Anda di halaman 1dari 18

1

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
2

PENUNTUM PRAKTIKUM

PRAKTIKUM BIOKIMIA (MS-Pr.1-BK)


PENENTUAN KADAR GULA DENGAN METHODE GOD-PAD

PRINSIP :
Konsentrasi glukosa dapat ditentukan dengan cara spektrofotometri visible setelah
dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase menjadi Asam Glukonat dan H2O2. Sebagai
pereaksi yang memberikan warna merah adalah Chinonimine yang dihasilkan dari 4-
Aminoantipyrine dan Phenol oleh H2O2 yang dikatalisir oleh enzim Peroksidase. Sehingga
dapat diukur pada λ 500 nm dan kadarnya dihitung dengan menggunakan rumus
pendekatan.
GOD
Glukosa + O2 Asam Glukonat + H2O2
2H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol Chinonimine + 4H2O
GOD
BAHAN :
1. Serum atau EDTA Plasma (hindarkan hemolysis darah)
2. Standar Glukosa : 100 mg/dl (5,55 mmol/l)
3. Buffer Phosphat, pH 7,5 : 250 mmol/l
4. Phenol : 5 mmol/l
5. 4-Amino antipyrine : 0,5 mmol/l
6. Glukosa Oxidase : > 10 KU/l
7. Peroxidse : > 1 KU/l

CARA KERJA :
Disediakan 3 tabung reaksi yang diisi dengan larutan seperti dalam tabel berikut ini :
BLANKO STANDARD PLASMA
Plasma - - 10 µl
Larutan Standard - 10 µl -
Larutan Reagensia 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Larutan dicampur dengan baik (vortex) diinkubasikan selama 20 menit pada 20-25 oc atau 10
menit pada 37oC, kemudian dalam tempo 60 menit Extinctienya dibaca dengan
membandingkannya dengan Blanko pada panjang gelombang 500 nm.

PERHITUNGAN :

Kadar Glukosa = ∆ E Plasma


X Kons. Standard (mg/dl)
∆ E Standard

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
3

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TERAPI (MS-Pr. 2-FT)


FARMAKOKINETIK OBAT
METABOLISME SALISILAT PADA MANUSIA

Tujuan Memeriksa adanya salisilat dan hasil metabolismenya dalam urine.


Materi 1. Natrium salisilat (bentuk tablet)
praktikum 2. Larutan Ferri chlorida 5 %
3. Bejana Erlenmeyer
4. Kertas lakmus
5. Larutan standard Natrium salisilat
6. Lampu spiritus
Pelaksanaan Sehari sebelum praktikum, praktikan mengambil Natrium salisilat di ruang
departemen Farmakologi. Pada malam hari (jam ± 23.00 WIB) atau sehari
sebelum percobaan dilakukan, ditelan 1 gr Natrium salisilat dengan 300 ml
air (untuk praktikan yang meminum obat). Kumur-kumurlah sewaktu
memakan obat untuk memastikan obat tidak tertinggal di dalam rongga
mulut. Bila terjadi miksi diantara sesudah makan obat sebelum praktikum
dilakukan urine tersebut harus dikumpulkan dan dibawa pada waktu
praktikum. Tampung urine salah seorang praktikan dari setiap meja (yang
tidak memakan obat) sebagai urin kontrol pada hari percobaan.
Seterusnya pada hari percobaan, urin bagi praktikan yang meminum obat
ditampung setiap 30 menit (sesuai dengan Buku Penuntun).
Periksa air kemih contoh dan air kemih lainnya yang dikumpul selang 30
menit akan adanya Natrium salisilat serta ester asam salisilat sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan salisilat :
Pada 3 ml air kemih tambahkan 1 tetes larutan Ferri chlorida 5 %.
Perhatikan adanya warna lembayung. Bandingkan ini dengan
larutan standard dan cobalah mengira kadar obat di dalam air
kemih.
2. Pemeriksaan ester asam salisilat.
Pada 3 ml air kemih tambahkan 1 tetes larutan NaOH 1 %.
Panaskan campuran ini perlahan-lahan.
Netralkan campuran ini dengan larutan HCl 1 % dan dinginkan.
Sekarang tambahkan satu tetes larutan Ferri chlorida 5 %. Bandingkan
warna yang dihasilkan dengan larutan standard dan hitunglah kadar
substansi ini pada air kemih. Ikutilah kerja obat sejak mulai absorbsi,
metabolisme dan ekskresi.
Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap
bentuk sediaan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan
kelarutan untuk tiap pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba.
Buatlah grafik kadar Natrium salisilat dan ester asam salisilat yaitu
kadar pada axis vertikal dan satuan waktu pada axis horizontal.
Catatan Obat-obatan yang masuk di dalam tubuh akan dikeluarkan dari dalam
tubuh melalui organ-organ ekskresi misalnya, ginjal, paru-paru, saluran
pencernaan, kulit dan sebagainya.
Bahan-bahan tersebut dikeluarkan bisa dalam bentuk tidak berubah
(seperti ether, barbital), dan sebagian besar akan mengalami proses
biotransformasi di hepar (metabolit sebagai hasil oxidasi, reduksi,
hidrolisa dan atau konjugasi). Walaupun pengeluaran obat-obatan ini
tidak hanya melalui ginjal tetapi umumnya pemeriksaan kadar tertentu
dari suatu bahan kimia di dalam urine adalah sering dilakukan. Jadi
dengan melakukan pemeriksaan / analisa dari urine, maka kita dapat
menentukan secara kasar bahan obat yang terdapat di dalam tubuh.
Metabolisme Obat
Buku Panduan Mahasiswa
Metabolism System
4

