Anda di halaman 1dari 8

KELARUTAN ZAT PADAT (EMULGATOR) PADA SEDIAAN

EMULSI DALAM FASE CAIR

Disusun oleh:
Cristhofer Ardiantya Sudarsono (21190004)
Ezalia Famela Fitri (21190006)
Mareta Febriana Firmanda (21190009)
Maria Rosana Miranti (21190010)

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTIWALUYA
MALANG
JALAN YULIUS USMAN 62, MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Menurut FI edisi IV, emulsi adalah dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Dalam emulsi, terdapat dua komponen yaitu
air dan minyak dimana keduanya digabung tidak dapat menyatu. Namun, dalam farmasi
keduanya dapat digabungkan dan distabilkan dengan menambahkan bahan pengemulsi
yang bisa disebut sebagai emulgator atau surfaktan yang dapat mencegah pemisahan
antara air dan minyak. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-
permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan cara mengurangi tegangan permukaan
antarfase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran (Syamsuni,
2006). Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan
non polar.
Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikakimiawi yang perlu diperhatikan bagi
seorang farmasis sebelum memformula bahan obat menjadi suatu sediaan. Pada sediaan
obat padat dengan bahan yang sukar larut dengan tujuan sistemik, kelarutan obat menjadi
tahap penentu laju absorbsinya. Hal tersebut menyebabkan proses absorbsi terjadi dengan
lambat, sehingga kadar obat tidak dapat naik diatas kadar minimum efektif. Keadaan ini
tidak diinginkan terutama untuk obat yang dikehendaki segera memberi efek dengan
intensitas yang cukup. Kelarutan bahan obat menjadi salah satu syarat mutlak, bila suatu
zat diinginkan untuk dapat dibuat menjadi bentuk sediaan berbentuk larutan.
Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen.
Pengetahuan tentang kelarutan ini sangat penting untuk ahli farmasi, karena dapat
membantu dalam memilih medium pelarut yang baik untuk obat atau kombinasi obat dan
juga dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Kelarutan suatu senyawa
bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut juga bergantung pada faktor
temperatur, tekanan, pH larutan dan bergantung pada zat terlarut.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pernyataan diatas dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kelarutan bisa berpengaruh terhadap sediaan emulsi?

2. Bagaimana emulgator dapat menjadi jembatan dalam sebuah emulsi?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah dapat dibuat tujuan dibentuknya makalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah kelarutan bisa berpengaruh terhadap sediaan emulsi.

2. Untuk menunjukkan emulgator dapat menjadi jembatan dalam sebuah emulsi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelarutan yang Berpengaruh terhadap Sediaan Emulsi

Kelarutan dapat didefinisikan dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada suhu tertentu dan secara kuantitatif dapat pula dinyatakan sebagai
interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul yang homogen.
Kelarutan sangat berpengaruh dalam emulsi karena banyak senyawa obat yang dibuat dalam
bentuk sediaan larutan emulsi. Karena komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang
harus terdapat di dalamemulsi, terdiri atas:

a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam,yaitu zat cair
yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkanemulsi.

2.2 Klasifikasi Emulgator untuk Menjadi Jembatan dalam Sebuah Emulsi

Pada sediaan emulsi, pencampuran antara minyak dan air membutuhkan bantuan
emulgator agar dapat tercampur, terdispersi dan stabil dengan bahan yang disebut emulgator.
Bahan-bahan emulgator yang dapat digunakan adalah emulgator alam, seperti emulgator dari
tumbuhan yaitu gom arab (PGA), tragakan, agar-agar, chondrus, dan CMC; emulgator hewani yaitu
kuning telur, adeps lanae; emulgator dari mineral seperti magnesium aluminium silikat (veegum),
bentonit. Selain itu juga dapat menggunakan emulgator buatan/sintesis seperti sabun, tween
20,40,60,80 dan span 20,40,80.

