Anda di halaman 1dari 30

TUGAS

STUDI KASUS GANGGUAN KARDIOVASKULAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kasus Pelayanan Kefarmasian

Rifky Putra Pratama

6201750048

Shift B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2020
Studi Kasus Pelayanan Farmakoterapi Gangguan Kardiovaskular

Dosen : Prof. Dr. Apt, Ahmad Muhtadi, MS.

Mata Kuliah : Pelayanan Kefarmasian

KASUS 1: Gangguan Hiperlipidemia

Skenario

Seorang anak perempuan Tita 10 tahun memiliki berat badan 70kg dengan tinggi
110cm memiliki riwayat dislipidemia familial dari ayahnya. Orangtuanya
membawa Tita memeriksakan diri karena mengalami kesulitan untuk melakukan
aktivitas fisik yang berat dan mudah lelah. Ayah Tita yang bernama Toni memiliki
postur tubuh besar dan tinggi, sehingga Tita memiliki genetik obesitas yang
diturunkan dari ayahnya. Kedua orang tua Tita bekerja sehingga sehari-hari
dititipkan kepada pengasuh. Kebiasan Tita yang selalu mengkonsumsi kalori
berlebih tiap harinya mendukung terhadap peningkatan berat badan yang drastis.

Dilakukan tes laboratorium dikarenakan Tita memiliki BMI 57,9 kg/m2 dengan
BMI persentil> 95 dan faktor resiko dislipidemia familial. Hasil laboratorium
menunjukan kadar LDL saat puasa 150 mg/dL, kadar glukosa darah puasa 126
mg/dL. Sebelum dilakukan tes laboratorium, pasien menjadi sangat rewel dan tanpa
sepengetahuan orangtua pasien, pengasuhnya memberikan permen untuk
menenangkan pasien. Terapi dilakukan menggunakan obat dengan pemberian
metformin dengan dosis 500 mg setelah sarapan selama seminggu, kemudian 500
mg setelah sarapan dan makan malam. Setelah pengobatan selama 1 bulan, berat
badan pasien hanya berkurang sebanyak 1kg menjadi 69kg.

Pertanyaan

1. Lakukan asesmen yang terkait riwayat pasien, penyakit dan obat untuk
mengidentifikasi masalah pasien
2. Berikan penyelesaian untuk mengatasi masalah pasien, obat apa yang diberikan
dan jelaskan mekanisme kerja dan efek sampingnya obat tersebut

3. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien terkait obat yang diberikan

Metode SOAP

Subjektif (S)

- Pasien Anak umur 10 tahun


- Memiliki riwayat dislipidemia familial dari ayahnya
- Keluhan kesulitan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat dan mudah
lelah
- Pasien mengkonsumsi kalori berlebih tiap harinya sehingga mendukung
terhadap peningkatan berat badan yang drastis

Objektif (O)

- BB/TB : 70 kg/ 110 cm


- BMI : 57,9 kg/m2 (OBESITAS II)
- LDL puasa : 150 mg/dL, (normal < 100 mg/dl, ambang 100-129 mg/dl)
- Glukosa puasa : 126 mg/dL. (positif palsu)
- Obat yang telah diberikan : Metformin 500 mg

Asesmen (A)

- Berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan, dapat diketahui


bahwa BMI pasien sebesar 57,9 kg/m2 termasuk dalam obesitas II, kadar
LDL saat puasa 150 mg/dL termasuk dalam rentang tinggi, kadar glukosa
darah puasa 126 mg/dL termasuk dalam rentang tinggi. Namun untuk kadar
glukosa darah direkomendasikan untuk tes kembali karena diketahui bahwa
sebelum dilakukan tes laboratorium, pasien mengkonsumsi permen.
Plan (P)

Terapi Farmakologi

- Pasien direkomendasikan menggunakan simvastatin yang merupakan obat


hiperlipidemia, termasuk dalam golongan inhibitor HMG CoA reduktase.
Simvastatin merupakan obat keras, sehingga untuk pembelian obat ini harus
menggunakan resep dokter.
PIO Simvastatin

- Indikasi : hiperkolesterolemia primer (hiperlipidemia tipe Ila)


pada pasien yang tidak cukup memberikan respons terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai
- Kontraindikasi : Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase
serum yang persisten tanpa sebab yang jelas, miopati sekunder akibat obat
penurun lipid lainnya. Penggunaan bersamaan dengan penghambat
CYP3A4 (misalnya itrakonazol, ketokonazol, klaritromisin, eritromisin),
Kehamilan dan menyusui (MIMS, 2020).
- Dosis oral : 10 mg sehari sekali pada malam hari dengan interval
minimal 4 minggu. Dosis maksimum 40 mg setiap hari (MIMS, 2020).
- Sediaan : Tablet mengandung 10 mg simvastatin
- Perhatian : Pasien dengan diabetes mellitus, faktor predisposisi
miopati/ rabdomiolisis. Gangguan ginjal dan hati. Anak-anak dan orang tua.
Pasien dengan polimorfisme gen SLCO1B1. Pemberian bersamaan niacin
(≥1 g) pada pasien keturunan Cina. Hentikan sementara simvastatin sebelum
operasi besar elektif (MIMS, 2020).
- Mekanisme obat: Simvastatin, merupakan inhibitor HMG CoA reduktase,
enzim yang mengkatalisis konversi HMG-CoA untuk menghasilkan
mevalonat, pembatas laju dalam biosintesis kolesterol, yang mengakibatkan
penurunan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, serta
meningkatkan kadar kolesterol HDL (MIMS, 2020).
- Efek samping: Miositis yang bersifat sementara, statin juga menyebabkan
sakit kepala, perubahan fungsi ginjal dan gangguan saluran cerna.
- Saran : Pasien disarankan agar melaporkan dengan segera
gejala nyeri otot, rasa kaku, atau rasa lemah otot yang tidak diketahui pasti
penyebabnya.