Metabolisme atau biotransformasi obat merupakan urutan dari disposisi atau kinetik obat.
Setelah pemberian obat peroral, obat pertama sekali mengalami proses disintegrasi dan
disolusi. Begitu obat larut dalam cairan pencernaan, biotransformasi dapat segera terjadi
misalnya proses oksidasi glutation.

Metabolisme dapat berlangsung di :


- Cairan pencernaan
- Mukosa saluran cerna
- Hati (paling sering)
- Darah
- Bagian jaringan tubuh lainnya (paru, kulit dan ginjal)
Adakalanya obat diabsorbsi dengan sempurna di saluran cerna, lalu memasuki aliran darah
vena porta ke hati, di mana obat tersebut mengalami metabolisme dengan hebat. Hal ini
dikenal sebagai FIRST – PASS EFFECT.
Akibat proses metabolisme, obat dapat berubah wujud, aktivitas dan kinetik.

Tahapan perubahan wujud obat akibat metabolisme :


1. Fase I : merubah sediaan lipofilik menjadi lebih polar ( -OH, -NH2, -SH)
a) memerlukan P 450 system → Redox reaction
b) tidak memerlukan P 450 system → amine oxidation, mis.: etanol
hydrolisis, mis. : procainamide
Pemacuan (stimulasi) dan penghambatan (inhibisi) aktivitas enzym yang
dibutuhkan dalam metabolisme obat akan dapat mempengaruhi kinetik
dan dinamik obat yang diberikan.
2. Fase II : melibatkan proses konjugasi metabolit yang terbentuk pada fase I
a) glukoronat
b) sulfat
c) asetat
d) asam amino
Obat-obatan yang sejak awalnya telah memiliki gugus –OH, -NH 2 atau –COOH bisa
langsung memasuki fase II.
3. Obat yang tidak mengikuti fase I dan II, misalnya INH.
Isoniazid mula-mula diasetilasi (fase II) kemudian dihidrolisa (fase I) menjadi asam
isonikotinat.

Kinetik metabolisme obat ada 2 macam :


1. First order kinetik
 Dikatalisa oleh enzym.
 Mengikuti Michaelis-Menten Kinetics.
 Kecepatan metabolisme obat secara langsung proportional dengan konsentrasi obat
dalam bentuk bebas.
 Dengan kata lain sejumlah tertentu obat (konstan) dimetabolisme per satuan waktu.
2. Zero – order kinetic
 kecepatan metabolisme obat tidak berubah menurut waktu
 misalnya : aspirin, etanol, fenitoin

