•Primer: •Alternatif:
•Diuretika •Alpha1-blockers
•ACE Inhibitors •Alpha2-blockers
•Vasodilator kerja langsung
•ARBs
•Antagonis adrenergik
•Beta-blockers
perifer
•Calcium channel blockers
Diuretika
Efek Terapetik (secara umum)
• Tempat kerja di nefron pada ginjal, area yang
lebih spesifik tergantung obatnya.
• Meningkatkan pembentukan dan pengeluaran
urin sehingga menurunkan tekanan darah.
Diuretika Loop
Mekanisme kerja:
• Menghambat
penyerapan kembali
ion Na+ and Cl- pada
loop Henle dan juga
H2O (air ikut Na+)
• Dilatasi/melebarkan
pembuluh darah
Diuretika Loop
Efek terapetik:
• Diuresis kuat, menyebabkan kehilangan cairan
• Mengurangi edema (penumpukan cairan)
Efek Samping:
• Hipokalemia
• Alkalosis metabolik
• Dehidrasi (hipovolemia), mengarah pada hipotensi
• Kehilangan fungsi pendengaran (ototoksik) yang
tergantung besar/kecilnya dosis
Diuretika Loop
Contoh:
• Furosemid
Pemantauan Terapi:
• Monitor tekanan darah
• Monitor konsentrasi ion K+
• Nilai keadaan:
• Dehidrasi
• Hipotensi
• Hilang pendengaran
Diuretika Tiazida
Mekanisme kerja:
– Menghambat penyerapan
kembali ion Na+ and Cl- di
tubulus distal.
– Karena di tubulus distal
hanya menyerap kembali
5 % ion Na+ , maka efek
diuretik golongan tiazida
kurang dibanding
diutetika loop.
Diuretika Tiazida
• Contoh: HCT (hidroklorotiazida)
• Efek terapetik:
– Pengeluaran Na+, Cl-, K+ dan H2O
– Mengurangi edema
• Efek samping:
– Hipokalemia
– Sakit kepala, pusing
Diuretika Tiazida
Aspek Penting:
• Monitor tekanan darah dan K+
• Monitor elektrolit
• Asupan makanan cukup K+
• Monitor asam urat
• Melintasi plasenta dan terdapat di ASI
Diuretika Hemat Kalium
Mekanisme kerja:
• Antagonis kerja aldosteron (aldosterone
receptor antagonist) di tubulus distal. Hal ini
menyebabkan pengeluaran ion Na+(dan air).
Efek terapetik:
• Diuresis
• Menurunkan pengeluaran ion K+
Diuretika Hemat Kalium
Efek samping:
• Tidak seimbangnya elektrolit, terutama K+
• Sakit kepala, pusing
Contoh: Spironolakton
Aspek Penting:
– Monitor tekanan darah dan kadar K+
– Kontraindikasi: Hamil, menyusui
Calcium Channel Blockers
(Penghambat Saluran Kalsium)
Mekanisme kerja:
• Menghambat perpindahan ion kalsium
menuju sel otot jantung dan otot halus.
• Menurunkan kontraktilitas jantung (inotropik
negatif)
Calcium Channel Blockers
(Penghambat Saluran Kalsium)
Efek Terapetik:
• Menurunkan tekanan darah, serta denyut jantung
• Menurunkan kebutuhan O2 otot jantung
• Menurunkan ketegangan arteri jantung
Efek samping:
• Bradycardia
• Edema perifer
Calcium Channel Blockers
(Penghambat Saluran Kalsium)
Contoh:
• Verapamil, diltiazem,
dan amlodipin
Pemantauan Terapi:
• Monitor tekanan
darah dan efek
samping
Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors (ACE-I)
• Mekanisme: menghambat pembentukan Angiotensin
II.
• Tidak terbentuknya Angiotensin II akan
menyebabkan penurunan vasokonstriksi.
• Penurunan produksi aldosteron mengakibatkan
penurunan penyerapan kembali Na dan H2O,
sehingga menurunkan tekanan darah.
Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors (ACE-I)
• Efek samping
– Paling sering: batuk tidak berdahak
– Pusing, meningkatkan kadar kalium
• Contoh: kaptopril, lisinopril, enalapril
Angiotensin II Receptor Blockers
(ARB’s)
• Mekanisme kerja: menghambat ikatan antara
Angiotensin II dengan reseptornya.