Terapi Non Farmakologi

- Perubahan gaya hidup termasuk diet sehat, penurunan berat badan, dan
olahraga. Diet sehat dengan memilih makanan rendah lemak trans dan
lemak jenuh, makanan kaya serat, hindari minuman manis dan gula
tambahan (WebMD, 2020).

Referensi

WebMD. What is Hyperlipidemia, available online at


https://www.webmd.com/cholesterol-management/hyperlipidemia-overview

MIMS. 2020. Simvastatin. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/simvastatin?mtype=generic

PIONAS. 2020. Statin. Available online at http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-


sistem-kardiovaskuler-0/210-hipolipidemik/2104-statin
Studi Kasus Pelayanan Farmakoterapi Gangguan Kardiovaskular

Dosen : Prof. Dr. Apt, Ahmad Muhtadi, MS.

Mata Kuliah : Pelayanan Kefarmasian

KASUS 2: Gangguan Angina

Skenario

Pasien Wanita berusia 75 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan halusinasi
visual, gangguan pendengaran, dan tremor selama 5 hari. Pasien mempunyai
riwayat penyakit yaitu jantung koroner yang sudah dilakukan operasi Coronary
Artery Bypass Graft (CABG) 15 tahun lalu, penyakit jantung kongestif, gagal ginjal
kronik stadium 4, gangguan kognitif ringan, dan hipertensi. Riwayat pengobatan
pasien yaitu, metoprolol 100 mg dua kali sehari, aspirin 325 mg perhari, hydralazine
50 mg tiga kali sehari, isosorbid dinitrat (ISDN) 20 mg tiga kali sehari, furosemid
20 mg per hari, amlodipin 5 mg per hari, atorvastatin 40 mg per hari, dan ranolazine
1000 mg dua kali sehari. Pasien mulai mengkonsumsi ranolazine pada 6 hari
sebelum masuk Rumah Sakit untuk pengobatan angina yang sulit diobati.

Pertanyaan

1. Lakukan asesmen yang terkait riwayat pasien, penyakit dan obat untuk
mengidentifikasi masalah pasien

2. Berikan penyelesaian untuk mengatasi masalah pasien, obat apa yang diberikan
dan jelaskan mekanisme kerja dan efek sampingnya obat tersebut

3. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien terkait obat yang diberikan

Metode SOAP

Subjektif (s)
- Wanita berumur 75 tahun
- Memiliki riwayat penyakit jantung koroner yang sudah dilakukan operasi
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) 15 tahun lalu, penyakit jantung
kongestif, gagal ginjal kronik stadium 4, gangguan kognitif ringan, dan
hipertensi
- Keluhan halusinasi visual, gangguan pendengaran, dan tremor selama 5 hari
- Riwayat pengobatan:
● Metoprolol 100 mg ● Furosemid 20 mg per
dua kali sehari, hari,
● Aspirin 325 mg per ● Amlodipin 5 mg per
hari, hari,
● Hydralazine 50 mg ● Atorvastatin 40 mg
tiga kali sehari, per hari
● Isosorbid dinitrat ● Ranolazine 1000 mg
(ISDN) 20 mg tiga kali dua kali sehari.
sehari,

Objektif (O)

Asesmen (A)

- Berdasarkan hasil asesmen dan penelusuran, dapat diketahui bahwa keluhan


halusinasi visual, gangguan pendengaran, dan tremor disebabkan oleh
penggunaan dosis berlebih (overdosis) pada ranolazine sebanyak 1000 mg
dua kali sehari. Dosis maksimal ranolazine adalah 750 mg dua kali sehari
(MIMS, 2020).
- Ranolazine juga dilaporkan memberikan efek samping halusinasi dan
dampak yang buruk ke ginjal, sehingga penggunaannya dihentikan, dan
diganti dengan agen anti angina lain yaitu ivabradine. Ranolazine juga
banyak berinteraksi dengan obat lain yang diresepkan.
- Interaksi Obat :
Ranolazine + Metoprolol : Ranolazine akan meningkatkan kadar atau efek
metoprolol dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP2D6.

Ranolazine + Atorvastatin :

Ranolazine akan meningkatkan kadar atau efek atorvastatin oleh transporter


eflux P-glikoprotein (MDR1).

Ranolazine meningkatkan toksisitas atorvastatin oleh Penghambat


OATP1B1 dapat meningkatkan risiko miopati.

Plan (P)

Terapi Farmakologi

- Pengobatan yang dilanjutkan:


Metoprolol 100 mg dua kali sehari,

Hydralazine 50 mg tiga kali sehari,

Isosorbid dinitrat (ISDN) 20 mg tiga kali sehari,

Furosemid 20 mg per hari,

Amlodipin 5 mg per hari,

Atorvastatin 40 mg per hari

- Pasien dianjurkan untuk melanjutkan pengobatan menggunakan aspirin,


akan tetapi dosisnya diturunkan menjadi 150-300 mg (MIMS, 2020).
- Penggunaan Ranolazine diganti dengan ivabradine 2,5 mg dua kali sehari.
PIO Ivabradine (MIMS, 2020).

