Ba htiar
PENGANTAR FISIKA DASAR I
LP2M UIN Ma ta ram, 2017
xxi v +242 hl m.; 14,8 x 21 cm
ISBN: 978-602-6223-64-7
Penerbit:
LP2M UIN Mataram
Jln. Pendidikan No. 35 Mataram, Nusa Tenggara Barat 83125
Telp. 0370-621298, 625337. Fax: 625337
Segala puji hanya milik Allah SWT, Shalawat serta salam kita
curahkan kepada Nabi Mulia, Muhammad SAW.
Ekstensi dari idealisme akademis civitas akademika UIN Mataram,
khusus para dosen, tampaknya mulai menampakkan dirinya melalui
karya-karya tulis mereka. Karya tulis yang difasilitasi oleh LP2M,
seperti beberapa buah buku dalam berbagai disiplin keilmuan semakin
mempertegas idealisme tersebut. Kami sangat menghargai dan
mengapresiasinya.
Dalam konteks bangunan intelektual yang sedang dan terus
dikembangkan di UIN Mataram melalui ―Horizon Ilmu‖ juga menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari karya-karya para dosen tersebut,
terutama dalam bentangan keilmuan yang saling mendukung dan terkait
(intellectual connecting). Bagaimanapun, problem kehidupan tidaklah
tunggal dan variatif. Karena itu, berbagai judul maupun tema yang
ditulis oleh para dosen tersebut adalah bagian dari faktualitas
―kemampuan‖ para dosen dalam merespon berbagai problem tersebut.
Hadirnya beberapa buku tersebut harus diakui sebagai langkah maju
dalam percaturan akademis UIN Mataram, yang mungkin, dan secara
formal memang belum terjadi di UIN Mataram. Kami sangat berharap
tradisi akademis seperti ini akan terus kita kembangkan secara bersama-
sama dalam rangka dan upaya mengembangkan UIN Mataram menuju
satu tahapan kelembagaan yang lebih maju.
Terima kasih kepada Dr. M. Sobry, M.Pd (Selaku Ketua LP2M)
yang telah memfasilitasi para dosen, dan kepada para penulis buku-buku
tersebut.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulisan buku ajar yang berjudulμ ―Pengantar
Fisika Dasar 1‖ ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia ke jalan yang benar.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian bujku ajar ini adalah berkat
bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, dan penulis
menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut
penulisan buku ajar ini mungkin tidak akan terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari, apa yang disajikan dalam penulisan buku ajar
ini bukanlah suatu yang sempurna dan mutlak kebenarannya. Kritik dan
saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan, sangat
diharapkan. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Amiin.
Penulis
1. Besaran-Besaran Fisika
Besaran merupakan segala sesuatu yang dapat diukur dan
dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, massa, waktu, luas, berat,
volume, kecepatan, dll. Warna, indah, cantik, bukan merupakan besaran
karena tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Besaran dibagi
menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan1 .
a. Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan
terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran
pokok dalam sistem Satuan Internasional yaitu Panjang, Massa, Waktu,
Suhu, Kuat Arus, Jumlah molekul, Intensitas Cahaya 2 .
Panjang adalah dimensi suatu benda yang menyatakan jarak antar
ujung. Panjang dapat dibagi menjadi tinggi, yaitu jarak vertikal, serta lebar,
yaitu jarak dari satu sisi ke sisi yang lain, diukur pada sudut tegak lurus
terhadap panjang benda. Dalam ilmu fisika dan teknik, kata ―panjang‖
biasanya digunakan secara sinonim dengan ―jarak‖, dengan simbol ―l‖ atau
―L‖ (singkatan dari bahasa Inggris length).
Massa adalah sifat fisika dari suatu benda, yang secara umum
dapat digunakan untuk mengukur banyaknya materi yang terdapat dalam
suatu benda. Massa merupakan konsep utama dalam mekanika klasik dan
subyek lain yang berhubungan.
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua
buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu
kejadian. Tiap masyarakat memiliki pandangan yang relatif berbeda tentang
waktu yang mereka jalani. Sebagai contoh: masyarakat Barat melihat waktu
sebagai sebuah garis lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti
dengan terbentuknya konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain
sejarah manusia dilihat sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah
1
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
2
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
3
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
4
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
4. Konversi Satuan
Besaran apapun yang kita ukur, seperti panjang, massa atau
kecepatan, terdiri dari angka dan satuan. Sering kita diberikan besaran
dalam satuan tertentu dan kita ingin menyatakannya dalam satuan lain.
Misalnya kita mengetahui jarak dua kota dalam satuan kilometer dan kita
ingin mengetahui berapa jaraknya dalam satuan meter. Demikian pula
dengan massa benda. Misalnya kita mengukur massa tepung terigu dalam
satuan kg dan kita ingin mengetahui massa tepung terigu dalam satuan ons
5
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: PenerbitErlangga.
6
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penebit
Erlangga
7
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://www.e-
dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
8
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
5. Pengukuran
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam fisika, kita biasanya
melakukan pengamatan yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan
suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang didapat
dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita
dapat mengukur yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan
angka-angka9 , berarti kita mengetahui apa yang sedang kita bicarakan itu.
Apa yang Anda lakukan sewaktu melakukan pengukuran?
Misalnya anda mengukur panjang meja belajar dengan menggunakan
jengkal, dan mendapatkan bahwa panjang meja adalah 7 jengkal. Dalam
pengukuran di atas Anda telah mengambil jengkal sebagai satuan panjang.
9
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
10
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
11
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
12
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: PenerbitErlangga.
8. Dimensi Besaran
Dimensi besaran diwakili dengan simbol, misalnya [M], [L], [T]
yang mewakili massa (mass), panjang (length) dan waktu (time). Ada dua
macam dimensi yaitu Dimensi Primer dan Dimensi Sekunder 13 . Dimensi
primer meliputi M (untuk satuan massa), L (untuk satuan panjang) dan T
(untuk satuan waktu). Dimensi sekunder adalah dimensi dari semua
Besaran Turunan yang dinyatakan dalam Dimensi Primer. Contoh: Dimensi
Gaya: [M] [L] [T]-2 atau dimensi Percepatan: [L] [T]-2 .
Berikut adalah Tabel yang menunjukkan dimensi dan satuan tujuh
besaran dasar dalam sistem SI.
13
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
9. Analisis Dimensi
Analisis dimensi adalah cara yang sering dipakai dalam fisika,
kimia dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran
yang berbeda-beda. Analisis dimensi selalu digunakan untuk memeriksa
ketepatan penurunan persamaan. Misalnya, jika suatu besaran fisis
memiliki satuan massa dibagi satuan volume namun persamaan hasil
penurunan hanya memuat satuan massa, persamaan tersebut tidak tepat.
Hanya besaran-besaran berdimensi sama yang dapat saling ditambahkan,
dikurangkan atau disamakan. Jika besaran-besaran berbeda dimensi
terdapat di dalam persamaan dan satu sama lain dibatasi tanda ―+‖ atau ―-‖
atau ―=‖, persamaan tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum
digunakan. Jika besaran-besaran berdimensi sama maupun berbeda
dikalikan atau dibagi, dimensi besaran-besaran tersebut juga terkalikan atau
terbagi. Jika besaran berdimensi dipangkatkan, dimensi besaran tersebut
juga dipangkatkan.
a) Persamaan Volum adalah hasil kali panjang, lebar dan tinggi di mana
ketiganya memiliki dimensi panjang, yakni [L]. Dengan demikian,
Dimensi Volum :
[volume] = [panjang] [lebar] [tinggi]
= [L] [L] [L] = [L]3
b) Persamaan Massa Jenis adalah hasil bagi massa dan volum. Massa
memiliki dimensi [M] dan volum memiliki dimensi [L]3 . Dengan
demikian Dimensi massa jenis :
[ ] [ ]
[massa jenis] = [ ] [ ]
= [M] [L]-3
c) Persamaan Usaha adalah hasil kali Gaya (besaran Turunan) dan
Perpindahan (dimensi = [L]), sedang Gaya adalah hasil kali massa
(dimensi = [M]) dengan percepatan (besaran turunan). Karena itu
tentukan dahulu dimensi Percepatan, kemudian dimensi Gaya dan
terakhir dimensi Usaha.
[gaya] = [massa] [percepatan] = [M] [L] [T] -2
[usaha] = [gaya] [perpindahan]= [M] [L] [T] -2 [L] = [M] [L]2 [T]-2
Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://
www.e-dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
Bob Poster. 1997. Fisika SMU kelas 3 Semester I. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika
Edisi Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas,
Bunyi). Jakarta: Bina Cipta.
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan). Jakarta: PenerbitErlangga.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga.
1. Vektor Satuan
Sebelum kita belajar mengenai perkalian vektor, terlebih dahulu kita
berkenalan dengan vektor-vektor satuan. Vektor satuan (unit vektor)
merupakan suatu vektor yang besarnya= 1. Vektor satuan tidak mempunyai
satuan. Vektor satuan berfungsi untuk menunjukan suatu arah dalam ruang.
Untuk membedakan vektor satuan dari vektor biasa maka di atas vektor
satuan disisipkan tanda ^ pada sistem koordinat xy kita menggunakan
vektor satuan untuk menunjukkan arah sumbu x positif dan vektor satuan
untuk menunjukkan arah sumbu y positif14 . Perhatikan contoh berikut ini.
Misalnya terdapat sebuah vektor F sebagaimana tampak pada gambar di
bawah.
14
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
15
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Komponen z bernilai nol karena vektor ̂ dan ̂ berada pada bidang xy.
Hitung perkalian titik antara vektor ̂ dan ̂ menggunakan persamaan
perkalian titik dengan vektor komponen :
̂ . ̂ = (Ax . Bx + Ay . By + Az . Bz)
̂ . ̂ = (5 . 2√ + 0 . 2 + 0. 0)
̂ . ̂ = (10√ + 0 + 0)
̂ . ̂ = 10√
Coba kita bandingkan dengan cara:
̂ . ̂ = A B cos θ
̂ . ̂ = (5) (4) cos 300
̂ . ̂ = 20 ( √ )
̂ . ̂ = 10√
A
θ
A
θ
16
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
3. Penjumlahan Vektor
a. Menggambar penjumlahan atau selisih dua buah vektor dengan
metode segitiga
Misalkan dua orang anak mendorong sebuah benda dengan vektor
gaya masing-masing sebesar F1 dan F2, seperti ditunjukkan diagram di
bawah. Ke arah mana benda itu akan pindah ? tentu saja benda tersebut
tidak berpindah searah F1 atau F2. dalam kasus seperti itu, maka benda
tersebut berpindah searah dengan F1 + F2. Operasi ini disebut jumlah
vektor17 .
F2
F1
17
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: PenerbitErlangga
18
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
tan = 1,γγ
= tan-1 1,33 = 530
Jadi arah vektor resultan = 530 terhadap sumbu x positif
a. Menentukan vektor resultan dengan rumus cosinus
Kita telah menghitung vektor resultan dari dua vektor yang
segaris kerja dan dua vektor yang saling tegak lurus. Bagaimana-kah
menghitung vektor resultan untuk dua vektor yang tidak segaris kerja
dan tidak saling tegak lurus?
