Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN

Disusun oleh:
Benjamin Sihite 100100072
Meutia Ayudila 100100154
Dian Maulisa Fitriani 100100250
Irwin Lamtota 100100325
Andrio Gultom 100100337

DEPARTEMEN ILMU OBSTESTRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
MEDAN
2015
JUDUL KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN
DIBACAKAN PADA TANGGAL SEPTEMBER 2015

PEMBIMBING

dr. Sarma Lumbanraja, Sp.OG (K)

LEMBAR PENGESAHAN

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
hidayah-Nya sehingga laporan kasus ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis menyajikan laporan kasus mengenai Kematian Janin
Dalam Kandungan. Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Sarma Lumbanraja, Sp.OG (K) atas kesediaan beliau sebagai
pembimbing dalam laporan kasus ini. Besar harapan, melalui laporan kasus ini, pengetahuan
dan pemahaman kita mengenai Kematian Janin Dalam Kandungan semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan kasus
ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun
spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan
sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.

3
Medan, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Tujuan............................................................................................................. 6
1.3 Manfaat.......................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 7


2.1 Defenisi Kematian Janin dalam Kandungan.................................................. 7
2.2 Etiologi........................................................................................................... 7
2.3 Diagnosis........................................................................................................ 8
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi KJDK...................................................... 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 15

BAB III LAPORAN KASUS....................................................................................... 16

4
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................ 23

BAB V KESIMPULAN ............................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap wanita. Dari
setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara
jasmaniah dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi ada kalanya masalah kehamilan dan
kelahiran tidak seperti yang diharapkan, seperti terjadinya kematian janin dalam kandungan
serta lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram (Depkes,
2000).
Kematian janin dalam kandungan (KJDK) adalah salah satu masalah yang sering
terjadi dalam kehamilan. KJDK menyumbang jumlah yang hampir sama besarnya dengan
kematian neonatal (bayi yang berumur 0-28 hari) terhadap tingginya angka kematian
perinatal (0-7 hari) (Behrman, 1994).
Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan periode Januari –
Desember 2006 menunjukkan bahwa jumlah kasus kematian janin dalam kandungan
sebanyak 30 kasus dari 992 persalinan atau terjadi sebesar 0,45% setiap bulan, sedangkan
untuk periode 01 Januari 2007 – 31 Desember 2007 sebanyak 69 kasus dari 1.395 persalinan
atau terjadi sebesar 1,12% setiap bulan.

5
Kematian janin dalam kandungan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor
ibu, faktor janin, dan faktor kelainan tali pusat. Faktor ibu meliputi umur, paritas,
pemeriksaan antenatal, dan penyakit yang diderita oleh ibu (anemia, pre-eklampsi dan
eklampsia, solusio plasenta, diabetes melitus, rhesus iso-imunisasi, infeksi dalam kehamilan,
ketuban pecah dini, dan letak lintang). Faktor janin yaitu kelainan kongenital, dan infeksi
intranatal). Faktor kelainan tali pusat yaitu kelainan insersi tali pusat, simpul tali pusat, dan
lilitan tali pusat (Manuaba, 2003; Wiknjosastro, 2005)
Angka kematian janin dalam kandungan dapat diturunkan melalui pengawasan
antenatal pada semua ibu hamil dengan menemukan dan mendeteksi dini faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Selain melakukan pengawasan pada ibu
hamil, untuk menurunkan angka kematian perinatal dapat dilakukan dengan memperbaiki
keadaan sosial dan ekonomi, perbaikan kesehatan ibu, memperbaiki teknik diagnosis gawat
janin, memperbaiki sarana pelayanan kesehatan, dan pencegahan infeksi secara sungguh-
sungguh (Wiknjosastro, 2005).
1.2 Tujuan
1. Memahami bagaimana
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan laporan kasus di bidang kedokteran
3. Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departeman Ilmu Obstetri Dan GinekolFakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan.
.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca
khususnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai general
anestesi pada laparotomi et causa peritonitis generalisata.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kematian Janin Dalam Kandungan


Kematian janin dalam kandungan adalah kematian janin ketika masing-masing berada
dalam rahim yang beratnya 500 gram dan usia kehamilan 20 minggu atau lebih (Achadiat,
2004).
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian
dinilai dengan fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi
otot (Monintja, 2005)
Sedangkan menurut WHO, kematian janin adalah kematian janin pada waktu lahir
dengan berat badan <1000 gram.
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan, kematian janin dapat
dibagi dalam 4 golongan yaitu :
1. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu.
3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late foetal death)

7
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.