- Indikasi: angina pektoris stabil, gagal jantung


- Aturan pakai: 2,5 mg dua kali sehari. Harus dikonsumsi dengan makanan
- Mekanisme: Ivabradine bekerja melalui penghambatan selektif dan spesifik
dari alat pacu jantung Jika arus yang mengontrol depolarisasi diastolik
spontan di simpul sinus dan mengatur detak jantung.
- Efek samping: penglihatan kabur, bradikardi, aritmia jantung lainnya,
sinkop, hipotensi, astenia, kelelahan, sakit kepala, pusing, mual, sembelit,
diare, sesak napas, kram otot, reaksi kulit, angioedema, hiperurisemia,
eosinofilia, peningkatan konsentrasi kreatinin darah.
- Monitoring: Pantau denyut jantung sebelum memulai pengobatan, sebelum
meningkatkan dosis atau setelah menurunkan dosis; tekanan darah, irama
jantung.
- Konseling: Obat disimpan di suhu kamar, hindari tempat lembab
PIO Metoprolol (MIMS, 2020).

- Indikasi : hipertensi, angina pektoris, gagal jantung, aritmia


- Aturan pakai: 50-100 mg 2-3 kali sehari, dimakan dengan atau tanpa
makanan
- Mekanisme obat: Secara selektif menghambat reseptor β1-adrenergik tetapi
memiliki sedikit atau tidak ada efek pada reseptor β2 kecuali dalam dosis
tinggi. Itu tidak menunjukkan stabilisasi membran atau aktivitas
simpatomimetik intrinsik.
- Efek Samping Obat : Bradikardia, hipotensi, jantung berdebar, tinnitus,
gangguan penglihatan, psoriasis, edema perifer.
- Monitoring: Pantau tekanan darah, denyut jantung, EKG
- Konseling: Obat ini dapat menyebabkan pusing, jika terpengaruh, jangan
mengemudi atau mengoperasikan mesin.

PIO Aspirin (MIMS, 2020).

- Indikasi : nyeri, demam, gangguan rematik, angina pektoris, infark


miokard, stroke iskemik akut
- Dosis : 150-300 mg, harus dikonsumsi bersama makanan.
- Mekanisme : Aspirin merupakan penghambat enzim siklooksigenase-1
(COX-1) selektif dan ireversibel yang mengakibatkan penghambatan
langsung biosintesis prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat.
Selain itu, ini juga menghambat agregasi platelet.
- Efek samping : tinnitus, anemia, dispepsia, iritasi lambung, bronkospasme,
urtikaria, pendarahan pencernaan
PIO Hydralazine (MIMS, 2020).

- Indikasi : hipertensi, gagal jantung kongestif


- Dosis : untuk hipertensi, dikombinasikan dengan β-blocker dan
diuretik, dosis awal: 25 mg dua kali sehari, naikkan secara bertahap sesuai
dengan respon. DM: 200 mg/hari. Untuk gagal jantung kongesti,
dikombinasikan dengan nitrat: Awal: 25 mg 3-4 kali/hari, dapat
ditingkatkan dosisnya setiap 2 hari jika perlu. Dosis pemeliharaan: 50-75
mg 4 kali/hari. Harus dikonsumsi bersama makanan
- Mekanisme : Hydralazine memberikan efek vasodilatasi melalui
relaksasi langsung otot polos pembuluh darah dengan menghambat
pelepasan Ca dari retikulum sarkoplasma dan penghambatan fosforilasi
miosin dalam sel otot polos arteri.
- Efek samping : hipotensi postural, takikardia, palpitasi, anoreksia, edema,
arthralgia, volume urin berkurang, hipotensi ortostatik
- Monitoring : Pantau tekanan darah dan denyut jantung; hitung darah
lengkap dan titer antinuclear antibody (ANA) sebelum terapi dan secara
berkala setelahnya; analisis urin dengan interval kira-kira 6 bulan selama
pengobatan jangka panjang.
- Konseling : Obat ini dapat menyebabkan pusing atau hipotensi, jika
terpengaruh, jangan mengemudi atau mengoperasikan mesin.
PIO Isosorbid dinitrat (MIMS, 2020).

- Indikasi : angina, gagal jantung


- Aturan pakai : 20-120 mg setiap hari dalam dosis terbagi. DM: 240
mg/hari. Harus diminum saat perut kosong. Konsumsi 30 menit sebelum
makan
- Mekanisme : menstimulasi guanosin siklik 3 ', 5' monofosfat (cGMP),
sehingga merileksasi otot polos pembuluh darah dan menurunkan tekanan
ventrikel kiri (preload) dan resistensi arteri (afterload)
- Efek samping : edema perifer, hipoksemia, glaukoma sudut tertutup,
hipotensi, dan bradikardia parah
- Monitoring : pantau tekanan darah, dan denyut jantung
- Konseling : Obat ini dapat menyebabkan pusing saat berdiri, duduk atau
berbaring sebelum digunakan dan bangun secara bertahap untuk
meminimalkan efek ini.
PIO Furosemid (MIMS, 2020).

