Anda di halaman 1dari 15

FARMASI KLINIS

“KASUS 1”
Oleh:

Nama : Ririn Ryanti Kotten


NIM : 194111095
Kelas : Farmasi C/VI
KASUS
Tn X usia 58 tahun datang ke klinik untuk melakukan Hasil Laboratorium :
kontrol rutin, pasien merasa telah memperhatikan Na 139 mEq/L (139 mmol/L)
dietnya dengan baik, menurunkan berat badan dan K+ 3,9 mEq/L (3,9 mmol/L)
berupaya mengontrol kadar gula darahnra. TB 185 cm; Cl- 101 mEq/L (101 mmol/L)
BB 97,7 Kg  CO2 25 mEq/L (25 mmol/L)
BUN 28 mg/dL (10,0 mmol/L)
Riwayat penyakit : DM sejak 3 tahun yang lalu, HT SCr 1,8 mg/dL (159 mol/L)
sejak 10 tahun yang lalu Glukosa 102 mg/dL (5,7 mmol/L)
Pekerjaan : Pegawai perusahaan swasta Kolesterol total 187 mg/dL (4,84 mmol/L)
Riwayat kebiasaan : merokok (-); minum alkohol 2-3x LDL-C 120 mg/dL (3,10 mmol/L)
dalam seminggu; narkoba (-) HDL-C 42 mg/dL (1,09 mmol/L);
Riwayat pengobatan : Hct 25 mg per hari; amlodipin Trigliserida 125 mg/dL (1,41 mmol/L);
10 mg per hari; Glipzide-metformin 5mg/500mg HbA1c 6,9%
dua kali sehari Mikroalbumin urin 150 mg/dL (1,5 g/L)

Tanda-Tanda Vital :
TD 168/102 mm Hg; Nadi 85x/menit; T 37,1°C
Tidak ditemukan murmur, paru-paru bersih
Bising usus (+)
Tinja berdarah (-)
Sensitifitas pada daerah kaki menurun, tidak ada luka
di kaki; udem (-)
FAKTOR
RESIKO
Faktor resiko pasien mengalami CKD ada 5 yaitu diabetes, hipertensi, profil lipid,
alkohol dan obesitas

DIABETES
Dibetes menjadi salah satu faktor penyebab CKD karena kadar gula darah yang tinggi pada penderita DM
tidak terkontrol dengan baik sehingga terjadi kerusakan pada pembuluh darah halus di ginjal. Kerusakan
pembuluh darah menimbulkan kerusakan glomerulus yang berfungsi sebagai penyaring darah. Tingginya
kadar gula dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah sehingga fungsinyapun terganggu. Dalam
keadaan normal protein tidak tersaring dan tidak melewati glomerolus karena ukuran protein yang besar
tidak dapat melewati lubang-lubang glomerulus yang kecil. Namun, karena kerusakan glomerolus, protein
(albumin) dapat melewati glomerolus sehingga dapat ditemukan dalam urin yang disebut dengan
mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria didefinisikan sebagai ekskresi albumin lebih dari 30 mg per hari, jika
tidak terkontrol akan berkembang menjadi proteinuria secara klinis dan berlanjut dengan penurunan fungsi
laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal

Sumber : Janis Rivandi , Ade Yonata.2015. Jurnal Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal
Ginjal Kronik. Universitas lampung
3
HIPERTENSI
Hipertensi merupakan salah satu penyebab CKD melalui suatu proses yang
mengakibatkan hilangnya sejumlah besar nefron fungsional yang progresif dan irreversible.
Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik pada arteriol dan glomeruli diyakini dapat
menyebabkan sklerosis pada pembuluh darah glomeruli atau yang sering disebut degan
glomerulosklerosis. Penurunan jumlah nefron akan menyebabkan proses adaptif, yaitu
meningkatnya aliran darah, peningkatan LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan peningkatan
keluaran urin di dalam nefron yang masih bertahan. Proses ini melibatkan hipertrofi dan
vasodilatasi nefron serta perubahan fungsional yang menurunkan tahanan vaskular dan
reabsorbsi tubulus di dalam nefron yang masih bertahan. Perubahan fungsi ginjal dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada nefron yang ada. Lesi-
lesi sklerotik yang terbentuk semakin banyak sehingga dapat menimbulkan obliterasi
glomerulus, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal lebih lanjut, dan menimbulkan
lingkaran setan yang berkembang secara lambat yang berakhir sebagai penyakit Gagal
Ginjal Terminal.

Sumber : Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta
4
PROFIL
LIPID

Kadar kolesterol dan trigliserida plasma yang tinggi berperan menimbulkan


aterosklerosis. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar organ menyebabkan hipoksia
dan cedera jaringan, serta merangsang reaksi peradangan pada dinding pembuluh
darah sehingga terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh darah.
Konsekuensi adanya aterosklerosis ini adalah penyempitan lumen pembuluh darah
dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai
darah ke ginjal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan proses filtrasi di glomerulus
dan penurunan fungsi ginjal.

(Sumber: Auliah ummy.2017.Peningkatan kadar profil lipid dan kadar kreatinin pada
penderita nefropati diabetik)

5
ALKOHOL

Ketika seseorang mengonsumsi banyak alkohol, maka ginjal harus bekerja lebih
keras untuk menyaringnya dan membersihkan sistem tubuh. Konsumsi alkohol
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gagal ginjal.

Sumber: (Hariyanto, totok.2012.hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan


gagal gingal)

Kurang lebih 90% alkohol yang masuk menghadapi proses metabolisme oleh tubuh
yaitu di hati menjadi asetaldhida, sisanya diekskresikan lewat ginjal termasuk
metabolitnya. Dari reaksi kimia tersebut membentuk nefrotoksin kuat yang kemudian
menyebabkan gangguan fungsi dan nekrosis atau kematian sel pada sel tubulus
proksimal sehingga terjadi kerusakan langsung pada ginjal. (Purbayanti, 2018)

6
OBESITAS

Orang dengan obesitas mengalami peningkatan reabsorpsi natrium pada tubulus


kontortus proksimal dan tidak dapat dengan cepat meningkatkan ekskresi natrium.
Peningkatan reabsorpsi garam di tubulus kontortus proksimal menyebabkan
berkurangnya pengiriman natrium ke makula densa dan karena itu menyebabkan
vasodilatasi aferen dan peningkatan sintesis renin (Zoccali, 2010).

7
TANDA DAN GEJALA
 Nilai mikroalbumin
Pada pasien nilai Mikroalbumin urinnya adalah 150 mg/dL
(1,5 g/L), sedangkan kadar normal mikroalbumin adalah
<30 mg/24 jam sehingga dapat disimpulkan bahwa
mikroalbumin pasien lebih dari normal.
 Nilai BUN
Pada pasien nilai BUNnya adalah 28 mg/dL (10,0 mmol/L)
sedangkan nilai normal BUN adalah 4,8-23 mg/dL.
 Nilai Scr
Pada pasien nilai SCrnya adalah 1,8 mg/dL (159 mol/L)
sedangkan nilai normal SCr pada pria yaitu 0,7-1,3 mg/dL,
Dimana pada data pasien diatas
menandakan bahwa adanya tanda
kerusakan ginjal awal.

9
CARA MENGKLASIFIKASI CKD

Salah satu cara untuk menilai penurunan fungsi ginjal yakni dengan menghitung laju
GFR dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus cockcroft-gault.

Didapatkan hasil bahwa pasien temasuk dalam stage 2


Didapatkan nilai GFR pasien 61,81. ini artinya Tn.X masuk dalam stage 2 (nilai
GFRnya 60-89) dan pasien mengalami penurunan fungsi ginjal. (Dipiro)

1
0
REKOMENDASI PERBAIKAN LIFE STLYE

1. Olahraga yang rutin


2. Diet yaitu, mengurangi konsumsi garam,
protein, lemak dan karbohidrat
3. Menghentikan alkohol
4. Melakukan pemeriksaaan kadar glokosa
dan tekanan
darah secara berkala.
TERAPI ALTERNATIF

 Untuk pengendalian kadar gula darar sebaiknya dipilih obat yang ekskresinya lewat ginjal lebih
sedikit dibanding lewat empedu. Golongan sulfonylurea (glikuidon) merupakan obat anti
diabetik yang sebagian besar (>95%) dieliminasi lewat empedu. Glimepirid adalah obat anti
diabetes yang tidak/sedikit diekskresi lewat ginjal dan jarang menimbulkan efek hipoglikemi
pada awal pengobatan sehingga dapat diberikan pada Nefropati Diabetik.
 Untuk pengendalian mikroalbumin menggunaan inhibitor enzim pengubah angiotensin
(Angiotensin Converting Enzim atau ACE) dengan contoh obatnya adalah Captopril. Obat ini
menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II, yang mengakibatkan pembuluh
darah Anda melebar. Pelebaran pembuluh darah akan mengurangi ketegangan pada pembuluh
darah dan volume darah dengan kata lain, menurunkan tekanan darah Anda. Inhibitor ACE
terbukti mengurangi kebocoran protein dalam urine seperti mikroalbumin, sehingga
menurunkan kadar mikroalbumin.

1
2
 Untuk pengendalian tekanan darah menggunakan Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) pada pasien dengan atau tanpa hipertensi. Karena Angiotensin II mempunyai
efek mengganggu sekresi insulin dan menurunkan sensitivitas insulin, maka dapat
diterangkan bahwa blokade RAS mempunyai efek anti diabetogenik.14,19ACE-I
dan ARB dikenal mempunyai efek antiproteinuri maupun renoproteksi yang baik.
Efek antiproteinuri ACE-I antara lain : menurunkan tekanan sistemik, menurunkan
permeabilitas glomerulus, menurunkan volume mesangeal, menurunkan komponen
matrix ekstraseluler, dan menurunkan filtrasi protein melalui membran basal
glomerulus.ARB mempunyai efek yang mirip dengan ACE-I, keduanya
menghambat efek angiotensin II. Penelitian RENAL dan IDNT membuktikan
manfaat ARB dalam menghambat progresifitas DM tipe 2,

1
3
 Pengendalian profil lipid. Obat penurun lipid Statin, suatu HMG-CoA reductase
inhibitor , mempunyai potensi inhibitor biosintesa kolesterol. Statin memperbaiki
stabilitas plaque dan glomerulus, mencegah angiogenesis pada glomerulus,
memperbaiki disfungsi endotel, sebagai anti oksidan dan anti inflamasi pada
glomerulus dan dinding arteri.

(Sumber: Auliah ummy.2017.Peningkatan kadar profil lipid dan kadar kreatinin pada
penderita nefropati diabetik)

1
4
THANKS

1
5

Anda mungkin juga menyukai