Perubahan aktifitas obat akibat metabolisme :


a. Aktif menjadi tidak aktif : asetosal → ester asam salisilat
b. Aktif menjadi aktif II : fenasetin → parasetamol
c. Aktif menjadi toksik : parasetamol → hepatotoxic substance
(N-acetylbenzoimino-quinone)
d. Tidak aktif menjadi aktif : prodrug mis : baccampisillin → ampicillin
Perindopril → perindropilat
Kepentingan klinis dari metabolisme obat.
Buku Panduan Mahasiswa
Metabolism System
5

Adanya metabolisme obat yang berbeda antar individu sebagai akibat faktor genetik, usia,
jenis kelamin, fungsi hati, circadian rhythm, suhu tubuh, status gizi dan lingkungan serta
adanya pemaparan bersamaan dengan sediaan pemacu dan penghambat metabolisme
obat, maka akan terjadi perbedaan efek obat yang ditimbulkan.
Bukti adanya metabolisme obat.
Sebagai akibat adanya metabolisme atau biotransformasi dari suatu senyawa kimia di dalam
tubuh seseorang, terbentuk senyawa-senyawa kimia lain dengan struktur yang berbeda.
Hal ini dapat diketahui dengan reaksi kimia yang dilakukan dari specimen excreta (tinja, air
seni, ludah, udara nafas) dan jaringan tubuh di mana metabolisme obat berlangsung.
Kadang kala senyawa kimia tersebut perlu di label dengan bahan radio isotop (C14, H3).
Pada praktikum ini, adanya metabolisme obat didemonstrasikan dari pemeriksaan salisilat
dan metabolitnya yang diekskresikan melalui urine dengan reaksi kimia kualitatif. Akibat
reaksi Natrium salisilat (putih bening) dan ferri chlorida (kuning) maka terbentuk larutan
berwarna lembayung.

PRAKTIKUM BIOKIMIA (MS-Pr.3-BK)


Buku Panduan Mahasiswa
Metabolism System
6

MENGANALISA KADAR TOTAL PROTEIN DALAM DARAH

PRINSIP :
Protein dan peptida dengan ion Cuprum dalam suasana alkalis akan membentuk
kompleks yang berwarna ungu/violet. Reaksinya disebut eaksi Biuret yang cukup cukup
sderhana dan hasilnya sesuai persis dengan methode Kjeldahl.

BAHAN :
1. Serum/zat yang akan diperiksa
2. Larutan Standard protein (6g/100 ml)
3. Reagensia Biuret

CARA KERJA :
Disediakan 3 tabung reaksi dan diberi tanda untuk masing-masing tabung dengan B untuk
larutan Blanko, S untuk larutan Standard dan U untuk larutan yang akan diperiksa. Kedalam
tabung S dimasukan 0,1 ml larutan Standard protein, sedangkan kedalam tabung U
dipipetkan sebanyak 0,1 ml cairan serum ataupun zat yang akan diperiksa. Tabung B,
dibiarkan kosong dahulu.
Selanjutnya, kedalam ketiga tabung tersebut (S, U dan B) ditambahkan masing-masing
sebanyak 5 ml Reagensia Biuret, dicampur dengan baik dan dibiarkan pada temperatur
kamar selama 30 menit.
Extenctie dari protein dalam larutan dibaca terhadap kedua tabung (S dan U) pada alat
Spektrophotometer/Colorimeter dengan panjang gelombang 545 mm dan dengan mengatur
titik Nol dari alat tersebut dengan menggunakan larutan Blanko (tabung B)

PERHITUNGAN :
Eu
Cu = X Cs
Es
Keterangan : Cu : Konsentrasi zat yang diperiksa
Eu : Extinctie dari zat yang diperiksa
Es : Extictie dari larutan Standard
Cs : Konsentrasi dari larutan Standard

Cara pembuatan larutan Reagensia Biuret :


Larutan I : 12 g CuSO4. 5H2O (12 MMOL/L CuSO4) 24 g K-Na-Tartarat dilarutkan dalam 3
liter H2O (32 mmol/l K-Na-Tartarat) dan 18 mmol/l KJ
Larutan II : 120 g NaOH dilarutkan dalam 1200 ml H2O (200 mmol/l NaOH)
Larutan I dan II dicampurkan dan tambahkan lagi H2O hingga volumenya
seluruhnya menjadi 5 liter.