2.2. Etiologi
Menurut Mochtar (2004), lebih dari 50% kasus, etiologi kematian janin dalam
kandungan tidak ditemukan atau belum diketahui penyebabnya dengan pasti. Beberapa
penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, antara lain.
a. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
b. Preeklampsi dan eklampsia
c. Penyakit-penyakit kelainan darah.
d. Penyakit infeksi dan penyakit menular
e. Penyakit saluran kencing
f. Penyakit endokrin: diabetes melitus
g. Malnutrisi

Patologi

Bila janin mati biasanya mengalami retensi di dalam uterus beberapa hari sebelum
janin dikeluarkan. Janin yang mati berada dalam cairan amnion yang steril, yang selanjutnya
mengalami proses maserasi.
Mula-mula epidermis menjadi lembek dan terbentuk bulla yang berisi cairan keruh,
kemudian epidermis terlepas meninggalkan bekas berupa lapisan yang berwarna merah tua.
Seluruh tubuh janin melembek dan kehilangan tonus. Ligamentum-ligamentum pada
persendian melembek sehingga tulang-tulang berlepasan. Tulang-tulang tengkorak saling
menutup dan longgar sehingga kepala janin kolaps. Organ-organ dalam melembek dan
akhirnya mengalami pencairan. Rongga tubuh janin berisi cairan keruh kemerahan, tali pusat
membengkak, jaringan mengalami pencairan yang disebabkan oleh proses autolysis aseptic.
Pada proses ini tidak terjadi pembusukan oleh bakteri.
Pelepasan kulit terjadi 24 jam setelah kematian janin, selanjutnya perubahan terjadi
pada organ dalam dan bagian tubuh lain yang memerlukan waktu beberapa hari.
Pada kehamilan yang telah lanjut terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2½ jam setelah mati, kemudian lemas kembali
2. Stadium maserasi I

8
Berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati. Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh
ini mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi merah
3. Stadium maserasi II
Terjadi 48 jam setelah anak mati. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas, hubungan
antara tulang-tulang sangat longgar, oedem di bawah kulit.

2.3. Diagnosis
2.3.1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat
berkurang.
b. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan
tidak seperti biasa.
c. Ibu merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti
mau melahirkan.

2.3.2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu
yang kurus.

2.3.3. Palpasi
a. Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan
janin.
b. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin

2.3.4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop, monoral maupun dengan doptone tidak terdengar denyut
jantung janin (DJJ)

2.3.5. Reaksi kehamilan


Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.

9
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Janin Dalam Kandungan
2.4.1. Faktor Ibu
1. Umur Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-
organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu.
Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat mempengaruhi
kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah
usia 20-30 tahun (Wiknjosastro, 2005). Pada umur ibu yang masih muda organ-organ
reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ
reproduksi secara umum (Wiknjosastro, 2005).

2. Paritas Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap ancaman
mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil yang telah
melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko tinggi dalam
kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan dapat mengakibatkan
kematian janin (Saifuddin, 2002).

3. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode
antenatal.
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan 1-3 bulan)
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang wanita hamil
penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada ibu hamil dapat
diobati dan ditangani dengan segera. Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama
kehamilan dapat mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi
fungus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin (Saifuddin, 2002).

4. Penyulit / Penyakit
a. Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam jumlah
besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat zat besi.