- Indikasi : edema, hipertensi


- Dosis : dosis awal 20 mg/hari dan tingkatkan dosis jika perlu.
Dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Dapat diberikan tanpa makan
untuk penyerapan yang lebih baik. Dpt diberikan bersama makanan utk
mengurangi rasa tidak nyaman pada pencernaan.
- Mekanisme : Furosemide menghambat reabsorpsi Na dan Cl terutama di
bagian meduler dari loop Henle. Ekskresi K dan amonia juga meningkat
sedangkan ekskresi asam urat berkurang. Dapat pula meningkatkan aktivitas
plasma-renin, plasma-norepinefrin dan konsentrasi plasma-arginin-
vasopresin.
- Efek samping : hiponatremia, hipokalemia, kram otot, hipotensi, oliguria,
tinnitus, peningkatan kadar enzim hati, kolesterol dan trigliserida serum.
Aritmia jantung yang serius (parah).
- Monitoring : Pantau tekanan darah, elektrolit serum, fungsi ginjal,
ortostatik, pendengaran
- Konseling :-
PIO Amlodipin (PIONAS, 2020)

- Indikasi : hipertensi, profilaksis angina


- Dosis : Hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari;
maksimal 10 mg sekali sehari.
- Mekanisme : Calcium Channel Blocker
- Efek samping : Nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema,
gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih;
- Monitoring : tekanan darah, detak jantung, frekuensi dan intensitas
angina, berat dan udem perifer.
- Konseling : obat dapat menyebabkan pusing, sakit kepala dan
kelelahan, hindari mengemudi kendaraan bermotor
PIO Atorvastatin (PIONAS, 2020)

- Indikasi : sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi


peningkatan kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada
pasien dengan hiperkolesterolemia primer
- Dosis : biasanya 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat ditingkatkan
dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari.
- Mekanisme : menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-
metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada
sintesis kolesterol, terutama dalam hati.
- Efek samping : Miositis yang bersifat sementara, sakit kepala, perubahan
fungsi ginjal dan efek saluran cerna.
- Monitoring : monitor kadar lipid (kolesterol, HDL, LDL, trigliserida)
setelah penggunaan selama 2-12 minggu. laporkan dengan segera gejala
nyeri otot, rasa kaku, atau rasa lemah otot yang tidak diketahui pasti
penyebabnya. (PIONAS, 2020)
Terapi non farmakologi

- olahraga, rehabilitasi jantung, diet Mediterania, menghindari stres, dan


terapi perilaku kognitif.
Referensi

MIMS. 2020. Metoprolol. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/metoprolol?mtype=generic

MIMS. 2020. Isosorbide Dinitrate. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/isosorbide%20dinitrate?mt
ype=generic

MIMS. 2020. Aspirin. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/aspirin?mtype=generic

MIMS. 2020. Hydralazine. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/hydralazine?mtype=generic

MIMS. 2020. Furosemide. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/furosemide?mtype=generic

MIMS. 2020. Ivabradine. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ivabradine?mtype=generic

PIONAS. 2020. Amlodipine. Available online at


http://pionas.pom.go.id/monografi/amlodipin

PIONAS. 2020. Atorvastatin. Available online at


http://pionas.pom.go.id/monografi/atorvastatin
Studi Kasus Pelayanan Farmakoterapi Gangguan Kardiovaskular

Dosen : Prof. Dr. Apt, Ahmad Muhtadi, MS.

Mata Kuliah : Pelayanan Kefarmasian

KASUS 3 : Gangguan Hipertensi

Skenario

Pasien perempuan hamil, 28 tahun, suku Bali datang ke IGD KEBIDANAN RSUP
Sanglah Denpasar dalam keadaan sadar dengan keluhan utama pandangan kabur
yang dirasakan sejak pukul 14.00 (8/11/13), pasien juga mengeluhkan nyeri ulu
hati, sakit kepala, serta kakinya membengkak. Belum ada nyeri perut hilang-timbul,
belum ada keluar air dari vagina, gerak anak aktif dan baik. Riwayat Penyakit
Sebelumnya : Pasien tidak teratur kontrol kandungan ke Rumah Sakit dan tidak
pernah memeriksakan tekanan darahnya, serta tidak terdapat riwayat penyakit
sistemik sebelumnya, Hipertensi baru diketahui pada tanggal 8 November 2013.
Riwayat persalinan yaitu : kehamilan pertama tahun 2011, aterm, sectio caesaria,
laki-laki, 1495 g, kehamilan kedua adalah hamil ini.

Pertanyaan

1. Lakukan asesment yang terkait riwayat pasien, penyakit dan obat untuk
mengidentifikasi masalah pasien!
Assesment dengan metode SOAP

S(Subjektif)

a. Identitas: perempuan berumur 28 tahun sedang hamil.


b. Keluhan: pandangan kabur sejak pukul 14.00 (8/11/2013), nyeri ulu
hati, sakit kepala, kaki membengkak. Belum ada nyeri perut hilang-
timbul, belum ada keluar air dari vagina, gerak anak aktif dan baik.
ji
c. Riwayat penyakit sebelumnya: Pasien tidak teratur kontrol
kandungan, tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya, tidak
terdapat riwayat penyakit sistemik sebelumnya, Hipertensi baru
diketahui pada tanggal 8 November 2013
d. Riwayat persalinan: kehamilan pertama tahun 2011, aterm, sectio
caesaria, laki-laki, 1495 g, kehamilan kedua adalah hamil ini.

O (Objektif)

- Keluhan utama pandangan kabur disertai nyeri ulu hati, sakit kepala,
kaki membengkak

A (Assesment)

Masalah pasien yaitu diduga mengalami hipertensi dikarenakan


kehamilan dilihat dari gejala, pola hidup dan riwayat penyakit. Hal ini perlu
segera diatasi untuk menghindari penyakit menjadi lebih parah. Selain itu
menurut informasi yang didapat pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik sebelumnya. Hipertensi baru diketahui pada tanggal 8 November
2013. Informasi tersebut memperkuat dugaan hipertensi karena kehamilan
dikarenakan secara umum, penyebab hipertensi pada ibu hamil disebabkan
oleh kondisi hipertensi esensial atau hipertensi prime. Kondisi tersebut
timbul bukan disebabkan oleh adanya gangguan sistemik, melainkan
disebabkan pola hidup yang kurang disiplin untuk menjaga kesehatan.
Diketahui pasien tidak teratur kontrol kandungan dan tidak pernah
memeriksakan tekanan darahnya.

P (Planning)

a. Pasien disarankan untuk segera menemui dokter spesialis


kandungan agar penyakit dapat diatasi
b. Atas persetujuan dokter pasien disarankan diberikan terapi awal
berupa metildopa sebagai obat first line hipertensi pada kehamilan
yang paling aman.
c. Melalui atau atas persetujuan dokter, pasien direkomendasikan
untuk melakukan test urine ntuk mengetahui kadar protein dalam
urine
d. Melalui atau atas persetujuan dokter, pasien direkomendasikan
untuk melakukan test darah untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan
jumlah trombosit darah
e. Melalui atau atas persetujuan dokter, pasien direkomendasikan
untuk melakukan ultrasonogafi (USG), untuk melihat pertumbuhan
janin
f. Pasien dirokemandasikan untuk teratur kontrol kandungan ke dokter
spesialis kandungan untuk memantau kesehatan Ibu dan janin.

2. Berikan penyelesaian untuk mengatasi masalah pasien, obat apa yang


diberikan dan jelaskan mekanisme kerja dan efek sampingnya obat
tersebut!
Berdasarkan informasi yang didapat, saat ini pasien direkomendasikan
untuk melakukan upaya terapi pada gangguan hipertensi, dan perlu
dilakukan test lebih lanjut terkait hasil pemeriksaan pasien. Terapi berikut
yang disarankan untuk pasien berdasarkan informasi yang didapat saat ini:

Terapi Farmakologis

Metildopa (Antihipertensi)
Rekomendasi obat yang diberikan Metildopa 250 mg, karena obat ini
tergolong dalam obat kategori B untuk kehamilan dan obat antihipertensi ini
bekerja dengan onset yang lambat dan toleransi pasien yang terbatas.
- Mekanisme : Metildopa dapat menurunkan tekanan darah dengan
merangsang reseptor alfa-adrenergik penghambat sentral,
neurotransmisi palsu, dan / atau pengurangan aktivitas renin plasma
- Efek samping : Gangguan saluran cerna, stomatis, mulut kering,
sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, gangguan
ejakulasi, kerusakan hati, anemia hemolitik, sindrom mirip lupus
eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, hidung tersumbat .
(PIONAS, 2020)

Terapi Non Farmakologi


- Batasi asupan garam.
- Atur pola hidup dengan memakan makanan yang sehat
- Istirahat yang cukup dengan mengimbangi aktivitas secara normal
- Tidak dianjurkan latihan kekuatan dan olahraga isometric, angkat
beban, dan latihan aerobic.
(Spiro et al, 2018)

3. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien terkait obat yang
diberikan?
Metildopa
- Obat diminum sehari dua-tiga kali dengan dosis 0,5-3 gram,
dianjurkan setelah makan atau dalam perut yang terisi.
- Untuk membantu mengingat, pasien disarankan meminum obat
tersebut pada waktu yang sama setiap hari.
- Penyimpanan disimpan pada suhu ruangan disuhu 2-30OC, jauhkan
dari cahaya langsung dan tempat yang lembab.
- Pasien dianjurkan untuk lebih sering melakukan pengecekkan
tekanan darah untuk memonitoring hipertensi.
- Pasien dianjurkan untuk lebih banyak istirahat dan hindari stress.
- Peringatan: riwayat gangguan hati; gangguan ginjal; hasil positif
uji Coomb langsung yang dapat terjadi pada hingga 20% pasien
(bisa mempengaruhi blood cross-matching); mempengaruhi hasil
uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal;
disarankan untuk melakukan hitung darah dan uji fungsi hati;
riwayat depresi.
(Obstetricians Institute, 2019)

Referensi

Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of


Ireland. 2019. The diagnosis and management of OF Hypertension In
Pregnancy. Clinical Strategy and Programmes Directorate, Health Service
Executive; 3(1): 14.

Pionas. 2020. Metildopa. Tersedia online di


http://pionas.pom.go.id/monografi/metildopa [diakses pada 11 September
2020]

Spiro, L, et. al. 2018. Management of Chronic and Gestational Hypertension of


Pregnancy. A Guide for Primary Care Nurse Practitioners. Journal Open Nurs
V12

Wells B.G., Dipiro J.T., Schwinghammer T.L., and Dipiro C.V.,. 2015.
Pharmacotherapy Handbook, 9th Ed. New York : Mc Graw Hill. p.
Studi Kasus Pelayanan Farmakoterapi Gangguan Kardiovaskular

Dosen : Prof. Dr. Apt, Ahmad Muhtadi, MS.

Mata Kuliah : Pelayanan Kefarmasian

KASUS 4: Sindrom Koroner Akut (SKA)

Skenario

Seorang laki-laki umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri dada. Dia
mengeluh 6 bulan terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat intermitten dan
menjalar ke lengan kiri. Nyeri pertama kali terjadi ketika melakukan kegiatan dan
menurun ketika istirahat. Dia memiliki riwayat penyakit hipertensi dan
dislipidemia. Pada riwayat keluarga diperoleh keterangan bahwa bapaknya
meninggal karena infark miokard pada usia 56 tahun. Dia perokok 50 bungkus per
tahun.

Pertanyaan

1. Lakukan asesmen yang terkait riwayat pasien, penyakit dan obat untuk
mengidentifikasi masalah pasien

2. Berikan penyelesaian untuk mengatasi masalah pasien, obat apa yang diberikan
dan jelaskan mekanisme kerja dan efek sampingnya obat tersebut

3. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien terkait obat yang diberikan

Metode SOAP

Subjektif (S)

- Pasien seorang laki-laki berumur 55 tahun


- Gejala yang dirasakan adalah Nyeri dada substernal bersifat intermitten dan
menjalar ke lengan kiri. Nyeri pertama kali terjadi ketika melakukan
kegiatan dan menurun ketika istirahat
- Gejala dirasakan selama 6 bulan
- Memiliki riwayat keluarga Infark Miokard
- Kebiasaan merokok
- Memiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia

Objektif (O)

Assesment (A)

- Pengobatan untuk hipertensi, dislipidemia dan infark miokard

Plan (P)

- Pasien direkomendasikan menggunakan clopidogrel, metoprolol, isosorbid


dinitrat, amlodipin, dan atorvastatin berdasarkan tata laksana yang berlaku
dan sudah disesuaikan dengan hasil asesmen pasien.
PIO Clopidogrel (MIMS, 2020).

- Indikasi : sindrom koroner akut, profilaksis gangguan tromboemboli


- Dosis : 75 mg satu kali sehari. Dapat dikonsumsi dengan atau tanpa
makanan.
- Mekanisme : Clopidogrel secara selektif dan ireversibel menghambat
adenosin difosfat (ADP) dari pengikatan ke reseptor platelet P2Y12 dan
selanjutnya aktivasi kompleks glikoprotein IIb / IIIa yang dimediasi ADP,
sehingga mengurangi agregasi platelet.
- Efek samping : hipersensitivitas, dispepsia, nyeri perut, hematuria,
epistaksis, pruritus, hematoma. Jarang: purpura trombositopenia trombotik,
perdarahan intrakranial, perdarahan saluran cerna dan retroperitoneal.
- Monitoring : Pantau hemoglobin dan hematokrit secara berkala; tanda-
tanda perdarahan termasuk perdarahan tersembunyi, terutama selama
minggu pertama pengobatan dan setelah prosedur atau pembedahan jantung
invasif.
- Konseling :-
PIO Metoprolol

- Indikasi : hipertensi, angina pektoris, gagal jantung, aritmia


- Dosis : 50-200 mg/hari, dimakan dengan atau tanpa makanan
- Mekanisme : Secara selektif menghambat reseptor β1-adrenergik tetapi
memiliki sedikit atau tidak ada efek pada reseptor β2 kecuali dalam dosis
tinggi. Itu tidak menunjukkan stabilisasi membran atau aktivitas
simpatomimetik intrinsik
- Efek samping : Bradikardia, hipotensi, jantung berdebar, tinnitus,
gangguan penglihatan, psoriasis, edema perifer
- Monitoring : Pantau tekanan darah, denyut jantung, EKG
- Konseling : Obat ini dapat menyebabkan pusing, jika terpengaruh,
jangan mengemudi atau mengoperasikan kendaraan bermotor
PIO Isosorbid Dinitrat Sublingual 2,5–15 mg (onset 5 menit)

- Indikasi : Gagal Jantung, Angina,


- Dosis : 2,5-15 mg (onset 5 menit) sublingual, DM: 240 mg/hari.
Harus diminum saat perut kosong. Konsumsi 30 menit sebelum makan
- Mekanisme : menstimulasi guanosin siklik 3 ', 5' monofosfat (cGMP),
sehingga merileksasi otot polos pembuluh darah dan menurunkan tekanan
ventrikel kiri (preload) dan resistensi arteri (afterload)
- Efek samping : edema perifer, hipoksemia, glaukoma sudut tertutup,
hipotensi, dan bradikardia parah
- Monitoring : pantau tekanan darah, dan denyut jantung
- Konseling : Obat ini dapat menyebabkan pusing saat berdiri, duduk atau
berbaring sebelum digunakan dan bangun secara bertahap untuk
meminimalkan efek ini.
PIO Amlodipine 5-10 mg per hari

- Indikasi : hipertensi, profilaksis angina


- Dosis : Hipertensi atau angina, dosis awal 5 mg sekali sehari;
maksimal 10 mg sekali sehari.
- Mekanisme : Calcium Channel Blocker
- Efek samping : Nyeri abdomen, mual, palpitasi, wajah memerah, edema,
gangguan tidur, sakit kepala, pusing, letih;
- Monitoring : tekanan darah, detak jantung, frekuensi dan intensitas
angina, berat dan udem perifer.
- Konseling : obat dapat menyebabkan pusing, sakit kepala dan
kelelahan, hindari mengemudi kendaraan bermotor
PIO Atorvastatin 10 mg daily

