Anda di halaman 1dari 31

GAGAL GINJAL AKUT

Tutor B1
260110160054 - Khoirina N.s

260110160055 - Aulia Annisa

260110160056 - Dinda Crendhuty

260110160057 - Dian Amalia

B1
260110160058 - Irsarina Rahma

260110160059 - Utari Yulia Alfi

260110160060 - Nia Kurniasih

260110160061 - Syara Nur Fitri

260110160062 - Sifa M.Yusuf

260110160063 - Hanifa Rifdah

260110160065- Hanifah Kamilah


Definisi

Secara konseptual AKI (Gagal Ginjal


Akut) adalah penurunan cepat
(dalam jam hingga minggu) laju
filtrasi glomerulus (LFG) yang
umumnya berlangsung reversibel, Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara
diikuti kegagalan ginjal untuk tiba-tiba dan penurunan volume urin secara cepat. Laju
mengekskresi sisa metabolisme filtrasi glomerulus dapat menurun secara tiba-tiba sampai
nitrogen, dengan atau tanpa dibawah 15 mL/menit. Penyakit ini mengakibatkan
gangguan keseimbangan cairan dan peningkatan kadar serum urea, kreatinin, dan bahan lain.
elektrolit. Gagal ginjal akut bersifat reversibel, namun secara umum
tingkat kematian pasien tinggi

(Kenward & Tan, 2003).


Perhitungan GFR Metode Salazar
(Kemenkes RI, 2011)
Mekanisme Gagal Ginjal karena NSAID (1/2)

•NSAID merupakan senyawa turunan dari asam asetat, asam propionat, pirazol, dan zat kimia lainnya.

•NSAID bekerja dengan menghambat kerja dari enzim siklooksigenase.

•Terdapat dua isoform enzim siklooksigenase, yaitu COX 1 dan COX 2.

1. Enzim COX 1 terdapat di platelet, endotelium vaskular, epitelium gastrointestinal, otak, tulang
belakang, dan ginjal. Enzim ini berfungsi untuk meregulasi fungsi trombosit, proteksi
mukosa gastrointestinal, dan proteksi terhadap fungsi ginjal jika mengalami gangguan
perfusi.
2. Enzim COX 2 diaktivasi oleh beberapa sitokin dan menginduksi kaskade inflamasi. Enzim ini
banyak ditemukan di plak aterosklerotik, makula densa, dan interstisial medula ginjal. Enzim
ini berperan dalam persepsi nyeri serta metabolisme air dan garam. (Zahra dan Carolia, 2017).
Mekanisme Gagal Ginjal karena NSAID (2/2)

Obat Nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) menurunkan produksi vasodilator


prostaglandin pada medula ginjal dengan menghambat siklooksigenase (COX).
Ketika aliran darah ginjal terganggu, prostaglandin mempertahankan GFR dengan
menginduksi dilatasi arteriol aferen. Pasien dengan insufisiensi ginjal, penurunan
volume darah, atau penyakit hati lanjut yang meminum obat NSAID beresiko mengalami
gagal ginjal akut.
Mekanisme Kerusakan Ginjal oleh ACE-Inhibitor

- Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor merupakan obat antihipertensi yang juga
memiliki pengaruh terhadap hemodinamik ginjal yang dapat mengurangi tekanan hidrolik
glomerulus (Nosrati, et.al, 1997).

- ACE inhibitor dapat menurunkan hipertensi glomerular dan proteinuria dengan memodifikasi
tekanan kapiler dan glomerular permselectivity (Yi, et.al, 2006).

- Penggunaan ACEi menyebabkan penurunan Glomerulus Filtrate Rate (GFR) dan


menyebabkan hypoxia pada sel ginjal. Sebagai kompensasinya terjadi kenaikan tekanan
intra glomerular sehingga terjadi Hipertensi glomerulus yang menyebabkan kerusakan
peritubular kapiler pada ginjal sehingga menyebabkan kerusakan pada ginjal (Brown, et.
Al.,2003).
SOAP
Objektif

Na+ : 139 mmol/L


Subjektif K+ : 7,0 mmol/L
Nama Pasien : MM Urea : 29,5 mmol/L
Umur : 69 tahun Kreatinin : 270 micromol/L
BB : 69 kg Bikarbonat : 17 mmol/L
TB : 170 cm Fosfat : 1,7 mmol/L
Gejala yang dirasakan : Konstanta Kalsium : 2,6 mmol/L
-Nyeri sendi di bagian kaki (diduga karena pH : 7,25
asam urat)
Glukosa : 10,8 mmol/L
-Muka pucat, lesu, sesak napas
Output urin 24 jam : 400 ml
SOAP
- Assessement

Parameter Normal Pada pasien Keterangan Interpretasi

Natrium 135-150 mmol/L 139 mmol/L Normal -

Kalium 3.5-5.2 mmol/L 7 mmol/L Tinggi Hiperkalemia

Urea 3.2-6.6 mmol/L 29.5 mmol/L Tinggi Hiperurisemia

Kreatinin 60-110 micromol/L 270 micromol/L Tinggi

Bikarbonat 22-31 mmol/L 17 mmol/L Rendah


Parameter Normal Pada pasien Keterangan Interpretasi

Fosfat 0.9-1.5 mmol/L 1.7 mmol/L Tinggi Hiperfosfatemia

Konstanta kalsium 2.2-2.5 mmol/L 2.6 mmol/L Tinggi Hiperkalsemia

pH 7.36-7.44 7.25 Rendah Asidosis

Glukosa 2 Jam setelah 10.8 mmol/L Tinggi Diabetes mellitus


makan : < 180
mg/dL = <9.99
mmol/L
Puasa : <100
mg/dL = <5.55
mmol/L

Output urin 24 jam <1500ml/hari 400 mL Rendah Oliguria


- Planning

TERAPI FARMAKOLOGI

Terapi yang sedang digunakan


pasien :
–Indometasin 50 mg, 3 kali sehari
–Ranitidin 150 mg, 2 kali sehari
–Bendroflumethiazide 5 mg Terapi yang dihentikan :
–Ramipril 2,5 mg
Indometasin (NSAID) dan Ramipril (ACE I)
–Gliclazide 40 mg
( Harty, 2014 )
Alasan Obat Dihentikan :

1. Indometasin menurunkan produksi urin karena menyebabkan vasokontriksi aferen arteriol (Ruilope,
1986). NSAID menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Medscape, 2014).

Resiko NSAID memperparah AKI:


● Hipertensi, arterosclerosis, dan penuaan.
● Mempersempit renal arteriol
● Penyakit prerenal atau ketidakmampuan ginjal
● Dilatasi aferen renal turun
● Pengurangan volume darah
● Menurunkan tekanan arteriol aferen dan strimulasi sekresi angiotensin
● Penggunaan ARB dan ACE inhibitor
● Mencegah penekanan dari eferen arteriol
● Penggunaan triple whammy
● Diuretik menyebabkan penurunan volume (Medsafe, 2013).
2. Ramipril
Ramipril adalah jenis obat yang disebut ACE (angiotensin converting
enzyme) inhibitors yang bekerja dengan cara mengendurkan
pembuluh darah. Hal ini membantu mengecilkan tekanan darah. Tetapi
memiliki efek gangguan electrolyte (hiperkalemia, hiponatremia)
dan gangguan darah.
Obat yang diberikan pada pasien :

- Penatalaksanaan Oliguria

Penggunaan Bendroflumethiazide digantikan dengan Furosemide.

- Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penggunaan Glicazide digantikan dengan Insulin.

- Penatalaksanaan Hipertensi

Dilakukan dialisis dan dilanjutkan dengan penggunaan obat anti hipertensi golongan diuretik.

- Mengurangi pendarahan GI

Digunakan Ranitidin.
Guideline
Pengobatan
Hipertensi

( Adrian dan Tommy. 2019 )

Adrian,Steven Johanes., dan Tommy. 2019


( Adrian dan Tommy. 2019 )
( Adrian dan Tommy. 2019 )
( Adrian dan Tommy. 2019 )
Bumetanide Furosemide Torsemide

● Kram otot ● Diare, sembelit, nyeri perut ● Rendahnya tingkat natrium


● Kelemahan ● Pusing, sensasi berputar atau kalium dalam darah
● Kelelahan ● Gatal atau ruam ringan ● Sakit kepala, pusing,
● Kebingungan pingsan, merasa lemah,
● Pusing mengantuk, merasa
● Pingsan bingung, hilang nafsu
● Mengantuk makan atau keram.
● Mulut kering/haus ● Masalah dengan sirkulasi
● Mual darah atau bekuan darah
● Muntah (kondisi ini hanya terlihat
● Denyut jantung cepat/ tidak sesekali)
teratur ● Berkurangnya jumlah sel
● penurunan yang tidak biasa darah merah atau putih atau
dalam jumlah urin mungkin trombosit dalam darah Anda
tanda-tanda dehidrasi berat. ● Hal ini dapat membuat Anda
merasa lelah, mengalami
infeksi lebih mudah, atau
lebih mudah memar
Hemodialisis
- Hemodialisis dilakukan untuk mengurangi kelebihan cairan, toksin uremik, dan
menjaga keseimbangan elektrolit.
- Hemodialisis dilakukan untuk menghilangkan toksin di dalam tubuh.
- Pada penderita gagal ginjal akut, dilakuan sementara sampai fungsi ginjal membaik
(dapat dilihat dari GFR).
- Setelah fungsi ginjal membaik, terapi hemodialisis dihentikan dan digantikan
dengan terapi untuk anti hipertensi golongan lain.

(Vadakedath and Kandi, 2017)


Furosemide
Untuk mengurangi cairan berlebih dalam tubuh (edema) yang disebabkan oleh kondisi seperti
gagal jantung, penyakit hati, dan ginjal, mengobati tekanan darah tinggi, membantu membuang
air dan garam yang berlebihan dalam tubuh, menurunkan kadar kalsium yang tinggi dalam darah
(hiperkalsemia).

Dosis : 20 to 80 mg Dosis Untuk Bapak : 500 mg

Lebih cepat dari 6 hingga 8 jam setelah dosis sebelumnya sampai efek diuretik yang diinginkan
telah diperoleh.

Dosis pemeliharaan: Berikan dosis yang memberikan efek diuretik yang diinginkan sekali atau
dua kali sehari (mis., Pukul 8 pagi dan 2 siang).

Dosis maksimum: 600 mg / hari pada pasien dengan keadaan edematosa yang parah secara
klinis
Insulin
Aktivitas utama insulin adalah regulasi metabolisme glukosa. Insulin mempromosikan
pengambilan glukosa dan asam amino ke jaringan otot dan adiposa, dan jaringan lain kecuali otak dan
hati. juga memiliki peran anabolik dalam merangsang glikogen, asam lemak, dan sintesis protein
(Arifin, 2012).
Intermediate acting insulin
Efek samping : udema sementara, rekasi lokal dan hipertropi lemak pada daerah injeksi,
kelebihan dosis menyebabkan hipoglikemia

Dosis : 100 UI/mL 2-3x sehari sebelum makan

(Pionas, 2015)
Pioglitazone
Indikasi: diabetes mellitus tipe 2

Peringatan: retensi cairan, gagal jantung, peningkatan berat badan, udem, pantau fungsi hati, hentikan jika terjadi ikterus, pantau nilai
hemoglobin dan hematokrit, hipoglikemia, fraktur pada penggunaan jangka panjang, wanita hamil dan menyusui.

Interaksi:
hipoglikemia dapat terjadi dengan pemberian bersamaan sulfonilurea, penghambat CYP2C8 (seperti gemfibrozil) dapat meningkatkan
kadar pioglitazon dalam darah, dan penginduksi CYP2C8 (seperti rifampisin) dapat menurunkan kadar pioglitazon dalam darah.

Kontraindikasi:
hipersensitivitas, gagal jantung atau memiliki riwayat gagal jantung, kerusakan hati, ketoasidosis diabetik, kanker kandung kemih atau
riwayat kanker kandung kemih, penggunaan bersama insulin.

Efek Samping: Gangguan saluran cerna, peningkatan BB, edema, anemia, sakit kepala, gangguan penglihatan, dll.

Dosis: 15-45mg/hari → digunakan dosis 15 mg/hari (tabelet actos 15 mg)

Pemberian: tidak bergantung jadwal makan

(PIONAS, 2015)
Ranitidin
Ranitidin digunakan untuk mengurangi terjadinya pendarahan GI akibat gagal ginjal akut.

Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, refluks esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat AINS,
tukak duodenum karena H.pylori, sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.

Kontraindikasi : penderita yang diketahui hipersensitif terhadap ranitidin.

Efek samping : diare dan gangguan saluran cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang,
kerusakan hati), sakit kepala, pusing, ruam dan rasa letih.

Dosis : Injeksi intravena lambat: 50 mg diencerkan sampai 20 mL dan diberikan selama tidak kurang dari 2
menit; dapat diulang setiap 6-8 jam.

(Pionas, 2015)
TERAPI NONFARMAKOLOGI

•Pembatasan asupan protein dan kalium. Asupan karbohidrat tinggi akan mencegah
metabolisme protein dan mengurangi pembentukan zat-zat sisa bernitrogen (Corwin,
2000).

•Hindari merokok dan meminum alkohol (WebMD, 2018).

•Jika ekskresi cairan meningkat, maka naikan asupan cairan yang optimal sebanyak 2
liter/hari (Mueller, 2005).
Brady dan Brenner, 2005.
Monitoring Pasien

- Monitoring keadaan fisik pasien - Monitoring volume urin


(Tekanan Darah, Berat badan, - Investigasi terhadap obat yang
Suhu Tubuh) menyebabkan Gagal Ginjal Akut, jika
- Melakukan monitoring terhadap ada maka harus dihentikan.
Kadar kreatinin klirens, BUN,
Kalium, dan Natrium dalam darah. (Nash,et.al, 2002;Sinto Nainngolan,2010)
Daftar Pustaka
adakedath, S., Kandi, V. 2017. Dialysis: A Review of the Mechanisms Underlying Complications in the Management of Chronic Renal
Failure. Cureus. 9(8).

Adrian,Steven Johanes., dan Tommy. 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada Dewasa. CDK-274/ vol. 46 no. 3

Brown,et al. 2003. Evaluation of the effects of inhibition of angiotensin converting enzyme with enalapril with induced chronic
renal insuffiency.Am J Vet.
Kenward, R., dan Tan, C.K, 2003, Penggunaan Obat Pada Gangguan Ginjal, dalam Aslam Farmasi Klinis: Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien 2003, 140-153, PT. Elex Media KomputindoGramedia, Jakarta.

Medsafe. 2013. NSAIDs and Acute Kidney Injury. Prescriber Update Vol 34(2):14–15. Tersedia online di
http://medsafe.govt.nz/profs/PUArticles/June2013NSAIDS.htm.

Nash K, Hafeez A, Hou S: 2002; Hospital-acquired renal insufficiency. American Journal of Kidney Diseases 39:930-936.

Nosrati SM, Khwaja S, El-Shawawi M, Massry SG. 1997. Effect of angiotensin converting enzyme inhibition by perindopril on
proteinuria of primary renal disease. Am J Nephrol. 17:511-7

Pionas 2015. Harty,John. 2014. Prevention and Management of Acute Kidney Injury. Ulster Med J. 2014 Sep; 83(3): 149–157.
PIONAS. 2015. Humulin N. Tersedia Online di http://pionas.pom.go.id/obat/humulin-n . [Diakses pada tanggal 14 Mei 2019]
PIONAS. 2015. Pioglitazon. Tersedia Online di http://pionas.pom.go.id/monografi/pioglitazon . [Diakses Pada Tanggal 14 Mei 2019]
Pionas. 2015. Ranitidin. Diakses di http://pionas.pom.go.id/monografi/ranitidin [tanggal 12 Mei 2019 pukul 21.37 WIB]

Ruilope, M et al. 1986. Effects of Long-term Treatment withIndomethacin on Renal Function. Journal of The American Heart
Association 8 (8) 1986 : 677-684.
Sinto, R. dan Nainngolan, G. Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan Tata Laksana. 2010. Maj Kedokt Indon. Vol 60 (2).
Yi Z, Li Z, Wu XC, He QN, Dang XQ, He XJ. 2006. Effect of fosinopril in children with steroid-resistant idiopathic
nephrotic syndrome. Pediatr Nephrol.;21:967-72.
Zahra, A. P. dan Carolia, N. 2017. Obat Anti-inflamasi Non-steroid (OAINS): Gastroprotektif vs Kardiotoksik. Majority. Vol. 6 (3) : 153 –
158.

Anda mungkin juga menyukai