10
Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan
ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada
waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil
konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan (Mochtar, 2004). Menurut
Manuaba (2003), pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sahli, dapat digolongkan sebagai berikut :
- Normal : 11 gr%
- Anemia ringan : 9-10 gr%
- Anemia sedang : 7-8 gr%
- Anemia berat : <7gr%
b. Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat
dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin (Mochtar, 2004).

c. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas
dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi akibat turunnya darah
secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah
anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah
kembali mengalir ke dalam intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian
rapuh, mudah pecah terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim.
Sehingga aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin
(Wiknjosastro, 2005).

d. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri kekurangan
atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang tinggi dan
mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Umumnya wanita penderita diabetes melarikan bayi yang besar

11
(makrosomia). Makrosomia dapat terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas
yang menghasilkan lebih banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi.
Glukosa berubah menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia
menimbulkan masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir (Stridje,
2000).

e. Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen rhesus
akan membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus. Jika transfusi darah rhesus
positif yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan menempel pada sel darah rhesus
negatif dan memecahnya sehingga terjadi anemia ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal ini
dapat terjadi begitu saja di awal kehamilan, tetapi perlahan-lahan sesuai perkembangan
kehamilan. Dalam aliran darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus
positif normal dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang
menumpuk dalam darah, dan sebagian dieklaurkan ke kantong ketuban bersama urine bayi.
Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia sampai akhirnya mati
(Llewelyn, 2005).

f. Infeksi dalam kehamilan


Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi, namun
keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin. Infeksi mempunyai
efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak langsung timbul karena mengurangi
oksigen darah ke plasenta. Efek langsung tergantung pada kemampuan organisme penyebab
menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in
utero (Llewellyn, 2001).

g. Ketuban Pecah Dini


Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan kematian
janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Kejadian ketuban
pecah dini mendekati 10% semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 mninggu,
kejadiannya sekitar 4%.
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan
dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput ketuban

12
adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga
mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan
infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian
kesakitan dan kematian ibu dan kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2003).

h. Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada letak lintang
dengan ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila
persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke
dalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh
lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha
untuk mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas
antara dua bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik
sehingga dapat mengakibatkan kematian janin (Wiknjosastro, 2005).

2.4.2. Faktor Janin


1. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab
penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula
sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu deformitas
atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk deformitas secara
anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal.
Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab mekanik atau pada
kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk kelainan kongenital malformitas, susunan
anatomik maupun bentuknya akan berubah.
Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan
air ketuban, dan darah janin (Kadri, 2005).
2. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari
vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah dini

13
mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula
terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga
terjadi pneumonia kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya
dan menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak
langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral thrush
(Monintja, 2006).

2.4.3. Kelainan Tali Pusat


Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan amnion,
sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada umumnya tali pusat
mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan
pada leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai
kematian janin dalam kandungan.
1. Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan tertentu
terjadi insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa. Bahaya insersi
velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis,
sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari janin ikut pecah. Kematian
janin akibat pecahnya vase previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil
karena kesempatan seksio sesaria terbatas dengan waktu (Wiknjosastro, 2005).

2. Simpul tali pusat


Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran pembuluh
darah umblikalis, karena selei Whartonnya sangat tipis. Peluntiran pembuluh darah tersebut
menghentikan aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan
janin yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai (Manuaba,
2002).

3. Lilitan tali pusat


Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar
kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya,
apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat

14
menyebabkan tali pusat menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa
makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu
aliran darah menuju dan dari janin sehingga dapat menyebabkan kematian janin dalam
kandungan (Wiknjosastro, 2005).

2.5. Pemeriksaan Penunjang


2.5.1. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali
tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai overlapping
cairan ketuban berkurang.

2.5.2. Rontgen foto abdomen


1. Tanda Spalding
Tanda Spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
(overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi meninggal
beberapa hari dalam kandungan.
2. Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).
3. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
4. Tampak udema di sekitar tulang kepala

2.5.3. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen (Achadiat


2004).