PRAKTIKUM BIOKIMIA (MS-Pr.4-BK)

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
7

PEMERIKSAAN UREUM DARAH

PRINSIP (REAKSI BERTHELOT) :


Ureum akan berobah menjadi ammonium carbonat oleh enzym Urease. Phenol dengan
bantuan ammonium karbonat dapat dioksidasi oleh Natrium Hypochlorit menjadi suatu
kompleks yang berwarna biru. Zat warna biru yang terbentuk tersebut dapat diperjelas
dengan penambahan sejumlah kecil natrium Nitroprusid (disodium
pentacyanonitrosylferrate).

BAHAN :
1. Suspensi Urease :3,5 KU/l Urease (sebelum dipakai dikocok dahulu)
2. larutan Ureum standard : 40 mg% atau setara dengan 6,66 mmol/l
3. Reagensia Phenol : 150 mmol/l phenol dan 0,47 mmol/l Na-Nitroprusid
4. Larutan Hypochlorit : 13 mmol/l NaOCl dan 130 mmol/l NaOH
Semua reagensia harus tertutup rapat dan disimpan pada 2-8oC (dalam kulkas)

METHODE (CARA KERJA) :


Disediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, masing-masing diberi tanda dengan B
untuk Blanko, s untuk Standard dan U untuk Serum darah yang akan diperiksa. Ketiga buah
tabung tersebut diisi dengan larutan seperti dalam tabel berikut ini :
BLANKO STANDARD PLASMA
Plasma - - 0,002 ml
Larutan Standard - 0,02 ml -
Suspensi Urese 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml

Setelah diisi dengan skema diatas, ketiga tabung tersebut dibiarkan selama 30 menit pada
temperatur kamar atau 15 menit pada temperatur 37 oC ditempat gelap. Setelah itu, kepada
semua tabung ditambahkan 5 ml reagensia Phenol (3) dan 5 ml reagensia Hypoclorit (4).
Larutan dicampur hingga homogen (vortex) dan dibiarkan selama 30 menit pada temperatur
kamar, atau 15 menit pada temperatur 37oC. Extintie ureum ditentukan dengan
menggunakan Spektrofotometer dengan filter yang sesuai (540-640 nm).

PERHITUNGAN :

Kadar Ureum = E Plasma


X Kons. Standard (mg/dl)
E Standard

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
8

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TERAPI (MS-Pr. 5-FT)


Buku Panduan Mahasiswa
Metabolism System
9

PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Tujuan Menghitung dosis obat yang dibutuhkan untuk kasus-kasus tertentu.


Materi praktikum Buku teks/rujukan farmakologi, farmasi, daftar dosis.
Pelaksanaan Menghitung dosis untuk penderita:
1. anak (berdasarkan usia, berat badan dan luas permukaan tubuh)
2. lansia ( fungsi organ metabolisme dan ekskresi)
3. penyakit penyerta (gangguan ginjal, hati dan jantung)
4. dosis awal dan dosis rumatan berdasarkan kaedah farmakokinetik
(Vd, Cl, Cmax, Css dsb)
5. laporan Monitoring Kadar Obat
Pengamatan Setelah menghitung dosis yang dibutuhkan, tiap praktikan harus mampu
menuliskannya dalam resep dengan benar dalam satuan:
 mg
 Cth, C, ml (cc) untuk sediaan dalam bentuk larutan
 Tetes per-oral (ada kalibrasi pipet)

Pelaporan Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap cara
pemberian obat yang dilakukan.
Jangan lupa menjelaskan pengertian:
 sub optimal
 optimal
 over dosis

DOSIS OBAT

Dosis Obat :
Jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dlam satuan berat, isi atau unit.
Kecuali bila dinyatakan lain, yang dimaksud dengan dosis ialah jumlah obat yang
memberikan efek terapeutik pada pasien dewasa.

Macam-macam Dosis :
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi obat. Untuk
mendapatkan efek yang diinginkan pemberian obat tersebut harus tepat, aman dan rasional.
Kriteria sebagai berikut : tepat indikaasi, tepat penderita (pasien), tepat obat dan BSO, tepat
dosis dan perhitungan dosis, tepat cara pemberian, interval waktu dan lamanya pemberian,
waspada terhadap efek samping obat.
1. Dosis minimal : dosis yang paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik.
2. Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek toksis.
3. Dosis permulaan : dosis yang diberikan pada permulaan menggunakan obat untuk
mencapai kadar tertentu dalam darah, misalnya pemberian antibiotika.
4. Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh lagi. Hanya
untuk penyakit tertentu, misalnya asthma, alergi, jantung dll.
5. Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal yang paling baik.
6. Dosis toksik : penggunaan obat melebihi dosis maksimal.
7. Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian.
8. Dosis Letal 50 : artinya dosis yang membunuh 50% dari binatang percobaan.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
10

9. Interval waktu : masa / waktu yang diperlukan antara pemberian suatu dosis dengan
dosis berikutnya disebut juga dosage interval.
10. Regemen dose : pengaturan dosis serta jarak antar dosis untuk terapi dengan obat,
memberikan efek secara klinik, mempertahankan konsentrasi terapeutik obat dalam
tubuh.
11. Dosis ganda : pemberian dosis tunggal, disebut juga Multiple dose administration, yang
mengakibatkan akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC tercapai.

Dosis awal initial dose, loading dose


Dosis terapeutik terletak antara dosis maksimal dengan dosis mminimal
Medicamenta Paediatrica (Dosis obat untuk anak-anak)
Bahan obat yang diberikan kepada anak-anak umumnya sama dengan bahan obat yang
diberikan kepada orang dewasa, hanya dosis atau takarannya berbeda. Untuk menentukan
dosis ini, dapat diperhitungkan dari dosis orang dewasa dengan mempergunakan rumus.
Perhitungan dosis obat untuk anak-anak dapat dilakukan menurut :
1. Luas permukaan badan dari anak :
Cara ini sebetulnya paling tepat, tetapi kurang praktis.
2. Berat badan dari anak :
Clark : W / 70 x Dosis dewasa ( = berat dalam kg)
Untuk praktek sehari-hari rumus ini sering dipakai
3. Umur anak : dipakai beberapa rumus, a.l. :
a. Young : n / ½ + 12 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)
Rumus ini tidak berlaku untuk anak diatas 12 tahun.
b. Dilling : n / 20 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)
c. Cowling : n + 1 / 24 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)
Di Indonesia rumus ini tidak banyak dipergunakan
d. Fried : m / 150 x dosis dewasa (m = umur dalam bulan)
Rumus ini dipakai untuk bayi 1 tahun kebawah.

Ada beberapa golongan obat, dimana dosis untuk anak tidak dapat diperhitungkan dari dosis
orang dewasa (dengan mempergunakan salah satu rumus yang diatas) antara lain :
1. Antibiotika dan preparat sulfa atau khemoterapeutika lainnya, ada dosis tersendiri untuk
anak-anak.
2. Anak-anak sensitif sekali :
a. Terhadap morfin dan obat bius lainnya.
b. Terhadap laxant yang kuat atau bahan yang berswifat laxant.
Dosis obat ini harus lebih rendah daripada kalau dihitung dengan salah satu
rumus di atas
3. Sebaliknya anak-anak lebih tahan terhadap obat tidur, seperti :
a. Phenobarbital dan barbiturat lainnya.
b. Diazepam dan derivatnya.
c. Chloralhidrat
d. Belladonna, atropin dan derivatnya.
Dosis obat ini dapat lebih tinggi daripada kalau dihitung dengan salah
satu rumus di atas.
Untuk terapi dibuku maupun di brosur atau (leaflet) obat sering
dilampirkan daftar obat-obatan bayi dan anak-anak, seperti :
- Farmakope Indonesia
- Martindale
- Obat-obat penting
- Brosur disetiap obat yang dipasarkan menyangkut untuk anak-anak.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
11

Dosis Maximalis :
Dosis bahan obat yang diperhitungkan dari dosis maksimal orang dewasa
dengan menggunakan rumus Young :
n / 1 + 12 x dosis maksimal (n = umur anak dalam tahun)
untuk obat yang pemakainya setiap jam dan seterusnya, dapat dihitung interval
waktunya sebagai berikut, dengan rumus :
n / 16 + 1 (n = umur dalam tahun)  untuk mendapatkan interval waktu
pemakaian.
Angka 16 dianggap waktu bangun (24 jam – 8 jam = 16 jam).