• Efek terapetik
– Menurunkan tekanan darah
– Digunakan sebagai terapi lini kedua untuk pasien yg
tidak tahan ACE inhibitor
• Efek samping
– Yang paling sering: sakit kepala
• Contoh: valsartan dan losartan
Angiotensin II Receptor Blockers
(ARB’s)
Aspek Penting:
• Monitor tekanan darah harian, efek samping
• Monitor kadar kalium
• Kontraindikasi bagi wanita hamil
Direct Renin Inhibitor (DRI)
Penghambat Renin
• Mekanisme kerja: berikatan dengan sisi aktif
molekul renin dan menghambat ikatan antara
renin dengan angiotensinogen. Hal ini akan
menyebabkan tidak terbentuknya angiotensin I
dan angiotensin II.
• Contoh: aliskiren (Rasilez®)
• Efek samping: diare, nyeri abdomen, dispepsia,
hipotensi, sakit kepala, batuk, hiperkalemia.
• Kontraindikasi: hamil dan menyusui
Beta Blockers
Mekanisme kerja:
• Kardioselektif: mengikat dan menghambat
reseptor β1 pada jantung
• Nonselektif: mengikat dan menghambat
reseptor β1 dan β2 (di jantung dan paru-paru)
• Menurunkan kontraktilitas jantung (inotropik
negatif), sehingga menurunkan kebutuhan O2
sel-sel jantung.
Beta Blockers
Efek Terapi
– Menurunkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen otot jantung
– Mengurangi angina
– Menurunkan pengeluaran renin
Efek samping:
– Disritmia (bradikardi), gagal jantung
– Bronkospasme / bronkokonstriksi
– Kelelahan, depresi, impotensi
Beta Blockers
Contoh:
– Propranolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
Aspek Penting:
– Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan
efek samping
– Kontraindikasi bagi pasien gangguan ritme
jantung (bradikardia)
– Gunakan secara hati-hati pada pasien CHF dan
asma.
Antagonis Adrenergik α1
(α1 Blocker)
Mekanisme kerja: menghambat secara selektif
reseptor adrenergik α1. Hal ini menyebabkan
penurunan resistensi vaskuler sehingga tekanan
darah akan turun.
Contoh: doxazosin, terazosin
Aspek Penting:
• Monitor tekanan darah
• Nilai kondisi pasien: Lemah, pusing, sakit kepala,
keluhan saluran cerna
• Pasien lanjut usia harus dimonitor ketat
Agonis α2
• Contoh: klonidin, metildopa
• Efek samping: mulut kering, mengantuk
• Monitor tekanan darah berkala
Pemantauan Terapi Antihipertensi
Kelas Obat Parameter
Kelas I (asymptomatis)
Kelas II (ringan)
Kelas IV (berat)
Klasifikasi CHF Menurut
New York Heart Association (NYHA)
Kelas I Kelas II
Nafas tersengal-sengal
Darah terkumpul di vena pulmonar
Terdapat cairan di paru-paru
Terjadi selama melakukan aktivitas,
istirahat, atau bahkan tidur.
edema (penumpukan cairan di
jaringan)
Gejala CHF
lelah
Menurunnya pasokan oksigen
Nafsu makan berkurang
Menurunnya pasokan oksigen ke saluran
pencernaan
Mudah bingung
Naiknya detak jantung
Terapi CHF
Obat Non obat
Kronik Mengurangi beban jantung
ACE inhibitors
Beta-blockers Istirahat
ATII antagonists
aldosterone antagonists
digoxin Turunkan berat badan
diuretics
Akut Diet rendah Na+
diuretics
PDE inhibitors
vasodilators
ATII = angiotensin II
PDE =phosphodiesterase
Tujuan Terapi
• Memperbaiki gejala penyakit dan kualitas
hidup
• Memperlambat kerusakan jantung dan perifer
• Menurunkan mortalitas
Glikosida jantung
Berasal dari tanaman
Strophanus - Ouabain
Digitalis lanata - Digoxin,
Digitoxin
Meningkatkan
kekuatan kontraksi
otot jantung
Efek samping toksik Digitalis lanata
inhibitor pompa
Na+/K+ ATPase
meningkatkan
penglepasan Ca2+
selama aksi potensi
jantung
Efek keseluruhan pada jantung
Meningkatkan efisiensi
pemompaan jantung
K+
Harga murah!