Kita bisa menghitung vektor resultan dari dua vektor yang
berarah sembarang dengan menggunakan rumus cosinus. Rumus
cosinus yang digunakan untuk menghitung resultan besar dua vektor
yang arahnya sembarang adalah:
Misalnya terdapat dua vektor, F1 dan F2 sebagaimana tampak
pada gambar di bawah.
sin θ = (2.13)
Jawaban :
Besar vektor resultan kita hitung menggunakan persamaan:
R=√
R=√
R=√
R=√
R=√
R = 6,08 N
C C B
B
A A
sin =
cos =
Θ = tan-1 (2.15)
Jawab:
Yang ditanyakan pada soal di atas adalah komponen vektor F pada sumbu
x dan y (Fx dan Fy).
Fx= F cos = (δ0) (cos ζ00 ) = (40) (0,5) = 20 N
Fy = F sin = (δ0) (sin ζ00 ) = (40) ( √ ) = (40) (0,87) = 43,8 N
1. Pendahuluan
Bagian ilmu fisika yang mempelajari gerak benda dan pengaruh
lingkungan terhadap gerak benda disebut mekanika. Kinematika adalah
bagian dari mekanika yang mempelajari gerak suatu benda tanpa
memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut (massa benda
diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh benda selama geraknya hanya
ditentukan oleh kecepatan v dan atau percepatan a. Bagian yang
mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap gerak disebut
dinamika. Dalam bab ini kita akan membahas kinematika secara umum:
besaran-besaran yang terlibat, gerak benda dalam satu dimensi dan dua
dimensi.
2. Vektor Posisi
Posisi titik materi yang bergerak dalam dua atau tiga dimensi
ditulis dalam vektor, yang disebut vektor posisi. Vektor posisi adalah suatu
vektor yang menyatakan posisi suatu titik bidang atau suatu ruang19 . Posisi
suatu partikel dalam ruang dapat dinyatakan dalam vektor ̂ ̂ ̂ :
̂ ̂ ̂ ̂ ̂ ̂ (3.3)
Posisi suatu partikel dalam bidang dapat dinyatakan dalam vektor ̂ ̂ :
̂ ̂ ̂ ̂ (3.4)
Dengan (x,y,z) adalah koordinat partikel.
Bila partikel bergerak, posisinya berubah terus terhadap waktu.
Jadi partikel yang bergerak memiliki vektor posisi yang merupakan fungsi
waktu, demikian juga komponen-komponennya:
̂ ̂ ̂ (3.5)
3. Perpindahan
Perpindahan adalah sebagai perubahan posisi suatu titik materi
pada waktu tertentu20 .
19
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
20
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
r2 = r1 + Δr
(3.6)
Dalam bentuk komponen:
̂ ̂ ̂ ̂
̂ ̂ ̂ ̂
̂ ̂
̂ ̂ (3.7)
Keterangan:
Δr = perpindahan posisi dari titik 1 ke titik β
r2 = vektor posisi di titik 2
r1 = vektor posisi di titik 1
Jawab :
Untuk t1 = 1 s r 1 = (4 (1)2 ) ̂ - (6(1)2 + 2(1)) ̂
= 4̂ -8̂
Untuk t2 = 2 s r 2 = (4 (2)2 ) ̂ - (6(2)2 + 2(2)) ̂
= 16 ̂ - 28 ̂
Vektor perpindahan μ Δr = r2 – r1 = (16 ̂ - 28 )̂ – (4 ̂ - 8 )̂
= (16 ̂ - 28 –̂ 4 ̂ + 8 )̂
= (12 ̂ - 20 )̂
21
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
̅ = = 1 m/s
b. ̅ ̅x ̂ + ̅y ̂ = 2 ̂ + ̂
Besar kecepatan rata-rata: | ̅ | √̅ ̅ = √ =
2,24m/s
Arah kecepatan rata-rata: = tan-1 = tan-1 0,5 = 26,570
b. Kecepatan sesaat
Dalam perjalanan Mataram-Bima dengan mobil, kecepatan
rata-rata 60 km/jam tidaklah berarti kecepatan mobil konstan. Pada
kenyataannya kecepatan mobil tersebut berubah setiap saat. Kecepatan
sesaat dari suatu benda yang sedang bergerak adalah kecepatan benda
itu pada selang waktu yang sangat kecil (selang waktu mendekati nol) 22 .
Dengan perkataan lain kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata untuk
selang waktu mendekati nol. Secara matematis dapat ditulis:
̅ (3.12)
22
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
vx = dan vy =
maka :
v x= v x ̂ + v y ̂ (3.13)
Jawab:
a. vx = = = 0 + 2 (2t) = 4t
vy = = = (10) + 0,25 (3t2 ) = 10 + 0,75 t2
Persamaan umum kecepatan sesaat adalah:
vx= vx ̂ + vy ̂ = (4t) ̂ + (10 + 0,75t2 ) ̂
b. Vektor kecepatan pada t= 2 sekon
vx= (4t) ̂ + (10 + 0,75t2 ) ̂ = (4 (2)) ̂ + (10 + 0,75 (2)2 ) ̂
23
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan).Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jawab:
a. Diketahui : vx= 4t dan vy = 10 + 0,75t2
̅ = = = 4 m/s2
̅ = = = m/s2
|̅ | √̅ ̅ =√ = √ = 4,3 m/s2
̅
Arah vektorμ = tan-1 = tan-1 = tan-1 0,38 = 20,80
̅
24
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga.
Jawab:
a. vx = = = 5 + 16 t + 12t2 – t3
a= = = 16 + 24t – 3t2
∫ ∫
v – v0 = ∫
v = v0 + ∫ (3.25)
Jawab:
̂ 4 )̂ , vo = (4 +
Diketahui : a=(2 + ̂ 0 )̂ , ro =(10 +
̂ 10 )̂
a. v = v0 + ∫
v = (4 +̂ 0 )̂ + ∫ ̂ ̂ dt
v= 4+ ̂ 0 ̂ + 2t ̂ + 4t ̂
v = (2t + 4) ̂ + 4t ̂
v = {(2t + 4) ̂ + 4t ̂ } m/s
25
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://www.e-
dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
1. Vektor posisi suatu benda diberikan oleh r=(t3 -2t2 ) ̂ + (3t2 ) ,̂ t dalam
sekon dan r dalam meter. Tentukan besar dan arah perpindahan dari t 2 =
3 sekon dan t1 = 2 sekon.
2. Seekor tikus mempunyai koordinat (-2m, 3m) pada waktu t1 = 0 dan
koordinat (6m, 5m) pada waktu t2 = 1 sekon. Untuk selang waktu ini,
tentukan:
a. Komponen-komponen kecepatan rata-rata.
b. Besar dan arah kecepatan rata-rata.
3. Vektor posisi suatu partikel adalah r(t)=x(t) ̂ + y (t) ,̂ dengan x(t)= at+b
dan y(t)= ct2 + d, dimana a = 1 m/s, b = 1 meter, c = , dan d = 1
meter. Hitunglah kecepatan rata-rata selama selang waktu t= 2 sekon
hingga t= 4 sekon, dan tentukan besar kecepatan rata-rata.
4. Posisi sebuah partikel diberikan oleh; r(t)=x(t) ̂ + y(t) ̂ dengan
x(t)= 2t+1 dan y(t)= 4t2 + 2, untuk r, x, dan y dalam meter, t dalam
sekon, dan konstanta dalam satuan yang sesuai.
a. Tentukan vektor posisi dan jarak partikel dari titik asal pada saat t=2
s.
b. Tentukan perpindahan dan kecepatan rata-rata partikel didalam
selang waktu t=2 s hingga t=5 s.
c. Turunkan persamaan umum kecepatan partikel
d. Tentukan kecepatan partikel pada t=2 s.
5. Sebuah mobil mainan bergerak pada sebuah lapangan yang terletak
pada bidang xy. Posisi awal adalah koordinat (3m,0m). Komponen-
komponen kecepatan mobil dapat dinyatakan oleh fungsi:
vx= (4 )t dan vy = (10 ) + (0,75 )t2
a. Nyatakan persamaan umum posisi mobil.
b. Tentukan posisi mobil pada t= 2 sekon.
6. Seekor burung terbang pada bidang xy dengan vektor kecepatan yang
dinyatakan olehμ v= (α – t2 ) ̂ + ( t) ,̂ dengan α= β,1 m/s, = γ,ζ m/s 3 ,
Δx m
v (m/s)
50
40
30
20
10 α2 α3 α4 α5
α1
1 2 3 4 5 t (sekon)
Setelah mencari grafik hubungan antara perpindahan (Δx)
terhadap waktu (t) seperti gambar di atas. Maka selanjutnya mencari
kecepatan pada GLB adalah dengan menggunakan persamaan
trigonometri, besar kemiringan grafik ternyata merupakan kecepatan
gerak benda. Besar kecepatanya ditentukan dengan persamaan:
=v
atau
v = tan α
v= = = ……..=
v= = = …….=
26
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
t (s)
x – x0 =
x – x0 = [v0 . t + a . t2 – a . t0 2 – v0 . t0 ]
Untuk t0 = 0, maka persamaan:
Δx = v 0 . t + a t2 (3.30)
Dari persamaan (3.29) dan (3.30) diperoleh hubungan:
v = vo + a . t
Δx = v0 . t + a t2
27
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Δx =
v 2 = v 0 2 + 2 . a . Δx (3.31)
t t (s)
(a) (s) (b)
t (s) t (s)
(c) (d)
(s)
9. Gerak Vertikal
Gerak vertikal adalah gerak suatu benda pada arah vertikal pada
arah vertikal terhadap bumi, yang selama geraknya benda dipengaruhi oleh
gaya gravitasi bumi. Gerak vertikal termasuk gerak lurus berubah beraturan
(GLBB).
vo
h
g
v
Pada gerak vertikal ke bawah berlaku persamaan (3.29) dan
(3.30) yaitu: v = vo + a . t dan Δx = v0 . t + a t2 , jika kecepatan awal
sama dengan v0 , percepatan a sama dengan percepatan gravitasi bumi g,
dan perpindahan Δx sama dengan ketinggian h, maka diperoleh
kecepatan benda sampai bumi adalah:
v = vo + g . t (3.34)
Jarak benda dari titik awal pertama kali di jatuhkan sampai di
bumi disebut dengan ketinggian h yang besarnya:
h = v 0 . t + . g. t2 (3.35)
c. Gerak vertikal ke atas (GVA)
Gerak vertikal ke atas adalah gerak vertikal suatu benda yang
dilemparkan ke atas dengan kecepatan awal vo dan percepatan gravitasi
bumi g. Untuk gerak vertikal ke atas g negatif (benda menjauhi bumi).
Perhatikan gambar berikut:
v
vo h
-g v
x= vox . t (3.43)
28
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
y = v0y . t – . t2 (3.46)
sumbu y:
vox= vo cos α = vo cos 450 = √ vo
voy = vo sin α = vo sin 450 = √ vo
Kedua gunakan persaman jarak horisontal untuk mencari waktu:
x= vox . t
10 = √ vo (t)
t=
Ketiga gunakan persamaan jarak vertikal untuk mencari vo :
√
y = ( √ vo ) . ( ) – (10) ( )2
√ √
8 = (10) – 5 ( )
-2 = - 5 ( )
2
vo = = 500
vo = √ √ m/s
1. Pada gerak parabola, di titik manakah kelajuan benda paling kecil dan
paling besar?
2. Sebuah peluru ditembakkan pada sudut 30° terhadap horizontal
dengan kelajuan awal tertentu. Jika peluru kedua ditembakkan dengan
kelajuan awal yang sama, berapa sudut elevasi peluru kedua sehingga
menghasilkan jarak tembakan yang sama? Abaikan gesekan udara!
3. Seorang anak melempar batu dengan kecepatan 10 m/s pada arah yang
membentuk sudut 370 terhadap tanah (sin 370 = 0,6).Tentukan
kecepatan dan kedudukan batu setelah 0,5 sekon (g= 9,8 m/s 2 ).
4. Sebuah bola golf dipukul dengan kecepatan ζ,ε m/s berbentuk α
terhadap horizontal (sin α= 1β/1γ), dan percepatan gravitasi bumi
g= 9,8 m/s2 .
a. Berapa lama waktu bola golf sampai di tanah lagi
b. Berapa ketinggian maksimum yang dicapai bola golf
c. Berapakah jarak terjauh yang dicapai bola golf
5. Sebuah peluru ditembakkan di bumi dengan kelajuan tertentu. Peluru
lain ditembakkan di bulan dengan kelajuan awal yang sama. Abaikan
gesekan udara.
a. Peluru mana yang jarak terjauhnya lebih besar?
b. Peluru mana yang ketinggian maksimumnya lebih besar?
6. Sebuah mobil hendak menyeberangi sebuah parit yang lebarnya 6
meter. Perbedaan tinggi antara ke dua sisi parit adalah 5 meter (lihat
Gambar). Berapa kelajuan minimum mobil tersebut agar
penyeberangan mobil itu dapat berlangsung.
5m
O
P 6m
θ
R R
Satu radian adalah sudut datar pada pusat lingkaran di antara dua
buah jari-jari yang mencakup busur sepanjang jari-jari pada keliling
lingkaran. Jadi sudut dalam radian dinyatakan panjang busur x yang ia
cakup pada lingkaran dengan jari-jari R adalah:
x= R.θ (3.57)
Karena keliling lingkaran βπ kali (βπ = ζ,β8……), maka dalam satu
putaran penuh 3600 , terdapat βπ atau ζ,β8 radian, jadi:
1 rad = = 57,30
3600 = βπ rad = ζ,β8 rad
1800 = π rad = γ,1δ rad
b. Kecepatan sudut
Pada saat titik t1 garis patokan OP pada benda yang sedang berputar
membuat sudut 1 dengan garis OX. Kemudian pada saat titik t2 besar sudut
bertambah menjadi 2 . Perhatikan gambar berikut:
y
t2
P
Δθ
θ2 t1
θ1
0 x
Pengantar Fisika Dasar 1_71
Kecepatan sudut (ω) sebuah benda adalah perubahan koordinat
sudut, yakni perpindahan sudut ( ) persatuan waktu t. Jika berubah dari 0
menjadi dalam selang waktu antara t1 = t0 hingga t2 =t , maka kecepatan
sudut rata-rata ( ̅):
̅ (3.58)
Kecepatan sudut sesaat ω didefinisikan sebagai harga limit yang
didekati perbandingan ini bila Δt mendekati nol. Persamaan kecepatan
sudut sesaat:
(3.59)
Dalam menentukan posisi sudut dari fungsi kecepatan sudut
mirip dengan penurunan persamaan (3.24) pada gerak linier yaitu:
x = x0 + ∫ . Untuk menentukan posisi sudut sesaat pada gerak
melingkar dapat diturunkan dengan teknik integrasi:
ω(t)=
∫ =∫
– 0 = ∫
θ = θ0 + ∫ (3.60)
c. Percepatan sudut
Jika kecepatan sudut berubah sebesar Δω dalam selang waktu Δt,
dikatakan benda itu mempunyai percepatan sudut. Percepatan sudut rata-
rata didefinisikan sebagai hasil bagi perubahan kecepatan sudut dengan
selang waktu29 . Secara matematis dapat ditulis persamaan percepatan sudut
rata-rata adalah:
̅ (3.61)
Percepatan sudut sesaat α didefinisikan sebagai harga limit yang
didekati perbandingan ini bila Δt mendekati nol.persamaan percepatan
sudut sesaat adalah:
(3.62)
29
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan).Jakarta: Penerbit Erlangga.
x
dengan mengintegrasikan persamaan (3.59) dengan batas awal t= 0
hingga t, akan diperoleh sebagai fungsi waktu t.
∫ =∫
∫ =∫
ω= ∫
ω = α . t + C1 y
θ
x
a P
aR
R
θ
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://
www.e-dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika
Edisi Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas,
Bunyi). Jakarta: Bina Cipta.
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga.
1. Pendahuluan
Pernahkah Anda berpikir; mengapa kita bisa begitu mudah berjalan
di atas lantai keramik yang kering, tetapi akan begitu kesulitan jika lantai
tersebut berubah menjadi basah? Mengapa diperlukan jarak yang jauh
untuk menghentikan kapal laut begitu kapal tersebut berjalan? Mengapa
kaki kita terasa lebih sakit manakala menendang batu besar daripada ketika
menendang batu kerikil? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut
menghantarkan kita pada kajian tentang dinamika, cabang mekanika yang
mempelajari gerak dan gaya yang menyebabkannya. Pada bagian ini, akan
menggunakan besaran-besaran dasar kinematika, yaitu jarak/perpindahan,
kecepatan, dan percepatan yang dihubungkan dengan dua konsep baru,
yaitu gaya dan massa.
Hukum tentang gerak dan penyebabnya sudah mulai dikaji sejak
zaman Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles menganggap bahwa suatu
gaya, baik berupa tarikan maupun dorongan diperlukan untuk menjaga
suatu benda bergerak. Pandangan ini meskipun agaknya logis dan sesuai
dengan apa yang diamatai secara awam, namun pada saatnya nanti (ketika
kita mempelajari Hukum Pertama newton) kita akan melihat adanya
kesalahan fatal pada pandangan Aristoteles tersebut. Pada generasi
berikutnya lahir ilmuan seperti Copernicus, Brahe dan Keppler yang
banyak menawarkan model analisis gerak benda-benda langit. Galileo
bahkan telah memperkenalkan suatu besaran yang ia namai sebagai
kuantitas gerak. Besaran inilah yang kini dikenal sebagai momentum. Pada
tahun meninggalnya Galileo lahirlah Issac Newton yang kemudian menjadi
orang pertama yang berhasil memberikan penjelasan secara mendasar
tentang hukum-hukum gerak melalui ketiga hukumnya yang terkenal30 .
Hukum newton, meskipun tampak sangat sempurna, kini kita juga
mendapati bahwa hukum-hukum tersebut tidak berlaku universal, namun
masih membutuhkan modifikasi untuk benda pada kecepatan sangat tinggi
30
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http:// www.e-
dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
31
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
∑F= 0 (4.1)
Dapat dikatakan bahwa hukum pertama Newton ini merupakan
definisi bagi kerangka inersial. Kerangka acuan inersia yang digunakan
untuk menganalisis gerak di atas permukaan bumi adalah bumi itu sendiri.
Hukum pertama Newton lebih presisi dibanding dengan apa yang diusulkan
Aristoteles. Tanpa adanya gaya luar, sebuah benda yang bergerak akan
tetap terjaga bergerak. Dengan kata lain kecepatannya tidak akan berubah
baik besar maupun arah. Ketahanan sebuah benda untuk merubah gerakan
disebut inersia. Hukum pertama Newton ekivalen dengan mengatakan
sebuah benda mempunyai inersia33 .
Hukum pertama Newton ini sebenarnya merupakan dasar dari
konsep keseimbangan, sebab jika resultan semua gaya yang bekerja pada
sebuah benda sama dengan nol, maka benda tersebut dikatakan dalam
keadaan seimbang. Apabila menggunakan penguraian gaya-gaya, maka
benda yang seimbang harus memenuhi syarat-syarat berikut:
∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0 (4.2)
Dimana ∑Fx menyatakan jumlah gaya yang bekerja pada suatu
benda dalam arah sumbu x dan ∑Fy menyatakan jumlah gaya yang bekerja
pada suatu benda dalam arah sumbu y.
Contoh Soal:
1. Misalkan, sebuah balok digantungkan pada seutas tali, jika massa benda
m dan percepatan gravitasi g. Berapakah tegangan tali ?
m
32
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
33
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
T
T
w
w
Dimisalkan gaya berat w dengan tegangan tali T maka:
∑ Fy = 0 (dalam hal ini hanya ada gaya yang bekerja pada sumbu
y)
T + (- w) = 0
Arah w berlawanan dengan T, arah T dianggap positi, jadi:
T–w=0
T = w = m.g
34
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
35
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
FReaksi
FAksi
36
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta..
N
FAksi
FReaksi
Gaya ini ditimbulkan oleh meja pada benda itu; gaya ini biasanya
disebut gaya normal (N) karena tegak lurus bidang sentuh persekutuan. Jika
w ditafsirkan sebagai gaya yang bekerja pada meja yang ditimbulkan oleh
benda (aksi), maka N adalah gaya yang bekerja pada benda yang
ditimbulkan oleh meja (reaksi).
37
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: PenerbitErlangga.
38
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga.
maksimum.
fk = k . N
gesekan kinetik, maka secara matematis dapat ditulis:
Fx
fk
F cos α - k . m . g = m . a (4.12)
Jika papan atau lantai licin berarti gaya gesekan sangat kecil
atau nol (f = 0), maka persamaan (4.11) menjadi:
F cos α = m . a
Menurut Hukum kesatu Newton berlaku gaya-gaya yang
bekerja pada arah vertikal yaitu:
∑Fy = 0
Fy + N – w = 0
F sin α + N – w = 0 (4.13)
N y
F N x
a F
fk
wx w sin α
fk wy
w w cos α
α
∑Fx = m . a
F – fk – wx = m . a
F – fk – w sin α = m . a
F - k . N – m . g sin α = m . a (4.14)
2) Benda diletakkan pada bidang miring yang kasar dengan koefisien
gesekan sehingga benda tersebut bergerak turun dengan percepatan
tetap. Jadi benda melakukan GLBB turun, persamaan berlaku:
a
fk
wx
wy
w
α
∑Fx = m . a
w x – fk = m . a
w sin α – fk = m . a
m . g sin α - k . N= m . a (4.15)
3) Benda diletakkan pada bidang miring yang kasar dengan koefisien
gesekan besar didorong ke atas maka benda diam. Sehingga ada dua
kemungkinan yaitu: (1) benda diam, (2) benda bergerak lurus
beraturan (GLB) naik (a=0 , v≠ 0), persamaan berlaku:
wx
fs wy
w
α
∑Fx = m . a
F – fs – wx = 0
F – fs – w sin α = 0
F - s . N – m . g sin α = 0 (4.16)
4) Benda diletakkan pada bidang miring yang kasar dengan koefisien
gesekan besar didorong ke bawah. Sehingga ada dua kemungkinan
yaitu: (1) benda diam, (2) benda bergerak lurus beraturan (GLB) ke
bawah (a=0 , v≠ 0), persamaan berlakuμ
N
a
fs
wx
wy
w
α
∑Fx = m . a
w x – fs = 0
w sin α – fs = 0
m . g sin α - s . N= 0 (4.17)
Catatan penting:
1. Pada bidang miring licin, gaya gesekan di abaikan (f=0), sehingga
persamaan (4.14) dan (4.15) nilai fk dan fs adalah nol.
2. Hanya ada tiga kemungkinan yang mungkin terjadi yaitu gambar
(1), (2) dan (3). Sedangkan gambar (4) tidak mungkin.
3. Semua keadaan pada gambar (1), (2), (3) dan 4, berlaku persamaan
pada arah vertikal yaitu:
∑Fy = 0
wy - N = 0
N = wy = m . g cos α (4.18)
T1 T1 T2 T2 F
fk1 fk2
w1 w2
Kedua benda berhubungan dengan tali memberikan tegangan (T),
sehingga menurut Hukum kedua Newton pada sistem ini berlaku:
∑Fx = m . a
F – T2 + T2 – fk2 – T1 + T1 – fk1 = ∑m . a
F – fk2 – fk1 = (m1 + m2 ) a
a= (4.19)
jika kedua benda bergesekan dengan bidang licin sempurna maka
gaya gesekan sangat kecil (fk=0), maka persamaannya:
a= (4.20)
menurut Hukum kedua Newton, besar tegangan tali T1 pada benda 1
adalah:
∑Fx = m . a
T1 –f1 = m1 . a (4.21)
Sedangkan untuk benda 2, berlaku persamaan adalah:
∑Fx = m . a
F – T2 + T2 – T1 – f2 = m2 . a
F – T1 – f2 = m2 . a (4.22)
2) Sistem benda yang dihubungkan dengan katrol
Tentukan percepatan dan tegangan tali (T) ?
N
T T
m1 m
T T a
w1
m2 m
w2
a a
w
w w
Gambar b. Gambar c.
Gambar a.
30 0 60 0
T2 T1
T3
20 N
T2 T1 T1
α β
C
20 N
A C
T T
10. Tiga buah balok (lihat gambar). Mula-mula bergerak turun dengan
kecepatan tetap 2 m/s. Ketiga benda kemudian ditarik dengan gaya
120 N. Massa benda A, B, dan C berturut-turut adalah 10 kg, 15 kg,
dan 10 kg. Koefisien gesekan antara A, B, dan C terhadap bidang
11. Perhatikan gambar di bawah ini. Jika sistem benda dalam keadaan
diam. Berapakah besar gaya gesekan yang bekerja pada bidang miring.
Jika wA = 100N, dan wB= 1ε0 N. (α= γ00 )
A B
300
12. Sebuah benda bergerak, maka gaya gesekan statis berubah menjadi
k =
gaya gesekan kinetik. Buktikan bahwa koefisien gesekan kinetik :
(petunjuk: gunakan persamaan (4.15)).
Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://
www.e-dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika
Edisi Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas,
Bunyi). Jakarta: Bina Cipta.
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan). Jakarta: PenerbitErlangga.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga.
1. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari anda pasti sering mendengar atau
menggunakan kata usaha dan energi. Kata usaha yang sering kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari memiliki makna yang berbeda dengan
pengertian usaha dalam fisika. Usaha dan energi hanya memiliki besar dan
tidak mempunyai arah karena termasuk besaran skalar, sehingga analisis
kita menjadi lebih mudah dibandingkan dengan ketika kita mempelajari
gaya. Walaupun gaya dan perpindahan termasuk besaran vektor tetapi
usaha merupakan besaran skalar karena diperoleh dari perkalian skalar.
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari
membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang
diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk
bergerak dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga
membutuhkan energi untuk hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.
Energi merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam fisika.
Konsep yang sangat erat kaitannya dengan usaha adalah konsep energi.
Secara sederhana, energi merupakan kemampuan melakukan usaha.
Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau kurang valid
untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi cahaya
tidak dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum.
Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai
contoh, jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha atau kerja
yang kita lakukan menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat yang
sama, energi kimia dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian
energi kimia dalam tubuh berubah menjadi energi kinetik sepeda motor.
Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain.
Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni
kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat
kekal atau tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah
bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain.
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak jenis energi. Energi
kimia pada bahan bakar membantu kita menggerakan kendaraan, demikian
2. Usaha
Usaha atau Kerja yang dilambangkan dengan huruf W (Work),
digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F) ketika Gaya
bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal yang
paling sederhana adalah apabila gaya (F) bernilai konstan (baik besar
maupun arahnya) dan benda yang dikenai gaya bergerak pada lintasan lurus
dan searah dengan arah gaya tersebut39 . Secara matematis, usaha yang
dilakukan oleh gaya yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali
perpindahan dengan gaya yang sejajar dengan perpindahan.
39
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Jawab:
Untuk mengetahui usaha total, terlebih dahulu kita hitung besar
usaha yang dilakukan masing-masing gaya : (A = anak, g = gesekan, w =
berat dan N= gaya normal).
40
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
b. Usaha total
W = EK2 - EK1
EK2 = 67,5 Joule
EK1 = m.v2 = m (0) = 0 — laju awal bola (vo ) = 0
Dengan demikian, usaha total : W = 67,5 Joule - 0 = 67,5 Joule
b. Energi Potensial
1) Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi dimiliki benda karena posisi relatifnya
terhadap bumi. Setiap benda yang memiliki energi potensial gravitasi dapat
41
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
42
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
43
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
44
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
45
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
b. Efisiensi
Alat atau mesin tidak mungkin mengubah seluruh energi yang
diterimanya menjadi energi yang bermanfaat, tetapi ada sebagian energi
yang dibuang. Proses ini merupakan sifat alami sehingga dikemukakan
konsep efisiensi (daya guna). Jika energi yang terima oleh alat pengubah
energi disebut masukan (input) dan energi yang diubah ke bentuk yang
bermanfaat disebut keluaran (output)46 .
Efisiensi ( ) didefinisikan hasil bagi energi keluaran dengan energy
masukan dikali seratus persen. Secara matematis dapat ditulis:
= x 100% (5.24)
46
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
100 m
B
Lantai
6. Seorang pembalap naik sepeda melintasi bidang miring dengan sudut
kemiringan 300 . Massa sepeda dengan anak 80 kg. Pada saat sepeda
berkecepatan 2 m/s, sepeda mulai direm. Agar sepeda dapat berhenti
dalam jarak 20 meter. Berapakah besar gaya pengeremannya.
B Acuan
8. Sebuah air terjun buatan yang terletak pada ketinggian 60 meter dapat
mengalirkan air 100.000 kilogram tiap menit. Air itu digunakan untuk
memutar turbin yang dihubungkan dengan generator. Daya listrik yang
dihasilkan 500 kilowatt. Hitunglah efisiensi generator itu. (g=9,8
m/s2 ).
9. Sebuah balok bermassa 4 kg dalam keadaan diam di sebuah bidang
miring α= γ00 . Balok itu mendapat gaya sebesar 40 N serah bidang
miring ke atas. Ketika jarak 1 meter, berapakah daya yang diberikan
oleh gaya tersebut.
Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
v
F
47
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Jawab :
Terlebih dahulu arah positifnya (pemilihan ini boleh sembarang).
Misalkan arah ke utara kita ambil sebagai arah positif. Oleh karena itu:
a. Momentum awal mobil : po = m . vo = 2000 kg x 20 m/s = 40000 kg
m/s
arah po ke utara
b. Momentum akhir : pt = m . vt = 2000 kg x 5 m/s = 10000 kg m/s
arah pt ke utara
c. Perubahan momentum bisa dinotasikan sebagai:
Δp = p – p
t o
= 10000 kg m/s - 40000 kg m/s = -3000 kg m/s
48
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
c
Dari gambar c, diperoleh persamaan hukum kekekalan momentum
yaitu:
FAksi = - FReaksi
F1 = - F2
F1 . Δt = - F2 . Δt
Keterangan:
p1 , p2 = momentum benda 1 dan benda 2 sebelum tumbukan (kg m/s)
p1 ‘ , p2 ‘ = momentum benda 1 dan benda 2 setelah tumbukan (kg m/s)
m1 , m2 = massa benda 1 dan benda 2 (kg)
v1 , v2 = kecepatan benda 1 dan benda 2 sebelum tumbukan (m/s)
v1 ‘ , v2 ‘ = kecepatan benda 1 dan benda 2 setelah tumbukan (m/s)
Persamaan (6.6) adalah Hukum kekekalan momentum: Jumlah
momentum benda-benda sebelum dan setelah tumbukan adalah tetap
asalakan tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda itu.
3. Tumbukan
Secara umum terdapat beberapa jenis tumbukan, antara lain
tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian dan tumbukan
tidak lenting sama sekali49 .
a. Tumbukan lenting sempurna
Dua benda dikatakan melakukan Tumbukan lenting sempurna jika
Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan=
momentum dan energi kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain, pada
tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan
Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi
Kinetik berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sempurna karena total
massa dan kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun setelah
tumbukan. Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan
lenting sempurna karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang.
Perhatikan ilustrasi berikut:
49
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
c
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling mendekat. Benda
1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak dengan kecepatan v2 .
Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam arah yang berlawanan.
Perhatikan (c) bahwa kecepatan merupakan besaran vektor sehingga
dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan
bertanda positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa
dan kecepatan, maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan
energi kinetik (EK = ½ mv2 ). Total Momentum dan Energi Kinetik kedua
benda sama, baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.
Berdasarkan persamaan (6.5) Hukum Kekekalan Momentum dapat ditulis
sebagai berikut :
m1 v1 + m2 v2 = m1 v1 ‘ + m2 v2 ‘
m1 v1 – m1 v1 ‘ = m2 v2 ‘ – m2 v2
m1 (v 1 – v 1 ’) = m2 (v 2 ’ – v 2 ) (6.7)
Untuk tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan energi
kinetik:
EK1 + EK2 = EK1 ‘ + EK2 ‘
m1 v1 2 + m2 v2 2 = m1 v1 ‘ β – m2 v2 ‘ β
m1 (v 1 2 - v 1 ’2 ) v 2 2 = m2 (v 2 2 –v 2 ’2 ) (6.8)
Persamaan (6.8) dibagi persamaan (6.7) diperoleh:
=–
( ) ( )
=–
v1 + v1 ‘ = v2 + v2 ‘
– v2 ‘ + v1 ‘ = v2 – v1
( )
=1 (6.9)
Contoh Soal:
Mobil dengan massa 500 kg bergerak dengan kecepatan tetap v. energi
kinetiknya EK = 100.000 joule. Tentukan momentum dan kecepatan
tersebut v (dengan satuan km/jam).
Jawab:
Hubungkan EK dengan p adalah :
EK =
P=√
P = m1 . v
√ = m1 . v
√ √
v= = = = 20 m/s
Suatu tumbukan dikatakan Tumbukan Tidak Lenting sama sekali
apabila dua benda yang bertumbukan bersatu atau saling menempel setelah
tumbukan. Salah satu contoh populer dari tumbukan tidak lenting sama
sekali adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat
yang sering digunakan untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru.
Sebuah balok besar yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung
seperti pendulum. Setelah itu, sebutir peluru ditembakkan pada balok
tersebut dan biasanya peluru tertanam dalam balok. Sebagai akibat dari
tumbukan tersebut, peluru dan balok bersama-sama terayun ke atas sampai
ketinggian tertentu (ketinggian maksimum). Lihat gambar di bawah ini.
½ (m1 + m2 ) ( v‘ )2 = (m2 + m1 ) g h
½ ( v‘ )2 = g h
v’ = √ (6.17)
Selanjutnya substitusikan persamaan (6.16) dengan (6.17), maka
diperoleh kecepatan peluru:
v1 = √
atau
vP = √ (6.18)
Keterangan:
vP =v1 = kecepatan peluru (m/s)
vB = v2 = 0 = kecepan Balok (diam)
mP = m1 = massa peluru (kg)
mB =m2 = massa balok (kg)
h = ketinggian (m)
v1
h1
v1’ h2
Lantai v2 =v2’ = 0
e=√ (6.19)
untuk nilai koefisien restitusi e pada tumbukan lenting sebagian
adalah terletak 0 < e < 1.
50
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Jawab:
Diketahui : m = 2 kg dan v A ’ = - 5 m/s
A
m = 4 kg
B
v = 4 m/s
A
v = - 3 m/s
B
Ditanya :
a. v B ’? b) e? c) ΔE ?
K
Jawab :
Ambil arah kekanan sebagai arah positif
mA mB
Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
1. Pendahuluan
Konsep keseimbangan benda tegar merupakan pengetahuan dasar
yang sangat penting dan mempunyai banyak penerapan dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bidang teknik. Dalam pembahasan ini, kita tetap
menganggap benda sebagai benda tegar. Suatu benda disebut sebagai benda
tegar jika jarak antara setiap bagian benda itu selalu sama. Dalam hal ini,
setiap benda bisa kita anggap tersusun dari partikel-partikel atau titik-titik,
di mana jarak antara setiap titik yang tersebar di seluruh bagian benda
selalu sama.
Dalam kenyataannya, setiap benda bisa berubah bentuk (menjadi
tidak tegar), jika pada benda itu dikenai gaya atau torsi. Misalnya beton
yang digunakan untuk membangun jembatan bisa bengkok, bahkan patah
jika dikenai gaya berat yang besar, derek bisa patah jika beban yang
diangkat melebihi kapasitasnya. Mobil bisa bungkuk kalau gaya berat
penumpang melebihi kapasitasnya. Dalam hal ini benda-benda itu
mengalami perubahan bentuk. Jika bentuk benda berubah, maka jarak
antara setiap bagian pada benda itu tentu saja berubah atau benda menjadi
tidak tegar lagi. Untuk menghindari hal ini, maka kita perlu mempelajari
faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan agar sebuah benda tetap tegar 51 .
2. Syarat Kesetimbangan
Benda dikatakan berada dalam kesetimbangan apabila :
a. Benda itu sebagai satu keseluruhan tetap diam atau bergerak
menurut garis lurus dengan kecepatan konstan.
b. Benda itu tidak berotasi sama sekali atau berotasi dengan kecepatan
tetap
Apabila benda dalam kesetimbangan maka resultan dari semua
gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Artinya :
Σ Fx = 0 dan Σ Fy = 0 (7.1)
Fx adalah komponen-komponen gaya pada sumbu X, Fy adalah
komponen-komponen gaya pada sumbu Y . Resultan vektornya :
51
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Momen Gaya
Momen gaya : perkalian antara besarnya gaya dengan lengan dari
gaya tersebut dengan persamaan:
Γ=F.I (7.2)
F1
I
o
F2
Disini:
Γx= (Fz . y – Fy . z) ̂
Γy =(Fx . z – Fz . x) ̂
F1
I
F2
Jawab :
Garis kerja adalah PL, sedangkan lengan adalah OL, segitga OLP adalah
siku-siku sehingga :
0
OL = OP sin 30
0
OL = 3 sin 30 = 1,5 m
Gaya 20 N cendrung memutar tongkat OP searah jarum jam terhadap poros
O, sehingga :
Γ = - F. OL
Γ = - 20 . (1,5) = - 30 N
2. Sebuah papan panjang 3 m dengan berat yang dapat diabaikan diam
dengan ujung-ujungnya diatas pijakan. Sebuah balok 60 N berada pada
papan itu2 m dari ujung kiri dan 1 m dari ujung kanan. Brapakah gaya
pada masing masing pijakan ?
Syarat setimbang:
∑F = 0 dan ∑Γ = 0
4. Gaya-Gaya Sebidang
Gaya-gaya sebidang terletak dalam satu bidang datar, suatu sistem
yang berpotongan terdiri dari gaya-gaya yang berpotongan di suatu titik
52
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
5. Pusat Massa
Pada sistem benda titik tiap anggota sistem mempunyai massa,
maka massa dari sitem benda titik adalah jumlah dari massa-massa anggota
sistem dan letak dari massa total ini adalah pada pusat massanya. Pusat
massa adalah titik tangkap dari resultan gaya–gaya berat pada setiap
anggota sistem, yang jumlah momen gayanya terhadap titik tangkap ini
(pusat massa) sama dengan nol. Dikatakan juga bahwa pusat massa adalah
sebuah titik pada sitem benda titik yang bila dikerjakan gaya luar akan
mengakibatkan benda bergerak translasi murni. Setiap benda titik
mengalami gaya tarik bumi dengan gaya w = mg disbut gaya berat, arah
gaya ini menuju pusat bumi, gaya ini akan berpotongan di tempat yang jauh
sekali, arahnya dapat dikatakan sejajar 53 . Jadi :
Wsistem = ∑m . g
53
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅
(xpm , ypm , zpm), adalah koordinat dari pusat massa. Perhatikan :
̅̅̅̅̅̅̅ ̅
̅̅̅̅̅
̅ ̅
̅̅̅̅̅
̅
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅
̅ ̅
̅̅̅̅̅
untuk benda rigid :
∑ ∫
yang terdiri dari banyak sekali titik-titik massa. Jadi koordinat titik massa
benda rigid:
∫ , ∫ , dan ∫
Contoh Soal:
1. Tentukanlah letak titik pusat massa dari system benda titik yang terdiri
dari m1 = 5 kg pada (0,0), m2 = 30 kg pada (15,20), m3 = 20 kg pada
(30,0) dan m4 = 15 kg pada (-15,10), dalam cm.
Jawab:
m = ∑ mi = (5 + 30 + 20 + 15) = 70 kg
̅̅̅̅̅ = = 11,8 cm
̅̅̅̅̅ = = 10,7 cm
∫
Di mana μ dm = . dx , dan = , sehingga:
∫
̅̅̅̅̅ = cm
6. Titik Berat
Titik berat adalah titik-titik yang dilalui oleh garis kerja dari
resultan gaya berat sitem benda titik, berarti merupakan titik potong dari
garis kerja gaya berat bila letak dari
sitem ini berubah-ubah. Misal benda
rigid seperti gambar dibawah ini : Titik
berat adalah titik-titik yang dilalui oleh
garis kerja dari resultan gaya berat sitem
benda titik, berarti merupakan titik
potong dari garis kerja gaya berat bila
letak dari sitem ini berubah -ubah. Misal
benda rigid seperti gambar di bawah ini :
∫ ∫ ∫
xz = , yz = , dan zz =
∫ ∫ ∫
Contoh :
1. Sebuah mobil sedan memiliki 53% berat pada roda depan dan 47% berat
pada roda belakang. Jarak antara poros depan dan belakang adalah 2,46
m. Yang berarti gaya normal pada kedua roda depan adalah 0,53 w dan
pada roda belakang adalah 0,47 w, dimana w adalah berat total mobil.
Berapa jauh titik berat mobil tersebut dari poros belakang ?
xz = = 1,30 meter
Jawab :
Untuk luas benda yang di hitamkan adalah luas ABCD dikurang luas
lingkaran.
Bidang ABCD :
A = AB x BC
1
2
= 15 x 15 = 225 cm
x =0
1
y =0
1
Bidang lingkaran :
2 2
A2 = π.r = (3,14).(3) =λπ
x = 7,5 – 3 = 4,5
2
y = -(7,5 – 5) =-2,5
2
Maka titi berat benda yang dihitamkan terhadap titik O adalah :
4. Suatu rangka baja yang berbentuk segitiga sama sisi, dengan sisi 0,8 m,
digantung pada titik A, seperti pada gambar. Gaya-gaya sama besar (5
N) bekerja sepanjang ketiga sisi segitiga. Bagaimanakah efek resultan
ketiga gaya itu terhadap keseimbangan rangka baja?
22. Suatu daun pintu lebarnya 1,0 m dan tingginya 2,5 m berat 200 N
dan ditahan oleh dua buah engsel, yang satu 0,5 m dari tepi atas dan
lainnya 0,5 m dari tepi bawah. Setiap engsel menahan setengah dari
Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
1. Pendahuluan
Ketika menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut
bertambah panjang. Jika tarikanmu dilepaskan, maka karet akan kembali ke
panjang semula. Demikian juga ketika merentangkan pegas, pegas tersebut
akan bertambah panjang. Tetapi ketika dilepaskan, panjang pegas akan
kembali seperti semula. Mengapa demikian? hal itu disebabkan karena
benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya
luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan 54 . Jika sebuah gaya
diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut
berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan dengan perubahan
bentuk adalah pertambahan panjang. Perlu anda ketahui bahwa gaya yang
diberikan juga memiliki batas-batas tertentu. Sebuah karet bisa putus jika
gaya tarik yang diberikan sangat besar, melawati batas elastisitasnya.
Demikian juga sebuah pegas tidak akan kembali ke bentuk semula jika
diregangkan dengan gaya yang sangat besar. Jadi benda-benda elastis
tersebut memiliki batas elastisitas. Batas elastis itu apa? lalu bagaimana
kita bisa mengetahui hubungan antara besarnya gaya yang diberikan dan
perubahan panjang minimum sebuah benda elastis agar benda tersebut bisa
kembali ke bentuk semula? untuk menjawab pertanyaan ini, dengan
menggunakan Hukum Hooke.
2. Elastisitas
Pernyataan di atas, bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan
kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk
semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya
benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun
gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis.
Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik
54
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://www.e-
dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
55
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Elastisitas
Yang dimaksud dengan Modulus Elastisitas adalah perbandingan
antara tegangan dan regangan. Modulus ini dapat disebut dengan sebutan
Modulus Young.
a. Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya per satuan luas penampang56 . Satuan
tegangan adalah N/m2 Secara matematis dapat dituliskan:
σ=
b. Regangan (Strain)
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang suatu
batang terhadap panjang awal mulanya bila batang itu diberi gaya. Secara
matematis dapat dituliskan:
e=
Dari kedua persamaan di atas dan pengertian modulus elastisitas,
kita dapat mencari persamaan untuk menghitung besarnya modulus
elastisitas, yang tidak lain adalah:
56
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
57
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Frekuensi (f)
Selain periode, terdapat juga frekuensi atau banyaknya
getaran yang dilakukan oleh benda selama satu detik . Yang
dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran lengkap58 . Satuan
frekuensi adalah 1 persekon atau s -1 disebut juga hertz.
58
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
Pada titik setimbang, besar gaya total = 0, tetapi laju gerak benda
bernilai maksimum (vmaks ), sehingga benda bergerak terus ke atas sejauh -x.
Laju gerak benda perlahan-lahan menurun, sedangkan besar gaya pemulih
meningkat dan mencapai nilai maksimum pada jarak -x. Setelah mencapai
jarak -x, gaya pemulih pegas menggerakan benda kembali lagi ke posisi
setimbang (lihat gambar di bawah ini). Demikian seterusnya. Benda akan
bergerak ke bawah dan ke atas secara periodik. Dalam kenyataannya, pada
suatu saat tertentu pegas tersebut berhenti bergerak karena adanya gaya
gesekan udara.
T = βπ √
T = 2π √
b. Frekuensi Pendulum Sederhana
f= = = √
√
Keterangan: T adalah periode, f adalah frekuensi, L adalah panjang tali dan
g adalah percepatan gravitasi.
Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa periode dan
frekuensi getaran pendulum sederhana bergantung pada panjang tali dan
Jawab:
a) Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu
getaran lengkap. Karena pendulum melakukan 40 getaran dalam 20
detik, maka satu getaran dilakukan selama 2 detik (40/20 = 2). Jadi
T = 2 detik.
b) Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan dalam satu
detik. Karena satu getaran dilakukan selama 2 detik, maka dalam
satu detik pendulum melakukan setengah getaran. Kita juga
menghitungkan menggunakan persamaan di bawah :
f = = 0,5 getaran
Jadi dalam satu detik pendulum melakukan setengah getaran
lengkap.
2. Hitunglah panjang pendulum pada jam yang berdetak sekali tiap detik
dan Berapa periode jam dengan pendulum yang panjangnya 0,5 meter ?
Anggap saja percepatan gravitasi (g) = 10 m/s 2 .
Jawab :
a) Panjang pendulum pada jam yang berdetak sekali tiap detik.
Karena jam berdetak sekali perdetik, maka kita bisa menganggap
jam melakukan satu getaran selama satu detik (T= 1 sekon). Untuk
menentukan panjang pendulum, kita menggunakan persamaan :
Periode getaran-nya adalah 0,99 sekon (hasilnya tidak tepat = 0,99 sekon
karena dipengaruhi oleh faktor pembulatan)
Catatan :
Dalam kenyataannya, jam pendulum tidak tepat melakukan Gerak
Harmonik Sederhana (GHS) karena adanya gaya gesekan. Setelah
berayun beberapa kali, amplitudonya semakin berkurang akibat adanya
gaya gesek. Hal tersebut mempengaruhi ketepatan jam pendulum, di
mana periode pendulum sedikit bergantung pada amplitudo (simpangan
maksimum). Agar amplitudo jam pendulum tetap, sehingga periode
ayunan tidak bergantung pada amplitudo, maka pada jam pendulum
disertakan juga pegas utama (pada jam besar disertakan beban pemberat)
yang berfungsi untuk memberikan energi untuk mengimbangi gaya
gesekan dan mempertahankan amplitudo agar tetap konstan.
59
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Di mana f adalah frekuensi. (kita telah mempelajari hal ini pada Pokok
Bahasan Besaran-besaran fisis gerak melingkar beraturan). Subtitusikan
nilai ω ke dalam persamaan 3 :
60
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
Daftar Pustaka
Anonim. 1999. Belajar Fisika Lebih Mudah dan Menyenangkan. http://
www.e-dukasi.net/. Diakses tanggal 30 Juni 2009.
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika
Edisi Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas,
Bunyi). Jakarta: Bina Cipta.
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga
1. Pendahuluan
Dalam fisika, fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat
mengalir. Anda mungkin pernah belajar di sekolah bahwa materi yang kita
temui dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari zat padat, cair dan gas.
Istilah fluida mencakup zat cair dan gas, karena zat cair seperti air atau zat
gas seperti udara dapat mengalir. Zat padat seperti batu atau besi tidak
dapat mengalir sehingga tidak bisa digolongkan dalam fluida. Zat gas
dapat mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
kita sehari-hari. Setiap hari kita menghirupnya, meminumnya dan bahkan
terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang
melaluinya, kapal laut mengapung di atasnya; demikian juga kapal selam
dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang kita minum dan
udara yang kita hirup juga bersirkulasi di dalam tubuh kita setiap saat,
hingga kadang tidak kita sadari.
61
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
P 2=P 0
P0 F2
A
dy h= y2-y1
Air
P 1=P
Air
y P w y1 y2
F1
62
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
63
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
4. Hukum Pascal
Setiap fluida selalu memberikan tekanan pada semua benda yang
bersentuhan dengannya. Air yang kita masukan ke dalam gelas akan
memberikan tekanan pada dinding gelas. Demikian juga apabila kita mandi
dalam kolam renang atau air laut, air kolam atau air laut tersebut juga
memberikan tekanan pada seluruh tubuh kita. Tekanan total air pada
kedalaman tertentu, misalnya tekanan air laut pada kedalaman 200 meter
merupakan jumlah tekanan atmosfer yang menekan permukaan air laut dan
―tekanan terukur‖ pada kedalaman β00 meter. Jadi selain lapisan bagian
atas air menekan lapisan air yang ada di bawahnya, terdapat juga atmosfer
atau udara yang menekan permukaan air laut tersebut.
Tekanan zat cair pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari
tekanan zat cair pada bagian di atasnya (ingat kembali pembahasan
mengenai Tekanan Pada Fluida). Semakin ke bawah, semakin besar
tekanan zat cair tersebut, sebaliknya semakin mendekati permukaan atas
wadah, semakin kecil tekanan zat cair. Besarnya tekanan sebanding dengan
ρ g h. Pada setiap titik pada kedalaman yang sama, besarnya tekanan sama.
Hal ini berlaku untuk semua zat cair dalam wadah apapun dan tidak
bergantung pada bentuk wadah tersebut. Apabila kita tambahkan tekanan
luar, misalnya dengan menekan permukaan zat cair tersebut, pertambahan
tekanan dalam zat cair adalah sama di mana-mana. Jadi apabila diberikan
tekanan luar, setiap bagian zat cair mendapat tekanan yang sama.
Karenanya besar tekanan selalu sama di setiap titik pada kedalaman yang
sama. Ini merupakan Prinsip Pascal, dicetuskan dan dinamakan sesuai
dengan nama pencetusnya, Blaise Pascal (1623-1662). Hukum Pascal
menyatakan:
Bahwa tekanan yang diberikan pada cairan dalam suatu tempat
tertutup akan diteruskan sama besar ke setiap bagian fluida dan
dinding wadah64 . Secara matematis bisa ditulis sebagai berikut :
64
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
Pkeluar
65
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
Fa
w
Pernyataan di atas dapat dirumuskan:
wbenda > Fa
mb . g > mf . g
ρb . Vbf . g > ρf . Vbf . g
ρb > ρf (8.12)
b. Melayang
Pada kasus melayang, gaya berat benda w sama dengan gaya
apung. Pada keadaan melayang, seluruh benda tercelup di dalam zat cair,
sehingga volume zat cair yang dipindahkan sama dengan volume benda.
66
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
Fa
w
Pernyataan di atas dapat dirumuskan:
wbenda = Fa
mb . g = mf . g
ρb . Vbf . g = ρf . Vbf . g
ρb = ρf (8.13)
c. Terapung
Pada kasus terapung, gaya berat benda w sama dengan gaya apung.
Pada keadaan terapung, ada sebagian benda muncul di atas permukaan dan
yang tercelup di dalam zat cair, sehingga volume zat cair yang dipindahkan
sama dengan volume benda yang tercelup dalam zat cair, dan ini lebih kecil
daripada volume benda. Jadi, untuk keadaan terapung berlaku bahwa massa
jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair. Perhatikan gambar di
bawah.
Fa
= ρ1 . A 1 . v 1 (8.16)
Keadaan yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa
yang melewati A2 selama rentang waktu Δt adalahμ
ρ2 . A2 . v 2 (8.17)
Volume fluida yang mengalir selama rentang waktu Δt pada luasan A 1 akan
memiliki jumlah yang sama dengan volume yang mengalir pada A 2 .
Dengan demikian:
ρ1 . A1 . v 1 = ρ2 . A2 . v 2 (8.18)
Persamaan (8.18) disebut sebagai persamaan kontinuitas. Jika ρ1 = ρ2 , maka
persamaan tersebut dapat ditampilkan sebagai berikut:
A1 . v 1 = A 2 . v 2 (8.19)
Dengan persamaan (8.19), dapat dinyatakan bahwa pada aliran
fluida yang nonkompresibel (tidak termampatkan), kecepatan aliran
berbanding terbalik dengan luas penampang. Dengan demikian, pada fluida
8. Persamaan Bernoulli
Salah satu persamaan fundamental dalam persoalan dinamika
fluida adalah persamaan Bernoulli. Persamaan ini memberi hubungan
antara tekanan, kecepatan dan ketinggian pada titik-titik sepanjang garis
alir. Penurunan persamaan Bernoulli dapat dilakukan dengan menggunakan
hukum kekekalan energi, dalam hal ini kerja total (net-work) sama dengan
perubahan energi mekanik total yaitu perubahan energi kinetik ditambah
perubahan energi potensial. Fluida dinamika yang memenuhi hukum
Bernoulli adalah fluida ideal yang karakteristiknya; mengalir dengan garis-
garis arus atau aliran tunak, tak kompresibel dan tak kental.
P2
67
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
A P 1 + ρ g h1 = P 2 + ρ g h2
P 1 – P 2 = ρ g h2 - ρ g h1
h1 P1 – P2 = ρ g (h2 - h1 ) (8.25)
B
h2
h B
h
2
Kita terapkan persamaan Bernoulli pada titik 1 (permukaan wadah)
dan titik 2 (permukaan lubang). Karena diameter kran/lubang pada dasar
wadah jauh lebih kecil dari diameter wadah, maka kecepatan zat cair di
permukaan wadah dianggap nol (v1 = 0). Permukaan wadah dan permukaan
lubang/kran terbuka sehingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfer
(P 1 = P 2 ). Dengan demikian, persamaan Bernoulli untuk kasus ini adalah :
P 1 + ρ v1 2 + ρ g h1 = P 2 + ρ v2 2 + ρ g h2
ρ g h1 = ρ v2 2 + ρ g h2
Kecepatan aliran zat cair pada lubang di dasar wadah adalah:
ρ g h1 = ( v2 2 + g h2 ) ρ
g h1 = ( v2 2 + g h2 )
v2 2 = g h1 - g h2
A
v By = v oy = 0
h ay = g
B v= v ox
H
B
H-h
H-h
C D C R D
R
t=√ (8.27)
gerak alir fluida pada sumbu x merupakan GLB, sehingga berlaku
persamaan:
R = x = vox . t oleh karena v0x = vBx = √ , maka:
68
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
P1
A v1 B P2 v2
69
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
v1 = √ atau v 2 = (8.32)
( ) √[ ( ) ]
v2 2 - v2 2 =
[1 - ] v2 2 =
v2 2 =
[ ]
b. Tabung pitot
Tabung pitot digunakan untuk mengukur laju aliran gas/udara. Alat
ini dilengkapi dengan manometer raksa. Dengan mengetahui perbedaan
ketinggian raksa pada kedua kaki manometer, aliran gas dapat ditentukan
kelajuannya (lihat gambar). Misalkan, Lubang pada titik 1 sejajar dengan
aliran udara. Posisi kedua lubang ini dibuat cukup jauh dari ujung tabung
pitot, sehingga laju dan tekanan udara di luar lubang sama seperti laju dan
tekanan udara yang mengalir bebas. Dalam hal ini, v1 = laju aliran udara
yang mengalir bebas (ini yang akan kita ukur), dan tekanan pada kaki kiri
manometer (pipa bagian kiri) = tekanan udara yang mengalir bebas (P 1 ).
ρ menyatakan massa jenis udara 70 .
70
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
P1
Hg
P1 + ρ v1 2 = P 2 + ρ v2 2
P1 + ρ v1 2 = P 2
P2 – P1 = ρ v 1 2 (8.37)
Beda tekanan antara titik 1 dan 2 sama dengan tekanan hidrostatis pada
manometer sehingga diperoleh:
P1 – P2 = ρ’ g h (8.38)
Substitusikan persamaan (8.37) dengan (8.38), diperoleh:
ρ v1 2 = ρ‘ g h
v1 2 =
v1 = √ (8.39)
Keterangan:
v= kelajuan aliran gas/udara (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi
h = beda tinggi zat cair dalam kaki manometer
ρ = massa jenis udara yang mengalir
ρ‘ = massa jenis zat cair dalam manometer
71
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I, Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
1. Suhu
Suhu atau temperatur adalah besaran yang menunjukkan derajat
panas atau dingin suatu benda 72 . Ketika kita memanaskan atau
mendinginkan suatu benda sampai pada suhu tertentu, beberapa sifat fisik
benda berubah. Sebagai contoh; ketika memanaskan sebatang besi, besi
akan memuai, begitu pula ketika mendinginkan air sampai suhu dibawah
nol, air tersebut akan berubah menjadi es.
a. Sifat termometrik zat
Sifat termometrik zat adalah sifat-sifat zat yang berubah ketika
suhunya berubah. Sifat-sifat tersebut antara lain: warna, volume,
tekanan, dan daya hantar listrik73 .
b. Mengukur suhu dengan termometer
Untuk mengukur suhu suatu benda digunakan termometer. Zat cair
yang paling banyak dipakai untuk mengisi tabung termometer adalah
raksa. Kelebihan raksa dibanding zat cair lainnya antara lain :
1) Keseimbangan termal terhadap zat yang akan diukur lebih cepat.
2) Memiliki titik beku rendah, yaitu –39o C dan titik didih tinggi, yaitu
357o C.
3) Memiliki kenaikan volume yang teratur pada saat terjadi perubahan
suhu.
4) Memiliki miniskus cembung sehingga pengukuran suhu lebih
akurat.
5) Mudah dilihat karena raksa mengkilat
c. Jenis termometer
1) Termometer bimetal
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai
jika dipanaskan.
2) Termometer hambatan
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa bila seutas kawat logam
72
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
73
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
74
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
atau
T0R = (T0F-32) T0F = (T0R)+32
Contoh soal :
Suhu dalam skala derajat Celcius menunjukkan angka 30o C. Berapakah
angka yang ditunjukkan dalam skala derajat:
a. Reamur ? ; (b) Fahrenheit ?; (c) Kelvin ?
Jawab :
T0 C = 30o C
2. Pemuaian Zat
a. Pemuaian zat padat
Pemuaian zat padat dapat dengan mudah diamati karena zat padat
mempunyai bentuk yang tetap. Dengan mengukur panjang, lebar, dan
tinggi zat padat setelah dipanaskan akan memuai75 .
75
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
= atau l = . lo . T
l = lt - lo Lt = lo (1+ . T)
= . lo . T
= . lo . T
Dengan :
lo = panjang mula-mula (m)
Contoh Soal:
Batang aluminium yang panjangnya 4 m, naik suhunya dari 270 C menjadi
720 C. Jika koefisien muai panjang aluminium = 24x10-6 /0 C, hitunglah :
a. Pertambahan panjang aluminium
b. Panjang batang aluminium pada suhu 720 C.
Jawab:
= 24 x 10-6 (o C)-1
a. l = . lo . T = (24 x 10-6 ) (4) (45) = 4,320 x 10-3 m = 0,00432 m
b. l = lt - lo
ukurannya menjadi:
P t =P o ( 1+α . ΔT) dan lt = lo (1 + α . ΔT)
l0
P0
Luas plat mula-mula Ao = P o x lo dan setelah dipanaskan menjadi:
At = P t x lt
At = P o ( 1+α . ΔT) x lo (1 + α . ΔT)
At = Ao ( 1+βα . ΔT + α2 . ΔT2 )
Karena α kecil, maka α 2 menjadi sangat kecil dan α 2 .ΔT2 dapat
diabaikan, maka persamaan di atas menjadi:
At = Ao (1+ . T) = 2
=
dan A = AT – Ao
Dengan :
Ao = luas mula-mula (m2 )
AT = luas setelah dipanaskan (m2 )
T = kenaikan suhu (o C-1 atau K-1 )
Contoh Soal:
Kaca jendela rumah pada suhu 25o C luasnya 1 m3 . Berapa luas kaca
Jawab:
A = 1 m3
T = 45 – 25 = 20o C
= 2 = 2 (9.10-6 ) =18 x 10-6 (o C)-1
A = . Ao . T = (18 . 10-6 ) (1) (20) = 360 x 10-6 = 0,00036 m2
AT = Ao (1 + . T) = 1 + 0,00036 = 1,00036 m2
3) Pemuaian volume
Jika zat padat berbentuk kubus, bola, atau balok maka
pemuaian yang harus diperhitungkan adalah muai volumnya.
Apabila volume mula-mula V0 dan volume setelah dipanaskan Vt ,
maka dapat diturunkan hubungan antara V 0 dan Vt :
t0
l0
V = V0 + ΔV P0
V0 = l0 3
ΔV = γ (l0 . l0 . Δl) + γ (Δl . l0 . Δl) + (Δl)3
ΔV = γ (l0 2 . Δl) + γ (Δl2 . l0 ) + (Δl)3
Δl = l0 . α . ΔT
Jadi:
ΔV = γ (l0 2 . l0 . α . ΔT) + γ (Δl2 . l0 ) + (Δl)3
Untuk (Δl)2 dan (Δl)3 bernilai sangat kecil sehingga dapat
diabaikan:
ΔV = γ (l0 3 . α . ΔT)
ΔV = γ V0 . α . ΔT
ΔV = V0 . γα . ΔT
ΔV = V0 . . ΔT
Koefisien muai volume suatu zat () adalah perbandingan
antara pertambahan volume (V) dengan volume semula (V o ),
untuk tiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu (T).
Contoh Soal :
Sebuah bola baja ( = 11 x 10-6 (o C)-1 ) pada suhu 25o C diameternya 2 cm.
Berapakah volume bola tersebut bila suhunya dinaikkan menjadi 100o C ?
Jawab :
T = 100-25 = 75o C
= 3 =3(11 x10-6 ) = 33 x10-6 (o C)-1
=
V = .Vo . T
Vt = Vo (1 + T)
76
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
=
Jadi secara khusus untuk pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku :
V = Vt = Vo (1 + )
3. Kalor
suatu besaran fisika yang dapat diukur. Alat yang digunakan untuk
mengukur kalor disebut kalorimeter. Satu kalori didefinisikan
Kalor adalah suatu yang mengalir (fluida) dari benda yang bersuhu
air sehingga suhunya naik 10 C.
Kalor bukan fluida, tetapi kalor dihasilkan oleh usaha yang dilakukan
kesetimbangan termal (Josep Black, 1760).
C=
77
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
78
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Contoh Soal :
Sepotong tembaga yang massanya 5 kg dinaikkan suhunya sebesar 10 K
dengan menggunakan pemanas listrik berdaya 1 kW. Ternyata untuk itu
diperlukan waktu 20 detik. Anggap bahwa efisiensi pemanas itu 100%.
a. Berapakah kalor jenis tembaga menurut hasil percobaan ini ?
b. Berapakah kapasitas kalor tembaga itu ?
Jawab:
T = 10 K
m = 5 kg
P = 1 kW = 1000 W
t = 20 s
Energi kalor yang dihasilkan pemanas adalah :
Q = W = P . t = 1000 . 20 = 20.000 joule
a. Kalor jenis tembaga :
Q 2000
m. T
c= = = 400 J/kg.K
5 . 10
b. Kapasitas kalor 5 kg tembaga
Q 20.000
C= = = 2000 J/K
ΔT 10
79
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Qterima = Qlepas
Misalkan suhu air panas adalah T1 , massanya m1 , sedangkan suhu air
dingin adalah T2 dan massanya m2 , suhu akhir campuran adalah x dan kalor
jenis zat diasumsikan tidak berubah terhadap suhu, dengan mengabaikan
kalor yang diserapoleh wadah dan kalor yang terbuang ke lingkungan.
Persamaan jumlah kalor yang berpindah sebagai berikut:
Kalor yang dilepaskan oleh air panas:
Q1 = m1 . c . ΔT = m1 . c . (T1 – x)
Kalor yang diterima oleh air dingin:
Q2 = m2 . c . ΔT = m2 . c . (x – T2 )
Qal = Qa
L= atau Q=m .L
Dengan :
Q = kalor (joule atau kalori)
m = massa zat (kg atau gram)
L= kalor lebur (J/kg atau kal/gram)80
c. Cair ke Gas = Menguap
Pada waktu menguap, zat memerlukan kalor. Selama mendidih suhu zat
tetap, suhu itu disebut titik didih. Contoh: air menjadi uap.
Kalor laten penguapan/kalor uap adalah kalor yang diperlukan untuk
menguapkan satu satuan massa zat pada titik didih normalnya.
Beberapa istilah khusus kalor laten untuk perubahan wujud
tertentu:
1) Kalor laten lebur atau kalor lebur.
2) Kalor laten beku atau kalor beku.
3) Kalor laten didih atau kalor didih.
4) Kalor laten embun atau titik embun.
d. Gas ke Cair = Mengembun
Contoh: bila butiran es dimasukkan ke dalam sebuah gelas maka akan
ditemukan butiran air yang menempel pada dinding gelas.
Kalor uap adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan
1 kilogram zat pada titik didihnya.
80
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
U = kalor uap
e. Padat ke Gas dan Gas ke Padat = Menyublim
Contohnya: kapur barus dan karbon dioksida kering yang dapat
langsung berubah menjadi uap tanpa melewati wujud cair.
Contoh Soal :
Berapa kalor yang diperlukan untuk mengubah 1 gram es – 50o C menjadi 1
gram uap 150o C ? Kalor jenis es = 0,5 kal/go C, kalor jenis air = 1 kal/go C,
kalor lebur es = 80 kal/g, dan kalor didih air = 540 kal/g.
Jawab:
m = 1 gram
To = - 50o C
Ta = 150o C
ces = 0,5 kal/go C
cair = 1 kal/go C
Ll =80 kal/g
Ld =540 kal/g
Qterima = ….?
Peristiwa yang dialami es dapat digambarkan dengan diagram kalor
seperti gambar di bawah ini :
Uap 1500 C
Q5, T5
Q3, T3
Q4, L4
Uap 100
Q2, L2
Q1, ΔT1 Es 00C
Es -500C
Kalor yang diterima es adalah :
Qterima = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
Dengan :
Q1 = m .ces .T1 = (1)(0,5) (50) kal = 25 kal
6. Perpindahan Kalor
Ada tiga cara perpindahan kalor,yaitu :
a. Konduksi (hantaran)
Konduksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai perpindahan
partikel zat81 .
H = k .A
Q
Dengan : H=
t
H = Jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu
k = koefisien konduksi termal (daya hantar panas)
81
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
l = panjang batang
Contoh Soal:
Sebuah jendela kaca ruang bangunan berpengatur suhu (ber-AC)
panjangnya 2 m, tingginya 1 m, dan tebalnya 5 mm. Suhu permukaan
dalam kaca 25o C dan suhu permukaan luar 35o C. Berapakah banyaknya
kalor yang mengalir keluar dari ruang itu melalui jendela kaca tersebut?
(koefisien konduksi termal kaca = 8.10-4 kJ/m.s.K).
Jawab :
A = 2 x 1 = 2m2
l = 5 mm = 5x10-2 m
T = 35 – 25= 10o Ck =8 x10-4 kJ/m.s.K
ΔT 10
H = k .A = (8 x 10-4 ) (2) -2
= 32. 10-4 . 102 = 32 .10-2 = 0,32
L 5.10
kJ/s
b. Konveksi (aliran)
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan
partikel zat.
H = h .A . T
Dengan :
H = jumlah kalor yang mengalir tiap satu satuan waktu
A = luas permukaan
T = perbedaan suhu
h = koefisien konveksi
Contoh Soal:
Seseorang yang tanpa pakaian memiliki suhu tubuh 33o C di kamar yang
suhunya 29o C. Bila luas permukaan badan orang itu 1,5 m2 , berapa jumlah
kalor yang dilepaskan badan orang tiap detik? (koefisien konveksi untuk
tubuh manusia h = 7,1 J/smK)
T = 33 – 29 = 4o C
Jawab:
A = 1,5 m2
H = 7,1 J/smK
W = e..T4
Dengan :
Contoh Soal:
Sebuah bola mempunyai suhu 600o C. Berapa energi yang dipancarkan
benda persatuan luas tiap detiknya, jika bola dianggap hitam sempurna ?
Jawab:
T = 600 + 273 = 873 K
W = e..T4 = (1) (5,67 x 10-8 ) (873)4 = 3,29 .104 watt/m
Contoh Soal
1. Suatu gas yang suhunya 200 C dipanaskan sampai suhunya 1110 C pada
tekanan tetap. Bila volume gas sebelum dipanaskan V. Berapakah
volume gas setelah dipanaskan.
Jawab:
Diketahui:
T1 = 200 C + 273 = 293 K
T2 = 1110 C + 273 = 383 K
V1 = V
Ditanyakan: V2 =……?
=
V2 = x V1
V2 = xV
V2 = V
3. Volume suatu gelombang udara pada dasar sebuah danau adalah 1,5
cm3 . Kedalamam danau itu adalah 102 meter. Berapakah volume
gelembung udara tersebut ketika berada tepat di bawah permukaan air.
(tekanan udara luar= 75 cmHg, massa jenis raksa= 13,6 g/cm3 , massa
jenis air = 1 g/cm3 ).
4. Sebuah tangki silinder yang mengandung 19 kg udara pada tekanan 9,5
kali tenanan atmosfer, disimpan pada tempat bersuhu 70 C, ketika
dipindahkan ke bengkel bersuhu 270 C. Sebuah katup pengaman pada
tangki bekerja, membebaskan sejumlah udara. Jika katup meloloskan
udara ketika tekanannya melebihi 10 kali tekanan atmosfer. Hitunglah
massa udara yang lolos.
84
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Contoh Soal:
1. Pada keadaan normal (t=00 C , P=1 atm). Berapakah volume 4 gram gas
oksigen (O2 ). (Mr = 32 kg/kmol, R=8314 J/kmol.K).
Jawab:
Diketahui:
T = 00 C + 273 = 273 K R= 8314 J/kmol.K
P = 1 atm = 105 Pa Mr= 32 kg/kmol
m = 4 gram = 4 x 10-3 kg
Ditanyakanμ V=……?
P.V= .R.T
V= .R.T
( )
V= =
V= 283715,25 x 10 m = 2,84 x 10-8 m3
-8 3
85
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
X
vx = - vx’ (kekiri)
Z
Laju perubahan momentum molekul pada suatu dinding yang sama
sesuai dengan hukum kedua newton tidak lain adalah:
F= = (11.10)
Tekanan P adalah gaya persatuan luas penampang, yaitu:
P= = = (11.11)
Jika ada sejumlah N molekul gas dalam wadah tertutup dengan
komponen kecepatan pada sumbu x adalah v1x, v2x,……, vNx, tekanan total
gas pada suatu dinding adalah:
P = (v1x2 + v2x2 +……+vNx2 ) (11.12)
Karena nilai rata-rata ̅̅̅̅ , dengan volume wadah
V= d3 , maka dapat ditulis:
̅
P= (11.13)
Jika dalam kubus terdapat N partikel, tekanan pada dinding adalah:
̅
P‘ = N . P = (11.14)
Partikel-partikel gas tersebut mempunyai kecepatan rata-rata yang
sama untuk berbagai arah sebab merupakan gerak acak murni.
̅ = ̅̅̅ = ̅
̅ = ̅ + ̅ + ̅ = 3̅
̅ = ̅ (11.15)
Jika ̅ ini dimasukkan ke persamaan (11.14) diperoleh:
̅
P= (11.16)
Keterangan:
P= Tekanan gas (Pa=N/m2 )
̅̅̅̅
P= (11.17)
Contoh Soal:
1. Tentukan energi kinetik molekul-molekul dari 2 mol gas Neon, yang
memiliki 22,4 liter pada tekanan 101 kPa. Neon adalah gas monoatomik
pada keadaan normal.
Jawab:
Diketahui:
n = 2 mol
V = 22,4 liter = 22,4 x 10-3 m3
P = 101 kPa= 101 x 103 Pa
Ditanyakan: ̅̅̅̅ =….?
N = n . NA = (2) (6,02 x 1023 ) = 12,04 x 1023 molekul
( )
̅̅̅̅ = = = 2,83 x 10-21 J
Contoh Soal:
1. Suatu gas ideal dalam ruang tertutup suhunya 370 C. Energi kinetik
partikelnya EK0 . Apabila energi kinetiknya dijadikan 2 EK 0 . Tentukan
suhu gas sekarang (nyatakan dalam 0 C).
Jawab:
Keadaan I : T1 = (370 C + 273) = 310 K
EK1 = EK0
Keadaan II: T2 = …..?
EK2 = 2 EK0
Jadi : T ~ ̅̅̅̅
̅̅̅̅
̅̅̅̅
=2
T2 = 2 T1 = 2 (310) = 620 K
T2 = (620 – 273) = 3470 C
86
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
v rms = √ (11.21)
v rms = √ (11.22)
P=
P= ρ
v rms = √ (11.23)
Contoh Soal:
1. Hitunglah kelajuan root mean square (rms) molekul-molekul Hidrogen
pada:
a. 00 C
b. 270 C
Jika massa jenis Hidrogen adalah 0,09 kg/m3 pada suhu 00 C dan tekanan
1,0 x 105 Pa.
Jawab:
Diketahui:
T1 = 273 K P 1 = 1 x 105 Pa
ρ1 = 9 x 10 kg/m
-2 3
= √ =√ =√ = √
Latihan Soal:
1. Tentukan perbandingan kelajuan efektif pada suhu tertentu antara:
a. Molekul gas N2 dan gas CO
b. Molekul gas H2 dan gas uap air H2 O
(Mr N = 14 g/mol, Mr C= 12 g/mol, Mr O= 16 g/mol, Mr H= 1 g/mol)
2. Dalam suatu ruang terdapat 800 miligram gas dengan tekanan 1 atm.
Untuk kelajuan rata-rata partikel tersebut adalah 750 m/s. hitunglah
volume ruangan. (1 atm = 105 Pa).
3. Dalam ruangan bervolume 1,5 liter terdapat gas bertekanan 105 Pa. Jika
partikel gas memiliki kelajuan rata-rata 750 m/s. Tentukan massa gas
yang terkurung dalam ruang tersebut.
4. Pada suhu berapakah kelajauan rms molekul-molekul gas Hidrogen
menjadi dua kali kelajuan rms-nya pada 300 K.
5. Massa molar Nitrogen = 28, Oksigen= 32. Pada suhu berapakah
kelajuan vrms molekul-molekul Nitrogen sama dengan kelajuan vrms
molekul-molekul Oksigen pada suhu 300 K
6. Kecepatan efektif suatu gas adalah 400 m/s. Jika gas tersebut berada
dalam wadah bertekanan 8 atm. Tentukan massa jenisnya.
7. Hitunglah besar massa jenis gas Oksigen bila pada keadaan STP
(normal) mempunyai volume 22,4 liter.
87
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta:
Penebit Erlangga
Latihan Soal:
1. Energi dalam dari 2 mol gas poliatomik pada suhu 500 K adalah 20,7
kJ. Tentukan banyaknya derajat kebebasan gas tersebut.
2. Suatu gas ideal mempunyai energi dalam 1,01 x 1028 J. Berapakah
jumlah mol gas ideal tersebut, bila besar energi kinetiknya 5 kJ.
3. Setiap molekul dari suatu gas poliatomik pada suhu 1200 K memiliki
derajat kebebasan masing-masing tiga untuk gerak translasi, tiga gerak
rotasi, dan empat gerak vibrasi.
a. Energi mekanik rata-rata tiap molekul
b. Energi dalam 5 mol gas ideal ini.
4. Tentukan energi kinetik rata-rata dan energi dalam 1 mol gas ideal pada
suhu 800 K, jika gas tersebut adalah:
a. Gas monoatomik
b. Gas diatomik (k= 1,38 x 10-23 J/K)
5. Nitrogen merupakan suatu gas diatomik. Hitunglah besar energi dalam
dari 2,8 gram Nitrogen pada suhu 500 C. (Mr= 28 g/mol).
88
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
89
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika Edisi
Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Contoh Soal:
1. Kurva 1-2 pada dua
diagram di bawah
menunjukkan
pemuaian gas
(pertambahan volume
gas) yang terjadi
secara adiabatik dan
isotermal. Pada proses
manakah kerja yang
dilakukan oleh gas
lebih kecil ?
90
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I (terjemahan).
Jakarta: PenerbitErlangga.
91
M ark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas, Bunyi).
Jakarta: Bina Cipta.
Daftar Pustaka
Frederick J. Bueche. 1999. Seri Buku Schaum Teori dan Soal-Soal Fisika
Edisi Delapan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Giancoli, Douglas C., 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. FisikaJilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Mark W. Zemansky. 1994. Fisika untuk Universitas (Mekanika, Panas,
Bunyi). Jakarta: Bina Cipta.
Sears dan Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I
(terjemahan). Jakarta: PenerbitErlangga.
Tipler, P.A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik -Jilid I (terjemahan).
Jakarta: Penebit Erlangga.