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat :


1. Zat aktif obat.
- Sifat Fisika Kimia obat dan Toksisitas
2. Cara / rute pemberian
a. Per-oral
b. Parenteral
c. Rektal, vaginal, urethral
d. Topikal
e. Inhalasi, dll.
3. Kondisi pasien
a. Umur
b. Berat badan
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Toleransi
f. Obesitas
g. Sensitifitas
4. Patofisiologi tubuh
a. Keadaan organ tubuh
b. Efek non terapi

Kombinasi obat
Tujuan kombinasi pemberian obat :
Mengurangi dosis obat, mengatasi infeksi sekunder, resistensi dan untuk mengoptimalkan
terapi.
Dosis orang tua / lanjut usia
Orang tua dosis obatnya dianjurkan sbb :
Umur 65 – 74 tahun : dosis lazim - 10%
Umur 75 – 84 tahun : dosis lazim - 20%
Umur diatas 85 tahun : dosis lazim - 30%

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
12

PRAKTIKUM FISIKA KEDOKTERAN (MS-Pr.6-FA)


KALORIMETER

Alat-alat yang diperlukan :


Kalorimeter, thermometer, meter-volt, meter-amper, tahanan geser, sumber arus,
pemutus arus, loupe, stopwatch.

Tujuan :
- Membuktikan bahwa kalor adalah suatu bentuk energi
- Penentuan banyaknya kalori yang setara dengan 1 joule.

Teori :
Kalau sebuah kawat tahanan dilalui arus listrik sebesar 1 ampere ; yang diakibatkan
oleh beda potensial antara kedua ujungnya sebesar V.i.t. joule. Kalau usaha ini seluruhnya
terubah dalam usaha panas maka panas yang terjadi ialah ; Q = A.V. i. t. kalori. A adalah
banyaknya kalori yang setara dengan 1 joule. Banyaknya panas yang terjadi dapat diukur
dengan mempergunakan sebuah kalorimeter.

Calorimetry is the measurement of heat given off by a subject. the term direct
calorimetry is used for the direct measurement of heat loss from the subject by
radiation, convection, conduction, and evaporation. Indirect calorimetry measures
respiratory gas exchange to infer the amount of heat production. Heat production is
calculated from oxygen (O2) consumption and carbon dioxide (CO2) production and
converted to energy expenditure based on an empirical equation.

Direct Calorimetry
Direct calorimetry has been used on animals and in humans for energy and
thermal regulation studies since the beginning of the century. Many direct calorimeters
have been built and they are usually classified under one of four principles of operation :
gradient layer calorimeter, air-flow calorimeter,water flow calorimeter, and compensating
heater calorimeter, the gradient layer calorimeter is usually used for studies in temperature
regulation of human subjects while they are performing different work.
The air-flow calorimeter is popular in studies of energy expenditure for humans and
animals. The water flow calorimeter can be used for both applications without social
isolation.

Gradient Layer Calorimeter


Gradient layer calorimeter are isothermal calorimeter. They are chambers lined on all
surfaces with a layer of insulating material and surrounded by a heat sink metal wall or a
constant temperature water jacket as sensible (i.e. nonevaporative) heat from the subject
passes through the thin layer of insulation is sensed by a network of thermocouples ( e.g.
copper-constantan). These thermocouples are used to detect the temperatures of the inner
and outer surface. The evaporative heat loss from the subject can be estimated from
the increased moisture in the ventilating air that exits the chamber.
The main objective of the gradient layer calorimeter design is to prevent any sensible
heat loss. From convecting out of the chamber by heating up the ventilating air. The
design and construction of a gradient layer calorimeter is a complicated engineering task

Air flow calorimeter


1. Buatlah rangkaian Kalorimeter, kemudian hidupkan power supply (PSA), ammeter dan
voltmeter.
2. Pasang karet penutup pipa kiri & kanan, agar tidak terjadi kebocoran lalu pasang
termometernya.
3. Aturlah tahanan geser agar arus dan tegangan sesuai dengan yang diharapkan.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
13

