Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN “KOLITIS ULSERATIF” DI

RUANG PERAWATAN BEDAH ANAK RSUP DR.


WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
(TUGAS KE 3, MINGGU KE 10)
TGL : 12-19 APRIL 2020

OLEH
HARDIYANTI TODING
Ns 19.023

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………………….......………….) (……...……………………………)

YAYASAN KASIH BUNDA KALALEMBANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
“KOLITIS ULSERATIF”
A. Konsep Dasar Medis
1. Pengertian
Sesuai dengan namanya , colitis useratif merupakan penyakit
inflamasi kronik pada kolon yang sering kambuh. Colitis useratif
merupakan Penyakit idiopatik penyebabnya tidak diketahui mungkin ada
peran reaksi autoimun terhadap rangsangan dari luar,keturunan ataupun
infeksi virus dan bakteri. Kolitis ulseratif merupakan penyakit imflamasi
mukosa yang membentuk abses yang bergabung menjadi tukak. Daerah
antar ulkus Nampak udem dan poliferasi radang yang mirip polip.
Peradangan pada kolon menyebabkan usus sering kosong dan
menyebabkan diare.Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian
bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis. Jika seluruh kolon terkena
disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas atau
kolitis distal.
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum
untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus dan
usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang mirip
dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit Crohn.
Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam
dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan
termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.
Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia,
tapisering ditemui pada usia muda ( 15- 30 tahun ) dan lanjut usia (60-80
tahun.lebih sering diderita oleh wanita disbanding laki-laki. (Herdman,T
Heather.2015).
2. Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya Kolitis Ulseratif yaitu :
a. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena terdapat
hubungan familial yang jelas antara colitis ulseratif, enteritis regional
dan spondilitis ankilosa.
b. Lingkungan seperti pestisida, adiktif makanan, tembakau, dan radiasi.
c. Imunologi. Penelitian menunjukkan abnormalitas dalam imunitas
seluler dan humoral pada orang dengan gangguan ini.
d. Mikobakterium.
e. Alergi.
f. Diet.
3. Patofisiologi
Awalnya lesi patologis terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus. Di permulaan penyakit, terjadi udema
dan kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat
sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan
ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati
didinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa yang
menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terkelupas
dalam lumen usus dan meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa
(tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium
lebih lanjut permukaan mukosa yang menghilang luas sekali
mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah
Kondisi fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan feses pada saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun
yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-
sel dikolon sehingga menyebabkan terjadinya ulkus. Ulkus terjadi di
sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya
bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan
tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak
akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan
peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat
terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon
transversum maupun kolon sigmoid. Berdasarkan daerah yang terinfeksi
kolitis ulseratif dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
Area yang terinfeksi Name Rectum Ulcerative proctitis Left side of the
colon Limited, or distal, colitis Entire colon Universal, or Pancolitis
Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon
baik secara mikroskopik ataupun makroskopik. Gejala yang sering timbul
pada penyakit colitis ulseratif ini adalah : Nyeri perut Diare
berdarah,berlendir dan bernanah, anemia, turunnya berat badan.
4. Manifestisi Klinis
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa
buang air besar yang sering serta demam. Gejala yang paling umum dari
kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat
mengalami:
a. Anemia
b. Fatigue/ Kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit (eritoma nodosum)
g. Lesi mata (uveitis)
h. Nyeri sendi
i. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
j. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
k. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
l. Perdarahan rektum (anus).
m. Rasa tidak enak di bagian perut.
n. Mendadak perut terasa mulas.
o. Kram perut.
p. Sakit pada persendian
q. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectumAnoreksia
r. Dorongan untuk defekasi
s. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang yang didiagnosis kolitis ulserativa
memiliki gejala-gejala ringan antara lain sering menderita demam, diare,
mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa juga dapat
menyebabkan masalah seperti
radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak
diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir
komplikasi ini mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem
kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis di obati.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana
proses penyakit. Pasien biasanya datang dengan diare bercampur darah
dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan
berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan sampai yang
sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang
mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala
usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit rematik lutut pada
seorang remaja. Penyakit ini tidak dapat diketahui di awal manifestasi
usus.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis,
tinggi platelet count, kadang-kadang terlihat
b. Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare
dapat berhubungan dengan hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-
gagal ginjal.
c. Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran
empedu: kolangitis sclerosing utama.
d. X-ray
e. Urine
f. Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses
inflamasi panjang
g. Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serum dan
hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis,
sirosis)
h. Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein
plasma/gangguan fungsi     hati.
i. Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit
berat.
j. Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
k. ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
l. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
6. Penatalaksanaan Medis/Pengobatan
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditujukan untuk mengurangi
inflamasi, menekan respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit,
sehingga penyembuhan dapat terjadi.
a. Penatalaksanaan secara umum
1) Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
2) Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.
3) Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat
meningkatkan motilitas usus.
4) Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang
intoleransi lactose.
b. Terapi Obat.
Obat-obatan sedatife dan  antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus
yang terinflamasi.
1) Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal
(Gantrisin).
2) Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.
3) Azulfidin     : Membantu dalam mencegah kekambuhan.
4) Mengurangi Peradangan    : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid
dikurangi/ dihentikan, gejala  penyakit dapat berulang.
c. Psikoterapi
Ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada
pasien, kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien :Nama, jenis kelamin, agama, penanggung jawab, dll.
b. Alasan masuk
Pada anamnesis, keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri
abdomen, diare, tenesmus intermiten, dan pendarahan rektal. Keluhan
nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran
periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan
mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah BAB.
Diare biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses
cair  10 – 20 kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada
yang menghalangi.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Kondisi ringan karena colitis ulseratif adalah penyakit mukosa
yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum adalah
pendarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi colitis
ulseratif berat terjadi pada sekitar  10 % dari pasien, didapat
keluhan lainnya yang menyertai, seperti peningkatan suhu tubuh,
mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan penurunan nafsu
makan. Pasien dengan colitis yang  parah dapart mengalami
komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan
darah,  megakolon toksik atau perforasi usus.
2) Riwayat penyakit dahulu
Penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi
seperti genetic, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan
merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik ,
seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai
sarana pengkajian proferatif.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga serta bila ada anggota keluarga yang meninggal maka
penyebab kematiannya juga ditanyakan.
e. Pengkajian spikososial
Akan didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan
rencana pembedahan serta perlunya pemenuhan informasi prabedah.
f. Pemeriksaan fisik
Bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat keparahan
penyakit.pemeriksaan fisik yang di dapatkan sesuai manifestasi klinik
yang muncul pada colitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat
lemah dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri

dan diare . suhun badan pasien akan naik  ≥38,50 C dan terjadi
takikardiah. Pengkajian berat badan yang disesuaikan dengan tinggi
badan dapat  menimbulkan status nutrisi.
Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :
a) Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme
kompensasi asidosi dalam kasus dehidrasi parah.
b) Takikardial dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit
>3 detik menandakan gejala dehidrasi.
c) Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan
perfusi ke otak. Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan
erythematous yang menyakitkan mata
d) Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat.
e) Inspeksi : kram abdomen, Perut didapatkan kembung. Pada kondisi
kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi,
seperti atrofi otot dan pasien terlihat kronis.
f) Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit
parah dan kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada
kuadran kanan bawah. Sebuah masa dapat teraba menunjukkan
abstruksi atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukkan
hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau kolangitis
sclerosis
g) Perkusi                 : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
h) Auskultasi  : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif.
Nada gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus
obstruksi.
i) Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian
energy setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejala
umum yang ditemukan pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, dan siku, yang
paling sering terlibat, tetapi setiap sendi dapat terlibat. Pada
integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia, penurunan
turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat
pada permukaan ekstensor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
c. Kekurangan volume cairan
d. Kerusakan integritas kulit
e. Gangguan pola tidur
f. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Nyeri Akut  Pain Level, 1. Kaji tingkat nyeri
yang komprehensif
 Pain control,
meliputi lokasi,
 Comfort level karakteristik, awitan
dan durasi,
Setelah dilakukan
frekwensi, kualitas,
tindakan keperawatan intensitas atau
selama 3x24 jam Pasien keparahan nyeri,
tidak mengalami nyeri, dan faktor
dengan presipitasinya.
2. Observasi isyarat
Kriteria Hasil:
nonverbal
1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan

nyeri (tahu penyebab


3. Monitor vital sign
nyeri, mampu
sebelum dan
menggunakan tehnik
sesudah pemberian
nonfarmakologi
analgesik pertama
untuk mengurangi
kali
nyeri, mencari
4. Lakukan perubahan
bantuan) posisi dan relaksasi

2. Melaporkan bahwa 5. Tingkatkan


istirahat/tidur yang
nyeri berkurang
cukup untuk
dengan
membantu
menggunakan
mengurangi rasa
manajemen nyeri
nyeri.
3. Mampu mengenali 6. Ajarkan
nyeri (skala, penggunaan teknik
intensitas, frekuensi relaksasi
dan tanda nyeri) nonfarmakologi
sebelum atau
4. Menyatakan rasa sesudah rasa sakit
nyaman meningkat.

setelah nyeri 7. Berikan informasi


yang lengkap dan
berkurang
akurat untuk
5. Tanda vital dalam mendukung
rentang normal pengetahuankeluarg
a terhadap respon
nyeri pasien.
8. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri (berkolaborasi
dengan dokter).

Ketidakseimbangan  Nutritional status: 1. Kaji pola makan


Nutrisi Kurang dari
Adequacy of klien
Kebutuhan Tubuh
nutrient 2. Timbang berat
 Nutritional Status : badan klien
food and Fluid 3. Kaji tanda-tanda
 Weight Control dehidrasi
Setelah dilakukan 4. Anjurkan klien
tindakan keperawatan untuk makan tapi
selama 3x24 nutrisi sering
kurang teratasi dengan 5. Pantau masukan
Kriteri Hasil : makanan tiap hari.
Adanya peningkatan 6. Kolaborasi dengan
berat badan sesuai ahli gizi dalam
dengan tujuan pemberian nutrisi
1. Berat klien
badan ideal sesuai
dengan tinggi
badan
2. Mempu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
3. Tidak
ada tanda
malnutrisi
4. Menunju
kkan peningkatan
fungsi pengecapan
dari menelan
Kekurangan volume  Fluid balance 1. Monitor vital sign
cairan  Hydration 2. Monitor masukan
 Nutritional Status : makanan/cairan
Food and Fluid dan hitung intake
 Intake kalori harian
Kriteria Hasil : 3. Kolaborasi
1. Mempertahankan pemberian cairan
urine output sesuai IV
dengan usia dan BB, 4. Dorong keluarga
BJ urine noemal, HT untuk membantu
normal pasien makan
2. Tekanan darah, nasi, 5. Monitor status
suhu tubuh dalam cairan termasuk
batas normal intake dan output
3. Tidak ada tannda- cairan
tanda dehidrasi 6. Monitor tingkat
4. Elastisitas tugor kulit Hb dan hematokrit
baik, membran 7. Dorong pasien
mukosa lembab, untuk menambah
tidak ada rasa haus intake oral
yang berlebihan
Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji kulit dan
integritas kulit
tindakan keperawatab membran mukosa

selama 3x24 jam pada area yang

diharapkan : mengalami

 Integritas jaringan : perubahan warna,

kulit & membran memar, dan

mukosa baik kerusakan.

Kriteria Hasil : 2. Pantau adanya

1. Tidak ada lesi pada kekeringan dan

kulit dan mukosa kelembaban yang

membran berlebihan pada

2. Tidak ada kulit.

pengelupasan kulit 3. Oleskan salep yang

3. Tidak ada eritema sesuai dengan

4. Tidak ada kulit/lesi.

peningkatan suhu 4. Berikan balutan

kulit yang sesuai dengan

jenis luka.

5. Anjurkan klien

untuk
menggunakan

pakaian yang

longgar.

6. Ajarkan kepada

keluarga tentang

tanda dan

kerusakan kulit.

7. Rujuk pada ahli

diet, dengan tepat


Gangguan pola Setelah dilakukan 1. pantau pola tidur
tidur tindakan keperawatan klien
selama 3x24 jam 2. jelaskan
diharapkan: pentingnya tidur
 Tidur yang cukup yang cukup selama
Kriteria hasil : sakit
1. Menunjukkan tidur 3. beri lingkungan
yang cukup yang tenang dan
2. Perasaan segar nyaman serta
setelah tidur minimalkan
3. Menunjukkan gangguan
kesejahteraan fisik 4. atur posisi tidur
dan psikologis yang nyaman bagi
klien
5. anjurkan klien
tidur siang untuk
memenuhi
kebutuhan tidur

Ansietas Setelah dilakukan 1. kaji tingkat


tindakan keperawatan ansietas
selama 3x24 jam 2. instruksikan klien
diharapkan: dalam penggunaan
 Tingkat ansietas teknik relaksasi
 Pengendalian diri 3. beri penjelasan
terhadap Ansietas tentang diagnosa
 Konsentrasi kepada klien
 koping 4. beri dorongan
klien untuk
Kriteria hasil :
mengungkapkan
1. ansietas berkurang
secara verbal
2. menunjukkan
ansietasnya
pengendalian diri
anjurkan keluarga
terhadap asnietas
selalu mendampingi
klien untuk
mengurangi ansietas

C. Contoh Kasus
Pada satu artikel penelitian yang berjudul “ INSIDENSI
KHOLANGITIS KRONIK SEBAGAI MANIFESTASI
EKSTRAINTESTINAL PENDERITA IBD” dapat disimpulkan bahwa
IBD (Inflammatory Bowel Disease) adalah penyakit radang kronik usus
dimana manifestasi klinis intraintestinal dominan berupa diare kronik dan
nyeri perut. Adapun manifestasi ekstraintestinal dominan berupa Kholitis
kronik dalam bentuk Perikholangitis atau Primary Sclerosing Cholangitis
(PSC) yang muncul setelah beberapa tahun kemudian dari timbulnya kasus
IBD dengan incidence rate 5%.
Kholangitis kronik sebagai manifestasi gangguan abnormalitas hepatobilier,
sering dihubungkan serta merupakan salah satu manifestasi ekstraintestinal
IBD, dikenal sebagai Primary sclerosing cholangitis atau Pericholangitis.4
Tidak ada perasat yang spesifik untuk gejala yang sering menyertai
manifestasi ini, namun pada umumnya adalah nyeri abdomen, demam,
fatique, pruritus dan kholestatik berupa peningkatan bilirubin direk dan
aspartate transaminase (AST/SGOT); diikuti oleh tanda-tanda
hepatosplenomegali dan hiperpigmentasi.
Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan kondisi keradangan kronik
saluran cerna yang berkaitan dengan proses imun, terdiri dari Kolitis ulseratif
(KU / Ulcerative Colitis - UC) dan Penyakit Crohn (PC / Crohn’s Disease -
CD) yang merupakan dua bagian utama IBD, disamping Indetermined Colitis
(IC) untuk jenis colitis terduga IBD yang sulit di identifikasi antara kedua
sebelumnya.
Adapun tujuan penelitian untuk mengungkap insidensi dan korelasi antara
IBD dan Kholangitis kronik dengan pendekatan hasil kolonoskopi sebagai
dasar penegakan diagnosis IBD serta dengan kriteria klinis diagnosis
Kholangitis kronik dari semua pasien yang mengalami tindakan kolonoskopi
gastrointestinal di Ruang Pusat Endoskopi RSPAD Gatot Soebroto Puskesad.
Beberapa parameter klinis penting dapat diungkapkan dari penelitian ini,
antara lain adalah sebagai berikut :
Angka kejadian dan karakteristik demografis IBD.
Karakteristik demografis IBD berbeda-beda sesuai dengan faktor geografis.
Insidensi penyakit IBD tahun 2016 berdasarkan kolonoskopi (n=161) di
RSPAD Gatot Soebroto Puskesad adalah 18,6 %. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan prevalensi IBD tahun 2011 (5 tahun sebelumnya) di RSAPD
Gatot Soebroto, yaitu 10,15% dari 532 pasien yang dilakukan kolonoskopi.12
Karakteristik demografi lainnya pada penelitian ini, yakni: 62,4% (18 orang)
dari 30 orang IBD adalah laki-laki, rerata umur adalah 50,6 tahun dengan
angka kejadian paling banyak adalah pada usia antara 40 hingga 59 tahun,
serta dengan frekuensi 52,8% PC dan 47,2% KU.
Pada penelitian sebelumnya, dengan jumlah sampel yang lebih banyak, di
Amerika Utara kejadian IBD mencapai puncak pada usia 15-30 tahun dan 60-
80 tahun.2 Sedangkan di Asia, penelitian oleh Li Jiang di Cina menunjukkan
bahwa kejadian penyakit IBD baik kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
muncul pada usia 30 hingga 39 tahun.3 Hasil serupa juga diperoleh oleh
Vahidi dkk pada tahun 2009 di Iran, sebagian besar kasus IBD terjadi pada
usia 20 hingga 39 tahun.8
Pada penelitian ini perbandingan antara laki-laki dan perempuan
menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian di Amerika Utara, yaitu 1:1
untuk kolitis ulseratif dan 2,2:1 untuk penyakit Crohn.2 Begitu pula dengan
hasil penelitian di Cina dan Iran yang tidak menunjukkan perbandingan yang
terlalu berbeda.
Manifestasi klinis IBD.
Manifestasi klinis yang paling sering muncul pada beberapa literatur, adalah
diare, pendarahan rektum, dan nyeri perut. Hal ini didukung oleh penelitian
Li Jiang yang memperoleh data bahwa pada pasien kolitis ulseratif dan
penyakit Crohn sebagian besar pasien mengeluh diare dan nyeri perut.3 Pada
penelitian sekarang ini, karakteristik klinis yang paling banyak terjadi pada
kasus KU adalah diare kronik (13,4%), nyeri perut (17,5%) dan
hematoschezia (6,6%). Sedangkan pada pasien dengan PC adalah diare kronik
(Insidensi Kholangitis kronik pada IBD dari semua pasien yang
dikolonoskopi selama satu tahun adalah 5,4%. Angka ini tidak jauh berbeda
dari studi kepustakaan sebelumnya.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Insidensi IBD yang terbaru
(2017) di RSPAD Gatot Soebroto Puskesad (RSPAD GSP) adalah 18,6%;
dengan karakteristik demografi pasien IBD –nya, sebagian besar pada usia
antara 40 hingga 59 tahun dan lebih banyak pada laki-laki. Manifestasi gejala
klinis yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri abdomen dan diare kronik.
Kholangitis kronik sebagai manifestasi ekstraintestinal IBD ditemukan
dengan insidensi sebesar 5,4%.
Hasil insidensi PSC sebagai manifestasi ekstraintestinal IBD pada penelitian
ini dapat memberikan gambaran awal gejala klinis yang mengarahkan para
klinisi pada diagnosis IBD dan PSC serta dapat menjadi data awal penelitian
selanjutnya. 29,7%), nyeri perut (9,9 %) dan hematoschezia (9,9 %).
DAFTAR PUSTAKA

Pierce,Evelyn C..2015.Anatomi dan Fisiologi untuk


Paramedis.PT.Gramedia: Jakarta
Sylvia, A.price Lorraine M, Wilson.2015. Patofisilogi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Vol.1. Edisi 6.Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Herdman,T Heather.2011.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011.Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
Anonim. 2016. Kolitis
Useratif.Online(www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.php)
diakses 26 Oktober 2011
Anonim.2016.PenyakitKolitisUseratif.Online(http://keperawatankomunita
s.blogspot.com/2009/08/kolitis-ulseratif.html)

Anda mungkin juga menyukai