- Indikasi : sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi


peningkatan kolesterol total, c-LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada
pasien dengan hiperkolesterolemia primer
- Dosis : biasanya 10 mg sekali sehari, bila perlu dapat ditingkatkan
dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari.
- Mekanisme : menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-3-
metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada
sintesis kolesterol, terutama dalam hati.
- Efek samping : Miositis yang bersifat sementara, sakit kepala, perubahan
fungsi ginjal dan efek saluran cerna.
- Monitoring : monitor kadar lipid (kolesterol, HDL, LDL, trigliserida)
setelah penggunaan selama 2-12 minggu. laporkan dengan segera gejala
nyeri otot, rasa kaku, atau rasa lemah otot yang tidak diketahui pasti
penyebabnya. (PIONAS, 2020)
Terapi non farmakologis

- olahraga, rehabilitasi jantung, diet Mediterania, menghindari stres, dan


terapi perilaku kognitif.
Referensi

MIMS. 2020. Clopidogrel. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/clopidogrel?mtype=generic
MIMS. 2020. Metoprolol. Available online at
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/metoprolol?mtype=generic

PIONAS. 2020. Amlodipine. Available online at


http://pionas.pom.go.id/monografi/amlodipin

PIONAS. 2020. Atorvastatin. Available online at


http://pionas.pom.go.id/monografi/atorvastatin

MIMS. 2020. Isosorbide Dinitrate. Available online at


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/isosorbide%20dinitrate?mtype
=generic
KASUS 5

Gangguan Stroke

Skenario

Tn S berusia 44 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada bagian lengan dan
tungkai kiri. Sejak 6 hari SMRS saat beristirahat. Awalnya terasa kesemutan pada
sisi tubuh sebelah kiri serta nyeri kepala bagian belakang. Kemudian pasien dibawa
ke Rumah Sakit Rawajitu dan dirujuk ke RSAM tampak sakit sedang, riwayat darah
tinggi sejak 15 tahun yang lalu dan mengidap penyakit diabetes serta sedang
mengkonsumsi obat diabetes yaitu metformin dan perokok berat. Saat datang ke
RSAM pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, CGS E4V5M6 = 15.
Tekanan darah 200/100 mmHg. Nadi 102x/menit. Status pemeriksaan darah
didapatkan peningkatan ureum, kreatinin, kolesterol dan asam urat. Pasien di
diagnosa Stroke Hemoragik, diobati dengan mannitol, anti hipertensi, anti
kolesterol

Pertanyaan

1. Lakukan asesmen yang terkait riwayat pasien, penyakit dan obat untuk
mengidentifikasi masalah pasien

Metode SOAP

Subjektif (S)

- Pasien laki-laku berumur 44 tahun


- Memiliki riwayat darah tinggi (sudah 15 tahun)
- Memiliki riwayat diabetes
- Mengonsumsi obat metformin (untuk diabetes)
- Keluhan kelemahan pada bagian lengan dan tungkak kiri, awalnya terasa
kesemutan pada sisi tubuh sebela kiri dan nyeri kepala bagian belakang.
Keluhan sudah terjadi 6 hari SMRS
- Memiliki kebiasaan merokok
- Terdiagnosa Stroke Hemoragik
Objektif (O)

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Pasien Nilai Normal

1. Glascow Coma Scale E4V5M6 = 15 E4V5M6 = 15

2. Tekanan Darah 200/100 mmHg 120/80 mmHg

3. Nadi 102 bpm 60-100 bpm

4. Ureum Meningkat 8-24 mg/dL

5. Kreatinin Meningkat 0,6-1,2 mg/dL

6. Kolesterol Meningkat <200 mg/dL

7. Asam Urat Meningkat 7-7,2 mg/dL

Asesmen (A)

- Pasien memiliki hiperurisemia atau kadar asam urat tinggi. Dibutuhkan


pengobatan untuk hiperurisemia.
- Dikarenakan kadar asam urat dan ureum tinggi ditakutkan pasien
mengidap penyakit ginjal, sehingga perlu diperiksa lebih lanjut.
- Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 15 tahun lalu, hipertensi
dapat menaikkan kemungkinan resisten insulin. Hal ini selaras dengan
pasien yang memiliki DM tipe 2 (penggunaan metformin) sehingga
dibutuhkan pengobatan DM tipe 2 yang cocok dengan hipertensi yaitu
metformin. Penggunaan metformin tidak menaikkan tekanan darah pada
pasien laki-laki (Landin, K., et al.,1994).

Plan (P)

- Menurunkan tekanan darah tinggi sampai tekanan darah normal pasien


hipertensi dengan diabetes yaitu 130/80 mmHg
- Mengurangi kadar asam urat
- Mengurangi cedera neurologis/ disfungsi neurologis dan menurunkan
resiko kematian
- Mencegah terjadinya stroke kembali

Terapi Farmakologi dan Nonfarmakologi

Terapi farmakologi dengan menggunakan Mannitol, Nimodipine, Atorvastatin,


dan Allupurinol. Terapi nonfarmakologi adalah menghentikan rokok, diet untuk
menurunkan tekanan darah tinggi, dan meninggikan posisi kepala saat tidur
(sekitar 30 derajat).

2. Berikan penyelesaian untuk mengatasi masalah pasien, obat apa yang diberikan
dan jelaskan mekanisme kerja dan efek sampingnya obat tersebut

A. Mannitol
● Indikasi : Menurunkan tekanan intrakarnial
● Dosis : 1,5 -2 g/ kg infus
● Cara pakai : Infus dilakukan selama 30-60 menit dan diulang
per 6/8 jam
● Mekanisme kerja : Peningkatan osmolaritas ekstraseluler ini akan
mendorong pergerakan air intraseluler ke ruang ekstraseluler dan
vaskuler.
● Efek samping : Hipersensitivitas, mual, muntah dan sakit kepala.
B. Nimodipine
● Indikasi : Stroke Hemoragik
● Dosis : 60 mg
● Cara pakai : Diminum tiap 4 jam selama 21 hari
● Mekanisme kerja : Penghambat saluran Ca dengan efek minimal pada
konduksi di jantung; efek utamanya adalah pada arteri serebral untuk
mencegah vasospasme.
● Efek samping : Hipotensi, diare, sakit kepala, dan ruam
● Interaksi obat : dapat menaikkan total serum jika dikonsumsi
dengan jus jeruk gedang
C. Atorvastatin
● Indikasi : Menurunkan kadar kolesterol
● Dosis : 10 mg
● Cara pakai : Diminum sehari satu kali satu tablet
● Mekanisme kerja : Penghambat reduktase HMG-CoA; menghambat
langkah pembatas laju dalam biosintesis kolesterol dengan menghambat
reduktase HMG-CoA secara kompetitif.
● Efek samping : Pusing, Diare, dan nasofaringitis
● Interaksi obat : Jika dipakai obat HCV protease inhibitor
(ketoconazole, verapamil, diltiazem, dsb) krena dapat menaikkan resiko
miopati; Dapat menaikkan kadar jika diminum dengan jus jeruk gedang;
Tidak boleh dipakai karena kontaminan dengan siklospotin, telaprevir,
glecaprevir, dan ritonavir karena menyebabkan miopati (Memberi
jangka 7 hari pada obat).
● Monitoring : Mengecek kadar kolesterol setiap 2-12 minggu
sekali
D. Allupurinol
● Indikasi : Hiperurisemia
● Dosis :100 mg, jika kadar asam urat tetap tinggi dapat
dinaikkan 100 mg setiap 2-4 minggu dengan dosis maksimal 900
mg/hari
● Cara pakai : Minum sehari satu kali satu tablet
● Mekanisme kerja : Penghambat oksidase xantin; menghambat
konversi hipoksantin menjadi xantin menjadi asam urat; menurunkan
produksi asam urat tanpa mengganggu sintesis purin vital.
● Efek samping : Mual, muntah, dan gagal ginjal
● Monitoring : Periksa fungsi ginjal
3. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien terkait obat yang diberikan

● Mannitol digunakan saat dirumah sakit.


● Nimodipine diminum sehari satu kali satu tablet sesudah makan (60
mg)
● Attorvastatin diminum sehari satu kali satu tablet sesudah makan
dengan dosis awal 100 mg (Dinaikkan jika setelah pengecekan
kolesterol tidak turun)
● Alluprinol dapat menyebabkan kelelahan dan ngantuk sehingga
disarankan diminum malam hari. Pasien tidak boleh menyetir
● Mengecek fungsi ginjal dan kadar kolesterol pasien
● Tidak boleh minum jus limau gedang
● Nonfarmakologi dapat dilakukan dengan menghentikan kebiasaan
merokok, diet untuk menurunkan diabetes dan tekanan darah,
berolahraga ringan seperti jalan 30 menit, dan menaikkan kondisi
kepala sekitar 30 derajat.

Referensi

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris

Landin K, Tengborn L, Smidt U. Metformin and metoprolol CR treatment in non-


obese men. J Intern Med 1994; 235:335–41.
Lastra, G., Syed, S., Kurukulasuriya, L.R., Manrique, C., dan James R.S. 2013.
Type 2 Diabetes Mellitus and Hypertension: an Update. Endroclinol Metab
Clin.North Am 43(1)

MIMS. 2020. Atorvastatin. Tersedia online di


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/atorvastatin?mtype=generic

MIMS. 2020. Allopurinol. Tersedia online di


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/allopurinol?mtype=generic

MIMS. 2020. Mannitol. Tersedia online di


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/mannitol?mtype=generic

MIMS. 2020. Methyldopa. Tersedia onlien di


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/methyldopa/patientmedicine/
methyldopa%20-%20oral

MIMS. 2020. Nimodipine. Tersedia online di


https://reference.medscape.com/drug/nimotop-nymalize-nimodipine-
343065#4

Medscape. 2020. Atorvastatin. Tersedia onlie di


https://reference.medscape.com/drug/lipitor-atorvastatin-342446#0

Medscape. 2020. Allopurinol. Tersedia online di


https://reference.medscape.com/drug/zyloprim-aloprim-allopurinol-
342811#4

Medscape. 2020. Nimodipine. Tersedia online di


https://www.mims.com/indonesia/drug/info/nimodipine?mtype=generic

Medscape. 2020. Mannitol. Tersedia online di


https://reference.medscape.com/drug/osmitrol-mannitol-343061#4

Anda mungkin juga menyukai