4. Bila temperatur sudah konstan maka catatlah besar arus yang mengalir dan beda
potensialnya.
Ukurlah massa air yang terkumpul selama selang waktu tertentu
5. Ukurlah volume air dengan beaker glass
6. Timbanglah calorimeter joule
7. Ukurlah temperature T1 dan T2
8. Dari hasil pengamatan buatlah tabel data sesuai dengan besaran yang diperoleh pada
percobaan.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
14

PRAKTIKM FISIKA - FISIOLOGI (MS-Pr.7-FA_FL)


PENGONTROLAN TERMOMETER dan PENGUKURAN SUHU TUBUH

PENGONTROLAN TERMOMETER
Tujuan :
Menetapkan kesalahan penunjukkan suatu termometer

Alat-alat :
Tabung pendidih, tabung es, Termometer demam (air raksa, digital),
termometer air raksa, Loupe.

Prosedur :
1. Letakkan termometer dalam es (tanpa parallax). Baca penunjukkan termometer
dengan pertolongan loupe, ulangi beberapa kali percobaan tersebut
2. Letakkan termometer dalam tabung mendidih (tanpa parallax). Baca penunjukkan
termometer dengan pertolongan loupe, ulangi beberapa kali percobaan tersebut
3. Menentukan perbandingan termometer demam (air raksa dan digital) dengan
termometer yang dipakai pada prosedur 1 dan 2.

Pertanyaan :
1. Sebutkan dalam laporan saudara termometer-termometer itu sejelas mungkin.
2. Buat gambaran secara skema dari lata pendidih dan jelaskan mengapa dindingnya
dua lapi
3. Apa saja yang mempengaruhi pengukuran suhu tubuh

MENGUKUR SUHU TUBUH DAN SUHU KULIT

Suhu biologis dapat diukur dengan :


1. termometer air raksa yang sederhana . Dalam klinik; termometer air raksa lebih
praktis
2. termometer electric couple. Alat ini lebih sensitive (peka) tetapi tidak praktis dipakai..
Dipakai untuk keperluan penelitian .

S UHU TUBUH
Suhu tubuh dapat diukur pada tempat-tempat yang berikut:
a. rectum
b. mulut
c. ketiak
d. telinga

Sesuai dengan azas etika, suhu mulutlah yang sering diukur meskipun suhu yang
dicatat 0.5oC lebih rendah dari suhu tubuh yang sebenarnya.
Cara kerja Termometer Klinis :
Pelajarilah cara dan skala dari thermometer klinis. Termometer klinis biasanya diberi
tanda “1/2 menit, 1 menit, atau 2 menit”, yang maksudnya berapa lama termometer tersebut
harus ditunggu supaya memberi suhu yang sebenarnya.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
15

Percobaan 1. Suhu mulut.


Masukkanlah sebuah temometer kedalam mulut, yaitu dibawah lidah dan keluarkan
kembali setelah setengah menit dan catatlah suhu itu. Ulangi pencatatan ini dengan
membiarkan termometer tersebut berada didalam mulut selama ½ , 1, 1½ , 2, 2½ , dan 3
menit.

Percobaan 2. Suhu Ketiak.


Ulangi percobaan diatas untuk ketiak dan waktu-waktu yang sama, bandingkan
dengan suhu mulut.

Percobaan 3. Pencatatan suhu mulut dalam berbagai hal.


a. dengan bibir yang tertutup rapat, bernafas melalui hidung
b. bernafas melalui mulut
c. segera setelah minum air dingin
Pencatatan dilakukan setelah 3 menit. Berdasarkan hasilhasil yang saudara dapat
hal-hal manakah yang harus diperhatikan supaya pencatatan dapat dipercaya.

S UHU KULIT
Suhu kulit menunjukkan banyaknya panas yang dipindahkan dari tubuh kesekitarnya,
dan sebaliknya; lebih baik diukur dengan thermocouple. Termometer kulit ditempelkan
dengan perban untuk isolasi dari sekitarnya.

Percobaan 1. Suhu kulit.


Catatlah suhu lengan bawah pada :
1. udara yang diam
2. beberapa kaki dari kipas angin
3. letakkan satu tangan pada air 45o C beberapa menit; kemudian dikeluarkan dan
ukurlah suhu, teruskan pencatatan hingga didapat suhu yang tetap.
4. ulangilah dengan air 0o C
Hubungkan suhu yang saudara peroleh dengan warna kulit yang saudara lihat.

BERBAGAI-BAGAI SUHU TUBUH

Percobaan 1. Suhu kulit pada tempat-tempat yang berlainan di tubuh.


Catatlah dari seorang praktikan yang sedang duduk istirahat :
a. suhu mulut (sudah dicatat)
b. suhu lengan bawah (sudah dicatat)
c. suhu dahi
d. diatas sternum
Disini juga dicatat setelah 3 menit. Buatlah nilai rata-rata dari angka tersebut.

Percobaan 2. Akibat kerja.


Seorang praktikan bekerja yaitu dengan naik turun pada sebuah bangku dengan
cepat selama 3 menit. Segera setelah selesai, catatlah suhu mulut dan suhu kulit lengan
bawah dalam waktu yang sama. Pencatatan diteruskan hingga tercapai sehu seperti dalam
istirahat (percobaan 1).
Ulangilah percobaan ini tetapi praktikan duduk didekat kipas angin setelah bekerja.
Pada kedua percobaan ini suhu ruangan harus dicatat.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
16

MENGUKUR SUHU TUBUH DAN KULIT

I. G.I.O : Mahasiswa dapat memahami cara-cara mengukur suhu tubuh dan faktor-
faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.
S.I.O : 1. Dapat menyebutkan satu alat untuk mengukur suhu tubuh
2. Dapat menyebutkan empat tempat pengukuran suhu tubuh
3. Menyebutkan 2 faktor yang mempengaruhi suhu tubuh

II. G.I.O : Mahasiswa dapat mengukur suhu tubuh pada berbagai-bagai tempat dan
keadaan pada manusia.
S.I.O : 1. Dapat mengenal dua jenis termometer.
2. Dapat mengukur suhu mulut.
3. Dapat mengukur suhu ketiak
4. Dapat mengukur suhu mulut dalam berbagai-bagai hal:
a. dengan bibir yang tertutup rapat, bernafas melalui hidung.
b. bernafas melalui mulut
c. segera setelah minum air dingin
5. Dapat mencatat suhu mulut pada istirahat.
6. Dapat mencatat suhu mulut segera setelah kerja.
7. Dapat mencatat suhu mulur segera setelah kerja dengan duduk dekat
kipas angin.
III. G.I.O : Memahami hasil-hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil-hasil
observasi pada praktikum (dicatat pada observation sheet).
S.I.O : 1. Dapat menuliskan suhu-suhu tubuh manusia normal :
a. suhu mulut
b. suhu ketiak
2. Dapat menuliskan pengaruh kerja terhadap suhu tubuh manusia.
3. dapat menyebutkan pengeruh temperatur sekitar terhadap suhu tubuh.

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
17

Observation Sheet.
MENGUKUR SUHU TUBUH DAN KULIT

Nama/NIM : ……………………………….
Group/Meja : ........................................
Tanggal : ........................................

No Hasil observasi Hasil yang diharapkan


.
1. Mengukur suhu mulut:
Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu oC
Kesalahan pada : teknik/preparat
2. Mengukur suhu ketiak:
Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu oC
Kesalahan pada : teknik/preparat
Kesimpulan : suhu mulut lebih tinggi daripada suhu Ya / tidak
ketiak

3. Pencatatan suhu mulut dalam berbagai-bagai hal :


a. dengan bibir yang tertutup rapat, bernafas melalui hidung
Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu 0C

b. Bernafas melalui mulut


Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu 0C

c. Segera setelah minum air dingin


Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu 0C
Kesalahan pada : teknik
Kesimpulan: suhu pada b lebih rendah dari a Ya/tidak

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System
18

4. Suhu akibat kerja (selama 3 menit)


Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu 0C
Kesalahan pada : teknik.

5. Duduk di depan kipas angin setelah kerja


Waktu ½ 1 1½ 2 2½ 3
(menit)
Suhu 0C
Kesalahan pada : teknik

Koreksi Nilai Tanda tangan

Instruktur I

Instruktur II

Total

Buku Panduan Mahasiswa


Metabolism System

Anda mungkin juga menyukai