Anda di halaman 1dari 29

Kolitis Ulseratif

Kelompok 5 :
Febriani (M0616016)
Feri Setiawan (M0616017)
Fridha Angelina P (M0616018)
Gemala Mahendra P (M0616019)
Kelompok 11 :
Ulia Himawati (M0616048)
Wahyu Attaria N K (M0616049)
Wening Dyah W (M0616050)
Yonica Ryan R (M0616051)
Sistem Pencernaan Manusia
• Mulut
• Tekak / faring
• Kerongkongan / esofagus
• Lambung
• Usus halus
• Usus besar
• Rektum dan anus
Latar Belakang
• Kolitis ulseratif masuk dalam kategori
Inflammatory Bowl Dissease (IDB)/penyakit
inflamasi usus karena penyakit ini belum
diketahui penyebabnya.
• Pravalensi berkisar antara 10 – 20 x pada usia
muda (25 – 30 tahun) pria dan wanita sama
tetapi ada perbedaan dalam geografis dan
sosial ekonomi.
Apa itu kolitis ulseratif ?
Definisi
Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang
terjadi pada usus besar (kolon) dan rektum.
Pada kelainan ini, terdapat tukak atau luka di
dinding usus besar sehingga menyebabkan diare
bercampur dengan darah. Selain itu juga disertai
dengan nyeri perut dan demam. Penyakit ini
umumnya berlangsung lama disertai masa
remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti.
Patofisiologi
Faktor genetik berpengaruh pada saluran
pencernaan terjadi reaksi inflamasi di lapisan dan
di dinding usus sehingga menimbulkan kuman
untuk berkembang biak dan mengeluarkan toksin
sehingga motilitas usus dan permeabilitas
meningkat menyebabkan absorpsi kurang dan
terjadi diare terus menerus.
• Diare yang terus-menerus menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit tubuh sehingga
masuk dalam tahap dehidrasi menimbulkan
kekurangan volume cairan.
• Terjadinya dehidrasi menyebabkan konsentrasi
CES meningkat dan tekanan osmotik menurun
sehingga CES menurun yang dapat menyebabkan
syok lalu menimbulkan masalah perfusi.
• Dari ulserasi menimbulkan lesi pada mukosa,
terbentuk abses dan pecah.
• Pada permulaan penyakit, timbul edema dan kongesti
mukosa. Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat
sehingga terjadi perdarahan pada trauma yang hanya
ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.
• Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus
pecah menembus dinding kriptus dan menyear dalam
lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam
mukosa. Mukosa kemudian terlepas menyisakan
daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula-
mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium yang
lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi
lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak
kehilangan jaringan, protein dan darah.
Etiologi
• Penyebab pasti dari colitis ulseratif masih
belum diketahui dengan jelas
• Penyebab penyakit dapat dikarenakan
beberapa factor yang dapat dibedakan
menjadi faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi seseorang
rentan terkena colitis ulseratif yaitu:
1. Diet
Asupan makanan cepat saji dan gula dihubungkan
pada banyak penelitian dengan kemungkinan
terjadinya colitis ulseratif.
2. Infeksi
Beberapa peneliti menyatakan bahwa colitis ulseratif
dapat berhubungan dengan beberapa infeksi saluran
cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E.
coli.Virus measles yang belum dibersihkan secara
tuntas dari dalam tubuh juga dapat menyebabkan
inflamasi kronik ringan pada mukosa usus.
Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap penyakit colitis
ulseratif yaitu:

1.Gangguan sistem imun


Terjadinya kerusakan pada sistem imun tubuh berperan dalam terjadinya inflamasi
dinding usus yang dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu alergi dan autoimun.Alergi artinya
colitis ulseratif merupaka n suatu respon terhdapa makanan ataupun mikroorganisme
dalam usus sedangkan autoimun berarti colitis ulseratif merupakan suatu bentuk penyakit
autoimun dimana sistem imun tubuh menyerang organ sendiri utamanya usus besar.

2.Genetik
Faktor genetic dapat meningkatkan kecenderungan untuk menderita colitis ulseratif.

3.Faktor hereditas
Apabila ada anggota keluarga yang menderita colitis ulseratif maka akan meningkatkan
resiko anggota keluarga lainnya untuk menderita colitis ulseratif.

