Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PRA DIALISIS Syaiful Azmi Sub Bag Ginjal Himpertensi, Bagian Ilmu Penyakit

Dalam FK Unand/ Perjan RS DR. M. Djamil Padang

Pendahuluan Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, karena akan berkembang secara progressive dan irreversible pada suatu saat nanti akan memerlukan terapi pengganti yaitu Dialisis atau Cangkok Ginjal. Apabila ginjal kehilangan sebagian fungsinya oleh sebab apapun, nefron yang masih utuh akan mencoba mempertahankan laju filtrasi glomerulus agar tetap normal. Keadaan ini akan menyebabkan nefron yang tersisa harus bekerja melebihi kapasitasnya, sehingga timbul kerusakan yang akan memperberat penurunan fungsi ginjal . Faktor-faktor lain seperti hipertensi baik sistemik maupun hipertensi glomerulus, asupan protein dan lemak yang berlebihan akan mempercepat progresifitas penyakit melalui peningkatan tekanan intra glomerular. Oleh karena itu sangatlah penting progresifitas penyakit ginjal kronik ,untuk menunda penderita mengalami terapi pengganti ginjal. Definisi Menurut Konsensus Dialisis 2003, penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal selama 3 bulan atau lebih, didefinisikan sebagai abnormalitas struktural atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus, termasuk ketidak seimbangan komposisi zat didalam darah atau urine serta ada atau tidaknya gangguan hasil pemeriksaan pencitraan atau laju filtrasi glomerulus yang kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 lebih dari tiga bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Klasifikasi Kelompok kerja KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) dari National Kidney Foundation USA , membuat klasifikasi stadium penyakit ginjal kronik berdasarkan derajat penurunan fungsi ginjal yang diukur dengan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR= Glomerular Filtration Rate), seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Stadium 1 2 3 4 5 Diskripsi Gangguan fungsi ginjal kronik dengan LFG normal Penurunan ringan LFG Penurunan sedang LFG Penurunan berat LFG Gagal ginjal Laju Filtrasi Glomerulus > 90 ml/menit 60-89 ml/menit 30-59 ml/menit 15-29 ml/menit < 15 ml/menit

Untuk menentukan laju filtrasi glomerulus dapat dihitung dengan cara : 1. memakai formula COCKROFT-GAULT LFG (laki-Laki) = (140-umur) x BB (kg) Kreatinin serum (mg/dl)

Wanita : 0,85 x LFG laki-laki 2. menentukan bersihan kreatinin Bersihan kreatinin = Kreatinin urine (mg/dl) x volume urine (ml/24 jam) Kreatinin serum (mg/dl) x 1440 Upaya mencegah progresivitas penyakit Ginjal kronis : 1. Diet a. Protein - Produksi urea dan produksi sisa nitrogen lainnya akan meningkat dengan tingginya asupan protein. - Jumlah protein yang dianjurkan 0,6 gr/kg bb/hari, dimana 60% mengandung protein bernilai tinggi. - Juga dianjurkan campuran asam amino esensial dan non esensial baik oral maupun parenteral. b. Kalori - Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 35 kal/kgbb/hari - Sumber kalori terutama dari karbohidrat dan sebagian lemak. c. Lemak - Jumlah lemak yang dianjurkan 30-40% dari kalori total . Juga dianjurkan perbandingan yang sama antara lemak jenuh dan tak jenuh. d. Karbohidrat - Jumlah karbohidrat yang dianjurkan yaitu 50-60 % dari kalori total. e. Mineral Kadar yang dianjurkan 2-3 gr/hari 40-70 mEq/bb/hr 5-10 mg/bb/hr 1400-1600 mg/hari 10-18 mg/hari 200-300 mg/hari

-Natrium -Kalium -Fosfor -Kalsium -Besi -Magnesium f.

air Asupan air yang banyak pada penyakit ginjal kronis akan menurunkan LFG sehingga pada penderita penyakit ginjal gronik, asupan air dibatasi terutama penderita dengan kista ginjal. Sebagai pedoman , total asupan air = Jumlah urine + 500 cc (IWL =Insensible Water Loss)

2. Pengendalian Tekanan darah Banyak penelitian membuktikan bahwa pengendalian tekanan darah akan memperlambat progresivitas penyakit ginjal kronik . Target pengendalian tekanan darah menurut JNC VII, 2003 adalah 130/80 mmHg pada penderita tanpa proteinurine dan 125/75 mmHg pada penderita dengan proteinurine. Obat-obat yang dipakai a. ACE inhibitor Telah diketahui ACE-inh mempunyai efek renoprotektif disamping efek anti hipertensinya yang baik. Penggunaan ACE-inh pada gangguan fungsi ginjal bukanlah merupakan kontra indikasi, tapi memang perlu pengawasan untuk kemungkinan terjadinya peningkatan kreatinin dan kalium.

b. AII RA AII RA yang berikatan dengan reseptor AT1, sehingga angiotensi II tidak akan terbentuk. Disamping mengendalikan tekanan darah ,penelitian juga membuktikan AII RA juga mempunyai efek renoprotektor. c. Ca antagonis : terutama golongan non dihidropiridin d. Diuretik 3. Pengandalian Gula darah -Hiperglikemi menyebabkan hiperfiltrasi glomerulus -Target pengendalian gula darah, adalah A1C dalam batas normal . -Oral anti diabetes seperti metformin dan acarbose lebih dipilih dibanding sulfonil urea. 4. Pengobatan Anemia Walaupun belum terbukti pengaruh yang nyata dari penurunan LFG pada penderita penyakit ginjal kronis dengan anemia, tetapi penelitian telah membuktikan bahwa koreksi anemia pada penderita penyakit ginjal kronis dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Pengobatan yang paling rasional adalah dengan pemberian eritropoitin. Target hemoglobin 11- 12 gr/dl. 5. Hiperfosfatemia Pada penderita penyakit ginjal kronis terjadi retensi fosfat .Keadaan ini akan menyebabkan hipokalsemia. Hiperfosfatemia dan hipokalsemia menyebabkan osteodistropi ginjal. Terapi : Pengikat fosfat yang diberikan bersama makanan seperti CaCO3 dan kalsitriol. 6. Hiperkalemia -Terjadi karena ekresi K oleh ginjal menurun -Dapat diberikan insulin bersama glukose -Koreksi dilakukan bila K > 5,5 mEq/L atau ada aritmia 7. Kontrol Dislipidemia -Seperti halnya kolesterol total, kolesterol LDL merupakan faktor resiko mempercepat peogresifitas penyakit ginjal kronis, melalui proses atherosklerosis. -Target LDL < 100 mg/dl Kesimpulan

- Penyakit ginjal kronis akan berkembang progressive dan irreversible. - Usaha yang dapat dilakukan dalam menghadapi penderita penyakit ginjal kronis adalah mencegah progresifitasnya untuk menunda penderita mengalami terapi pengganti ginjal.

Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. Dangirdas J.T, Hand book of Dialysis,Third Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2001 Joint National Committee.JNC VII, Arc Intern Med. 2003 Konsensus Dialisis, Pernefri 2003 Rully Roesli, Nutrition in CRF, 2nd clinical Nutrition. Expert Meeting,Bali, 2000.

Anda mungkin juga menyukai