature
regulation of human subjects while they are performing different work.
The air-flow calorimeter is popular in studies of energy expenditure for humans and
animals. The water flow calorimeter can be used for both applications without social
isolation.
4. Bila temperatur sudah konstan maka catatlah besar arus yang mengalir dan beda
potensialnya.
Ukurlah massa air yang terkumpul selama selang waktu tertentu
5. Ukurlah volume air dengan beaker glass
6. Timbanglah calorimeter joule
7. Ukurlah temperature T1 dan T2
8. Dari hasil pengamatan buatlah tabel data sesuai dengan besaran yang diperoleh pada
percobaan.
PENGONTROLAN TERMOMETER
Tujuan :
Menetapkan kesalahan penunjukkan suatu termometer
Alat-alat :
Tabung pendidih, tabung es, Termometer demam (air raksa, digital),
termometer air raksa, Loupe.
Prosedur :
1. Letakkan termometer dalam es (tanpa parallax). Baca penunjukkan termometer
dengan pertolongan loupe, ulangi beberapa kali percobaan tersebut
2. Letakkan termometer dalam tabung mendidih (tanpa parallax). Baca penunjukkan
termometer dengan pertolongan loupe, ulangi beberapa kali percobaan tersebut
3. Menentukan perbandingan termometer demam (air raksa dan digital) dengan
termometer yang dipakai pada prosedur 1 dan 2.
Pertanyaan :
1. Sebutkan dalam laporan saudara termometer-termometer itu sejelas mungkin.
2. Buat gambaran secara skema dari lata pendidih dan jelaskan mengapa dindingnya
dua lapi
3. Apa saja yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh
S UHU TUBUH
Suhu tubuh dapat diukur pada tempat-tempat yang berikut:
a. rectum
b. mulut
c. ketiak
d. telinga
Sesuai dengan azas etika, suhu mulutlah yang sering diukur meskipun suhu yang
dicatat 0.5oC lebih rendah dari suhu tubuh yang sebenarnya.
Cara kerja Termometer Klinis :
Pelajarilah cara dan skala dari thermometer klinis. Termometer klinis biasanya diberi
tanda “1/2 menit, 1 menit, atau 2 menit”, yang maksudnya berapa lama termometer tersebut
harus ditunggu supaya memberi suhu yang sebenarnya.
S UHU KULIT
Suhu kulit menunjukkan banyaknya panas yang dipindahkan dari tubuh kesekitarnya,
dan sebaliknya; lebih baik diukur dengan thermocouple. Termometer kulit ditempelkan
dengan perban untuk isolasi dari sekitarnya.
I. G.I.O : Mahasiswa dapat memahami cara-cara mengukur suhu tubuh dan faktor-
faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
S.I.O : 1. Dapat menyebutkan satu alat untuk mengukur suhu tubuh
2. Dapat menyebutkan empat tempat pengukuran suhu tubuh
3. Menyebutkan 2 faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
II. G.I.O : Mahasiswa dapat mengukur suhu tubuh pada berbagai-bagai tempat dan
keadaan pada manusia.
S.I.O : 1. Dapat mengenal dua jenis termometer.
2. Dapat mengukur suhu mulut.
3. Dapat mengukur suhu ketiak
4. Dapat mengukur suhu mulut dalam berbagai-bagai hal:
a. dengan bibir yang tertutup rapat, bernafas melalui hidung.
b. bernafas melalui mulut
c. segera setelah minum air dingin
5. Dapat mencatat suhu mulut pada istirahat.
6. Dapat mencatat suhu mulut segera setelah kerja.
7. Dapat mencatat suhu mulur segera setelah kerja dengan duduk dekat
kipas angin.
III. G.I.O : Memahami hasil-hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil-hasil
observasi pada praktikum (dicatat pada observation sheet).
S.I.O : 1. Dapat menuliskan suhu-suhu tubuh manusia normal :
a. suhu mulut
b. suhu ketiak
2. Dapat menuliskan pengaruh kerja terhadap suhu tubuh manusia.
3. dapat menyebutkan pengeruh temperatur sekitar terhadap suhu tubuh.
Observation Sheet.
MENGUKUR SUHU TUBUH DAN KULIT
Nama/NIM : ……………………………….
Group/Meja : ........................................
Tanggal : ........................................
Instruktur I
Instruktur II
Total