Propranolol
Bisoprolol
Carvedilol
Carvedilol
Mekanisme Kerja
ACE inhibitors
Digoxin
mual
bradikardia
hipotensi
Menyebabkan
peningkatan segera
inotropi jantung
Dopamine
tujuan: meningkatkan
cardiac output
Dobutamin
Digunakan pada pasien dengan cardiac output
rendah dan meningkatkan tekanan diastolik
ventrikel kiri
Tidak untuk digunakan pada pasien dg
hipotensi
Efek Samping
tremor
Sakit kepala
Perdarahan otak
Aritmia jantung
ACE inhibitors
Captopril
Enalopril
Losartan
Valsartan
Mekanisme Kerja
ACE inhibitors
Menghambat angiotensin converting enzyme
(ACE)
Menghambat pengubahan ATI menjadi ATII
Mengurangi cardiac
remodeling
Manfaat Terapeutik
ACE inhibitors
batuk
hipotensi
hiperkalemia
Hati-hati pada:
Nyeri akibat inflamasi kronik
Anak berumur < 2 tahun
Obat Golongan Nitrat
• Contoh: Nitrit & Nitrat
– Isosorbid dinitrat
– Isosorbid mononitrat
– Nitrogliserin
• Mekanisme kerja: Relaksasi langsung otot halus arteri
dan vena (mengatasi angina)
Obat Golongan Nitrat
• Isosorbid dinitrat (ISDN)
– Indikasi: mencegah dan menangani angina pektoris, CHF
(congestive heart failure).
– Contoh merek dagang: Farsorbid (tablet sublingual 5 dan
10 mg), Cedocard (injeksi 10mg/ml)
– Kontraindikasi: pasien dg hipersensitifitas dengan ISDN.
– Efek samping: hipotensi postural, sakit kepala.
– Absorpsi: 100% terserap di saluran cerna
– Mulai bekerja: tablet sublingual 2-10 menit, tablet oral
biasa 45-60 menit
– Durasi kerja: tablet sublingual 1-2 jam, tablet oral biasa 4-6
jam
Obat Golongan Nitrat
• Isosorbid dinitrat (ISDN) (lanjutan)
– Metabolisme: di hati ISDN diubah menjadi
senyawa isosorbid 5-mononitrat (aktif) dan 2-
mononitrat (aktif).
– Ekskresi: urin dan feses
– Mekanisme kerja:
• Zat vasodilator, donor NO
• Relaksasi otot polos via dilasi arteri dan vena
• Mengurangi kebutuhan oksigen jantung, sehingga
mengurangi nyeri.
Obat Golongan Nitrat
• Nitrogliserin/gliseril trinitrat
– Contoh merek dagang: Nitrokaf retard (tablet 2,5 mg),
Nitrokaf retard forte (tablet 5 mg)
– Cara pemberian: tablet sublingual dan lepas lambat jangan
digerus, letakkan tablet di bawah lidah hingga melarut
sempurna.
– Indikasi: penanganan angina pektoris, CHF
– Mulai bekerja: tablet sublingual 1-3 menit, tablet lepas
lambat 20-45 menit
– Durasi/lama kerja: sublingual tablet 30-60 menit, tablet
lepas lambat 4-8 jam.
– Metabolisme: mengalami efek lintas pertama/first pass
effect
Obat Golongan Nitrat
• Nitrogliserin/gliseril trinitrat (lanjutan)
– Ekskresi: urin (sebagai senyawa metabolit tak
aktif)
– Mekanisme kerja:
• Relaksasi otot polos yg menghasilkan efek vasodilator
pada arteri dan vena perifer, namun efek ini lebih
terasa di vena.
• Menurunkan kebutuhan oksigen jantung
• Dilatasi arteri koroner dan meningkatkan aliran darah
menuju daerah iskemik. Hal ini bisa mengurangi nyeri.
Mekanisme Antiangina
Asam asetilsalisilat (Aspirin)
Menghambat enzim COX secara ireversibel
Dosis antipiretik dan analgesik: 0,25 and 0,5 g tiap kali
pemberian
Dosis antiinflamasi: 3-4 g per hari (utk arthritis, myocarditis,
pleuritis, bronchitis, dll.
Dosis anti platelet – sebagai profilaksis pembentukan trombus
(pada kasus IHD (ischemic heart disease), thrombophlebitis,
dll.) – dosis harian – 80-100 mg
Asam asetilsalisilat
(Aspirin)
Farmakokinetika: Aspirin
Absorpsi: lambung dan usus halus
Distribusi: merata, menuju banyak organ/jaringan
Metabolisme: hati
• ASA kontra indikasi pada anak yg menderita demam akibat virus –
dapat menyebabkan Reye’s Syndrome (kondisi pembengkakan hati
dan otak). Terjadi akibat penumpukan metabolit salisilat di hepatosit
yg menghambat oksidasi asam lemak. Oksidasi asam lemak
diperlukan untuk menghasilkan energi (ATP). Tanpa ATP, hati tidak
mampu mengkonversi amonia menjadi BUN. Hal ini merusak hati,
dan juga merusak otak karena amonia akan menuju otak
menyebabkan ensepalopati.
• Ada kemungkinan overdosis fatal