2.6. Penanganan Kematian Janin Dalam Kandungan


2.6.1. Penanganan Pasif
1. Menunggu persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen setiap minggu

2.6.2. Penanganan Aktif


1. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat dilakukan dilatasi atau kuretase.
2. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley
intra uterus selama 24 jam (Achdiat, 2004)

15
BAB III
LAPORAN KASUS

Anamnesis
Ny.R, 40 tahun, G8P7A0, Batak, Islam, SD, IRT, i/d Tn.H, 40 tahun, Batak, islam, SD,
Nelayan
Keluhan utama : Tekanan darah tinggi
Telaah : hal ini dialami os sejak kehamilan ini. Riw. tekanan darah tinggi sebelum hamil (-).
Riw. Sakit kepala (-). Riw. pandangan kabur (-). Riw. nyeri ulu hati (-). Riw. mual-muntah (-).
Riw. mulas-mulas (+) sejak tanggal 7 september 2015 pukul 22.00 wib. Riw. keluar lendir
darah (-). Riw. keluar air-air dari kemaluan (-). BAK (+) Normal. BAB (+) Normal.
• HPHT : ?-12-2015
• TTP : ?-9-2015
• Siklus Haid : 28 hari, teratur
• ANC : bidan 3x
RPT : -
RPO : -
Riwayat persalinan:
• 1. Perempuan, term, PSP, Bidan, Klinik, 19 tahun, sehat
• 2. Laki-laki, term, PSP, Bidan, Klinik, 17 tahun, sehat

16
• 3. Perempuan, term, PSP, Bidan, Klinik, 15 tahun, sehat
• 4. Laki-laki, term, PSP, Bidan, Klinik, 12 tahun, sehat
• 5. Perempuan, term, PSP, Bidan, Klinik, 10 tahun, sehat
• 6. Laki-laki, term, PSP, Bidan, Klinik, 7 tahun, sehat
• 7. Laki-laki, term, PSP, Bidan, Klinik, 5 tahun, sehat
• 8. Hamil ini

Status presens : Sens : compos mentis


TD : 180/100 mmHg
HR : 88x/i
RR : 22x/i
Temp : 36,7oC

• Anemis : (-)
• Ikterik : (-)
• Sianosis : (-)
• Dispnue : (-)
• Edema : (+) anasarka

Status Obstetri
• Abdomen : membesar asimetris
• TFU : 47,5 cm
• Tegang : kanan
• Terbawah : kepala
• Gerak : (-)
• HIS : (-)
• Djj : (-)

STATUS GINEKOLOGI:
VT : tidak dilakukan pemeriksaan, Inspekulo : cervix tertutup,

Pemeriksaan Hasil Laboratorium


DARAH LENGKAP

17
Hb : 12,90 gr/dl
Eritrosit : 5,20X106/mm3
Leukosit : 25.740/mm3
Hematokrit : 38,4%
Trombosit : 348.000/mm3
Kesan : Leukositosis

FAAL HEMOSTATIS
PT + INR
Waktu Protombin
• Pasien : 12,0 detik
• Kontrol : 14,0 detik
INR : 0,89
APTT
• Pasien : 28,5 detik
• Kontrol : 32,6 detik
Waktu Trombin
• Pasien : 15,5 detik
• Kontrol : 17,8 detik
Fibrinogen : 712,0 mg/dL
D-dimer : 270 ng/ml
Kesan : Faal hemostatis normal

METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu : 126 mg/dl
HATI :
LDH : 1110 U/L
GINJAL
Ureum : 62,8 mg/dl
Kreatinin : 3,96 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium : 129 mEq/L
Kalium : 4,9 mEq/L
Klorida : 101 mEq/L

18
• Kesan : AKI stadium failure

USG TAS
Gemelli, presentasi kepala & presentasi bokong, KJDK
FM (-), FHR (-)

BY I
BPO : 9,27 cm
FL : 6,29 cm
AC : 31,02 cm
HC : 30,69 cm

By II
BPO : 9,65 cm
HC : 31,2 cm
FL : 6,69 cm
AC : 31,55 cm
- Diamniotic
- Monochorion
Kesimpulan:
KDR (37-38) minggu PK + KJDK
KDR (37-38) minggu PB + KJDK

19
20
Diagnosa : PEB + Gemelli + GMG + KDR (37-38) minggu PB + KJDK +
inpartu +PK + AKI stadium failure

Terapi :
inj. MgSO4 20% (20cc) loading dose
IVFD RL + MgSO4 40% (30cc) 14 gtt/i
Nifedipine 4x10 mg
• Rencana : Sectio cesaria cito

21
FOLLOW UP RUANGAN

Tanggal S O A P
9/09/ 2015 - Sens: CM Post SC a/i PEB + - IVFD RL 20 gtt/i
TD : 130/90mmHg ; HR: - Inj. Ceftriaxone
Gemeli + GMG +
80x/I ; RR: 20x/I ; T: 1gr/12 jam
36°c KJDK + NH1 - Inj. Metronidazole
Abdomen: Soepel, drips 500mg/8jam
Peristaltik (+)N; TFU 2 - SF tab 2x1
jari bawah pusat, p/v(-) - Nifedipine 3x10
BAK dan BAB (+)
mg
Normal

Tanggal S O A P
10/09/ 2015 - Sens: CM Post SC a/i PEB + - IVFD RL 20 gtt/i
TD : 130/90mmHg ; HR: - Inj. Ceftriaxone
Gemeli + GMG +
80x/I ; RR: 20x/I ; T: 1gr/12 jam
36°c KJDK + NH2 - Inj. Metronidazole
Abdomen: Soepel, drips 500mg/8jam
Peristaltik (+)N; TFU 2 - SF tab 2x1
jari bawah pusat, p/v(-) - Nifedipine 3x10
BAK dan BAB (+) mg
Normal

Tanggal S O A P

22
11/09/ 2015 - Sens: CM Post SC a/i PEB + - IVFD RL 20 gtt/i
TD : 130/90mmHg ; HR: - Inj. Ceftriaxone
Gemeli + GMG +
80x/I ; RR: 20x/I ; T: 1gr/12 jam
36°c KJDK + NH3 - Inj. Metronidazole
Abdomen: Soepel, drips 500mg/8jam
Peristaltik (+)N; TFU 2 - SF tab 2x1
jari bawah pusat, p/v(-) - Nifedipine 3x10
BAK dan BAB (+)
mg
Normal

Tanggal S O A P
12/09/ 2015 - Sens: CM Post SC a/i PEB + - IVFD RL 20 gtt/i
TD : 120/80mmHg ; HR: - Cefotaxim tab
Gemeli + GMG +
80x/I ; RR: 20x/I ; T: 500mg/12 jam
36°c KJDK + NH4 - Metronodazole tab
Abdomen: Soepel, 400mg/8 jam
Peristaltik (+)N; TFU 2 - SF tab 2x1
jari bawah pusat, p/v(-) - Nifedipine 3 x 10
BAK dan BAB (+) mg
Normal
- Rencana PBJ

23
BAB IV

PEMBAHASAN

TEORI KASUS
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian Dari anamnesa diketahui bahwa usia
janin pada usia di atas 20 minggu dan berat janin kehamilan kurang lebih diatas 37
diatas 500 gram. Kematian janin diindikasikan minggu pada saat pasien datang ke
dengan adanya temuan berupa, keluarnya fetus yang RSUP HAM. Pasien datang dengan
tidak bernafas, dan tidak menunjukkan tanda-tanda keluhan utama tekanan darah tinggi,
kehidupan seperti adanya denyut jantung, pulsasi dan ketika dilakukan pemeriksaan,
dari tali pusat, dan pergerakan dari otot volunteer. tidak denyut jantung janin dan
pergerakan janin
Etiologi dari kematian janin dalam kandungan 25- Dari anamnesa diketahui bahwa umur
60% tidak diketahui penyebabnya. Pada kasus ibu 40 tahun atau berusia tau, dari
dimana penyebabnya diketahui dengan jelas, pemeriksaan didapatkan ibu dengan
penyebab kematian janin dalam kandungan dapat tekanan darah tinggi dan proteinuria,
diakibatkan oleh maternal, janin atau plasenta. Salah yang merupakan factor maternal. Dan
satu penelitian menyebutkan 64,9% dari kematian pada pemeriksaan USG didapatkan
janin diakibatkan oleh kelainan pada plasenta. hamil kembar yang merupakan factor
fetal
Dari pemeriksaan fisik, pada inspeksi dapat Pada inspeksi dijumpai perut pasien
dijumpai tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, asimetris membesar dengan tinggi
yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang fundus uteri 47,5 cm diatas simpisis
kurus. Pada palpasi, tinggi fundus lebih rendah dari pubis, tidak kelihatan gerakan janin..
seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan- Tidak ditemukan denyut jantung janin
gerakan janin. Dari auskultasi menggunakan pada pemeriksaan menggunakan
monoral tidak terdengar denyut jantung janin. daptone.

Dari pemeriksaan penunjang berupa ultrasonografi. Pada pemeriksaan ultrasonografi, air


tidak ditemukan denyut jantung janin maupun ketuban (-), dan denyut jantung janin
gerakan janin, seringkali tulang-tulang letaknya (-).
tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering
dijumpai overlapping cairan ketuban berkurang.

24
Ada dua macam penanganan pada kematian janin Pada pasien ini direncanakan operasi
dalam kandungan, yaitu : SC cito a/i PEB + Gemelli + KDJK +

 Penanganan pasif dengan menunggu inpartu + AKI stadium failure

persalinan spontan dalam waktu 2-4 minggu


dan melakukan pemeriksaan kadar
fibrinogen setiap minggunya
 Penanganan aktif
- Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau
kurang dapat dilakukan dilatasi atau
kuratase.
- Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu,
dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin.

BAB V
KESIMPULAN

25
Kematian janin dalam kandungan adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan
dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernafas atau tidak menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat, atau kontraksi otot
(Monintja, 2005)
Angka kematian janin dalam kandungan dapat diturunkan melalui pengawasan antenatal
pada semua ibu hamil dengan menemukan dan mendeteksi dini faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus. Selain melakukan pengawasan pada ibu
hamil, untuk menurunkan angka kematian perinatal dapat dilakukan dengan memperbaiki
keadaan sosial dan ekonomi, perbaikan kesehatan ibu, memperbaiki teknik diagnosis gawat
janin, memperbaiki sarana pelayanan kesehatan, dan pencegahan infeksi secara sungguh-
sungguh

DAFTAR PUSTAKA

26
1. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Achadiat, C.M. (2004), Prosedur Tetap Obstetri dan
Ginekologi, EGC, Jakarta.

2. Depkes RI, (2002), Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan


Kesehatan Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

3. Depkes RI, (2004), Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Edisi baru Dengan
Resusitasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

4. Hacker, N.F., J. George M. (2004), Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Alih
Bahasa Edi Nugroho, Hipokrates, Jakarta.

5. Hakimi, M., (2003), Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan, Yayasan
Essentia Medica, Jakarta.

6. Hidayat, A.A., (2007), Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.

7. Kadri, N. (2005), Kelainan Kongenital, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Llewellyn, J. (2001), Setiap Wanita, Delapratasa, Jakarta.

8. , (2005), Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, EGC, Jakarta. Manuaba,


I.B.G. (2001), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

9. , (2002), Konsep Obstetrik dan Ginekologi Sosial Indonesia, EGC, Jakarta.

10 , (2003), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC,
Jakarta.

11. Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.

27
12. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

13. Achadiat, C.M. (2004), Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta.

14. Depkes RI, (2002), Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan
Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

15. , (2004), Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Edisi baru Dengan Resusitasi,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

16. Hacker, N.F., J. George M. (2004), Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2, Alih
Bahasa Edi Nugroho, Hipokrates, Jakarta.

17. Hakimi, M., (2003), Ilmu Kebidanan: Fisiologi dan Patologi Persalinan, Yayasan
Essentia Medica, Jakarta.

18. Hidayat, A.A., (2007), Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.

19. Kadri, N. (2005), Kelainan Kongenital, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Llewellyn, J. (2001), Setiap Wanita, Delapratasa, Jakarta.

20. , (2005), Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, EGC, Jakarta. Manuaba,
I.B.G. (2001), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

21. , (2002), Konsep Obstetrik dan Ginekologi Sosial Indonesia, EGC, Jakarta.

22. , (2003), Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB, EGC,
Jakarta. Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai