Anda di halaman 1dari 9

UJIAN GIZI DAN DEGENERATIF

TAKE HOME
Nama : Auliya Rahmah
NPM : 2019710097
Kelas :B
1. Jelaskan mengapa pada penderita gagal ginjal kronik harus dibatasi asupan kalium dan
apa yang akan terjadi jika terjadi kelebihan kalium?
Jawab :
Pasien yang menderita gagal ginjal kronik diberikan diet rendah kalium karena pada
pasien gagal ginjal biasanya mengalami hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi
atau konsentrasinya lebih dari 5 mEq/L darah) yang berkaitan dengan oliguri
(berkurangnya volume urin) atau keadaan metabolik dan obat-obatan yang mengandung
kalium. Pembatasan kalium pada pasien gagal ginjal sangat diperlukan untuk mengontrol
eksresi kalium karena adanya gangguan pada fungsi ginjal yang mengakibatkan
hiperkalemia. Asupan kalium diberikan 1560-2730 mg/hari.

2. Jelaskan klasifikasi gagal ginjal dan stadium/stage pada gagal ginjal kronik?
Jawab :
Pada stadium awal, umumnya pasien gagal ginjal kronik belum menimbulkan gejala
dan tanda, bahkan hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik
(kondisi dimana seseorang positif penyakit tertentu namun tidak bergejala) akan tetapi
sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Kelainan secara klinis dan
laboratorium baru terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus
sebesar 30%, keluhan seperti badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan
berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia
yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30%.
Berikut merupakan macam-macam stadium dari gagal ginjal kronik :
a. Stadium 1
Kerusakan pada ginjal dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang normal atau di atas
≥ 90 mL/min/ 1.73 m². Selain itu, pada stadium ini, ginjal masih bekerja secara
normal dan belum terlihat tanda-tanda serta gejalanya.
b. Stadium 2
Kerusakan pada ginjal dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang ringan
60-89 mL/min/ 1.73 m² dan umumnya fungsi ginjal sudah sedikit menurun namun
belum terasa perubahannya.
c. Stadium 3
Penurunan pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang sedang 30-59 mL/min/ 1.73 m².
Pada stadium ini, penyaringan zat-zat sisa dari dalam tubuh sudah mulai tidak efektif
sehingga menimbulkan beragam keluhan.
d. Stadium 4
Penurunan pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang parah 15-29 mL/min/ 1.73 m²
dan fungsi ginjal sudah sangat menurun.
e. Stadium 5
Seseorang mengalami gagal ginjal kronis apabila GFR anda kurang dari <15 mL/min/
1.73 m². Selain itu, di pada stadium ini, ginjal hampir tidak berfungsi sehingga zat-zat
sisa dan cairan yang berlebih menumpuk di dalam tubuh.
3. Jelaskan perubahan metabolisme apa saja yang terjadi pada gagal ginjal kronik?
Jawab :
1. Gangguan keseimbangan asam-basa
Keseimbangan asam-basa pada pasien gagal ginjal kronik atau PGK
menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis metabolik terdapat pada pasien PGK
dengan penurunan LFG kurang dari 25% nilai normal. Asidosis metabolik
meningkatkan keasaman darah secara berlebihan yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah. Pada penyakit PGK terjadi gangguan ekskresi ion
hidrogen, gangguan reabsorbsi bikarbonat oleh ginjal atau keduanya. Gangguan
reabsorbsi bikarbonat pada tubulus ginjal akan meningkatkan ekskresi bikarbonat dari
urin dan terjadi penurunan LFG sehingga ekskresi fosfat dan NH4 menurun sehingga
mengurangi jumlah bikarbonat dalam darah.
2. Gangguan metabolisme protein
Gangguan metabolisme yang sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal
kronik yaitu malnutrisi uremia meliputi hilangnya cadangan protein tubuh, ditandai
dengan penurunan massa lemak bebas serta penurunan protein viseral seperti
albumin, pre-albumin dan transferin. Malnutrisi uremia terjadi pada 20-50% pasien
gagal ginjal kronik dengan dialisis. Malnutrisi uremia meningkatkan risiko rawat inap
dan kematian, khususnya pasien gagal ginjal kronik pada stadium 5.
Penyebab malnutrisi uremia antara lain kurangnya asupan zat gizi serta gangguan
metabolik dan hormonal, hal ini juga di dasari karena pada umumnya pasien dengan
gangguan gagal ginjal menyebabkan anoreksia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa uremia menyebabkan nafsu makan berkurang. Disisi lain, diet rendah
protein yang dijalani oleh pasien gagal ginjal kronik, khususnya gagal ginjal kronik,
menyebabkan ketoasidosis.
3. Gangguan metabolisme karbohidrat
Pasien PGK stadium 5 dengan hemodialisis mengalami keadaan uremia yang
dapat menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat berupa gangguan sekresi dan
sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin sehingga memperburuk kadar glukosa
darah. Beragam faktor termasuk uremia diperkirakan dapat meningkatkan resistensi
insulin menyebabkan glukogenesis di hati. Selain itu, pasien PGK yang menjalani
dialisis sering mengalami hipoglikemia dan hiperglikemia saat proses dialisis sebagai
akibat dari fluktuasi glukosa. Oleh karena itu diperlukan pemantauan kadar glukosa
secara berkala.
4. Gangguan metabolisme lipid
Gangguan metabolisme lipid pada pasien PGK dengan dialisis adalah
dislipidemia dengan ciri khas hipertrigliseridemia dan tingginya kadar HDL.
Peningkatan trigliserida dapat disebabkan oleh oleh penurunan aktivitas lopoprotein
lipase, resistensi insulin dan pemberian heparin berulang. Resistensi insulin pada
PGK peningkatan produksi very low density lipoprotein sehingga terjadi
hipertrigliseridemia. Selain itu, pemberian heparin lipoprotein lipase terlepas dari
permukaan endotel sehingga dalam jangka panjang, pasien PGK mengalami deplesi
lipoprotein dan gangguan pemecahan trigliserida.
4. Jelaskan mengapa penderita gagal ginjal kronik disarankan mengutamakan protein
hewani dibandingkan nabati?
Jawab :
Protein hewani lebih baik dan amat disarankan untuk dikonsumsi dibandingkan
protein nabati. Hal ini karena protein nabati seperti tempe dan kacang-kacangan
menghasilkan sisa pengolahan seperti sampah dan limbah jauh lebih banyak daripada
protein hewani. Apabila dilakukan perhitungan seberapa banyak protein yang dimakan,
maka protein nabati lah yang paling banyak menghasilkan urea di dalam tubuh meskipun
telah diolah. Kemudian urea akan diolah jadi amonia dan harus dikeluarkan ginjal.
Apabila tidak terolah dengan baik, maka amonia menjadi zat paling gampang masuk ke
otak. Oleh karena itu, penderita gagal ginjal kronik dianjurkan mengonsumsi protein
hewani. Selain itu, komposisi asam amino essensial pada protein hewani lebih lengkap
dan kandungan asam amino yang persis seperti di dalam tubuh serta kualitas proteinnya
lebih tinggi daripada protein nabati.

5. Hubungan status gizi, asupan lemak, natrium, kalium dan kejadian hipertensi
Jawab :
1. Asupan lemak
Lemak memiliki jumlah energi paling besar yaitu 9 kcal. Asam lemak tak jenuh
ganda merupakan precursor prostaglandin yang fungsinya mempengaruhi eksresi
natrium ginjal dan merelaksasi otot pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi
lancer dan dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, lemak tak jenuh berganda
mengonversi ke prostaglandin sehingga mengurangi tekanan darah dengan
vasodilatasi arteri, keseimbangan elektrolit dan proses pelepasan hormone renin,
dimana fungsi enzim renin adalah mengontrol kadar sodium serta menstabilkan
tekanan darah.
2. Natrium
Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Hal ini terjadi karena peningkatan eksreksi
kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan normal. Konsumsi natrium berlebih
menyebabkan komposisi didalam cairan ekstraseluler meningkat untuk menormalkan
kembali cairan intraseluer harus ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Peningkatan cairan esktraseluler dapat meningkatkan volume darah
meningkat.
3. Kalium
Kalium dapat menyebabkan turunanny tekanan darah sistolik dan diastolik.
Berikut merupakan mekanisme kalium sehingga dapat menurunkan tekanan darah :
1. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi sehingga
menurunkan retensi perifer total dan meningkatkan ouput jantung.
2. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan khasiat diuretika ( membuang
kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine)
3. Kalium dapat mengubah aktivitas sisem renisn angiotensin.
4. Kalium dapat mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan
darah
5. Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler sehingga banyak
konsumsi akan meningkatkan konsentrasi didalam cairan intraseluler sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan
darah.

6. Jelaskan peran antioksidan dalam mencegah komplikasi diabetes mellitus?


Jawab :
Penderita diabetes melitus justru memiliki kadar antioksidan yang lebih rendah
dibandingkan orang normal. Menjaga kadar gula dalam darah saja ternyata tidak cukup
untuk mencegah komplikasi diabetes melitus oleh karena itu diperlukan pemberian
antioksidan. Pemberian antioksidan dapat menghambat produksi radikal bebas
intraseluler atau meningkatkan kemampuan enzim pertahanan terhadap radikal bebas
guna mencegah munculnya stres oksidatif dan komplikasi vaskular terkait diabetes serta
dapat menurunkan kadar gula darah berlebih. Selain itu antioksidan melindungi sel-sel
dari pengaruh buruk yang akan memperkecil risiko komplikasi diabetes melitus. Oleh
karena itu, penderita diabetes melitus sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
yang mengandung antioksidan dalam jumlah yang cukup untuk mencegah komplikasi.

7. Jelaskan perbedaan antara diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 ?


Jawab :
1. Diabetes Melitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe I atau sering juga disebut dengan diabetes pada anak,
dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau langerhans pankreas,
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh (Maulana, 2009). Pada diabetes
melitus tipe I, pankreas kurang atau tidak memproduksi insulin, karena terjadi
masalah gentik, virus atau autoimun. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh faktor
genetika, faktor imunologik, dan faktor lingkungan (Hasdiasnah, 2012). Diabetes
mellitus tipe I biasanya terjadi pada orang yang usianya lebih muda, meskipun dapat
juga terjadi pada orang dewasa. Pada kondisi seperti ini, penderita akan selalu
memerlukan suntikan insulin ke tubuhnya. Satu dari sepuluh orang penderita diabetes
mengalami diabetes jenis ini atau disebut dengan diabetes ketergantungan insulin
(Fox and Kilvert, 2010).
Kebanyakan penderita diabetes tipe I memiliki kesehatan dan berat badan yang baik
saat penyakit ini mulai diderita. Sampai saat ini, diabetes tipe I tidak dapat dicegah.
Obat dan olahraga tidak dapat menyembuhkan atau mencegah diabetes tipe I
(Maulana, 2009).
2. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes tipe II terjadi karena kombinasi kecacatan dalam produksi insulin dan
resistensi terhadap insuliun atau berkurangnya sesitivitas terhadap insulin (adanya
defekasi respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan resseptor insulin. Hal
yang utama terjadi pada tahap awal abnormalitas adalah berkurangnya sensitivitas
terhadap insulin, sehingga kadar insulin dalam darah meningkat. Untuk mengatasai
tahap ini, hiperglikemia dapat diobati dengan berbagai cara, dengan obat anti diabetes
yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin ataupun dengan mengurangi
produksi gula dalam hepar. Namun, jika kondisi semakin parah dibutuhkan terapi
dengan insulin (Maulana, 2009).
8. Jelaskan peran obesitas dalam menyebabkan diabetes melitus tipe 2!
Jawab :
Obesitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian DM tipe II.
Berdasarkan penelitian oleh (Prasetyani, 2017) menyatakan bahwa kelompok obesitas
berisiko 5,4 kali mengalami DM tipe 2, semakin besar IMT maka semakin besar pula
risiko terkena DM tipe 2. Orang yang tidak mengalami obesitas tetapi menderita DM tipe
2, hal ini dikarenakan oleh faktor keturunan atau genetik. Sedangkan orang yang
mengalami obesitas dengan IMT tinggi dan menderita DM tipe 2 ini disebabkan oleh
pola hidup yang tidak sehat.
Pola hidup memengaruhi kadar gula dalam darah serta indeks massa tubuh seseorang.
Semakin sering seseorang mengonsumsi makanan yang tinggi protein, lemak dan
karbohidrat serta aktivitas fisik yang kurang, seperti olahraga yang rutin, maka semakin
tinggi pula kadar gula darah dan indeks massa tubuh seseorang. Hal ini akan
menyebabkan meningkatnya asam lemak dalam sel. Dimana peningkatan asam lemak ini
akan menurunkan translokasi glukosa ke membran plasma sehingga akan terjadi
resistensi insulin pada adiposa dan jaringan otot.
Orang orang yang mengalami kelebihan berat badan, maka kadar leptin dalam tubuh
akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan. Leptin itu sendiri adalah
hormon yang berhubungan dengan gen obesitas. Peran leptin terhadap resistensi insulin
yaitu menghambat fosforilasi insulin, dimana insulin memiliki peran yang sangat penting
terutama bagi penderita obesitas, yaitu meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan
mengatur metabolisme karbohidrat. Oleh karena itu, apabila fosforilasi insulin terhambat
maka akibatnya ambilan glukosa terhambat dan terjadi penumpukan dan peningkatan
kadar gula dalam darah.

9. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis diet dalam sindrom metabolik?


Jawab :
1. Diet mediterania
Diet mediterania adalah pola makan nabati yang ditandai dengan asupan tinggi
sayuran termasuk sayuran berdaun hijau, buah-buahan, sereal gandum, kacang-
kacangan, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan minyak zaitun extra virgin (cold
pressed) (EVOO) sebagai sumber utama lemak. Selain itu, resep klasik dibumbui
dengan saus seperti Sofrito yang bahan utamanya adalah minyak zaitun, tomat,
bawang putih, bawang merah atau daun bawang, kaya akan senyawa fenolik dan
karotenoid, seperti naringenin, hidroksi-tirosil, likopen dan karoten. Asupan alkohol
moderat dari minuman beralkohol fermentasi seperti anggur merah, terutama saat
makan, juga merupakan karakteristik diet mediterania yang juga terdiri dari asupan
ikan dan unggas rendah hingga sedang, dan konsumsi rendah daging merah, mentega,
permen, kue kering dan makanan lunak dan minuman.
Diet mediterania tradisional adalah pola diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
(CH) yang menyediakan 35-45% dari total asupan energi harian dari lemak, sekitar
15% dari protein, dan 40-45% energi dari CH. Asam oleat adalah komponen utama
EVOO atau ekstraksi dari buah zaitun dan banyak penelitian telah mengaitkan asupan
lemak tak jenuh tunggal atau MUFA dengan perbaikan resistensi insulin, salah satu
faktor risiko utama sindrom metabolik, profil lipid darah serta penurunan tingkat
tekanan darah sistolik dan diastolik.
EVOO juga kaya akan polifenol, yang menghadirkan efek anti-inflamasi dan
antioksidan dan berkontribusi untuk meningkatkan profil lipid dan fungsi endotel
Selain khasiat yang bermanfaat efek dari lemak tak jenuh, seluruh pola diet yang
ditandai dengan asupan buah dan sayuran yang tinggi bersama dengan konsumsi
anggur merah yang moderat menyediakan komponen nutrisi yang luas, seperti
vitamin antioksidan (vitamin C, E dan -karoten), fitokimia (seperti polifenol), folat
dan mineral, yang dapat yang menguntungkan tubuh. Resep MedDiet dapat
digunakan sebagai terapi yang mungkin untuk sindrom metabolik karena mencegah
kelebihan adipositas dan respons inflamasi terkait obesitas
2. Diet DASH
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) menjadi strategi yang
menjanjikan untuk pengobatan tekanan darah tinggi. Pola makan ini mempromosikan
sayuran, buah-buahan, biji-bijian, produk susu rendah atau bebas lemak, kacang-
kacangan dan asupan kacang-kacangan. Diet DASH dicirikan oleh kandungan rendah
lemak (27% asupan kalori harian dari lemak), terutama lemak jenuh (6% energi) dan
makanan kolesterol (kira-kira 150 mg/hari), dan pengurangan kandungan natrium
(dari 1500 menjadi 2300 mg/hari), tetapi kaya akan serat (>30 g/hari), kalium,
magnesium dan kalsium dibandingkan dengan pola diet lainnyabatasi asupan daging
merah dan olahan dan minuman manis.
Bukti epidemiologis menunjukkan hubungan antara kepatuhan yang lebih tinggi
terhadap diet DASH dan profil kardiometabolik yang lebih baik menurunkan risiko
Penyakit kardiovaskuler. Selain itu adaptasi diet DASH terhadap kebutuhan glukosa
diabetes tipe 1 (pengurangan CH sekitar 10% dan peningkatan kandungan lemak
15%) menghasilkan kontrol glukosa yang lebih baik dan meningkatkan kualitas
keseluruhan diet, menunjukkan asupan yang lebih tinggi. buah-buahan, sayuran, serat
dan protein dibandingkan dengan asupan biasa.
Manfaat kesehatan yang terkait dengan diet DASH mungkin karena kualitas dan
distribusi nutrisinya. Diet DASH kaya akan sayuran dan buah-buahan, yang
diterjemahkan menjadi asupan kalium, magnesium, dan serat yang tinggi, dan nutrisi
ini telah terbukti memiliki peran dalam kontrol tekanan darah, metabolisme glukosa,
dan respons insulin. Sayuran dan buah-buahan adalah sumber makanan utama
antioksidan dan polifenol, yang telah dikaitkan dengan kadar glukosa dan insulin
darah yang lebih baik. Potensi kesehatan efek dari diet DASH tergantung pada
kepatuhan pola makan, dengan subjek dengan kepatuhan yang lebih rendah terhadap
diet DASH menunjukkan manfaat yang lebih besar dari intervensi diet DASH dalam
pengendalian tekanan darah dibandingkan mereka dengan kepatuhan yang lebih
tinggi sebelum intervensi diet
3. Diet berbasis tumbuhan
Pola makan nabati mencakup berbagai pola diet, yang ditandai dengan
pengurangan atau pembatasan asupan makanan yang berasal dari hewan dan promosi
asupan makanan sumber nabati, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan,
polong-polongan dan biji-bijian. Pola diet ini dikaitkan dengan penurunan semua
penyebab kematian dan penurunan risiko obesitas, diet T2DM (Diabetes melitus Tipe
II) dan penyakit kardiovaskular. Selain itu risiko kematian akibat penyakit jantung
iskemik yang lebih rendah pada vegetarian dibandingkan dengan non-vegetarian.
Serta Hubungan yang signifikan antara kepatuhan terhadap diet MedDiet dan DASH
dan risiko penyakit kardiovaskular 38% dan 20% lebih rendah, sementara penurunan
28% dalam risiko penyakit jantung koroner diamati setelah penelitian. diet vegetarian.
Berdasarkan penelitian, terjadi perubahan kadar kolesterol total, LDL dan HDL,
secara signifikan berkurang setelah mengikuti diet vegetarian dibandingkan dengan
diet kontrol omnivora. Selain itu, terdapat manfaat kesehatan karena kualitas gizi pola
makan nabati mempromosikan asupan berbagai makanan nabati sambil mengurangi
asupan produk hewani, seperti daging merah dan olahan yang memiliki dikaitkan
dengan risiko lebih tinggi terkena DM Tipe 2 dan penyakit kardiovaskular dan jenis
kanker tertentu. Pola makan nabati yang sehat mempromosikan asupan biji-bijian,
buah-buahan, sayuran, kacangk acangan dan minyak nabati non-terhidrogenasi,
sehingga berkontribusi pada pencegahan CVD, penurunan berat badan dan
pemeliharaan berat badan jangka panjang.
4. Diet rendah karbohidrat
Jenis diet ini menyiratkan pembatasan asupan beberapa makanan ultra-olahan,
biji-bijian olahan, pati dan makanan yang kaya gula sederhana atau tambahan.
Mekanisme yang mendasari manfaat kesehatan yang diamati pada diet rendah CH
adalah penghindaran penyerapan cepat yang terkait dengan beberapa jenis CH, seperti
glukosa dan biji-bijian olahan, yang mengarah pada peningkatan resistensi insulin dan
permintaan insulin. Upaya mengendalikan DM Tipe 2 menggunakan diet ini, didapati
bahwa CH rendah dibandingkan dengan intervensi diet rendah lemak (<30% dari total
energi dari lemak) menunjukkan penurunan berat badan yang lebih tinggi,
hemoglobin glikosilasi (HbA1c), trigliserida dan kadar BP dan peningkatan
konsentrasi HDL-c.
Di antara diet rendah CH, telah dipostulasikan bahwa diet ketogenik CH sangat
rendah memiliki peran terapeutik dalam beberapa PTM, termasuk kelebihan berat
badan dan obesitas, CVD dan sindrom metabolik. Pola diet ketat ini telah
menunjukkan efek protektif untuk obesitas dan CVD dengan mengurangi berat badan
dan meningkatkan profil lipid. Mekanisme aksi yang mendasari efek protektif diet ini
di antaranya, tidak adanya asupan makanan CH menyebabkan penurunan sekresi
insulin, yang diterjemahkan ke dalam penghambatan lipogenesis dan akumulasi
lemak dan peningkatan lipolisis; kenyang dari asupan protein dan efeknya pada
hormon pengontrol nafsu makan, seperti leptin dan ghrelin; modulasi sekresi insulin
dan produksi badan keton yang mungkin mengarah pada perbaikan metabolisme,
terutama dalam pensinyalan insulin.
5. Diet rendah lemak
Diet rendah lemak biasanya mencakup makanan dan produk dengan kandungan
lemak total yang dikurangi, seperti produk susu rendah lemak, bukan produk dan
turunan lemak utuh. Diet rendah lemak dalam intervensi diet berorientasi penurunan
berat badan menunjukkan penurunan risiko kematian dini pada orang dewasa
obesitas. Intervensi diet berdasarkan asupan rendah lemak (sekitar 20% dari total
asupan energi dari lemak) sedikit mengurangi komponen sindrom metabolik atau
MetS, tetapi tidak signifikan memberikan efek pada CVD atau kejadian penyakit
jantung koroner pada wanita pascamenopause dibandingkan dengan diet biasa.
Mengikuti diet rendah lemak tidak terkait dengan prevalensi MetS yang lebih rendah
pada subjek yang lebih tua dengan risiko CVD yang tinggi. Namun, untuk TD dan
lipoprotein darah, diet rendah lemak menunjukkan efek yang menguntungkan karena
dapat manajemen TD sistolik dan diastolik, dan meningkatkan kadar HDL-c dan
LDL-c dalam jangka pendek dibandingkan dengan diet biasa, tetapi efek iniakan
berkurang dalam intervensi jangka Panjang.
6. Diet tinggi protein
Bukti terbaru menunjukkan bahwa pola diet tinggi protein mengarah pada penurunan
berat badan dan perbaikan CVD yang lebih besar daripada diet protein standar (0,8 g
protein/kg berat badan). Diet tinggi protein ditandai dengan 20-30% asupan energi
harian dari protein, yang berarti sekitar 1,34 hingga . 1,5 g protein/kg berat badan.
Protein dan pola diet tinggi CH tidak mempengaruhi terhadap sensitivitas insulin,
sedangkan diet tak jenuh menunjukkan perbaikan sensitivitas insulin, menunjukkan
bahwa penggantian CH oleh lemak tak jenuh, seperti dalam pola Diet Mediterania ,
adalah pendekatan diet alternatif untuk meningkatkan sensitivitas insulin. Mekanisme
yang mendasari manfaat kesehatan potensial dari diet tinggi protein adalah protein
menginduksi rasa kenyang.

10. Upaya preventif apa yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke dan jelaskan
mekanismenya!
Jawab :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dimana pasien belum pernah mengalami stroke yakni
dengan melakukan 3M (Junaidi,2004 dalam Dian Nastiti,2012) :
a. Menghindari : Rokok, stres mental, minum kopi dan alkohol, kegemukan, dan
golongan obat-obatan yang dapat mempengaruhi serebrovaskuler (amfetamin,
kokain dan sejenisnya).
b. Mengurangi : Asupan lemak, kalori, garam, dan kolesterol berlebih.
c. Mengontrol atau mengendalikan : Hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung
dan asterosklerosis, kadar lemak darah, konsumsi makanan seimbang serta
olahraga teratur 3-4 kali seminggu
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan ketika seprang pasien telah mengalami serangan
stroke sebelumnya yakni dengan cara :
a. Mengontrol faktor risiko stroke atau aterosklerosis melalui gaya hidup seperti
mengobati hipertensi, diabetes melitus dan penyakit jantung dengan obat dan diet,
stop merokok dan minum beralkohol, turunkan berat badan dan rajin berolah raga
serta menghindari stress.
b. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin yang dapat mengatasi krisis
sosial dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi baru bagi
pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain.
c. Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke seperti anti
agregasi trombosit dan anti koagulan
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilihat dari 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit yaitu
gaya
hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan (Bustan, 2007 dalan Dian
Nastiti,
2012). Pencegahan tersier dilakukan kepada pasien yang telah menderita stroke dan
mengalami kelumpuhan pada tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat
mengalihkan fungsi anggota badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih
normal, yaitu dengan cara :
a. Gaya hidup : Reduksi stres, exercise sedang, dan berhenti merokok.
b. Lingkungan : Menjaga keamana dan keselamatan (tinggal di rumah lantai
pertama,
menggunakan wheel-chair) dan dukungan penuh keluarga.
c. Biologi : Keptuhan berobat, terapi fisik dan bicara.
d. Pelayanan kesehatan : Emergency medical techmic dan asuransi.

Anda mungkin juga menyukai