Anda di halaman 1dari 33

HIPERURISEMIA

DEFINISI
Hiperurisemia adalah keadaan peningkatan kadar asam urat dalam darah di atas normal

Klasifikasi

Laki-laki

Perempuan

normourisemia

2,6 mg/dl - 7
mg/dl

2,6 mg/dl -6
mg/dl

Hiperurisemia

>7 mg/dl

>6 mg/dl

Gout (pirai) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan penyakit yang

berkaitan dengan hiperurisemia.


Gout didefinisikan sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh respon peradangan
terhadap deposisi kristal monosodium urat. Gout merupakan diagnosis klinis sedangkan
hiperurisemia adalah kondisi biokimia (Johnstone, 2005).
(Soeroso dan Algristian, 2011).

Berdasarkan penyebabnya, hiperurisemia dapat diklasifikasikan menjadi


(Putra, 2006):

Hiperurisemia primer
disebabkan karena kelainan enzim spesifik akibat peningkatan
aktivitas varian dari enzim phosphoribosyl phosphate (PRPP) synthetase
menyebabkan peningkatan pembentukan purin nukleutida melalui
sintesis de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction.
Hiperurisemia sekunder
disebabkan oleh penyakit karena gangguan pengeluaran asam urat
melalui ginjal (under excretion) dapat melalui gangguan dalam filtrasi,
reabsorbsi, sekresi dan reabsorbsi paska sekresi.
Hiperurisemia idiopatik
jenis hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya dan tidak ada
kelainan genetik, fisiologi serta anatomi yang jelas

ETIOLOGI

ETIOLOGI
Hiperurisemia bisa terjadi akibat peningkatan

produksi asam urat (10%), penurunan ekskresi asam


urat (90%), atau gabungan keduanya.
Hiperurisemia disebabkan oleh berbagai faktor
seperti genetik, usia, jenis kelamin, berat badan
berlebih dan diet (Liu et al, 2011; Villegas et al, 2012;
Lee et al, 2013).

Cont..
usia

prevalensi hiperurisemia pada usia >30 thn pada


pria dan >50 thn pada wanita proses degeneratif
penurunan fungsi ginjal menghambat ekskresi
dari asam urat hiperurisemia (Liu et al, 2011)

Cont..
jenis kelamin

Prevalensi pria > wanita untuk mengalami


hiperurisemia.
wanita memiliki hormon estrogen yang bersifat
sebagai uricosuric agent, yaitu bahan kimia yang
membantu eksresi asam urat melalui ginjal.
(Mc Adam-De Maro et al, 2013).

Cont..
Obesitas

Pada orang yang mengalami obesitas, akan terjadi


penumpukan adipose yang akhirnya akan
menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan
penurunan ekskresi asam urat (Lee et al, 2013).

Cont..
Diet

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme


purin dan konsumsi makanan tinggi purin akan
mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat total.

Tabel 2. Daftar Makanan Yang Mengandung Purin


(Apriyanti, 2013)

Tabel 3. Pengelompokkan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin


(Wahyuningsih, 2013)

Penyakit

terjadinya hiperurisemia dapat disebabkan oleh


penyakit metabolik (hipertensi, penyakit
kardiovaskular, DM) peningkatan kerja ginjal
kelelahan ginjal dan menurunkan kerja ginjal
ekskresi asam urat berkurang (Jin et al, 2012;
Gustafsson dan Unwin, 2013).

Obat-obatan

Beberapa obat turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia,


seperti diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb.
Diuretik = seny. obat yang dpt menurunkan tekanan
darahmeningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat
menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat.
Hiperurisemia dapat disebabkan karena penggunaan diuretic,
terutama tiazid. Jika tiazid harus digunakan atau tidak dapat
diganti obat lain, maka allopurinol sebaiknya diberikan untuk
menurunkan kadar urat
Obat lain yang juga menurunkan ekskresi urat melalui ginjal
adalah aspirin dosis rendah

Demikian juga siklosporin, terutama pada laki

laki.Gout akut sering diasosiakan dengan omeprazol.


Etambutol, pirazinamid, niasin dan didanosin juga
mengganggu ekskresi asam urat melalui ginjal.
Radioterapi dan kemoterapi juga dapat
menyebabkan hiperurisemia. Untuk profilaktik,
dalam hal ini dapat diberikan allopurionol sejak 3
hari sebelum memulai terapi.

GEJALA
terjadinya serangan mendadak pada sendi,

terutama sendi ibu jari kaki.


Serangan pertama sangat sakit dan sering dimulai
pada pertengahan malam.
Sendi menjadi cepat bengkak, panas, dan
kemerah-merahan.
Rasa sakit juga dirasakan pada lutut, tumit,
pergelangan tangan dan kaki ( Krisnatuti,2008)

Terapi Farmakologi
Dua kelompok obat yang digunakan dalam pengobatan

hiperurisemia yaitu obat dengan mekanisme kerja


meningkatkan eliminasi asam urat (urikosurik) dan
obat yang mengurangi pembentukan asam urat
(urikostatik) (Mutschler, 1991).
Allopurinol merupakan obat asam urat golongan
urikostatik yang merupakan inhibitor kuat dari enzim
xantin oksidase yang dapat menurunkan kadar asam
urat, tetapi allopurinol memiliki efek samping seperti
hepatitis, nefropati dan alergi (Haidari et al., 2009).

Banyak pasien dengan reaksi yang berat mengalami

penurunan fungsi ginjal jika dosis allopurinol terlalu


tinggi.
Allopurinol biasanya ditoleransi dengan baik, Efek
samping yang terjadi pada 2% pasien biasanya
disebabkan karena dosis yang tidak tepat terutama
pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal.
Fungsi ginjal harus dicek sebelum terapi allopurinol
mulai diberikan dan dosis disesuaikan.

kebanyakan pasien mulai dengan dosis 100 mg/hari dan

dosis dititrasi sesuai kebutuhan. Dosis pemeliharaan


umumnya 100=600 mg/hari dan dosis 300 mg/hari
menurunkan urat serum menjadi normal pada 85% pasien.
Respon terhadap allopurinol dapat dilihat sebagai penurunan
kadar urat dalam serum pada 2 hari setelah terapi dimulai
dan maksimum setelah 710 hari. Kadar urat dalam serum
harus dicek setelah 23 minggu penggunaan allopurinol
Allopurinol dapat memperpanjang durasi serangan akut atau
mengakibatkan serangan lain sehingga allopurinol hanya
diberikan jika serangan akut telah mereda terlebih dahulu.

Obat urikosurik
Kebanyakan pasien dengan hiperurisemia yang sedikit

mengekskresikan asam urat dapat diterapi dengan obay


urikosurik.
Urikoirik seperti probenesid (500 mg1g 2kali/hari) dan
sulfinpirazon (100 mg 34 kali/hari) merupakan
alternative allopurinol, terutama untuk pasien yang tidak
tahan terhadap allopurinol.
Urikosurik harus dihindari pada pasien dengan nefropati
urat dan yang memproduksi asam urat berlebihan. Obat
ini tidak efektif pada pasien dengan fungsi ginjal yang
buruk (klirens kreatinin <2030 mL/menit).

Salah satu kekurangan obat ini adalah

ketidakefektifannya yang disebabkan karena


ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat,
penggunaan salisilat dosis rendah secara bersamaan
atau insufisiensi ginjal.
Benzbromarone adalah obat urikosurik yang digunakan
dengan dosis 100 mg/hari untuk pasien dengan
penurunan fungsi ginjal moderat yang tidak dapat
menggunakan urikourik lain atau allopurinol karena
hipersensitif. Penggunaannya harus dimonitor ketat
karena diakitkan dengan kejadian hepatotoksik berat.

Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini:

Mengatasi serangan akut


2. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah
penimbunan kristal urat pada jaringan, terutama
persendian
3. Terapi pencegahan menggunakan terapi
hipourisemik
1.

1. Mengatasi serangan akut


Istirahat
Terapi lini pertama pemberian NSAID

indometasin 200 mg/hari atau


Na-diklofenak 150 mg/hari
(asalkan tidak ada kontraindikasi terhadap NSAID)
Aspirin harus dihindari karena ekskresi aspirin
berkompetisi dengan asam urat dan dapat
memperparah serangan akut

NSAID harus diberikan dengan dosis sepenuhnya pada 2448

jam pertama atau sampai rasa nyeri hilang.


Dosis yang lebih rendah harus diberikan sampai semua gejala
reda.
NSAID biasanya memerlukan waktu 2448 jam untuk bekerja,
walaupun untuk menghilangkan secara sempurna semua gejala
gout biasanya diperlukan 5 hari terapi.
Indometasin banyak diresepkan untuk serangan akut, dengan
dosis awal 75100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah
5 hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan akut. Efek
samping indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran
cerna, efek ini akan sembuh pada saat dosis obat diturunkan.

NSAID lain yang umum digunakan untuk mengatasi

episode gout akut adalah:


Naproxen awal 750 mg, kemudian 250 mg 3
kali/hari
Piroxicam awal 40 mg, kemudian 1020 mg/hari
Diclofenac awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari
selama 48 jam, kemudian 50 mg dua kali/hari
selama 8 hari.

Etoricoxib merupakan satusatunya COX2 inhibitor

yang dilisensikan untuk mengatasi serangan akut


gout.
Obat ini efektif tapi cukup mahal, dan bermanfaat
terutama untuk pasien yang tidak tahan terhadap
efek gastrointestinal NSAID nonselektif.