Dari berbagai factor diatas,masih belum dapat disimpulkan bahwa factor tersebut pasti
dapat menyebabkan penyakit colitis ulseratif karena banyak orang yang memiliki infeksi
bakteri E. coli namun tidak menderita colitis ulseratif.
Faktor Resiko
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti,
namun diduga penyakit ini disebabkan oleh respons
autoimun. Sementara itu, ada faktor lain yang bisa
meningkatkan risiko terjadinya kolitis ulseratif dan
keparahan gejalanya, yaitu:
1. Faktor keturunan. Risiko seseorang untuk
mengalami kolitis ulseratif akan meningkat jika ada
anggota keluarganya yang menderita penyakit sama.
2. 2. Usia. Usia bisa mempengaruhi tingkat keparahan
gejala. Makin muda usia penderita saat mengalami
penyakit ini, maka tingkat keparahan gejala yang
dialaminya juga akan makin meningkat.
Penatalaksanaan Terapi
Tindakan medis untuk kolitis ulseratif ditujukan
untuk mengurangi inflamasi, menekan respon imun,
dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga
penyembuhan dapat terjadi
● penatalaksanaan secara umum :
- pendidikan terhadap keluarga dan penderita
- menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare
- menghindari makanan dingin, dan merokok. Karena
keduanya dapat meningkatkan motilitas usus
- hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada
individu yang intoleransi lactose
• terapi Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik
digunakan untuk mengurangi peristaltik sampai
minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi
- menangani inflamasi : sulfsalazin (azulfidine) atau
sulfisoxazal (gantrisin)
- antibiotik : digunakan untuk infeksi
- azulfidin : membantu dalam mencegah kekambuhan
- mengurangi peradangan : kortikosteroid (bila
kortikosteroid dikurangi atau dihentikan, gejala penyakit
dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan gejala sisa
merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak,
hirsutisme (pertumbuhan rambut yang abnormal))
• Psikoterapi : ditujukan untuk menentukan faktor
yang menyebabkan stres pada pasien,
kemampuan menghadapi faktor - faktor ini, dan
upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka
tidak berkabung karena kondisi mereka
Kasus
Seorang wanita RM usia 21 th, masuk rumah skait
dengan keluhan diare berdarah sudah 1 minggu,
peristaltik ususnya sekitar 20x/menit diserta
dengan nyeri berat dibagian perut bawah. Pasien
mengalami penurunan BB yang signifikan selama 1
minggu diare yaitu 2kg, Suhu tubuh 380 C, HR
92x/menit, TD 140/65 mmHg, Hb 6,5 g/dL, WBC
6x103/mm3, Albumin 2,1 g/dL. Pemeriksaan CRP
175 mg/L. Hasil pemeriksaan sigmoidoscopy
menunjukan adanya ulcerative yang parah.
Tujuan Terapi
1. Meringankan gejala, khususnya saat serangan
terjadi
2. Menghentikan serangan akut dan
simptomatik dengan cara mengurangi
peradangan yang memicu tanda-tanda dan
gejala.
3. Mengganti cairan dan zat gizi yang hilang
Strategi Terapi
• Farmakologi
1. Menghentikan pendarahan yang terjadi dengan
obat golongan antifibrinolitik dan terapi obat PPI
(Proton Pump Inhibitor) untuk mencegah
keparahan pendarahan
2. Memberikan Infus Albumin karena kadar albumin
dibawah normal
3. Mengurangi peradangan dengan antiinflamasi
4. Apabila ulcerative sudah parah dan tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan, dianjurkan
tindakan operasi proctocolectomi
• Non farmakologi
1. Menghindari makanan berserat tinggi
2. Istirahat yang cukup
3. Menghentikan kebiasaan merokok (jika perokok)
4. Mengurangi konsumsi alkohol dan minuman
bersoda
5. Mengendalikan pikiran untuk menghindari stress
Pemilihan Obat
1. Obat antiinflamasi
untuk mengurangi peradangan atau golongan kortikosteroid yang bekerja lokal atau
aminosalisilat; seperti mezalazine, sulfasalazine, olsalazine dan steroid. Terapi
tambahan berupa kortikosteroid oral seperti prednisolon selama 4–8 minggu

2. Golongan Imunosupresan
yg bertujuan untuk menekan respon sistem imun (sistem kekebalan tubuh) yg memicu
perdangan.
Contoh obatnya : azathioprine, ciclosporin, infliximab

3. Pengobatan dengan immunomodulator sintetis


meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik,
dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral.
Contoh : azathioprine, 6-mercaptopurine, methotrexate, and mycophenolate mofetil.
Bekerja dengan cara mensupresi sistem imun dan menurunkan inflamasi di
saluranpencernaan pada orang-orang dengan inflammatory bowel disease, ulcerative
colitis, dan Crohn’s disease.
Rekomendasi
• Golongan : Antifibrinolitik
• Obat : Asam traneksamat
• Mengurangi atau menghentikan perdarahan

Albumin di data kurang dari kadar normal yaitu 3,5 , maka


perku di beri infus iv albumin. Ditambah terapi obat PPI
(Proton pump inhibitor) golongan sitoprotektif untuk
menurunkan kadar asam lambung karena adanya pendarahan.

terapi lain dapat berupa terapi cairan intravena, penggantian


elektrolit, transfusi darah dan mungkin juga, nutrisi parenteral
dan antibiotik.
Mesalazin
Inflammatory Bowel Disease (IBD) kronis
mengurangi gejala ulcerative colitis seperti diare, perdarahan rektum, dan sakit perut. Mesalazine
termasuk dalam kelas obat bernama aminosalicylates yang bekerja dengan mengurangi pembengkakan
dalam usus besar.

Dosis dewasa untuk ulcerative colitis-aktif


ORAL:
Asacol(R), Delzicol(TM): 800 mg oral 3 kali sehari
Asacol(R) HD: 1600 mg oral 3 kali sehari
Lialda(R): 2.4 -4.8 g oral sekali sehari
Pentasa(R): 1 g oral 4 kali sehari

• Dosis dewasa untuk ulcerative colitis-perawatan


Apriso (R): 1,5 g oral sekali sehari di pagi hari
Asacol(R), Delzicol (TM): 1,6 g oral sekali per hari dalam dosis terpisah
Lialda(R): 2.4 g oral sekali sehari
Pentasa(R): 1 g oral 4 kali sehari

• Dosis biasa untuk ulcerative proctitis


Obat rektum: 1 g rektal sekali sehari pada jam tidur
Durasi terapi: umumnya 3-6 minggu, tergantung gejala dan penemuan sigmoidoscopic.
dosis mesalazine untuk anak-anak
• Dosis Anak-anak untuk ulcerative colitis-aktif
Asacol (R):
5 tahun atau lebih:
17 sampai kurang dari 33 kg: 36-71 mg/kg/hari oral dalam 2
dosis terpisah
Dosis maksimal: 1,2 g/hari

33 sampai kurang dari 54 kg: 37-61 mg/kg/hari oral dalam 2


dosis terpisah
Dosis maksimal: 2 g/hari
54-90 kg: 27-44 mg/kg/hari oral dalam 2 dosis terpisah
Dosis maksimal: 2,4 g/hari
Durasi terapi: 6 minggu
• Terapi pendukung Inflammatory Bowel Disease
Pasien IBS sebaiknya mengkonsumsi makanan kaya serat
dan rendah residu. Selama fase remisi kolitis ulseratif
pasien IBS sebaiknya menghindari makanan kaya serat dan
kemungkinan memerlukan antispasmodik. Obat
antimotilitas seperti kodein dan loperamid serta obat
antispasmodik dapat memperburuk paralisis ileus dan
megakolon pada kolitis aktif, pengobatan inflamasi lebih
dapat diterima.

• Laksatif mungkin diperlukan pada proktitis. Diare yang


disebabkan oleh kehilangan penyerapan garam empedu
(seperti pada gangguan ileal tahap lanjutan atau reseksi
usus) dapat diperbaiki dengan kolestiramin yang mengikat
garam empedu.
Monitoring
• Pertama dihentikan pendarahan pada pasien dengan obat
asam traneksamat (anti fibrinolitik)
Untuk konsumsi oral (tablet), dosis yang dianjurkan adalah
1 mg sampai 1,5 mg (15-25 mg/kg) yang diberikan
sebanyak 2-3 kali sehari.
Untuk larutan injeksi, dosis yang dianjurkan adalah 0,5 mg
sampai 1 mg (10 mg/kg) yang diberikan melalui infus IV
sebanyak 3 kali sehari

• Dilakukan transfusi infus iv albumin sampai kadar albumin


dalam darah normal. Karena kadar albumin pada pasien
rendah yaitu 2,1 g/dL. Kadar normalnya yaitu 3.5 g/dL.
• Mengurangi peradangan dengan antiinflamasi,
menggunakan obat Mesalazine menggunakan
dosis oral maupun rektal dengan durasi terapi 3-
6 minggu. Hal tersebut perlu dikonsultasikan
dengan dokter.

• Namun, apabila ulcerative sudah terlalu parah


dan tidak dapat ditangani oleh obat obatan,
dianjurkan memilih tindakan operasi
proctocolectomi
KIE
• Penggunaan obat asam traneksamat digunakan
setelah atau sebelum makan
• Cara mengkonsumsi dengan cara ditelan bukan
dikunyah atau dihancurkan. Dan jangan
menggunakan obat selama 5 hari berturut-turut
• Efek samping dari obat asam trameksamat adalah
mual dan muntah, diare, anoreksia, eksantema
dan sakit kepala. Namun efek samping yang
ditimbulkan tidak semua muncul tergantung dari
pemberiannya
• Penggunaan obat Mesalazine boleh diminum
dengan atau tanpa makanan, jika dalam bentuk
tablet dengan makanan
• Telan obat ini utuh utuh, jangan dikunyah atau
merusak obat
• Efek samping ringan yang mungkin terjadi mual
ringan, muntah, demam, sakit kepala, merasa
lelah, ruam atau bisa terjadi reaksi alergi
• Namun, jika efek samping yang ditimbulkan tidak
dapat ditoleransi bisa dikonsultasikan dengan
dokter untuk lebih lanjutnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai