Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ATRESIA ANI

MUCHAMAD NUR HADI / G2A017159


DEFINISI
• Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam
atau kadang berbentuk anus namun tidak berhu
bungan langsung dengan rectum

• Atresia ani adalah malformasi congenital dimana


rectum tidak mempunyai lubang keluar
ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi
lahir tanpa lubang dubur
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3
bulan
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah
usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara
minggu keempat sampai keenam usia kehamilan
PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehiDu
pan embrional. Anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang
.Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupak
an bakal genitourinaria danstruktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena ad
anya penyempitan pada kanal anorektal.Terjadi atresia ani karena tidak ada k
elengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolonantara 7 dan 10 minggg
u dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagala
n dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ad
a pembukaan usus besar yang keluar melalui anus menyebabkan fekal tidak
dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi
PATWAYS
MANIFESTASI KLINIS
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir an tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang
lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi
wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi
buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal,
tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan
jarang rektoperineal.
MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang akan timbul:


• Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
• Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
• Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya
salah.
• Perut kembung. (Ngastiyah, 2005)
KOMPLIKASI
• Menurut Betz dan Sowden (2009), komplikasi pada atresia ani antara lain:
• Asidosis hiperkloremik
• Infeksi saluran kemih yang terus-menerus
• Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
• Komplikasi jangka panjang
a. Eversi mukosa anus
b. Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
c. Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
d. Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training
e. Inkontinensia (akibat stinosis anal atau inpaksi)
f. Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontinensia)
g. Fistula kambuhan
TANDA DAN GEJALA
• Mekonium tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
• Tinja keluar dari vagina atau uretra
• Perut menggembung
• Muntah
• Tidak bisa buang air besar
• Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula
• Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut,
muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
• Sinar X terhadap abdomen
Untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari
sfingternya
• Ultrasound terhadap abdomen
Untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system
pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi
• Pemeriksaan fisik rectum
• Pemeriksaan urine
KLASIFIKASI
• Tinggi (supralevator) :rektum berakhir di atas M. levator ani (M. pu
borektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perin
eum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fi
stel ke saluran kencing atau saluran genital.

• Intermediate :rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak me


nembusnya.

• Rendah :rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak ant


ara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan psikologis (cemas ) b/d kurangnya pengetahuan Keluarga tentang
penyakit,serta prosedur operasi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB b/d gangguan pengeluaran feses
(Atresia ani )
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/ d anoreksia,gangguan absorbsi dan ma
kanan tinggi sisa
4. nyeri b/d adanya luka kolostomi
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

1. Gangguan psikologis (cemas ) b/d kurangnya pengetahuan Keluarga


tentang penyakit, serta prosedur operasi.

Intervensi
1. Jelaskan pada keluarga kondisi penyakit membutuhkan / dapat terjadi kon
disi bedah
2. Informasikan tentang persiapan operasi dan orientasikan anak dan orang
tua dalam lingkungan yang baru
3. Jelaskan dan diskusikan pada keluarga tentang prosedur operasi dan wakt
u operasi.
4. Jelaskan prosedur operasi jika ada indikasi pemasangan NGT , balutan, d
rainage
5. Ciptakan lingkungan yang familier
6. Jelaskan pada keluarga gambaran pada anak setelah tindakan operasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAB b/d gangguan pengeluaran feses


(Atresia ani )

Intervensi
1. Kolaborasikan untuk tindakan kolostomi
2. Observasi status kebutuhan eliminasi BAB klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/ d anoreksia,gangguan


absorbsi dan makanan tinggi sisa

Intervensi
1. Berikan makanan mulai dari makanan cair secara perlahan
2. Auskultasi bising usus
3. Lakukan pengkajian / identifikasi nutrisi secara bersama
4. Batasi makanan yang dapat menimbulkan bau menyengat
5. Beri makanan parenteral bila diindikasikan
6. Monitor status intake-output klien
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN & INTERVENSI

4. nyeri b/d adanya luka kolostomi

Intervensi
1. Berikan tindakan kenyamanan : massage, posisi yang nyaman , bermain/ mainan
2. Berikan dan ajarkan teknik distraksi pada keluarga : cerita, bercanda dan ajak
bermain
3. Bantu melakukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini, hindari posisi duduk lama
4. Monitor adanya kekuatan otot abdomen dan nyeri tekan
5. Kolaborasi pemberian obat penurun / penghilang nyeri sesuai dengan indikasi (analg
etik)

Anda mungkin juga menyukai