Dalam mencampurkan dua zat cair yang tak tercampurkan, maka akan terjadi salah satu
cairan terbagi menjadi butir-butir (tetesan) yang kecil dalam cairan yang lain. Apabila pencampuran
berhenti, maka butir-butir cairan tersebut akan mengumpul menjadi satu, dan terjadi suatu
pemisahan. Kegagalan dalam usaha mencampur dua cairan tersebut disebabkab kohesif
antarmolekul dari masing-masing cairan terpisah adalah lebih besar daripada kekuatan adhesif
antara dua cairan. Kekuatan kohesif ini disebabkan adanya tegangan antarmuka pada batas antara
dua cairan tersebut.

Pada emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu : pertama, bagian zat yang
terdispersi, biasanya terdiri dari butir-butir minyak. Kedua, medium pendispersi yang dikenal
sebagai fase bertahap, biasanya terdiri dari air. Bagian ketiga adalah emulgator yang berfungsi
sebagai penstabil koloid untuk menjaga agar butir-butir minyak tetap terdispersi dalam air.

Emulsi / surfaktan adalah suatu zat yang mempunyai gugusan hidrofil dan gugusan lipofil
sekaligus dalam molekulnya. Zat ini akan berada dipermukaan cairan atau antarmuka 2 cairan
dengan cara teradsorpsi. Gugus hidrofil akan berada pada bagian air sedangkan gugus lipofil akan
berada pada bagian minyak. Sifat kelarutan atau terdispersinya dalam air dapat juga dipergunakan
untuk memperkirakan harga HLB surfaktan. Dalam pemilihan surfaktan yang ideal, selain
memperkirakan harga HLB kita juga dapat menggunakan campuran tween-span kemudian diamati
emulsi mana yang paling stabil.

Syarat agar surfaktan dapat digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan
tersebut mempunyai nilai Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta
tidak menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah, bahan pengemulsi dan bahan pelarut. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk
meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak
dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk
emulsi air dalam minyak (Masyithah, 2010).

Berdasarkan jenisnya emulsi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

1. Emulsi o/w yaitu Fase minyak ditambahkan ke dalam fase air, dimana pengemulsinya mudah
larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai fase eksternal. Teknik inverse: fase air dimasukkan
ke dalam fase minyak, awalnya terbentuk w/o, viskositas naik karena volume fase internal naik
sampai titik inverse terbentuk o/w.
2. Emulsi w/o Fase air ditambahkan ke dalam fase minyak dengan pengadukan konstan, lalu
dihomogenkan, digiling untuk mengecilkan ukuran partikel fase internal untuk meningkatkan
stabilitas pada emulsi.

Tipe emulsi yang dihasilkan adalah o/w atau w/o, terutama bergantung pada sifat zat
pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan hidrofil-liofil, yakni sifat polar-nonpolar
dari pengemulsi.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kelaarutan dapat didefenisikan


dalam istilah kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh dalam suhu
tertentu dan secara kuantitatif dapat dinyatakan sebagai sebagai interaksi spontan dari dua
atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekul yang homogen. Komponen dasar, yakni
pembentuk emulsi terdiri atas: fase dispers, fase eksternal dan emulgator.

Di dalam emulsi terdapat campuran minyak dan air, agar kedua bahan tersebut dapat
tercampur dengan baik maka dibutuhkan emulgator supaya terdispersi dan stabil. Dalam
mencampurkan dua zat cair yang tidak tercampurkan, disebabkan oleh kohesif karena adanya
tegangan antarmuka. Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan
emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fase minyak dan fase air. Jenis
emulsi, yaitu emulsi o/w dan emulsi w/o.
DAFTAR PUSTAKA

• Makasudede, Y. (1953). Bab 2 tinjauan pustaka. 8–45.

• Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

• Sinala, Sinta.2016. Bahan ajar cetak farmasi fisik. Jakarta

• Waktkins, C. J. C. H. (1992). Universitas Gadjah Mada. Kluwer Academic Publisher, Boston,


8(3), 279–292. https://doi.org/10.1007/BF00992698

Anda mungkin juga menyukai