COX2 inhibitor mempunyai resiko efek samping

gastrointestinal bagian atas yang lebih rendah dibanding


NSAID nonselektif.
Review dari Eropa dan CSM mengenai keamanan COX2
inhibitor mengkonfirmasi bahwa obat golongan ini
memang meningkatkan resiko thrombosis (misalnya
infark miokard dan stroke) lebih tinggi dibanding
NSAID nonselektif dan plasebo.
CSM menganjurkan untuk tidak meresepkan COX2
inhibitor untuk pasien dengan penyakit iskemik,
serebrovaskuler atau gagal jantung menengah dan berat.

CSM juga menyatakan bahwa ada keterkaitan antara

etoricoxib dengan efek pada tekanan darah yang


lebih sering terjadi dan lebih parah dibanding COX2
inhibitor lain dan NSAID nonselektif, terutama
pada dosis tinggi.
Oleh karena itu, etoricoxib sebaiknya tidak diberikan
pada pasien yang hipertensinya belum terkontrol
dan jika pasien yang mendapat etoricoxib maka
tekanan darah harus terus dimonitor.

terapi lini kedua kolkisin (colchicine).


Keputusan memilih NSAID atau kolkisin tergantung

pada keadaan pasien, misalnya adanya penyakit


penyerta, obat lain yg juga diberikan pd pasien pd saat
yang sama, dan fungsi ginjal.
Kolkisin -> obat pilihan jika pasien juga menderita
penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi, pasien
yang mendapat diuretik untuk gagal jantung dan
pasien yang mengalami toksisitas gastrointestinal,
kecenderungan perdarahan atau gangguan fungsi
ginjal.

Colchicine merupakan terapi spesifik dan efektif

untuk serangan gout akut. Namun, dibanding


NSAID kurang populer karena mula kerjanya (onset)
lebih lambat dan efek samping lebih sering
dijumpai.

Steroid
Strategi alternatif selain NSAID dan kolkisin adalah pemberian
steroid intraartikular.
Pasien dengan respon suboptimal terhadap NSAID mungkin akan
mendapat manfaat dengan pemberian steroid intra artikular.
Steroid sistemik juga dapat digunakan untuk gout akut. Pada
beberapa pasien, misalnya yang mengalami serangan yang berata
atau poliartikular atau pasien dengan penyakit ginjal atau gagal
jantung yang tidak dapat menggunakan NSAID dan kolkisin, dapat
diberi prednisolon awal 20 40 mg/hari.
Alternatif lain, metilprednisolon intravena 50 150 mg/hari atau
triamsinolon intramuskular 40 100 mg/hari dan diturunkan
(tapering) dalam 5 hari.

Obat yang menurunkan kadar asam urat serum

(allopurinol dan obat urikosurik seperti probenesid


dan sulfinpirazon) tidak boleh digunakan pada
serangan akut.
Obatobat tersebut dapat menyebabkan mobilisasi
simpanan asam urat ketika kadar asam urat dalam
serum berkurang.
Namun, jika pasien sudah terstabilkan/
menggunakan allopurinol pada saat terjadi serangan
akut, allopurinol tetap terus diberikan.

Terapi Nonfarmakologi
Istirahat yang cukup & hindari latihan fisik

berlebihan
Membatasi kadar purin yang dikonsumsi yakni 100150 mg/hari (Soeroso dan Algristian, 2011).
Menurunkan berat badan pada pasien yang
kelebihan berat badan dan menjaga berat badan
sehat
Olah raga teratur
Mengurangi konsumsi alkohol
Perbanyak minum air putih

Anjuran untuk pasien


Pasien harus mendapat informasi bahwa puasa, obesitas dan konsumsi

alkohol dapat mengakibatkan hiperurisemia.


Pasien yang beresiko mengalami serangan akut harus membawa persediaan
NSAID dan harus diedukasi untuk segera menggunakannya pada saat
muncul gejala pertama.
Harus diinformasikan untuk menghindari aspirin dan sebaiknya digunakan
parasetamol jika diperlukan analgesik penghilang rasa nyeri
Pasien yang mendapat allopurinol juga diinformasikan untuk tetap
melanjutkan penggunaan allopurinol sehari sekali jika belum terlihat respon
terhadap gejala yang dirasakan. harus mendapat informasi mengenai efek
samping yang mungkin dialami serta segera melaporkan jika terjadi efek
samping pada kulit.
Pasien yang mndapat terapi urikosurik dianjurkan untuk minum paling
sedikit 2L/hari untuk mengurangi resiko pembentukan batu asam urat pada
ginjal.

Anda mungkin juga menyukai